Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian Retardasi Mental

Menurut WHO (2006), retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak
mencukupi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan
ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atau
kendala dalam penyesuaian perilaku. Seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi
kriteria sebagai berikut:

 Fungsi intelektual umum dibawah normal


 Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial

 Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi mental adalah fungsi intelektual dibawah rata-rata yang muncul


bersamaan dengan kurangnya perilaku adaptif, awitannya sebelum usia 18 tahun ( Donna
L. Wong, 2004).

RM menurut American Association on Mental Retardation (AAMR) (2004) adalah


kondisi kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak
(sebelum 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau
kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut : berbicara dan
berbahasa; keterampilan merawat diri, ADL; keterampilan sosial; penggunaan sarana
masyarakat; kesehatan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dan
lainnya.

Jadi, Retaradasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari
gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan dan gangguan dalam keterampilan
adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.

B. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
1. Organik
a. Faktor prekonsepsi : kelainan kromosom (trisomi 21/Down syndrome dan
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos, dll).
b. Faktor prenatal : kelainan petumbuhan otak selama kehamilan (infeksi, zat
teratogen dan toxin, disfungsi plasenta).
c. Faktor perinatal : prematuritas, perdarahan intrakranial, asphyxia neonatorum,
Meningitis, Kelainan metabolik, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dan lain-
lain.
d. Faktor postnatal : infeksi, trauma, gangguan metabolik/hipoglikemia,
malnutrisi, CVA (Cerebrovascular accident) - Anoksia, misalnya tenggelam.

2. Non organik
a. Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
b. Sosial kultural
c. Interaksi anak kurang
d. Penelantaran anak
3. Faktor lain : Keturunan; pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain (15-20% ;
AAP, 1984).

Klasifikasi
Menurut nilai IQ-nya, maka intelegensi seseorang dapat digolongkan sebagai
berikut (Swaiman, 1989), yaitu:
1. Super cerdas (IQ >140)
2. Sangat cerdas (IQ 130-140)

3. Cerdas (IQ 120-130)

4. Atas Normal (IQ 110-120)

5. Bawah rata-rata (IQ 80-90)

6. Moron (IQ 80-70)

7. Debil (IQ 60-70)

8. Imbisil (IQ 30-60

9. Idiot (IQ <30)

Retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu
latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan
bimbingan seumur hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka retardasi mental dibagi
menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Tipe klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena
kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan
organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini
dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak
yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh
karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
2. Tipe sosio budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak
dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut
juga retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat
bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari
golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat
adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari
gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas.
Pada urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi
mental ringan.

Tabel Derajat Retaradasi Mental :


Derajat RM IQ Usia Prasekolah Usia Sekolah Usia Dewasa
(0-5 tahun) (0-21 tahun) (>21 tahun)
Sangat berat <20 Retaradasi jelas Beberapa Perkembangan
Perkembangan motorik dan bicara
motorik dapatsangat terbatas
berespon namun
terbatas

Berat 20-23 Perkembangan Dapat bicara atauDapat berperan


motorik yangberkomunikasi sebagian dalam
miskin namun latuhanpemeliharaan diri
kejujuran tidaksendiri dibawah
bermanfaat pengawasan ketat

Sedang 35-49 Dapat berbicaraLatihan dalamDapat bekerja sendiri


atau belajarketerampilan socialtanpa dilatih namun
berkomunikasi, dan pekerjaan dapatperlu pengawasan
ditangani denganbermanfaat, dapatterutama jika berada
pengawasan pergi sendiridalam stress
sedang ketempat yang telah
dikenal

Dapat Dapat belajarBiasanya dapat


Ringan 50-69 mengembangkan keterampilan mencapai
keterampilan akademik sampai ±keterampilan social
social dankelas 6 SD dan kejujuran namun
komunikasi, perlu bantuan
retradasi minimal terutama bila stres

C. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa
kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah
normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan
merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas,
pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan
bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca
natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan
gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989): kelainan pada mata,
kejang, kelainan kulit, kelainan rambut dan kepala, perawakan pendek, distonia.

