Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No.

1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 pISSN : 2356-3079


UP2M AKPER Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN 1 PADA KLIEN SKIZOFRENIA


PARANOID DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

Tiya Meliana1 Emilia Puspitasari Sugiyanto2


1
Mahasiswa Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
2
Dosen Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
email: ummu_kifah @yahoo.com

ABSTRAK
Skizofrenia adalah gangguan emosi, pikiran dan perilaku. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, klien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. strategi pelaksanaan 1 membantu klien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Metode pengumpulan data
menggunakan metode deskriptif yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan
apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek secara tepat.
Penelitian ini dilakukan di RSJ Prof.Dr Soerojo Magelang di Wisma Antasena, Hasil studi kasus menunjukan
klien 1 ada penurunan tanda dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala dan
peningkatan kempuan mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%, pada klien 2 ada
penurunan tanda dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala, peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%. Disimpulkan bahwa strategi
pelaksanaan 1 halusinasi dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi.

Kata kunci: skizofrenia, halusinasi, strategi pelaksanaan 1.

ABSTRACT
Schizophrenia is a disorder of emotions, thoughts and behavior. Hallucinations are a symptom of a mental
disorder where the client experiences a sensory change, feels a false sensation in the form of sound, the client
feels a stimulus that does not actually exist. Implementation strategy 1 helps clients recognize hallucinations,
explain how to control hallucinations, teach clients to control hallucinations by rebuking. The data collection
method uses descriptive methods that attempt to describe the object or subject being studied in accordance with
what it is in order to systematically describe the facts and characteristics of the object appropriately. This
research was conducted at Prof. Dr. Soerojo Magelang Hospital in Wisma Antasena. The results of the case
study showed that client 1 had a decrease in signs and symptoms as much as 70% of the problem was resolved
or as many as 7 signs and symptoms and an increase in women controlling hallucinations by 7 out of 7 abilities
or 100%, in client 2 there is a decrease in signs and symptoms as much as 70% of the problem is resolved or as
many as 7 signs and symptoms, an increase in the ability to control hallucinations by 7 out of 7 abilities or
100%. It was concluded that hallucination 1 implementation strategies can reduce signs and symptoms of
hallucinations.

Keywords: schizophrenia, hallucinations, implementation strategy 1.

PENDAHULUAN tahun 2013 jumlah ODGJ sebesar 1-2 dari


Gangguan jiwa dengan jumlah paling 1000 penduduk. Data yang didapatkan dari
banyak dialami oleh penduduk di dunia Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Soerojo
adalah skizofrenia, Data yang didapatkan Magelang jumlah penderita skizofrenia
dari WHO (2016) menunjukan jumlah dengan halusinasi mencapai 5389 jiwa.
orang yang mengalami skizofrenia di Skizofrenia berpengaruh pada kualitas
seluruh dunia adalah 7 dari 1000 penduduk hidup, dan produktifitas pada orang yang
di dunia yaitu sekitar 21 juta orang. mengalaminya.
Sedangkan di Indonesia berdasar Data Menurut Faisal (2008) dalam Prabowo
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2014), penyakit skizofrenia atau
37
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

