Anda di halaman 1dari 26

Trend dan Issue Sistem

Persepsi dan Sensori –


Telaah Jurnal
Oleh Kelompok 2
Bahan Kajian
01 02
Definisi Sistem Persepsi Etiologi Sistem Persepsi
dan Sensori dan Sensori

03 04
Analisa PICO Evidence Based
Nursing
01
Definisi
Sistem persepsi sensori atau dalam bahasa inggris
sensory system berarti yang berhubungan dengan
panca indra. Sistem ini membahas mengenai
organ akhir yang khusus menerima berbagai jenis
rangsangan tertentu.
Gangguan persepsi sensori diantaranya adalah halusinasi.
Halusinasi diantaranya merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan tanpa
stimulus nyata (Keliat, 2006)

Skizofrenia merupakan kondisi psikotik Halusinasi merupakan persepsi sensorik


yang dimana kondisi tersebut berpengaruh palsu atau pengalaman persepsi yang tidak
pada fungsi dari individu tertentu baik dari nyata. Halusinasi adalah gejala utama
segi berpikir, berkomunikasi, menerima, psikosis yang sering terlihat pada pasien
menafsirkan kenyataan, merasakan dan skizofrenia.
menunjukkan emosi serta penyakit kronis
yang ditandai dengan pikiran kacau, delusi,
halusinasi, dan perilaku aneh.
02
Etiologi
Etiologi sistem persepsi sensori halusinasi dan
skizofrenia.
Etiologi Halusinasi
1. Faktor Predisposisi

1 Faktor Perkembangan 4 Faktor Psikologis

2 Faktor Sosiokultural Faktor Genetik dan Pola


3
Asuh
3 Faktor Biokimia
2. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya seorang individu sebagai
mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat
dari lima dimensi, yaitu :

