BAB I
DEFINISI
1
8. Asesmen Gawat Darurat adalah proses asesmen yang dilakukan kepada setiap
pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
9. Asesmen Pra Bedah adalah proses asesmen yang dilakukan kepada setiap
pasien yang berencana menjalani tindakan pembedahan.
10. Asesmen Pra Anastesi adalah proses asesmen yang dilakukan pada pasien
yang akan menjalani tindakan anastesi di kamar operasi.
11. Asesmen lanjutan adalah asesmen yang lebih mendalam terhadap pasien yang
membutuhkan intervensi nutrisional, pelayanan rehabilitasi medis, atau
kemampuan fungsional yang independen. Asesmen lanjut didapat dari hasil
skrining awal.
12. Asesmen Nyeri adalah proses asesmen yang dilakukan oleh perawat rawat
inap dan rawat jalan untuk mengukur intensitas dan kualitas rasa nyeri pasien.
13. Asesmen Nutrisi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh Ahli Gizi untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko nutrisi dan mendapat terapi nutrisi.
14. Asesmen Risiko Jatuh adalah proses asesmen yang dilakukan pada semua
pasien rawat inap dan rawat jalan untuk mengidentifikasi pasien yang
berisiko jatuh.
15. Asesmen Khusus adalah proses asesmen yang dilakukan pada kelompok
pasien tertentu baik rawat inap maupun rawat jalan. Kelompok khusus rawat
inap adalah pasien obstetri dan gynekologi, neonatus, dan anak. Sedangkan
kelompok khusus rawat jalan adalah obstetri dan gynekologi, gigi, THT, dan
mata.
16. Asesmen Pasien Terminal adalah proses asesmen pada pasien yang
diperkirakan kondisi penyakitnya dalam keadaan terminal/ tidak ada harapan
untuk membaik.
17. Asesmen Rencana Pemulangan Kritis adalah proses asesmen pada pasien
yang memiliki kebutuhan khusus ketika akan dipulangkan.
18. Discharge planning adalah proses perencanaan sistematis yang dilakukan
oleh dokter beserta perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga dan
petugas kesehatan lain guna mempertahankan status kesehatan pasien serta
mengantisipasi pemenuhan kebutuhan lanjutan layanan kesehatan setelah
selesai masa rawat inap.
19. Diagnosa awal adalah identifikasi awal saat pasien masuk rawat inap.
20. Keluhan utama rumah sakit adalah keluhan yang dirasakan pasien waktu
masuk rumah sakit.
21. Riwayat penyakit sekarang adalah keluhan yang dirasakan pasien saat masuk
Rumah Sakit.
22. Riwayat penyakit dahulu adalah catatan tentang penyakit dan pengobatan
yang dialami pasien pada masa lalu sebagai informasi untuk menambah
keterangan penyakit pasien sekarang.
23. Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat penyakit yang diderita keluarga
sebagai informasi apakah merupakan penyakit yang ditularkan atau penyakit
keturunan.
24. Riwayat pengobatan saat dirumah adalah obat yang diminum pasien
sebelumnya termasuk kepatuhan pasien meminum obat.
25. Pemeriksaan fisik adalah tindakan pemeriksaan pasien yang dilakukan oleh
dokter dan perawat untuk menemukan tanda klinis atau kelainan fisik pada
pasien dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
26. Alergi adalah suatu kondisi hipersensitif terhadap antigen atau allergen
tertentu yang menyebabkan gejala karakteristik baik terhadap obat maupun
makanan.
27. Kesadaran kualitatif
Status
Keterangan
Kesadaran
Composmentis Apabila pasien mengalami kesadaran penuh dengan memberikan
respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.
Apatis Pasien mengalami keadaan acuh tak acuh terhadap keadaan
3
disekitarnya.
Delirium Pasien disorientasi, kacau dan salah persepsi tehadap rangsangan
sensorik.
Somnolen Pasien memiliki kesadaran yang lebih rendah, ditandai dengan
kelihatan mengantuk, selalu ingin tidur ,tidak responsif terhadap
rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap
rangsangan yang kuat.
Sopor Pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang tetapi masih
memberikan respon sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan
adanya reflek pupil terhadap cahaya yang masih positif.
Koma Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan
apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada.
5
36. Diagnosisadalah hasil kesimpulan untuk menentukan identitas dari penyakit
dengan pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang).
37. Hasil akhir setelah pemeriksaan dokter untuk mengidentifikasi pelayanan
selanjutnya pada pasien (pulang, rawat, rujuk)
38. Prakiraan lama rawat adalah kemungkinan lama rawat yang akan dijalani oleh
pasien sampai memadai untuk berobat jalan.
39. Perencanaan adalah program pengobatan, pemeriksaan dan tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien sesuai kebutuhan pelayanan.
40. Rencana tindak lanjut pasien setelah mendapat pelayanan di rawat jalan
(kontrol ke RS, Puskesmas, hari/tanggal)
41. Status Nutrisi adalah kondisi pasien yang menggambarkan kondisi nutrisi
pasien berdasarkan berat badan dan tinggi badan.
42. Psikologis adalah ekspresi pasien yang di dapatkan saat anamnesa seperti
cemas takut marah sedih atau kecenderungan bunuh diri.