schizophrenia artinya kepribadian yang obyektif dan subyektif, mengkaji waktu


terpecah antara pikiran, perasaan, dan frekuensi dan situasi munculnya
perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan halusinasi, mengkaji respon terhadap
tidak sesuai dengan pikiran dan halusinasi, bantu klien mengenal
perasaannya. Secara spesifik skizofrenia halusinasinya, beri contoh cara
adalah orang yang mengalami gangguan menghardik halusinasi. Strategi
emosi, pikiran, dan perilaku. pelaksanaan halusinasi meliputi ada 4
Tanda dan gejala skizofrenia menurut strategi pelaksanaanya itu strategi
Yudhantara (2018) skizofrenia terdiri dari pelaksanaan 1 mengajarkan klien cara
gejala utama yaitu gejala gejala negatif mengontrol halusinasi dengan cara
seperti avolisi, anhedonia, afek tumpul, menghardik, strategi pelaksanaan 2
asosial dan alogia. Gejala positif seperti mengajarkan klien cara mengontrol
waham dan halusinasi. Menurut Keliat halusinasi dengan cara menggunakan obat
(2015) halusinasi adalah salah satu gejala secara teratur, strategi pelaksanaan 3
gangguan jiwa pada individu yang ditandai mengontrol halusinasi dengan cara
dengan perubahan persepsi sensori bercakap-cakap, strategi pelaksanan 4
persepsi: merasakan sensasi palsu berupa mengajarkan klien cara mengontrol
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
atau penghiduan yang sebenarnya tidak kegiatan.
ada. Tanda dan gejala menurut Sutejo Fungsi dan tujuan masing-masing strategi
(2013) dinilai dari hasil observasi terhadap pelaksanaan menurut Afnuhazi (2015)
klien serta ungkapan klien, adapun tanda strategi pelaksanaan 1 membantu klien
dan gejala klien halusinasi adalah data mengenal halusinasi, menjelaskan cara
subyektif mendengar suara-suara atau mengontrol halusinasi, mengajarkan klien
kegaduhan, mendengar suara-suara mengontrol halusinasi dengan cara
menyuruh melakukan sesuatu yang menghardik, memasukan kejadwal
berbahaya, mendengar suara yang kegiatan harian. Strategi pelaksanaan 2
mengajak bercakap-cakap. Data obyektif: mengevaluasi kegiatan sebelumnya,
bicara atau tertawa sendiri, marah-marah mengajarkan klien mengontrol halusinasi
tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah dengan cara minum obat secara teratur,
tertentu dan menutup telinga. memasukan kejadwal harian. Strategi
Diagnosa keperawatan menurut pelaksanaan 3 mengevaluasi, mengajarkan
Damaiyanti (2014) yang sering dijumpai klien mengontrol halusinasi dengan cara
terkait tanda dan gejala tersebut yaitu bercakap-cakap, memasukan kejadwal
gangguan persepsi sensori halusinasi kegiatan harian. Strategi pelaksanaan 4
pendengaran. Intervensi yang dilakukan mengevaluasi kegiatan sebelumnya,
untuk mengatasi diagnosa keperawatan mengajarkan klien mengontrol halusinasi
gangguan persepsi sensori halusinasi dengan cara melakukan aktivitas kegiatan
pendengaran yaitu dengan bina hubungan terjadwal, memasukan kejadwal kegiatan
saling percaya dengan menggunakan harian.
prinsip komunikasi terapeutik, adakan Menurut Yosep (2014) Strategi
kontak sering dan singkat secara bertahap, pelaksanaan 1 dapat membantu klien
observasi tingkah laku klien yang terkait mengenali halusinasi dengan melakukan
dengan halusinasinya, mengkaji data cara berdiskusi tentang apa yang didengar
38
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