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retradasi Mental Ringan
Keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-
tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit koognitif tertentu
seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin
membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
2. Retardasi Mental Sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya
mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika
dibandingkan retradasi mental ringan.
3. Retradasi Mental Berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia
prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan
bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi
nonverbal dapat berkembang.
4. Retradasi Mental Sangat Berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa
dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara
sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.

Terdapat ciri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari
gangguan retradasi mental, yaitu hiperakivitas, toleransi frustasi yang rendah, agresi,
ketidakstabilan efektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri
sendiri.

E. Data Fokus
1. Wawancara
Wawancara meliputi identitas klien dan identitas orang tua
a) Riwayat Kesehatan
Tanda dan gejala :
1) Mengenali sindrom seperti adanya mikrosepali
2) Adanya kegagalan perkembangan yang merupakan indikator RM seperti
anak RM berat biasanya mengalami kegagalan perkembangan pada tahun
pertama kehidupannya, terutama psikomotor; RM sedang
memperlihatkan penundaan pada kemampuan bahasa dan bicara, dengan
kemampuan motorik normal-lambat, biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun;
RM ringan biasanya terjadi pada usia sekolah dengan memperlihatkan
kegagalan anak untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
3) Gangguan neurologis yang progresif
4) Tingkatan/klasifikasi RM (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994)
a. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
 Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi
terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri,
dan lain-lain
 Usia sekolah, dapat melakukan keterampilan, membaca dan
aritmatik, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
 Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional,
diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak.
Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali
koordinasi.
b. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :
 Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan
motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
 Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar
kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana,
Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
 Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi
dalam rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yg
dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
c. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
 Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik,
kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon
dalam perawatan diri tingkat dasar sepeti makan.
 Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan,
memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila
dilatih sistematis.
 Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang,
perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan,
kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
d. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
 Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi. Sensorimotor
minimal, butuh perawatan total.
 Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area
perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar,
ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh
pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
 Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total,
biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
2. Pemeriksaan fisik :
1) Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris)
2) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/ tidak ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
3) Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4) Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung keatas, dll
5) Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/
melengkung tinggi
6) Geligi : odontogenesis yang tidak normal
7) Telinga : keduanya letak rendah; dll
8) Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9) Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna
e. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk
dan lebar, klinodaktil, dll
f. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
g. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
h. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/ panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan kromosom
b. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
c. Test diagnostic sepetti : EEG, CT Scan untuk identifikasi abnormalitas
perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang
mengakibatkan perubahan.

F. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d kelainan fungsi Kognitif
2. Hambatan komunikasi verbal b/d lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi
bahasa.
3. Defisit perawatan diri: berpakaian/ berhias, b/d ketidakmampuan fisik dan mental/
kurangnya kematangan perkembangan.
G. Asuhan Keperawatan
No. NANDA NOC NIC
1. Gangguan pertumbuhan  Perkembangan anak: remaja (12-17  Peningkatan Perkembangan
- Bina hubungan saling percaya dengan anak
dan perkembangan b/d tahun)
- Buat interaksi perindividu
kelainan fungsi Kognitif - Melakukan kebiasaan hidup sehat - Dampingi anak supaya menyadari pentingnya
- Menggunakan keterampilan interaksi
menjadi diri sendiri
sosial - Identifikasi kebutuhan spesial anak dan
- Menggunakan keterampilan pemecahan
kemampuan beradaptasi
konflik - Fasiltasi perkembangan anak dengan teman
- Mempertahankan hubungan sosial dengan
sebaya
gender yang sama - Pastikan bahasa tubuh sesuai dengan komunikasi
- Mempertahankan hubungan sosial dengan
verbal
gender yang berbeda - Anjurkan anak untuk berinteraksi dengan
mencontohkan kemampuan berinteraksi
 Pertumbuhan
 Monitoring Nutrisi
- Persentil berat badan berdasarkan jenis - Timbang berat badan kelayan
- Monitor tipe dan kuantitas olah raga
kelamin
- Monitor respon emosi kelayan
- Persentil berat badan berdasarkan usia
- Persentil berat badan berdasarkan tinggi terhadap situasi dan tempat makan
- Monitor interaksi orang tua dan anak
badan
- Berat badan rata-rata saat makan
- Tinggi bdan rata-rata
- Monitor menu makanan dan pilihannya
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
 Status penuaan fisik (physical aging)
- Monitor tingkat energi, lelah, lesu, dan lemah
- Ketajaman mendengar - Monitor intake kalori dan nutrisi
- Kekuatan otot
- Ketajaman penglihatan
- Ketajaman penciuman  Fasilitas kemampuan respon diri
- Pola distribusi rambut
- Dorong kelayan untuk
mengembangkan kemampuannya sendiri
- Tentukan tingkat pengetahuan
kelayan tentang kondisi kesehatannya
- Anjurkan kelayan untuk
mengutarakan perasaan, persepsi dan ketakutan
mengenai kemampuan yang dimiliki
- Monitor tingkat kemampuan kelayan
- Dorong kemandirian, namun
dampingi kelayan ketika tidak mampu
- Diskusikan konsekuensi jika mereka
tidak mampu
- Dorong kelayan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam merawat diri sendiri
2. Hambatan Komunikasi  Koping  Perbaikan Komunikasi : speech defisit
- Bisa menghadapi masalah - Beri satu kalimat simpel, ketika
Verbal b/d lambatnya
- Menyelesaikan masalah
bertemu
keterampilan ekspresi - Percaya bisa menyelesaikan
- Konsultasikan dengan dokter
dan resepsi bahasa. masalah
kebutuhan terapi wicara
- Kebebasan dalam
mengungkapkan perasaan dan emosi - Dorong kelayan untuk berkomunikasi
- Menggunakan dukungan
secara perlahan dan untuk mengulangi
sosial
permintaan
 Sensory function : hearing & Vision - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Kelayan mampu mengolah - Beri pujian positif, jika diperlukan
informasi : memperoleh, mengatur dan
menggunakan informasi
- Komunikasi reseptif (kesulitan
mendengar) : penerimaan komunikasi dan
interpretasi pesan verbal dan/atau non
verbal
 Fear self control
- Mampu mengotrol respon
ketakutan dan kecemasan terhadap
kemampuan berbicara
- Mampu memanajemen
kemampuan fisik yang dimiliki
3. Defisit perawatan diri :  Self care status  Self care assistance : perawatan dan pakaian
- Mampu melakukan tugas fisik - Pantau tingkat kekuatan dan toleransi
berpakaian
yang paling mendasar dan aktivitas aktivitas
- Pantau peningkatan dan penurunan
perawatan pribadi secara mandiri dengan
kemampuan untuk berpakaian dan melakukan
atau tanpa alat bantu
 Self care : dressing perawatan rambut
- Mampu untuk mengenakan - Pertimbangkan budaya kelayan
ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri
pakaian dan berhias sendiri secara mandiri - Pertimbangkan usia ketika
atau tanpa alat bantu mempromosikanaktivitas perawatan diri
- Mampu mempertahankan kebersihan - Bantu kelayan memilih pakaian yang
pribadi dan penampilan yang rapi secara mudah dipakai dan dilepas
- Sediakan pakaian pada tenpat yang
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
- Mengungkapkan kepuasan dalam mudah dijangkau
- Fasilitasi kelayan untuk menyisir
berpakaian dan menata rambut
- Dapat memilih pakaian dan rambut, bila memungkinkan
- Dukung kemandirian dalam
mengambilnya dari lemari atau laci baju
- Mampu merisleting dan mengancingkan berpakaian, berhias jika diperlukan
- Bantu kelayan untuk menaikkan,
pakaian
- Mampu melepas pakaian, kaos kaki dan mengancingkan, dan merisleting pakaian jika
sepatu. diperlukan
- Menunjukkan rambut yang rapi dan bersih - Beri pujian atas usaha untuk
berpakaian sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

American Association on Mental Retardation (AAMR) (2004). Defenition and


clasification on mental retardation. 1 (134-145). USA.
Donna. L. Wong. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.
Betz & Sowden. (2002). Buku saku keperawatan pediatri. Jakarta: EGC.
Gordon et.al, 2001, Nursing diagnoses : Definition & classification 2001-2002, Philadelpia
USA.
Nelson, 1994, Ilmu kesehatan anak, Jilid I,EGC, Jakarta.
World Health Organization. (2006). Case of mental retardation. philadelphia.US

Anda mungkin juga menyukai