43. Sosial dan ekonomi adalah bagaimana berinteraksi dengan lingkungan pasien
dan status tempat tinggal pasien.
44. Penilaian risiko jatuh adalah kondisi pasien yang dapat menimbulkan risiko
jatuh yang penilainya menggunakan skala morse dan humpty dumpty.
45. Asesmen fungsional untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhi kebutuhannya
46. Edukasi yang diberikan pada setiap pasien yang datang berobat ke Rumah
Sakit dan setelah mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit
47. Masalah keperawatan adalah masalah yang ditemukan setelah asesmen
lengkap dilakukan meliputi nyeri, skrining gizi, risiko jatuh,asesmen
fungsional serta masalah keperawatan yang lain.
BAB II
RUANG LINGKUP
7
2. Asesmen Ulang, yaitu asesmen rawat jalan untuk pasien lama dan di
tuliskan dengan menggunakan format SOAP ( Subjective, Objective,
Assessment, Planning) yang dituangkan dalam Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT) Rawat Jalan.
3. Asesmen Khusus, yaitu asesmen awal pada pasien klinik obstetri dan
gynekologi, pasien klinik mata, pasien klinik gigi dan mulut, pasien
klinik THT, dan pasien fisioterapi. Asesmen ulang pada poliklinik
menggunakan format SOAP (Subjective, Objective, Assessment,
Planning ) yang dituangkan dalam CPPT Rawat Jalan.
B. PELAYANAN RAWAT INAP
1. Rawat Inap
Asesmen yang dilakukan pada pasien baru rawat inap adalah Asesmen
Awal Medis Rawat Inap dan Asesmen Awal Keperawatan Rawat
Inap.Asesmen ulang dituangkan dalam CPPT Rawat Inap.
2. Rawat Inap Anak
Pada ruang rawat inap anak, maka asesmen awal khusus dituangkan
dalam Asesmen Awal Medis Rawat Inap Anak dan Asesmen Awal
Keperawatan Rawat Inap Anak. Asesmen ulang dituangkan dalam CPPT
Rawat Inap.
3. Rawat Inap Neonatus
Pada ruang bayi, maka asesmen awal khusus dituangkan dalam Asesmen
Awal Medis Rawat Inap Neonatus dan Asesmen Awal Keperawatan
Rawat Inap Neonatus. Asesmen ulang dituangkan dalam CPPT Rawat
Inap.
4. Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi
Pada ruang rawat inap obstetri dan ginekologi maka asesmen awal
dituangkan dalam formulir Asesmen Medis Awal medis dan
keperawatan Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi. Asesmen ulang
dituangkan dalam CPPT Rawat Inap.
C. PELAYANAN KHUSUS
1. Instalasi Gawat Darurat ( IGD)
Pada pasien IGD, maka dilakukan asesmen gawat darurat medis dan
asesmen gawat darurat keperawatan yang dituangkan dalam formulir
Asesmen Awal Medis IGD dan Asesmen Awal Keperawatan IGD.Pada
pasien yang membutuhkan ruang observasi maka ditempatkan di ruang
observasi dengan mengisi formulir observasi.Asesmen ulang medis dan
keperawatan dituangkan dalam CPPT Rawat inap.
Untuk pasien rawat jalan yang datang kembali ke IGD dalam waktu 1 x
24 jam dicatat dalam rekam medis (CPPT IGD).
2. Kamar Operasi
Pada pasien emergency dan pasien tengah dirawat rencana operasi DPJP
mengisi asesmen pra bedah sebelum dilakukan tindakan pembedahan
dan penandaan lokasi pembedahan.
Asesmen pra anestesi dan sedasi dilakukan pada pasien yang hendak
menjalani anestesi yang merupakan formulir terintegrasi dokter anastesi
dan perawat.
3. High Care Unit ( HCU)
Asesmen yang dilakukan pada pasien baru rawat inap HCU adalah
Asesmen Awal Medis dan Keperawatan HCU Rawat Inap, untuk
asesmen ulang dituangkan dalam CPPT rawat inap.
9
BAB III
TATA LAKSANA
11
Asesmen awal medis dan keperawatan pada pasien khusus di RS Islam
Ibnu Sina Payakumbuh meliputi Obstetri dan Gynekologi, THT, Anak,
Mata dan Gigi.
B. ASESMEN PASIEN RAWAT INAP
1. Semua pasien rawat inap yang menjalani pengobatan di RS Islam Ibnu
Sina Payakumbuh baik yang berasal dari rawat jalan danIGD harus
diidentifikasi melalui proses asesmen yang lengkap.
2. Pasien dirawat < 30 hari dilakukan asesmen awal apabila terjadi
perubahan kondisi pasien yang signifikan
3. Jika pada saat penerimaan pasien untuk masuk rawat inap, asesmen
medis awal, pemeriksaan-pemeriksaan penunjang seperti : Laboratorium,
Radiologi yang dilakukan lebih dari 30 hari, dilakukan di luar RS maka
riwayat kesehatan dan pemeriksaan tersebut harus direview dan
diverifikasi kembali dan diulang sesuai kondisi pasien.
4. Asesmen medis sebelum rawat inap yang lebih dari 30 hari harus
dilakukan asesmen ulang.