Dimensi Fisik Dimensi Emosional

Dimensi Intelektual Dimensi Sosial

Dimensi Spiritual
Etiologi Skizofrenia
1. Faktor Predisposisi

Faktor Biologis Faktor Psikologis Faktor Sosio dan


1. Faktor Genetik Kultural
2. Faktor Neuroanatomi
3. Faktor Neurokimia
2. Faktor Presipitasi

Biologis Lingkungan
Pemicu Gejala
03
Analisa PICO
Analisa dilakukan pada 2 jurnal. Jurnal 1 berjudul
: Mengontrol Gangguan Persepsi Sensori
Dengan Aktivitas Yang Terjadwal.
Jurnal 2 bejudul : Penerapan Terapi Generalis
Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas.
Jurnal 1 : Mengontrol Gangguan Persepsi Sensori Dengan
Aktivitas Yang Terjadwal
Unsur PICO Analisis
P  Tujuan penelitian ini adalah melakukan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami skizofrenia
(Problem)
dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran di Wisma Puntadewa RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang dengan aktivitas terjadwal.
 Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan
studi kasus teknik yang digunakan oleh peneliti
yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Jumlah sampel sebanyak 2 orang yaitu pada klien 1
Tn. A umur 21 tahun , dan pada klien 2 Tn. S yang
berumur 55 tahun
I  Intervensi yang ditegakkan peneliti untuk mengendalikan halusinasi yang muncul adalah
penerapan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu mengenal halusinasi dan menghardik
(Intervension)
halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap, dan melakukan aktivitas terjadwal.
 Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan peneliti untuk kedua klien yaitu sesuai dengan
teori keperawatan yang bersumber pada standar asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah
pada Tn. A dan Tn. S peneliti merumuskan suatu asuhan keperawatan mengacu pada aspek
tujuan umum yang berfokus terhadap penyelesaian masalah utama yaitu gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
 Tujuan umum yang ingin dicapai penulis adalah klien tidak mengalami gangguan persepsi
sensori (halusinasi). Menurut Sutejo (2016) bahwa tujuan umum dari rencana tindakan
keperawatan adalah klien dapat mengendalikan halusinasi yang dialami, dan tujuan khususnya
yaitu dapat mengidentifikasi halusinasi, dan klien dapat mengontrol halusinasi dengan aktivitas
yang diajarkan. Berdasarkan penelitian dari Suhermi,et. al (2021) menyatakan bahwa dengan
strategi pelaksanaan aktivitas terjadwal mampu meningkatkan kesadaran klien tentang tanda
dan gejala yang dialami dan klien mampu membedakan halusinasi dengan dunia nyata, dan
mampu mengendalikan halusinasi ketika muncul.
C  Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan, setelah dilakukan
evaluasi SP 1-SP 3 pada kedua klien. Klien 1 dan klien 2 mampu
(Comparison)
melakukan sampai dengan SP 3, kemudian pertemuan selanjutnya
dilakukan SP 4 aktivitas terjadwal untuk mengontrol halusinasi, pada
klien 1 yaitu menyusun kegiatan dari mulai bangun tidur sampai
dengan tidur kembali, dan klien mampu melakukan kegiatan menyapu,
mengepel, mandi. Dan kegiatan yang belum dilakukan yaitu sholat dan
mencuci piring. Di pertemuan selanjutnya peneliti mengevaluasi
kegiatan aktivitas terjadwal dan klien melakukan aktivitas terjadwal
yang disusun meskipun ada yang belum dilakukan. Pada klien 2 juga
dilakukan SP 4 aktivitas terjadwal dengan cara yang sama yaitu
menyusun kegiatan mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur
malam, dan klien 2 mampu melakukan semua aktivitas yang sesuai
dengan jadwal yang telah disusun untuk mengontrol halusinai.
O  Dari hasil pengkajian peneliti pada Tn. A
didapatkan hasil evaluasi sebagai
(Outcome)
berikut. Klien mengatakan suara bisikan
sudah tidak muncul. Klien sudah bisa
melakukan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik, minum obat dengan
patuh 5 benar obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktivitas terjadwal. Oleh
karena itu pencapaian SP 1 sampai
dengan SP 4 dapat dilaksanakan.
Jurnal 2 bejudul : Penerapan Terapi Generalis Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Unsur PICO Analisis
P
(Problem)  Tujuan dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk melihat kemampuan pasien
mengontrol halusinasi dengan terapi generalis
 Metode yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan menggunakan
pendekatan One Grup Pretest-postest, dengan jumlah sampel 9 pasien
dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi
 Metode pengambilan sampel purposive sampling.
 Instrumen dalam penelitian berupa instrument A yang terdiri dari data
demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
Instrumen B yaitu lembar kuisoner AHRS ( Auditory Hallucination Rating
Scale). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2022 terhadap 9 responden
di wilayah kerja Puskesmas Andalas Kota Padang
I
(Intervension)
 diberikan terapi generalis adanya penurunan skor halusinasi
menggunakan kuisoner AHRS (Auditory Hallucination Rating Scale) dari
saat pretest dan pada saat post test.
 Jadi dengan terapi generalis dapat mengontrol gangguan presepsi
sensori halusinasi. Diharapkan kepada perawat jiwa agar melakukan
kunjungan rumah pada pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
sehingga dapat memberikan dukungan dan melakukan evaluasi secara
berkelanjutan mengenai terapi generalis yang sudah diberikan.
 Strategi pelaksanaan terapi generalis untuk pasien dengan halusinasi
yaitu diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,
dengan minum obat, bercakap – cakap serta dengan melakukan aktivitas
terjadwal (Livana et al,. 2020). Sedangkan menurut Lalla & Yunita (2022),
terapi generalis merupakan salah satu jenis intervensi dalam terapi
modalitas dalam bentuk standar asuhan keperwatan yaitu SP1
menghardik halusinasi, SP 2 menggunakan obat secara teratur, SP 3
Bercakap cakap dengan orang lain, SP 4 Melakukan aktivitas terjadwal.
C
(Comparison)
 Hasil penelitian menunjukan bahwa responden seluruhnya
beragama islam, sebagian besar berjenis kelamin laki laki, hampir
seluruhnya tidak bekerja dan hampir setengahnya pendidikan
terakhir SMP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yanti et
al,. (2020), di RSJ Prof.dr.M Ildrem Medan bahwa responden
berjenis kelamin lakilaki lebih banyak mengalami gangguan jiwa
yaitu (63,6%) dan berjenis kelamin perempuan
 Hal ini didukung dengan penelitian dari Damayanti, jumaini &
utami (2014), bahwa rata rata orang gangguan jiwa dengan
masalah utama halusinasi pendengaran yang menjalani
pengobatan adalah berjenis kelamin laki laki dan sering terjadi
perubahan peran, adanya penurunan interaksi sosial serta
kehilangan pekerjaan, sehingga menyebabkan laki laki lebih
rentan untuk mengalami gangguan mental hingga depresi.
O
(Outcome)
 Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 4 hari pada
klien dengan gangguan presepsi sensori halusinasi, didapatkan
adanya penurunan skor halusinasi yang dialami klien. Hasil
penelitian menunjukan bahwa sebelum diberikan intervensi skor
14-27 dan setelah diberikan intervensi skor 4-8 dengan
menggunakan kuisoner AHRS ( Auditor Hallucination Rating
Scale) dari Haddock (1994). Dalam penelitian (Livana et al, 2020)
bahwa terapi generalis yang diberikan telah memenuhi standar
asuhan keperawatan dan mampu meningkatkan kemampuan
pasien dalam mengontrol halusinasi yang dialaminya. Pemberian
asuhan keperawatan seharusnya dilakukan secara berkelanjutan
karena semakin sering diberikan perawatan maka klien semakin
mampu untuk mengontrol halusinasinya (Widuri, 2016).
03
Evidence Based Nursing
EBN dilakukan pada 2 jurnal. Jurnal 1 berjudul :
Mengontrol Gangguan Persepsi Sensori
Dengan Aktivitas Yang Terjadwal.
Jurnal 2 bejudul : Penerapan Terapi Generalis
Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas.
Jurnal 1 : Mengontrol Gangguan Persepsi Sensori Dengan
Aktivitas Yang Terjadwal

