Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA

No. Dokumen : /UKP/III/PKM/2022

SOP No. Revisi


Tgl Terbit
: 01
: 03 Januari 2022
Halaman : 1/5
UPTD PUSKESMAS dr. Aulia Annur
SILUNGKANG NIP. 198906162019021006

A. Pengertian Asuhan Keperawatan pada pasien Skizofrenia adalah : suatu


rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang langsung diberikan
kepada pasien Skizofrenia pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, (pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, melaksanakan
tindakan dan evauasi keperawatan) dalam lingkup dan wewenang
serta tanggung jawab keperawatan
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya.

B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi perawat dalam tata


laksana asuhan keperawatan pada pasien Skizofrenia

C. Kebijakan Surat Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Silungkang Nomor :


188.47/048 / PKM-Slkg / I /2019 Tentang Layanan Klinis.

D. Referensi 1. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun


2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat,
2. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
3. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta EGC,
2004,
4. Panduan Praktek Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Layanan Primer
Edisi Revisi 2014 Jakarta Tahun 2014.
5. Balai Penerbit. FK. UI. 1998. Buku Ajar Penyakit THT. Gaya Baru.
Jakarta,
6. Doengoes, Marilyn, et al, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan,
EGC, Jakarta.

E. Alat dan Alat dan bahan :


Bahan a. Tensimeter
b. Stetoscop
c. Bahan cetak
F. Prosedur 1. Pasien datang ke Puskesmas
2. Perawat memanggil pasien dan menyapa pasien dengan ramah dan
sopan,
3. Perawat melaksanakan anamnesis untuk mengetahui keluhan
pasien, tanda dan gejala,
4. Perawat melaksanakan pengukuran vital sign (Tekanan darah,
nadi, suhu, pernafasan),
5. Perawat mempersilahkan pasien ke meja periksa dokter,
6. Perawat melakukan pemeriksaan fisik,
7. Perawat menyiapkan form permintaan pemeriksaan laboratorium
jika Dokter menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium.
8. Perawat menjelaskan kepada pasien untuk periksa di laboratorium
9. Perawat meminta hasil pemeriksaan setelah selesai diperiksa dari
laboratorium,
10. Perawat mempersilahkan pasien kembali ke meja perawat,
11. Perawat menuliskan diagnosa keperawatan di lembar asuhan
keperawatan :
a) Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri
atau orang lain berhubungan dengan Kurang rasa percaya :
kecurigaan terhadap orang lain
b) Isolasi sosial berhubungan dengan kurangnya rasa percaya diri
kepada orang lain
c) Koping Individu tak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
12. Perawat menuliskan rencana tindakan keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri
atau orang lain berhubungan dengan Kurang rasa percaya :
kecurigaan terhadap orang lain
 Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus
yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi
yang sederhana,tingkat kebisingan rendah ).
 Observasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15
menit).Kerjakaan hal ini Sebagai suatu kegiatan yang rutin
untuk pasien untuk menghindari timbulnya kecurigaan
dalam diri pasien.
 Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan
dari lingkungan sekitar pasien,
 Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk
menurunkan ansietas pasien (misal : memukul bantal).
 Petugas harus mempertahankan daan menampilkan perilaku
yang tenang terhadap pasien.
 Miliki cukup petugas yang kuat secara fisik yang dapat
membantu mengamankan pasien jika dibutuhkan.
 Kolaborasi pemberian obat-obatan stranquliser sesuai
program terapi pengobatan. Pantau keefektifan obat-obatan
dan efek sampingnya.
 Jika pasien tidak menjadi tenang gunakan alat-alat
pembatasan gerak ( fiksasi ).
 Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi setiap 15 menit
(sesuai kebijakan institusi). Pastikan bahwa sirkulasi pasien
tidak terganggu (periksa suhu, warna dan denyut nadi pada
ekstremitaas pasien). Bantu pasien untuk memenuhi,
kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan eliminasi. Berikan
posisi yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan
dapat mencegah mencegah aspirasi.
 Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan pasien untuk
dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien
atau dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil

2
terus mengkaji respons pasien.
b) Isolasi sosial berhubungan dengan kurangnya rasa percaya diri
kepada orang lain
 Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak
yang sering tapi singkat.
 Perlihatkan penguatan positif kepada pasien
 Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama
aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang
menakutkan atau sukar untuk pasien
 Jujur dan menepati semua janji
 Orientasikan pasien pada waktu, orang, tempat, sesuai
kebutuhan.
 Berhati-hatilah dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat
ruangan extra dan kesempatan untuk keluar ruangan jika
pasien menjadi begitu ansietas.
 Berikan obat-obat penenang sesuai program pengobatan
pasien. Pantau keefektifan dan efek samping obat.
 Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas
dan tehnik untuk memutus respon ( misalnya latihan
relaksasi ).
 Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain.
c) Koping Individu tak efektif berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain
 Dorong perawat yang sama untuk bekerjasama dengan
pasien sebanyak mungkin
 Hindari kontak fisik
 Hindari tertawa, berbisik-bisik, atau bicara pelan-pelan
didekat pasien sehingga pasien dapat melihat hal tersebut
namun tak dapat mendengar apa yang dibicarakan.
 Jujur dan selalu tepati janji.
 Kemungkinan besar dibutuhkan pendekataan yang kreatif
untuk mendukung masukan makanan ( misalnya makanan
kaleng, makanan milik pribadi atau makanan khas keluarga
yang akan memberikan kesempatan lebih besar untuk hal
ini)
 Periksa mulut pasien setelah minum obat
 Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif. Kegiatan
yang mendukung adanya hubungan interpersonal (satu-satu)
dengan perawat atau terapis adalah kegiatan yang terbaik.
 Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan yang
sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan
tehadap perasaan marah yang ditujukan pasien langsung
kepada diri perawat.
 Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang bersahabat
akan menjadi hal yang tidak mengancam pasien yang curiga.
13. Perawat melaksanakan implementasi dari rencana tindakan
keperawatan,
14. Perawat melakukan evaluasi,
15. Perawat melaksanakan pencatatan,
16. Perawat mempersiapkan pasien untuk menyerahkan resep
keruang pelayanan obat,
17. Perawat memberikan edukasi,
18. Perawat mempersilahkan pasien pulang atau persetujuan untuk
di rawat, sesuai dengan kondisi pasien.
G. Diagram
Pasien datang 3
alir Perawat melakukan
anamnesa & vital sign

H. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
I. Unit Terkait UGD dan Rawat Inap

J. Dokumen Rekam Medis


Terkait

K. Rekaman No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


Historis diberlakukan
Perubahan 1. Kebijakan Surat Keputusan
Kepala UPTD
Puskesmas Silungkang
Nomor : 188.47/048 /
PKM-Slkg / I /2019
Tentang Layanan
Klinis.

Anda mungkin juga menyukai