5. Semua pasien yang akan rawat inap harus dibuatkan perencanaan
pemulangan (Dischargeplanning) saat melakukan asesmen awal
(asesmen awal keperawatan).
6. Apabila terjadi perubahan kondisi pasien selama dirawat, maka
perencanaan pulang dapat diulang disesuaikan dengan kondisi pasien
terakhir dan perubahan rekam medik.
a. AsesmenAwal Pasien Rawat Inap
1) Asesmen awal medis dan keperawatan bagi pasien yang masuk
dari IGD dan rawat jalan dilakukaan saat pasien masuk ruang
rawat dan diselesaikan dalam waktu 1 x 24 jam.
2) Isi asesmen awal, meliputi anamnesis, riwayat penyakit dan
pengobatan, psikologi,spritual, sosial dan ekonomi, kultural,
spiritual, pemeriksaan fisik, skrining gizi, penilaian nyeri,
penilaian risiko jatuh, status fungsional, diagnosis dan rencana
tindak lanjut serta pemulangan pasien (discharge planning).
3) Asesmen awal gizi harus dilakukan sejak pasien masuk ruang
rawat inap oleh perawat dan diselesaikan dalam waktu 1 x 24
jam dan tindak lanjut ke Tim gizi dalam waktu 2 x 24 jam.
4) Pasien tengah dirawat yang direncanakan operasi mendapatkan
asesmen awal dengan membuat catatan ringkasan di asesmen
pra bedah dan diagnosis pra operasi sebelum tindakan anestesi
dan pembedahan serta di dokumentasikan di dalam rekam medis
pasien sebelum menjalani tindakan anestesi/pembedahan.
b. Asesmen Medis
1) Saat pasien tiba di ruang rawat inap, dokter melakukan asesmen
awal medis.
2) Asesmen awal medis pasien rawat inap diisi oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
3) Asesmen awal medis minimal meliputi;
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien
dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang
untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan
penyakit yang diderita pasien. Anamesis dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
a) Auto Anamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan langsung
kepada pasien karena pasien mampu melakukan tanya
jawab.
b) Allo Anamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan tidak
langsung karena pasien tidak mampu melakukan tanya
jawab, seperti belum dewasa/ anak-anak, tidak sadar, tidak
dapat berkomunikasi, atau dalam keadaan gangguan jiwa.
13
merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah
pasien.Sebaiknya disertai data lamanya keluhan tersebut.
15
a) Pemeriksan tanda-tanda vital : tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan, suhu tubuh, tinggi dan berat badan serta skala
nyeri.
b) Pemeriksaan sistem organ seluruh tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki (head to too) baik pada tubuh bagian
depan atau belakang.
17
1) Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan oleh
perawat sesuai dengan kewenangan klinisnya.
2) Asesmen awal keperawatan rawat inap terdokumentasi dalam
rekam medik dengan menggunakan tulisan yang terbaca jelas.
3) Asesmen awal keperawatan terdiri dari:
a) Riwayat Kesehatan/ Pengobatan/ Perawatan Sebelumnya
mencakup riwayat kesehatan pasien sebelum dirawat. Data
tersebut diperoleh berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang
tersedia.
b) Pemeriksaan Fisik yaitu dilakukan dengan teknik IPPA
(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi), Head To Too
4) Riwayat Alergi merupakan riwayat alergi yang dialami pasien
terhadap obat-obatan, makanan, dan alergen lainnya.
5) Asesmen nyeri dilakukan pada pasien yang merasakan nyeri
untuk menentukan skor dan intensitas nyeri
6) Skrining Gizi di RS Islam Ibnu Sina Payakumbuh menggunakan
kriteria Malnutrition Screening Tool (MST), Metode Strong
Kids yang bertujuan mengidentifikasi pasien yang berisiko
malnutrisi sehingga menjadi pertimbangan dasar proses asuhan
gizi oleh Ahli Gizi pada tahap asuhan ulang gizi.
7) Penilaian Risiko Jatuh di RS Islam Ibnu Sina Payakumbuh
dilakukan kepada semua pasien IGD baik yang tidak dirawat
maupun yang akan dirawat inap, semua pasien rawat inap baik
rawat inap umum maupun rawat inap khusus, serta pasien pasca
anastesi di ruang pemulihan kamar operasi. Skrining risiko jatuh
juga dilakukan pada asesmen pasien rawat jalan. Untuk
melakukan penilaian ini dibutuhkan suatu media atau alat
pengukur berupa skala penilaian. Penilaian risiko jatuh yang
diterapkan di RS Islam Ibnu Sina Payakumbuh menggunakan 3
(tiga) skala, yaitu penilaian risiko jatuh pada pasien anak
dengan skala Humpty Dumpty, penilaian risiko jatuh pada pasien
dewasa dengan skala Morse, dan penilaian risiko jatuh pada
pasien geriatri/ lanjut usia dengan skala Sydney.
8) Asesmen Fungsional meliputi Aktivitas dan latihan (sensorik,
kognitif, motorik)
9) Satatus psikologis merupakan kondisi yang dirasakan pasien;
cemas, takut, marah, sedih dan kecendrungan bunuh diri
10) Status Sosialdan Ekonomi merupakan informasi penting baik
dalam kaitannya dengan masalah klinik maupun penyakit yang
diderita saat ini. Data ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan yang optimal dan menyeluruh
(holistik) untuk pasien saat merupakan informasi penting baik
dalam kaitannya dengan masalah klinik maupun penyakit yang
diderita saat ini.