Peneliti Bayu Seto Rindi Atmojo, Wahyu Nurul Fatimah


Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi.
Intervensi Intervensi yang ditegakkan peneliti untuk mengendalikan halusinasi yang muncul
adalah penerapan strategi pelaksanaan halusinasi yaitu mengenal halusinasi dan
menghardik halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap, dan
melakukan aktivitas terjadwal. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
peneliti untuk kedua klien yaitu sesuai dengan teori keperawatan yang bersumber
pada standar asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah pada Tn. A dan Tn.
S peneliti merumuskan suatu asuhan keperawatan mengacu pada aspek tujuan
umum yang berfokus terhadap penyelesaian masalah utama yaitu gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Hasil Berdasarkan implementasi yang sudah dilakukan, strategi
pelaksanaan halusinasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2
mampu melakukan strategi pelaksanan dari SP 1 sampai dengan
SP 4, dengan masing-masing klien dilakukan intervensi selama 3
hari, pada klien 1 dilakukan 5 kali pertemuan, dan pada klien 2
dilakukan 4 kali pertemuan. Pada klien 1 hasil yang sudah dicapai
setelah dilakukan evaluasi SP 1-SP 3 klien mampu melakukan
sampai dengan SP 4, dan didapatkan data bahwa klien mampu
melakukan aktivitas terjadwal sesuai dengan jadwal yang telah
disusun, dan halusinasi pendengaran sudah tidak muncul.
Sedangkan pada klien 2 hasil yang telah dicapai maampu
melakukan SP 1-SP 4, dengan hasil klien dapat melakukan aktivitas
terjadwal sesuai dengan jadwal yang telah disusun, dan halusinasi
pendengaran sudah tidak muncul kembali.
Kekuatan dan Kelebihan
Kelemahan
Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan penulisan Jurnal,
Kata yang digunakan juga dalam jurnal ini bersifat baku dan sesuai dengan Kamus
EYD Bahasa Indonesia, Menyertakan Referensi Terkait, Dapat diimplementasikan
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi, Memaparkan penjelasan
secara jelas yang terdiri dari pendahuluan, metode penelitian, hasil, diagnosa,
intervensi, implementasi, evaluasi, pembahasan, kesimpulan maupun saran dari
penelitian, Pembahasan metode yang sangat jelas digunakan dan Banyak penelitian
sebelumnya yang relevan dan dijelaskan pada artikel ini.