klien, waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi 5389 jiwa, resiko perilaku
terjadinya halusinasi, situasi yang kekerasan 1598 jiwa, perilaku kekerasan
menyebabkan halusinasinya muncul dan 1322 jiwa, defisit perawatan diri 1109
respon klien saat halusinasinya muncul. jiwa, harga diri rendah 435 jiwa dan
Menghardik adalah upaya mengendalikan sisanya isolasi sosial 435 jiwa (Arsip RSJ
diri terhadap halusinasi dengan cara Prof. Dr. Soerojo Magelang,2015). Data
menolak halusinasi yang muncul, klien diatas peneliti ingin mengetahui apakah
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap tindakan strategi pelaksanaan 1 halusinasi
halusinasi yang muncul atau tidak pada klien skizofrenia paranoid dengan
memperdulikan halusinasinya, kalau gangguan persepsi sensori halusinasi
dengan cara ini klien dapat melakukan pendengaran dapat bermanfaat bagi klien
klien akan mampu mengendalikan diri dan untuk mengurangi atau mengontrol
tidak mengikuti halusinasi yang muncul, halusinasi yang dialami.
mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan METODE
larut untuk menuruti apa yang ada dalam Metode yang digunakan adalah study
halusinasinya. Hasil penelitian yang kasus pada 2 pasien yang dirawat di
dilakukan Sudirman (2014) di RSKD Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Provinsi Sulawesi Selatan, menunjukan Magelang.
adanya pengaruh penerapan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan HASIL DAN PEMBAHASAN
halusinasi klien terhadap kemampuan klien Pengkajian pada klien 1 dilakukan pada
dalam mengontrol halusinasi. Hasil tanggal 26 November 2018 di wisma
penelitian yang dilakukan Reliani (2015) antasena RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang
menunjukan ada perbedaan kemampuan didapatkan data, observasi langsung,
klien dalam mengontrol halusinai sebelum didapatkan data identitas umum Tn.E
dan sesudah diberi intervensi pelaksanaan adalah seorang anak nomor 3 dari 3
teknik mengontrol halusinasi. Jadi bersaudara, jenis kelamin laki-laki dan
kesimpulan dari penulis adalah tindakan berusia 34 tahun, beragama islam,
strategi pelaksanaan 1 halusinasi pada pendidikan terakhir SMP, klien tidak
klien skizofrenia paranoid dengan berkerja. Pada tanggal 26 November 2018
gangguan persepsi sensori halusinasi klien dibawa ke IGD RSJ Prof Dr. Soerojo
pendengaran sangat bermanfaat bagi klien Magelang karena dirumah bicara dan
untuk mengontrol halusinasi yang muncul. tertawa sendiri, pasif, merasa malu karena
Studi pendahuluan kasus didapatkan data kakinya bengkak, suka marah-marah dan
dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Magelang angka kejadian selama bulan Faktor predisposisi yaitu sosoiokultural,
Januari sampai November 2015 dari 6 klien pernah dipasung kurang lebih 1 bulan
diagnosa besar yaitu halusinasi, isolasi sehingga klien merasa diasingkan oleh
sosial, defisit perawatan diri, harga diri keluarga dan para tetangganya. Faktor
rendah, resiko perilaku kekerasan, perilaku presipitasi klien merasa ketakutan, curiga
kekerasan terdapat 9853 klien. Peringkat dan merasa gelisah dengan suara yang
klien dengan diagnosa halusinasi pada muncul.
urutan ke 1 dengan rincian sebagai berikut
39
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Pengkajian pada klien 2 dilakukan pada Tabel 1. Tanda dan Gejala Halusinasi
tanggal 26 November 2019 di wisma Sebelum Diajarkan Strategi Pelaksanaan 1
antasena RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang Di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang,
November 2018
didapatkan data dengan teknik wawancara
No Data yang dikaji Tn.E Tn.Y
dengan klien, observasi langsung, (Halusinasi)
didapatkan data identitas umum Tn.Y 1 Mendengar suara √ √
adalah seorang bapak dan mempunyai 3 2 Melihat bayangan
orang anak, klien berusia 63 tahun, klien 3 Mencium bau
4 Merasakan ada sesuatu
berkerja sebagai petani, beragama islam, aneh dikulit
pendidikan terakhir SD, klien berkerja 5 Merasakan aneh dimulut
sebagai petani. Pada tanggal 26 November 6 Merasakan bisikan hati
2018 klien dibawa ke IGD Prof Dr. 7 Ungkapan jenis suara √ √
8 Ungkapan waktu √ √
Soerojo Magelang karena pada saat munculnya halusinasi
dirumah klien tertawa dan berbicara 9 Ungkapan frekuensi √ √
sendiri, tidak bisa tidur, pasif dan malu munculnya halusinasi
10 Ungkapan situasi saat
berkomunikasi dengan orang lain dan
muncul halusinasi
ingin marah kepada keluarganya. Faktor 11 Ungkapan respon yang
predisposisi yaitu sosiokultural, yaitu klien muncul saat halusinasi
merasa selalu dijauhi oleh tetangga dan 12 Ungkapan tindakan yang
dilakukan saat muncul
selalu diejek karena lidahnya celat. Faktor
halusinasi
presipitasi klien merasa ketakutan pada 13 Bicara sendiri √ √
suara palsu yang menyuruh klien untuk 14 Tertawa sendiri √ √
berlari-lari. 15 Wajah tegang √
16 Bicara inkoherensi
Hasil pengkajian pada tanggal 26
17 Bicara sirkumstansial
November 2018 didapatkan data terkait 18 Bicara melompat
dengan tanda dan gejala halusinasi yang 19 Afek labil √ √
muncul pada klien 1 Tn.E dan klien 2 20 Tidak bisa tidur √
21 Mondar-mandir
Tn.Y
22 Kontak mata mudah √ √
beralih
23 Tidak bisa fokus dan
konsentrasi
24 Duduk melamun asyik √
sendiri
25 Malas melakukan
aktivitas harian
Jumlah Tanda dan Gejala 10 9

Berdasarkan tabel diatas pengkajian tanda


dan gejala halusinasi sebelum diberi
tindakan strategi pelaksanaan 1 pada klien
Tn.E didapatkan ada 10 tanda dan gejala
yang muncul yaitu mendengar suara,
ungkapan jenis suara, ungkapan waktu
munculnya halusinasi, ungkapan frekuensi
munculnya halusinasi, bicara sendiri,

40
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

tertawa sendiri, wajah tegang, afek labil, ke 3 yaitu pada tanggal 28 November 2018
tidak bisa tidur dan kontak mata mudah data subyektif klien mengatakan hari ini
beralih. Klien Tn.Y didapatkan ada 9 tanda belum mendengar suara-suara hanya tadi
dan gejala yang muncul yaitu mendengar malam sebelum tidur klien mengatakan
suara, ungkapan jenis suara, ungkapan akan menghardik jika suara suara palsu
waktu munculnya halusinasi, ungkapan muncul. Data obyektif klien tampak
frekuensi munculnya halusinasi, bicara ekspresi afek labil, kontak mata mudah
sendiri, tertawa sendiri, wajah tegang, afek beralih, assesment masalah keperawatan
labil dan kontak mata mudah beralih. gangguan persepsi sensori: halusinasi
Evaluasi yang dilakukan pada klien 2 Tn.Y pendengaran teratasi sebagian, planning
berdasarkan diagnosa keperawatan utama lanjutkan strategi pelaksanaan 2 halusinasi.
yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran, evaluasi dilakukan pada hari

Tabel 2. Penurunan Tanda Gejala Halusinasi dan Peningkatan Kemampuan Mengontrol


Halusinasi Klien 2 Tn.E Di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang, November 2018

No Perbaikan kondisi Sebelum Sesudah Presentase


klien keberhasilan
1 10 Tanda dan gejala 10 atau 3 atau 70%
halusinasi 100% 30%

2 7 Kemampuan 0 atau 0% 7 atau 100%


mengontrol 100%
halusinasi

Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 10 aktivitas harian. Tabel diatas juga
tanda dan gejala yang terdapat pada klien menunjukan dari 7 kemampuan yang terdapat
terjadi penurunan tanda dan gejala sebanyak pada klien terjadi peningkatan kemampuan
70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda klien mengontrol halusinasi sebanyak 100%.
dan gejala, dan 30% atau sebanyak 3 dari Hal ini menunjukan bahwa hasil dari evaluasi
tanda dan gejala klien 1 Tn.E belum teratasi, hari ketiga klien 1 Tn.E terjadi penurunan
tanda dan gejala yang belum teratasi tanda dan gejala halusinasi dan terjadi
diantaranya klien masih afek labil, kontak peningkatan kemampuan klien dalam
mata mudah beralih dan malas melakukan mengontrol halusiansi.

Tabel 3. Penurunan Tanda Gejala Halusinasi dan Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Klien 2 Tn.Y Di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang, November 2018
No Perbaikan kondisi klien Sebelum Sesudah Presentase
keberhasilan
1 9 Tanda dan gejala 9 atau 2 atau 70%
halusinasi 100% 30%

2 7 Kemampuan 0 atau 0% 7 atau 100%


mengontrol halusinasi 100%

41
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 9 Klien 2 Tn.E berdasarkan evaluasi pada hari
tanda dan gejala yang terdapat pada klien ke 3 menunjukan dari 9 tanda dan gejala yang
terjadi penurunan tanda dan gejala sebanyak terdapat pada klien terjadi penurunan tanda
70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi
dan gejala, dan 30% atau sebanyak 2 dari atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30%
tanda dan gejala klien 2 Tn.Y belum teratasi, atau sebanyak 2 dari tanda dan gejala klien 2
tanda dan gejala yang belum teratasi Tn.Y belum teratasi, tanda dan gejala yang
diantaranya klien masih afek labil dan kontak belum teratasi diantaranya klien masih afik
mata mudah beralih. Tabel diatas juga labil dan kontak mata mudah beralih. 7
menunjukan dari 7 kemampuan yang terdapat kemampuan yang terdapat pada klien terjadi
pada klien terjadi peningkatan kemampuan peningkatan kemampuan klien mengontrol
klien mengontrol halusinasi sebanyak 100%. halusinasi sebanyak 100%. Hal ini
Hal ini menunjukan bahwa hasil dari evaluasi menunjukan bahwa hasil dari evaluasi hari
hari ketiga klien 2 Tn.Y terjadi penurunan ketiga klien 2 Tn.Y terjadi penurunan tanda
tanda dan gejala halusinasi dan terjadi dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan
peningkatan kemampuan klien dalam kemampuan klien dalam mengontrol
mengontrol halusiansi. halusiansi.
Bab ini akan membahas masalah keperawatan Faktor penyebab halusinasi menurut Yosep
pada Tn.Y dan Tn.E dengan diagnosa (2014) ada 2 yaitu: faktor predisposisi dan
halusinasi, berdasarkan pengkajian kedua faktor presipitasi, faktor predisposisi meliputi
responden mengalami halusinasi dengan faktor perkembangan, faktor sosiokultural,
menunjukan keluhan yang sama maka peneliti faktor biokimia, faktor genetik dan pola asuh.
menekankan untuk memberikan strategi Sedangkan faktor presipitasi berupa perilaku.
pelaksanaan 1 halusinasi. Hasil penelitian kedua responden mempunyai
Klien 1 Tn.Y berdasarkan evaluasi pada hari faktor predisposisi sosiokultural yang sama
ke 3 menunjukan dari 10 tanda dan gejala yaitu pada Tn.E klien pernah dipasung kurang
yang terdapat pada klien terjadi penurunan lebih 1 bulan sehingga klien merasa
tanda dan gejala sebanyak 70% masalah diasingkan oleh keluarga dan para
teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan tetangganya. Tn.Y merasa selalu dijauhi oleh
30% atau sebanyak 3 dari tanda dan gejala tetangganya dan selalu diejek karena lidahnya
klien 1 Tn.E belum teratasi, tanda dan gejala celat. Hal ini sesuai pernyataan Yosep (2014)
yang belum teratasi diantaranya klien masih bahwa terdapat faktor predisposisi penyebab
afek labil, kontak mata mudah beralih dan halusinasi yaitu faktor sosiokultural dimana
malas melakukan aktivitas harian. 7 sesorang yang merasa tidak diterima
kemampuan yang terdapat pada klien terjadi lingkungannya sejak bayi akan merasa
peningkatan kemampuan klien mengontrol disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
halusinasi sebanyak 100%. Hal ini pada lingkungannya.
menunjukan bahwa hasil dari evaluasi hari Berdasarkan hasil penelitian kedua responden
ketiga klien 1 Tn.E terjadi penurunan tanda mempunyai faktor presipitasi yaitu perilaku
dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan berupa ketakutan. Tn.E mempunyai faktor
kemampuan klien dalam mengontrol presipitasi klien merasa ketakutan, curiga dan
halusiansi. merasa gelisah dengan suara palsu yang
muncul. Tn.Y klien merasa ketakutan pada

42
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

suara palsu yang menyuruh klien untuk pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
berlari-lari. Hal ini sesuai dengan Yosep tidak ada.
(2014) bahwa faktor presipitasi berupa Kedua responden memiliki tanda dan gejala
perilaku respon klien terhadap halusinasi yang berbeda yaitu pada klien 1 ada 10 tanda
dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak dan gejala, pada klien 2 ada 9 tanda dan gejala
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak dalam evaluasi terjadi penurunan tanda dan
diri, kurang perhatian, tidak mampu gejala yang hampir sama yaitu pada klien 1
mengambil keputusan serta tidak dapat ada tanda dan gejala sebanyak 7 tanda dan
membedakan keadaan nyata. Faktor gejala dan pada klien 2 ada tanda dan gejala
predisposisi dan presipitasi dari halusinasi yang teratasi sebanyak 7 tanda dan gejala.
dapat menimbulkan tanda dan gejala Kedua responden Tn.Y dan Tn.E pada saat
pendengaran berupa klien mendnegar suara dilakukan strategi pelaksanaan 1 halusinasi
palsu, tertawa dan bicara sendiri. Hal tersebut cukup kooperatif namun terkadang saat di
dapat diturunkan tanda dan gejalanya dengan ajarkan strategi pelaksanaan 1 halusinasi
diberikan strategi pelaksanaan 1 halusiansi. responden tidak mampu berkonsentrasi, maka
Strategi pelaksanaan 1 halusinasi meliputi dari itu dalam waktu dilakukan 1 x sehari
membina hubungan saling percaya, klien selama 15 menit selama 3 hari kedua
dapat mengenal halusinasinya, klien dapat responden yaitu Tn.Y dan Tn.E didapatkan
mengontrol halusinasinya dan dengan cara hasil terjadi penurunan tanda dan gejala
menghardik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebanyak 70%.
Sudirman (2014) tentang Pengaruh Penerapan
Stratergi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan KESIMPULAN
Halusinasi Klien Terhadap Kemampuan Kesimpulan dari kedua responden bahwa
Mengontrol Halusinasi di RSKD Provinsi strategi pelaksanaan 1 mampu mengurangi
Sulawesi Selatan yang menunjukan strategi tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
pelaksanaan 1 pada klien dengan skizofrenia Tn.Y dari hasil observasi didapatkan ada 10
yaitu ada pengaruh kemampuan klien dalam tanda gejala dan setelah diberikan strategi
mengontrol halusinasi setelah 3 hari di pelaksanaan 1 halusinasi selama 3 hari ada
ajarkan strategi pelaksanaan 1 halusinasi. penurunan tanda gejala sebanyak 70 %. Tn.E
Menurut Afnuhazi (2015) tujuan dari tindakan dari hasil observasi diapatkan ada 9 tanda
strategi pelaksanaan 1 pada halusinasi antara gejala dan setelah diberikan stratei pelasanaan
lain untuk mengenalkan kepada klien tentang 1 halusinasi selama 3 hari ada penurunan
isi, frekuensi, jenis, faktor pencetus dan tanda gejala sebanyak 70%. Klien 1 Tn.Y
respon saat halusinasi muncul. berdasarkan evaluasi pada hari ke 3
Menurut Yusuf (2015) halusinasi adalah menunjukan dari 10 tanda dan gejala yang
gangguan persepsi sensori dari suatu objek terdapat pada klien terjadi penurunan tanda
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi
persepsi sensori ini meliputi seluruh panca atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30%
indera, halusinasi merupakan salah satu gejala atau sebanyak 3 dari tanda dan gejala klien 1
gangguan jiwa yang pasien mengalami Tn.E belum teratasi, tanda dan gejala yang
perubahan sensori persepsi, serta merasakan belum teratasi diantaranya klien masih afek
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, labil, kontak mata mudah beralih dan malas
pengecapan, perabaan, atau penciuman, melakukan aktivitas harian. 7 kemampuan

43
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

yang terdapat pada klien terjadi peningkatan Davies, Teifion. (2009). ABC Kesehatan
kemampuan klien mengontrol halusinasi Mental. Jakarta: EGC
sebanyak 100%. Hal ini menunjukan bahwa
Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan
hasil dari evaluasi hari ketiga klien 1 Tn.E
Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi Nuha Medika
dan terjadi peningkatan kemampuan klien
dalam mengontrol halusiansi. Klien 2 Tn.E Keliat, Budi Anna. (2014). Model Praktik
berdasarkan evaluasi pada hari ke 3 Keperawatan Profesional Jiwa.
menunjukan dari 9 tanda dan gejala yang Jakarta : EGC
terdapat pada klien terjadi penurunan tanda
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi
(Riskesdas) Nasional. (2013).
atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30% Jakarta: Badan Penelitian dan
atau sebanyak 2 dari tanda dan gejala klien 2 Pengembangan Depkes RI
Tn.Y belum teratasi, tanda dan gejala yang
belum teratasi diantaranya klien masih afik Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
labil dan kontak mata mudah beralih. 7 Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
kemampuan yang terdapat pada klien terjadi CV Andi Offset
peningkatan kemampuan klien mengontrol
Nanda, (2015-2017). Diagnosis Keperawatan
halusinasi sebanyak 100%. Hal ini Definisi & Klasifikasi. Jakarta:
menunjukan bahwa hasil dari evaluasi hari EGC
ketiga klien 2 Tn.Y terjadi penurunan tanda
dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
kemampuan klien dalam mengontrol Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
halusinasi.
Medika

DAFTAR PUSTAKA Puri, B. K. (2011). Buku Ajar Psikiatri Edisi


Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik 2. Jakarta: EGC
dalam Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar
Publishing Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: EGC RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. (2015).
Perilaku Kekerasan Pada Klien
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Skizofrenia (online),
Aplikasi Praktik Klinik Edisi 1. https://rsjsoerojo.co.id diakses
Yogyakarta: Graha Ilmu tanggal 8 Oktober 2018, Jam 20.00
WIB
Damaiyanti, M. (2014). Asuhan Keperawatan
jiwa. Bandung: PT. Refika Reliani, Umam. (2015). Pelaksanaan Teknik
Aditama Mengontrol Halusinasi:
Kemampuan Klien Skizofrenia
Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Mengontrol Halusinasi. The Sun.
Pendidikan. Bandung: Alfabeta Vol 2 (1) (Online),
https://docplayer.info/38014948-

44
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Pelaksanaanteknikmengontrolhalusi
nasi diakses tanggal 7 Oktober Sutejo, (2013). Keperawatan Jiwa.
2018, Jam 17.30 WIB Yogyakarta: PT.Pustaka Baru

Sumantri, Arif. (2011). Metodelogi Penelitian Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien
Kesehatan. Jakarta: Kencana Halusinasi. Jakarta: CV.Trans Info
Prenanda Media Group
Sudirman, Jusliani. (2014). Pengaruh Yosep, Iyus. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Penerapan Stratergi Pelaksanaan Jiwa Dan Advance Mental Health
Tindakan Keperawatan Halusinasi Nursing. Bandung: PT. Revika
Klien Terhadap Kemampuan Aditama
Mengontrol Halusinasi di RSKD
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Yudhantara, Surya. D. (2018). Sinopsis
Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol 5 Skizofrenia Untuk Mahasiswa
Nomor 2 (Online), Kedokteran. Malang: UB Press
https://ejournal.stikesnh.ac.id/index
.php/jikd//article/view753 diakses Yusuf, A. (2015). Buku Ajar Keperawatan
tanggal 7 Oktober 2018, Jam 18.15 Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
WIB Medika

45

Anda mungkin juga menyukai