11) Status kultural dan spiritual merupakan informasi penting baik
dalam kaitannya dengan masalah klinik maupun penyakit yang
diderita saat ini. Data ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan yang optimal dan menyeluruh
(holistik) untuk pasien saat merupakan informasi penting baik
dalam kaitannya dengan masalah klinik maupun penyakit yang
diderita saat ini
12) Skrining Faktor Risiko Pasien Pulang
a) Dalam asesmen awal rawat inap, pasien sudah harus
dilakukan skrining faktor risiko pasien pulang selambat-
lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam sejak pasien dirawat.
b) Asesmen yang dilakukan untuk membuat perencanaan
pemulangan pasien,yang dilakukan bersamaan dengan
asesmen awal pasien yang akan masuk rawat inap, yang
bertujuan untuk:
Melakukan identifikasi kebutuhan pasien saat
pemulangannya dari rumah sakit.
19
Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan
pasien saat keluar rumah sakit.
Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di
rumah.
Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan
yang lain.
Membantu klien dan keluarga agar memiliki
pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam
mempertahankan status kesehatan klien.
Discharge planning dilakukan oleh perawat dan case
manager bersama-sama dengan pemberi asuhan lain,
seperti : rehabilitasi medik, ahli gizi, pasien dan
keluarga.
13) Kebutuhan Edukasi umumnya diberikan kepada pasien sesuai
dengan keadaan kesehatannya, seperti: penjelasan
penyakit/konsultasi Dokter, Perawat, Konsultasi gizi, dan lain-
laiin
14) Masalah keperawatan
Merupakan masalah yang ditemukan setelah asesmen lengkap
dilakukan meliputi risiko jatuh,nyeri, status fungsional dan
nutrisi serta masalah keperawatan yang lain guna menentukan
tindakan selanjutnya.
21
keluarga.
O (Objektif) : Berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, tes-
tes diagnostik, laboratorium dan terapi obat.
A (Asesmen) : Menilai kondisi pasien untuk terapi (diganosa
keperawatan)
P (Planning) : Penentuan tindakan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dengan menuliskan sasaran yang
terukur
10) Asesmen ulang gizi dilakukan oleh Ahli Gizi berdasarkan hasil
skrining nutrisi pada asesmen awal keperawatan yang
menunjukkan bahwa pasien berisiko malnutrisi (MST ≥ 2)
sehingga diperlukan Asuhan Gizi pada formulir asuhan gizi dan/
atau catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan metoda
ADIME (asesmen, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan
evaluasi) kepada:
11) Pasien berisiko nutrisi (skor MST ≥ 2 dan Modifikasi
Strongkids1 - 2) dan malnutrisi (MST > 3 dan Modifikasi
Strongkids > 3) berdasarkan data asesmen awal keperawatan.
12) Adanya perubahan kondisi pasien berdasarkan monitoring dan
evaluasi terhadap daya terima terapi nutrisi.
13) Instruksi DPJP yang diselesaikan dalam waktu 2 x 24 jam.
14) Ahli Gizi yang berwenang melakukan asesmen ulang gizi,
yaitu :
a) Rini Sri Wahyuni, S.Gz, RD
b) Melly Junita,A.Md.Gz
15) Pasien yang dilakukan asesmen awal berada pada risiko nutrisi,
mendapat tindak lanjut dari gizi, sebagai berikut :
a) Pasien risiko tinggi dilakukan re asesmen 1 x 24 jam
b) Pasien risiko sedang dilakukan re asesmen 3 x 24 jam
c) Pasien tidak berisiko re asesmen 7 x 24 jam
d) Monitor respon pasien terhadap tindak lanjut gizi yang
kemudian dicatat dalam rekam medis.
16) Asesmen ulang profesi lain, seperti apoteker, fisioterapi, dan
lain-lain dilaksanakan minimal 1x/ hari atau sesuai kebutuhan.
e. Asesmen Gizi
Semua pasien pada awal masuk dilakukan skrining gizi, apabila
berisiko memiliki masalah gizi maka dilakukan rujukan kepada ahli
gizi untuk dilakukan asesmen dan bila perlu dilakukan pengobatan
lebih lanjut.
1) Rawat Inap
a) Pasien diskrining untuk status gizi dan kebutuhan
fungsional untuk mengetahui risiko gizi sebagai bagian dari
asesmen awal, kemudian dikonsul untuk asesmen lebih
lanjut dan pengobatan apabila dibutuhkan.
b) Pasien yang berisiko nutrisi dari hasil asesmen awal gizi
mendapatkan tindak lanjut, sebagai berikut:
Pasien risiko tinggi dilakukan reasesmen 1 x 24 jam
Pasien risiko sedang dilakukan reasesmen 3 x 24 jam
Pasien tidak risiko reasesmen 7 x 24 jam
Monitor respon pasien terhadap tindak lanjut gizi yang
kemudian dicatat dalam rekam medis.
