Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Data klien halusinasi yang perlu dikaji (Mukhripah Damaiyanti, dkk, 2012)

sebagai berikut:

a. Identitas klien

b. Keluhan utama atau alasan masuk

c. Faktor pretisipasi

d. Faktor predisposisi

e. Aspek fisik atau biologis

f. Aspek psikososial

g. Status mental

h. Kebutuhan persiapan pulang

i. Mekanisme koping

j. Masalah psikososial dan lingkungan

k. Pengetahuan

l. Aspek medis
Kemudian data yang diperoleh dapat di kelompokkan menjadi dua macam

sebagai berikut:

a. Data objektif adalah data yang dimasukkan secara nyata. Data ini didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

b. Data subjektif adalah data yang disampaikan secar lisan oleh klien dan keluarga.

Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

2. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan halusinasi

adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan

menarik diri (Dr Budi Anna Keliat, dkk (2006)).

3. Rencana tindakan keperawatan

Rencana keperawan yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi

gangguan persepsi sensori halusinasi menurut Keliat (2007) dalam Ridhyalla

Afruhazi & Mari (ED) (2015) sebagai berikut:

a. Membantu klien mengenali halusinasi

Dapat dilakukan dengan cara diskusi dengan klien tentang isi halusinasi

yang meliputi : apa yang didengar, waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya

halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat

halusinasi muncul.

b. Melatih klien mengontrol halusinasi : menghardik halusinasi

c. Setrategi pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi


Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak

halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi

yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Dengan cara tersebut klien

akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul,

meskipun halusinasi tetap ada.

d. Setrategi pelaksanaan 2 : Menggunakan obat secara teratur

Klien harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan

program, karena gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus

obat yang akan mengakibatkan kekambuhan. Tindakan keperawatan yang

dilakukan agar pasien patuh menggunakan obat :

1) Jelaskan guna obat

2) Jelaskan akibat bila putus obat

3) Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat

4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar

pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis).

e. Setrategi pelaksanaan 3 : Bercakap-cakap dengan orang lain

Saat klien bercakap-cakap dengan orang lain, maka perhatikan pasien dan

teralihkan halusinasinya kepercakapan yang dilakukan dengan orang lain.

f. Setrategi pelaksanaan 4 : Melakukan aktivitas yang terjadwal

Halusinasi dapat diatasi dengan melakukan kegiatan atau aktivitas yang

dapat menyibukkan klien, sehingga klien tidak mempunyai banyak waktu luang
sendiri yang dapat mencetuskan halusinasi. Sehingga klien harus diajarkan dan

dibantu untuk mengatasi halusinasi dengan cara aktivitas secara teratur dari

bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensi

meliputi:

1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.

2) Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh klien.

3) Melatih klien untuk melakukan aktivitas.

4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah

dilatih, mulai dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam

seminggu.

5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap

perilaku klien yang positif.

4. Implementasi

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat

perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sasuai dan

dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta

respons pasien didokumentasikan dalam catatan keperawatan (Prabowo,2014,p100).

5. Evaluasi
Evaluasi pada klien halusinasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien halusinasi. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua

jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai melaksanakan tindakan.

Evaluasi hasil atau somatif dilakukan dengan membandingkan respons klien pada

tujuan umum dan tujuan khusus yang telah di tentukan (Ernawati Dalami, dkk

(2009)).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP atau

SOAPIER sebagai pola pikir, dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan

sebagai berikut:

S : Respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O : Respons objektif terhadap tindakan kepawatan yang telah dilaksanakan.

A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih

tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah

yang ada.

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien

halusinasi.

I : Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi msalah

klien.

E : Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting menilai

keefektifan asuhan yang dibutuhkan.

R : Melakukan pengumpulan data kembali, jika hasil pelaksanaan tindakan tidak

sesuai dengan yang diharapkan.


B. Konsep skizofrenia

1. Pengertian

Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang

mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif,

mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015). Gangguan jiwa

skizofrenia sifatnya adalah ganguan yang lebih kronis dan melemahkan dibandingkan

dengan gangguan mental lain (Puspitasari, 2009).

2. Jenis skizofrenia

Menurut Ann Isaacs (2005) Jenis skizofrenia antara lain :

a. Skizofrenia Paranoid

1) Ciri-ciri utamanya adalah waham yang sistematis atau hausinasi pendengaran

2) Individu ini dapat penuh curiga, argumentative, kasar,dan agresif

3) Perilaku kurang agresif, kerusakan social lebih sedikit, dan protagonisnya

lebih dibanding jenis-jenis yang lain.

b. Skizofrenia hebefrenik

1) Ciri-ciri uttamanya adalah percakapan dan perilaku yang kacau, serta afek yang

datar atau tidak tepat, gangguan asosiasi juga banyak terjadi

2) Individu tersebut juga memiliki sikap aneh, menunjukan perilaku menarik diri

Secara social yang ekstrim, mengabaikan hygiene dan penampilan diri

3) Awitan biasanya terjadi sebelum usia 25 tahun dan dapat bersifat kronis

4) Perilaku agresif dengan interaksi social dan kontak dengan realitas yang buruk

c. Skizofrenia katatonik

1) Ciri-ciri utamanya ditandai dengan gangguan psikomotor, yang meli

Anda mungkin juga menyukai