Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN KEPERAWATAN CITRA TUBUH

4.1 Pengkajian
Pengkajian perubahan citra tubuh terintegrasi dengan pengkajian lain. Setelah diagnosa,
tindakan operasi dan program terapi biasanya tidak segera tampak respon pasien terhadap
perubahan-perubahan. Tetapi perawat perlu mengkaji kemampuan pasien untuk
mengintegrasikan perubahan citra tubuh secara efektif.

4.2 Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


A. Gangguan citra tubuh : Perubahan bentuk tubuh
DS :
 Klien mengeluh tangan yang terpasang infus mengalami kesemutan
 Klien merasa tidak percaya diri dengan keadaan tangan nya
DO :
 Tangan pasien terdapat lebam bekas tusukan jarum suntik
 Klien Nampak menutupi tangan yang lebam dengan selimut
B. Harga diri rendah
DS :klien merasa tidak percaya diri dengan keadaan tangan nya.
DO : klien tidak mau dilakukan terapi pengambilan darah oleh perawat
C. Penyakit fisik
DS :
 Klien mengeluh sakit kepala , mual dan muntah serta demam.
 Kien meras bosan karena harus diambil darahnya terus-menerus
DO : klien di pasang infus dan diambil darah untuk pemeriksaan setiap pagi

4.3 Diagnosa Keperawatan


Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan
akan dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa
aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan
perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa yang mungkin Muncul diantaranya:
1. Gangguan citra tubuh
2. Harga diri rendah
3. Penyakit fisik

4.4 Rencana Tindakan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh


Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber
pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri.
A. Gangguan citra tubuh
Rencana tindakan :
1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-
hari, termasuk aspek-aspek seksual.
3. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
4. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
5. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping.
6. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
7. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
8. Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri, mis : perawat spesialis psikiatri, psikolog.
9. Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan.
B. Harga diri rendah
Rencana tindakan :
 Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip komunikasi terapeutik :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
 Diskusikan dengan klien tentang :
1) Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga, lingkungan.
2) Kemampuan yang dimiliki klien.
 Bersama klien buat daftar tentang :
1) Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
2) Kemampuan yang dimiliki klien.
 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif.
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan.
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
klien :
1) kegiatan mandiri.
2) kegiatan dengan bantuan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan.
 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri
rendah.
 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
C. Penyakit fisik
Rencana tindakan :
 Beri kompres air hangat.
 Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi).
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.
 Kaji frekuensi mual dan muntah
 Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan.
 Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
 Berikan antiemetic.

4.5 Evaluasi
Keberhasilan tindakan terhadap perubahan gambaran tubuh pasien dapat
diidentifikasi melalui perilaku pasien yaitu memulai kehidupan sebelumnya, termasuk
hubungan interpersonal dan sosial, pekerjaan dan cara berpakaian, mengemukakan
perhatiannya terhadap perubahan citra tubuh, memperlihatkan kemampuan koping,
kemampuan meraba, melihat, memperlihatkan bagian tubuh yang berubah, kemampuan
mengintegritasikan perubahan dalam kegiatan (pekerjaan, rekreasi dan seksual), harapan
yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi, mampu mendiskusikan rekonstruksi
(Keliat, 1998). Penyesuaian terhadap perubahan citra tubuh melalui proses seperti berikut:
1. Syok psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi
pada saat pertama pembuatan stoma ditetapkan sebagai tindakan atau pada saat stoma telah
ada (paska operasi). Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadapa ansietas. Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat pasien menggunakan
mekanisme pertahanan seperti mengingkari, menolak, projeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
2. Menarik diri, pasien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan tetapi karena
tidak mungkin maka pasien menghindari/lari secara emosional. Pasien menjadi positif,
tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan/pengakuan secara bertahap. Setelah pasien sadar akan kenyataan maka respon
kehilangan/berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan reintegrasi dengan citra
tubuh yang baru.
4. Integrasi merupakan proses yang panjang dapat mencapai beberapa bulan, oleh karena itu
perencanaan pulang dan perawatan dirumah perlu dilaksanakan. Pasien tidak sesegera
mungkin dilatih (Keliat, 1998).

Anda mungkin juga menyukai