23
11 - 15 kg 3
> 15 kg 4
Tidak tahu berapa Kg penurunannya 2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena berkurangnya nafsu
makan/kesulitan menerima makanan?
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor
3 Pasien dengan diagnosa khusus : penyakit DM / ginjal / hati / jantung / paru /
stroke / kanker / penurunan imunitas, Geriatri, lain-lain (sebutkan)............
Ya Tidak
Hasil total skor :
0 : Berisiko rendah, ulangi skrining setiap 7 hari.
1–3 : Berisiko menengah, dirujuk ke Tim Terapi Gizi (TTG)
4–5 : Berisiko tinggi, dirujuk ke Tim Terapi Gizi (TTG)
Bila skor Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis / kondisi khusus
dilakukan pengkajian lanjut oleh Tim Ahli Gizi.
c) Tahapan skrining gizi pasien dewasa dengan metoda MST,
antara lain :
Indikator pengukuran meliputi 2 hal, yaitu :
Ada atau tidak ada penurunan berat badan dalam
waktu 6 bulan.
Ada atau tidak ada penurunan asupan makan.
Perhitungan skor adalah hasil penjumlahan skor dari
point (a) dan point (b) dan disebut total skor.
Total skor menyimpulkan 3 kondisi pasien, yaitu :
Skor 0 - 1 : tidak berisiko malnutrisi.
Skor 2 - 3 : risiko malnutrisi.
Skor > 3 : malnutrisi.
Kesimpulan total skor mempengaruhi tindak lanjut ke
tahapan pengkajian ulang gizi, berupa Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT) oleh Dietisien, dengan kriteria
sebagai berikut :
Skor ≥ 2 : Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) oleh Ahli Gizi/ Dietisien) dengan metoda
Nutrition Care Process (NCP) dan dalam kondisi
tertentu (pasien diet khusus, memiliki masalah
asupan zat gizi, pengetahuan tentang gizi kurang,
dan/ atau rujukan dari DPJP) diberikan pelayanan
konsultasi gizi oleh Ahli Gizi/ Dietisien.
Skor > 3 : Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) dengan metoda Nutrition Care Process
(NCP) secara mendalam sampai dengan
monitoring dan evaluasi gizi yang terprogram
khusus selama masa perawatan serta reasesmen 1 x
24 jam. Bila program terapi gizi memerlukan
dukungan profesi terkait maka dilakukan
pengajuan kasus tersebut kepada Tim Pendukung
Nutrisi (Nutrition Support Team).
Pasien Obstetri
No Parameter Penilaian
1. Apakah asupan makan berkurang karena □ Ya □ Tidak
nafsu makan berkurang ?
2 Ada gangguan metabolisme □ Ya □ Tidak
(DM, gangguan fungsi tiroid, infeksi kronis,
lain-lain (sebutkan)...............
3. Ada pertambahan berat badan yang kurang □ Ya □Tidak
atau lebih sesuai usia kehamilan
4. Nilai Hb < 10b g/dl atau Ht < 30% □Ya □ Tidak
25
1. Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak 0
b. Ya 1
2. Apakah terdapat penyakit atau keadaan berikut yang
mengakibatkan pasien berisiko mengalami
malnutrisi ?
Diare kronik (lebih dari 2 minggu)
Penyakit Jantung Bawaan
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Kanker
Penyakit hati kronik
Penyakit Ginjal kronik
TB Paru
Luka bakar luas
Kelainan anatomi daerah mulut yang menyebabkan kesulitan
makan (misal: bibir sumbing)
Trauma
Kelainan metabolik bawaan
Retardasi mental
Keterlambatan perkembangan
Rencana/paskaoperasi mayor (misal: laparotomi, Torakotomi)
Terpasang stoma
Lain-lain (berdasarkan pertimbangan dokter) ……………
a. Tidak 0
b. Ya 2
3. Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut?
Diare ≥ 5 kali/hari dan atau muntah> 3 kali/hari dalam seminggu terakhir
Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir
a. Tidak 0
b. Ya 1
4. Apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak ada penambahan berat
badan ( bayi < 1 tahun)
selama beberapa minggu/bulan terakhir?
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor
Hasil total skor :
0 : Berisiko rendah, ulangi skrining setiap 7 hari
1 – 3 : Berisiko menengah, dirujuk ke Tim Terapi Gizi (TTG
≥3 : Berisiko tinggi, dirujuk ke Tim Terapi Gizi (TTG
Bila skor Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis / kondisi khusus
dilakukan pengkajian lanjut oleh Tim Terapi Gizi (TTG).
27
Terstandar (PAGT) oleh Dietisien, dengan kriteria sebagai
berikut:
Skor 0 : tidak memerlukan Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) oleh Ahli Gizi/ Dietisien, tetapi
perlu adanya monitoring berat badan secara berkala dan
evaluasi resiko gizi serta mengawasi alergi makanan
dalam periode waktu 1 minggu (reasesmen 7 x 24 jam).
Skor 1 – 2: proses asuhan gizi terstandar (PAGT) oleh
Ahli Gizi dengan metoda Nutrition care Process (NCP)
dan dalam kondisi tertentu (pasien memiliki masalah
asupan zat gizi, masalah pola asuh dalam mengelola
makan anak, pengetahuan ibu tentang gizi kurang, dan/
atau rujukan dari DPJP) diberikan pelayanan konsultasi
gizi.
Skor ≥ 3 : Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
dengan metoda Nutrition Care Process (NCP) secara
mendalam sampai dengan monitoring dan evaluasi gizi
yang terprogram khusus selama masa perawatan serta
reasesmen 1 x 24 jam. Bila program terapi gizi
memerlukan dukungan profesi terkait maka dilakukan
pengajuan kasus tersebut kepada Tim Pendukung
Nutrisi (Nutrition Support Team).
29
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0
TOTAL
Kategori
Risiko tinggi = ≥ 45 (Pasang gelang warna kuning)
Risiko sedang = 25 – 45
Risiko rendah = 0 – 25
31
laksans/diuretika, narkotik
Salah satu dari pengobatan diatas 2
Pengobatan lain 1
Total Score
Tingkat risiko:
Skor 7 – 11 : Risiko rendah untuk jatuh
Skor ≥ 12 : Risiko tinggi untuk jatuh, Pasang gelang resiko jatuh warna
Kuning dan penandaan risiko jatuh
2. Mengendalika 0 Inkonentisia /
n rangsangan tidak terkendali
berkemih atau pakai
(BAK)/ kateter / tidak
(Bowels) terkontrol
1 Inkonentisia/
kadang-kadang
tidak terkendali
( 1x 24 jam)
2 Kontinensia
(teratur untuk
lebih dari 7 hari)
3. Membersih 0 Membutuhkan
kan diri / bantuan orang
Grooming lain
(mencuci
1 Mandiri
muka, sisir
ranbut, sikat
gigi, bercukur)
(Grooming)
4. Penggunaan 0 Tergantung pada
toilet, masuk bantuan orang
33
dan keluar lain/bedrest total
(melepas, 1 Membutuhkan
memakai bantuan, tapi
celana, dapat
membersihkan, melakukan
menyiram) beberapa hal
sendiri
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
(Feeding) makan sendiri
1 Butuh bantuan
memotong,
mengoles
mentega dll
2 Mandiri
6. Berubah sikap 0 Tidak mampu
dari berbaring 1 Butuh bantuan
ke duduk / untuk bisa
(Transfer) duduk ( 2 orang)
2 Bantuan kecil
( 1 orang)
3 Mandiri
7. Berpindah / 0 Tidak mampu
berjalan / (Immobile)
(Mobilitas) 1 Bisa (pindah)
dengan kursi
roda
2 Berjalan dengan
bantuan 1 orang
3 Mandiri
(meskipun
menggunakan
alat bantu spt:
tongkat)
8. Memakai baju 0 Tergantung
orang lain
1 Sebagian
dibantu
(misalnya:
mengancing
baju)
2 Mandiri
9. Naik turun 0 Tidak mampu
tangga 1 Butuh bantuan
(alat bantu)
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung
(Bathing) orang lain
1 Mandiri
TOTAL SKOR
Interprestasi Hasil
9 – 11 : Ketergantungan sedang
12 – 19 : Ketergantungan ringan
20 : Mandiri
Pelaksanaannya :
1. Pelaksanaannya pada waktu pasien masuk ruang rawat Sakit.
35
2. Asesmen lanjutan dilakukan perminggu
3. Penilaian juga dilakukan pada waktu pasien pulang (skoring)
Tingkat Ketergantungan pasien di bagi atas 3 tingkatan:
1. Minimal Care (Perawatan 2 jam) skor 12 - 19
a) BAK dan BAB di kamar mandi
b) Membersihkan mulut (sikat gigi) sendiri
c) Makan dan minum sendiri
d) Berpindah dan berjalan sendiri
e) Berpakaian dan berdandan sendiri atau sedikit bantuan
f) Naik turun dari temtap tidur sendiri
g) Mandi sendiri
h) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
i) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2. Intermediet / Parsial Care (Perawatan 3-5 jam) skor 9 - 11
a) BAK dan BAB dengan bantuan (di kamar mandi dan di tempat tidur)
b) Membersihkan mulut/ sikat gigi sendiri
c) Makan dan minum dengan bantuan (disuap)
d) Berpindah dan berjalan dengan kursi roda
e) Berpakaian dan berdandan sendiri atau dengan sedikit bantuan
f) Naik turun dari tempat tidur sedikit bantuan
g) Mandi sendiri/dimandikan di tempat tidur
h) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 Jam
i) Folley kateter, intake ouput dicatat
j) Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
h. Asesmen Decubitus
Risiko decubitus dan derajat decubitus dapat dinilai menggunakan tabel berikut :
PENILAIAN RISIKO DECUBITUS ( SKALA NORTON )
YANG 4 3 2 1
DINILAI
Kondisi Fisik Baik Sedang Buruk Sangat
Buruk
Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Jalan dengan Kursi Roda Di tempat
Sendiri bantuan Tidur
Mobilitas Bebas Gerak Terbatas Sangat Tidak
Bergerak Terbatas bergerak
Inkontinensia Kontinen Kadang Selalu Inkontinen
Inkontinen Inkontinen Urin & Alvi
Jumlah Skor 16-20 Tidak ada Risiko 12-15 < 12 : Risiko
Rentan Tinggi
Risiko
37
c) Pertahankan kebersihan dan kerapihan linen.
d) Beritahu pasien untuk melaporkan bila ada nyeri pada area yang
tertekan/ kulit yang lembab.
e) Monitor pemasukan nutrisi dan cairan pasien.
f) Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai pencegahan decubitus.
39
Evaluasi 2 jam setelah pemberian terapi, bila penilaian
nyeri masih > 4 lapor DPJP kembali.
Bila penilaian nyeri < 4 atau 1 – 3 (nyeri ringan)
evaluasi dilakukan setiap shift (7-8 jam)sesuai
evaluasi vital sign.
Bila penilaian nyeri masih 7-8 perawat lapor DPJP
dengan usulan untuk konsul ke dokter spesialis
anestesi.
Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung)
lakukan asesmen ulang setiap 5 menit setelah
pemberian nitrat atau obat-obatan intravena.
3) Skala Nyeri
a) Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale
Indikasi : digunakan pada pasien dewasa.
Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas
nyeri yang dirasakan dan dilambangkan dengan angka
antara 0 – 10.
0 = tidak nyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari
hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas
sehari-hari)
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari)
c) FLACC scale
Indikasi digunakan pada pasien yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyeri dan anak usia 3 s/d 6
tahun, selain itu juga digunakan untuk pasien yang
tidak dapat berkomunikasi.
Dilakukan dengan cara mengamati ekspresi wajah,
gerakan kaki, kegiatan,ada tidaknya tangisan dan
kemampuan untuk di hibur.
Score Nilai
Kategori
0 1 2 Score
Menyeringai,
Tidak ada mengerutkan Dagu gemetar,
Face (Wajah) ekspresi khusus, dahi, tampak gerutu berulang
senyum tidak tertarik (sering)
(kadang-kadang)
Menendang,
Posisi normal
Leg (Kaki) Gelisah, tegang kaki
atau santai
tertekuk
Activity Berbaring tenang, Menggeliat, tidak Kaku atau
posisi normal, bisa diam, tegang tegang
41
gerakan mudah
Merintih,
Terus
Cry merengek,
Tidak menangis menangis,
(Menangis) kadang-kadang
berteriak
mengeluh,
Dapat
Consolability ditenangkan Sering
(Kemampuan Rileks dengan sentuhan, mengeluh, sulit
Consol) pelukan, bujukan, dibujuk
dapat dialihkan
Skala 0 = Nyaman, Skala 1 – 3 = Kurang nyaman, Skala 4 – 6
= Nyeri Sedang, Skala 7 – 10 = Nyeri hebat
Total Score
43
Yang termasuk populasi khusus di Rumah sakit adalah neonatus ,
anak-anak, dan pasien Kebidanan dan kandungan.
1) Asesmen awal rawat inap neonatus, meliputi :
a) Asesmen Medis
Anamnesis, Keluhan Utama, Kondisi saat lahir,
Capilary Refil, Berat Badan Lahir
Pemeriksaan fisik
Status generalis
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Diagnosis banding
Program kerja
Edukasi, anjuran pemeriksaan penunjang,
terapi/tindakan
Konsul
b) Asesmen Keperawatan
Riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang,
riwayat keluarga)
Riwayat prenatal
Riwayat intranatal
Factor risiko infeksi
Pemeriksaan fisik
Riwayat alergi
Asesmen nyeri
Status psikologis
Status social ekonomi
Skrining faktor risiko pasien pulang
Kebutuhan edukasi
Masalah keperawatan
2) Asesmen awal rawat inap anak, meliputi :
a) Asesmen Medis
Anamnesis
Keluhan Utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi,
riwayat tumbh kembang.
Pemeriksaan fisik
Status generalis
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Diagnosis banding
Program kerja
Edukasi, anjuran pemeriksaan penunjang,
terapi/tindakan
Konsul
b) Asesmen Keperawatan
Riwayat kesehatan, Riwayat kesehatan sekarang,
riwayat penyakit dahulu
Riwayat imunisasi
Riwayat persalinan
Pemeriksaan fisik
Riwayat alergi
Asesmen nyeri
Skrining gizi
Penilaian risiko jatuh
Riwayat tumbuh kembang
Status psikologis
Status social ekonomi
45
Skrining faktor risiko pasien pulang
Kebutuhan edukasi
Masalah keperawatan
47
2) Tatalaksana khusus untuk pasien terminal
a) Penilaian pasien terminal dilakukan saat pasien mulai
mengalami perburukan keadaan fisik.
b) Asesmen ulang pasien terminal dilakukan setiap shift atau
sewaktu waktu jika pasien mengalami perubahan yang
signifikan dan ditulis di CPPT
c) Pemantauan harian pelayanan pasien fase akhir kehidupan
dalam rekam medis
l. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
Asesmen yang dilakukan bersamaan dengan asesmen awal pasien
saat masuk rawat inap guna membuat perencanaan pemulangan
pasien yang bertujuan untuk :
1) Melakukan identifikasi kebutuhan pasien saat pemulangannya
dari rumah sakit.
2) Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan pasien
saat keluar rumah sakit.
3) Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
4) Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang lain.
5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan, sikap
dan keterampilan dalam mempertahankan status kesehatan klien.
6) Discharge planning dilakukan oleh perawat dan dokter ruangan
bersama-sama dengan pemberi pelayanan lain, yaitu rehabilitasi
medik, Ahli Gizi, pasien dan keluarga.
D. PELAYANAN KHUSUS
1. Asesmen Pasien Gawat Darurat
a. Pasien dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan
penanganan cepat. Prioritas penanganan pasien gawat darurat
menggunakan kriteria skrining yang disebut triage.
b. Pada kondisi gawat darurat, asesmen awal medis dan keperawatan
dapat dibatasi sesuai kebutuhan dan kondisi yang nyata.
c. Langkah-langkah asesmen pasien gawat darurat, yaitu :
1) Triage
Triage merupakan suatu skrining yang dilakukan untuk
menentukan tingkat kegawatan dan kedaruratan pasien IGD.
Triage di RS Islam Ibnu Sina Payakumbuh menggunakan Triage
Australia
2) Asesmen medis, meliputi anamnesis (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat lainnya, pemeriksaan fisik, status
generalis, status lokalis, diagnosa kerja, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang, kesimpulan akhir dan kondisi saat
pulang
3) Asesmen keperawatan terdiri atas identitas pasien, riwayat
kesehatan (keluhatan utama), survei primer, asesmen nyeri,
survei sekunder, skrining gizi, penilaian risiko jatuh, status
psikologis, status sosial ekonomi, asesmen fungsional, daftar
masalah keperawatan, implementasi keperawatan, dan tindakan
kolaborasi.
2. Asesmen Pra Bedah dan Pra Anastesi/sedasi
Penggunaan anastesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses yang
umum dan merupakan prosedur yang kompleks di rumah sakit.
Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen pasien yang lengkap dan
komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien
yang berkesinambungan dan kriteria transfer maupun pemulangan
pasien.
Diagnosis pasien dengan indikasi cyto operasi yang masuk melalui IGD
dituliskan dalam formulir asesmen dokter IGD dan dokter IGD harus
melaporkan/ mengkonsultasikan pasien dengan indikasi cyto operasi
kepada dokter spesialis terkait. Hasil konsultasi dituliskan dalam Catatan
Perkembangan Pasien Terintegras (CPPT).
49
dalam rekam medis. Hasil asesmen dokter operator ini dituliskan dalam
formulir asesmen pra bedah dan penandaan lokasi pembedahan. Setelah
tindakan operasi, maka dokter operator harus menuliskan laporan operasi
dan dokter anastesi juga harus melakukan pemantauan pasca anastesi
sesuai pedoman pelayanan anastesi dan pra bedah.
Pada operasi elektif, asesmen awal medis dan penandaan lokasi
pembedahan dilakukan di ruang rawat inap.
Pada pasien tengah dirawat dokter operator mengisi asesmen pra bedah
dan penandaan lokasi pembedahan.
Asesmen pra bedah, antara lain: ringkasan klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, diagnosa pre operasi, rencana tindakan dan hal-
hal yang diperlukan untuk persiapan operasi.
51
Formulir asesmen awal medis
jantung rawat jalan
53
3. Visite Formulir catatan perkembangan Dokter
dokter/asesmen ulang pasien terintegrasi (CPPT)
rawat inap
4. Asesmen ulang Formulir catatan perkembangan Perawat
asuhan keperawatan pasien terintegrasi (CPPT)
5. Asesmen ulang Formulir catatan perkembangan Ahli gizi,
profesi kesehatan pasien terintegrasi (CPPT) terapis,
lain Bidan,
Farmasi dll
F. ASESMEN GIZI
55
NO PROSES DOKUMENTASI PETUGAS
ASESMEN
1. Skrining Gizi Formulir asesmen awal Perawat
keperawatan interne rawat inap
Formulir asesmen awal Perawat
keperawatan bedah rawat inap
Formulir asesmen awal Perawat, bidan
keperawatan ginekologi rawat
inap
Formulir asesmen awal Perawat, bidan
keperawatan obsgine rawat inap
Formulir asesmen awal Perawat
keperawatan anak rawat inap
Formulir sesemen keperawatan Perawat
gawat darurat
I. ASESMEN DECUBITUS
NO PROSES DOKUMENTASI PETUGAS
ASESMEN
1. Asesmen decubitus Formulir asesmen awal Perawat
keperawatan rawat inap
2. Asesmen ulang Formulir pemantauan risiko luka Perawat
dekubitus
57
NO PROSES DOKUMENTASI PETUGAS
ASESMEN
1. Skrining Formulir asesmen keperawatan Perawat
Pemulangan Pasien interne rawat inap
Formulir asesmen keperawatan Perawat
bedah rawat inap
Formulir asesmen keperawatan
anak rawat inap
Formulir asesmen keperawatan
obsgine rawat inap
Formulir asesmen keperawatan
ginekologi rawat inap
Formulir asesmen keperawatan
neonatus rawat inap
Formulir asesmen keperawatan Perawat
HCU rawat inap
Formulir sesemen keperawatan Perawat
gawat darurat
2. Discharge Planning Formulir discharge planning Perawat
Ditetapkan di : Payakumbuh
Pada tanggal : 05 Oktober
2018
Direktur,