Kelompok 3
Member of Group
3 1. Firma wapiq azizah 2211316022
2. Aulidina melifitri 2211316018
3. Nadya maharani 2211316025
4. Nurul qamaria 2211316021
5. Laras sukma hawali 2211316023
6. Lilis zulfiana 2211316007
7. Muharatil aprinalita 2211316026
1. Definisi
Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merupakan sensori
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghidungan. Pasien merasakan stimulasi yang sebenarnya tidak
ada (Firman et al, 2018).
2. RENTANG RESPON
HALUSINASI
(STUART & LARAIA, 2001)
Faktor Faktor
Presipitasi
Predisposis
i
Predisposisi
Kecenderungan khusus ke arah suatu keadaan
atau perkembangan tertentu
a. Faktor pengembangan
b. Faktor sosiokultural
c. Faktor biokimia
d. Faktor psikologis
e. Faktor genetik dan pola asuh
Presipitasi Faktor pemungkin timbulnya gangguan jiwa atau
secara umum adalah klien gangguan jiwa
timbulnya gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
a. Dimensi fisik
b. Dimensi emosional
c. Dimensi Intelektual
d. Dimensi sosial
e. Dimensi spiritual
4. Klasifikais
Halusinasi
● Pendengaran
● Penglihatan
● Penghidu
● Pengecapan
● Perabaan
● Kinesthetic (somatic/visceral) di mana subjek memiliki
persepsi tanpa objek yang dirujuk
5. Manifestasi
Klinis
6. Fase
Halusinasi
1.Fase I, Comforting (Perilaku klien yang
mencirikan dari tahap I (Comforting) yaitu
tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, diam dan
berkonsentrasi.)
2.Fase II, Condeming (Perilaku klien yang
mencirikan dari tahap II yaiu dengan terjadi
peningkatan denyut jantung, pernafasan dan
tekanan darah, perhatian dengan lingkungan
berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman
sensorinya, kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi dengan
realitas.)
Lanjutan…
3. Fase III, Controlling (Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah
halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap
lingkungan berkurang, hanya beberapa detik, tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.)
4. Fase IV, Conquering (Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien
tampak panik. Karakteristiknya yaitu suara atau ide yang datang mengancam
apabila tidak diikuti. Perilaku klien pada tahap IV adalah perilaku panik,
resiko tinggi mencederai, agitasi atau kataton, tidak mampu berespon
terhadap lingkungan)
8.
PENATALAKSANAAN
MEDIS KEPERAWATAN
1. Psikofarmakoterapi
1. Tindakan
2. Terapi somatis
keperawatan
3. Pengikatan
genetaralis
4. Terapi kejang listrik
2. Tindakan keperawatan
5. Isolasi
spesialis : individu &
6. Terapi deprivasi tidur
keluarga
9. KOMUNIKAIS TERAPEUTIK
HALUSINASI
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus,
ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan gangguan
akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita gangguan
penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan perubahan fisik,
ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita penyakit
fisik membutuhkan support dari orang lain.
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya
sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.
Apa saja sih malsalah kepeawatan pada
kasus halusinasi?
Daftar Masalah Keperawatan Daftar masalah keperawatan halusinasi
pendengaran menurut (Yosep, 2016) meliputi sebagai berikut :
a. Resiko perilaku kekerasan
3) Latih cara mengontrol halusinasi dengan 3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
cara menghardik.
latihan menghardik, dan bercakapcakap.
4) Peragakan cara menghardik.
Pengkajian
Dari persamaan kedua artikel tersebut mengemukakan beberapa gejala yang muncul pada halusinasi yaitu bicara dan tertawa
sendiri, pergerakan mata cepat, respon verbal lambat, tidak bisa tidur dan menarik diri dari orag lain
Diagnosa
Pada diagnosa di dua artikel terdapat perbedaan yaitu pada jurnal 1 membahas asuhan keperawatan pada pasien pada halusinasi
pendengaran sedangkan jurnal 2 membahas asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi
Evaluasi
Persamaan kedua jurnal Sp 1 sampai Sp 4 terlaksana dengan baik
elebihan Penelitian Kata kata yang peniliti gunakan mudah dipahami
Hasil dari penelitian juga sesuai dengan tujuan yang dituliskan pada abstrak
Pada jurnal dilengkapi dengan email penulis sehingga pembaca jurnal bias menghubungi peneliti apabila ada hal yang
dirasa kurang dimengerti
Bahasa yang digunakan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian menggunakan sedikit sekali sample, hanya 2 sample penelitian, sehingga bisa saja penelitian menunjukkan
hasil yang berbeda pada sample lain.
Kesimpulan Hasil dari penelitian penerapan terapi dzikir pada pasien yang mengalami halusinasi pendengaran menunjukkan bahwa terapi
dzikir membawa pengaruh yang baik bagi penderita halusinasi pendengaran. Penderita yang awalnya mengalami halusinasi berat,
setelah terapi dilakukan selama 6 hari menunjukan perubahan positif menjadi halusinasi ringan, serta pasien memiliki kemampuan
mengontrol halusinasi.
0
5 JURNAL
TELAAH
‘Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis
dan Psikoreligius Pada Klien Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan
dan Pendengaran’’
Judul Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis dan Psikoreligius Pada Klien Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Penglihatan dan Pendengaran
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga
perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan halusinasi, pasien sangat membutuhkan
kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu
perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan
membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran
serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses penyembuhan klien.
A. Saran
Sebagai seorang perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus halusinasi yang terjadi dan kita harus
mampu membedakan resiko halusinasi tersebut dan bagaimana cara penanganannya.
THANK
YOU