Kelemahan

1. Abstrak kurang memenuhi kaidah penulisan abstrak yang sesuai

2. Pendahuluan masih belum menampilkan kesenjangan-kesenjangan pada


penelitian

4 Belum menjelaskan secara detail apa itu pada pasien gangguan jiwa.
Jurnal 2 bejudul : Penerapan Terapi Generalis Dengan Gangguan
Persepsi Sensori Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas

Peniliti Bunga Permata Wenny, Isra Rizantiva, Rika Sarfika,


Mahathir
Metode penelitian Metode yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan
menggunakan pendekatanOne Grup Pretest-postest,
dengan jumlah sampel 9 pasien dengan diagnose
keperawatan gangguanpersepsi sensori halusinasi.
Metode pengambilansampel purposive sampling.
Intervensi pada literatur didapat bahwa menggunakan pendekatan
One Grup Pretest-postest, dengan jumlah sampel 9 pasien
dengan diagnose keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi
Hasil Evaluasi dari asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa
gangguan persepsi sensori halusinasi yang telah diberikan
memberikan dampak positif sehingga dapat menurunkan skor
halusinasi menggunakan AHRS ( Auditory Hallucination Rating
Scale) dari saat pretest dan pada saat post tes. Jadi dengan
teknik generalis dapat mengontrol halusinasi. Penerapan EBN
sudah berhasil dilakukan dengan ditandai klien dan keluarga
paham dan mampu menurunkan gejala halusinasi yang
dirasakan klien serta adanya penurunan skor halus.

Kelemahan Kelemahan : kelemahan yang kami dapat dari jurnal adalah pada
dan Kelebihan poin saran tidak terdapat tindak lanjut untuk peneliti berikutnya

Kelebihan : literatur menjelasakan dengan mudah teori dan


metode yang digunakan untuk penelitian dan dapat
diimplementasikan dalam praktik pendidikan
Kesimpulan
Jurnal 1 : Temuan dari penelitian pada Tn. A dan jiwa pada klien dengan diagnosa gangguan persepsi
Tn. S menunjukkan bahwa kedua klien mengalami sensori halusinasi menunjukkan hasil positif,
halusinasi pendengaran, yang menyebabkan mereka terlihat dari penurunan skor halusinasi
berbicara sendiri, tertawa sendiri, mengalami menggunakan AHRS (Auditory Hallucination
kesulitan tidur, bicara ngelantur, dan mudah Rating Scale) antara pretest dan post tes. Dengan
kehilangan konsentrasi. Diagnosis utama yang pendekatan umum, berhasil mengendalikan gejala
muncul pada kedua klien adalah gangguan persepsi halusinasi, dan penerapan EBN terbukti berhasil
sensori, khususnya halusinasi pendengaran. dengan pemahaman dan kemampuan klien serta
keluarganya dalam menangani dan mengurangi
gejala halusinasi.

Jurnal 2 : Evaluasi pemberian asuhan keperawatan


Terima kasih
By : Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai