Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI

TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA


PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA
GRHASIA PEMDA DIY

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana


Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan
Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:
SUHERI
201010201127

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014
ii

HALAMAN PENGESAHAN

EFFECT OF HALLUCINATION GENERALIST INTERVENTION


TOWARD HALLUCINATION FREQUENCIES OF
SCHIZOPHRENIC PATIENTS IN GRHASIA
ASYLUM OF PEMDA DIY

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI


TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA
PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA
GRHASIA PEMDA DIY

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
SUHERI
201010201127

Telah Disetujui pada tanggal : …………………………………....

Pembimbing

Ns. Mamnu’ah, M.Kep., Sp.Kep.J.


ii
iii

EFFECT OF HALLUCINATION GENERALIST INTERVENTION


TOWARD HALLUCINATION FREQUENCIES OF
SCHIZOPHRENIC PATIENTS IN GRHASIA
ASYLUM OF PEMDA DIY

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI


TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA
PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA
GRHASIA PEMDA DIY

Suheri, Mamnu’ah
Prodi Ilmu Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Email: Chuhairi.sweet@gmail.com

Abstract: This research aim is to analyze the effect of hallucination generalist


intervention toward hallucination frequencies of schizophrenic patients in Grhasia
Asylum of PEMDA DIY. Quantitative method with quasi experiment design consists
of control and experiment group used in this research. Respondent in this research
consist of 24 schizophrenic patients in Grhasia Asylum of PEMDA DIY and were
taken by purposive sampling technique. Intervention given in experimental group is
hallucination generalist intervention. Wilcoxon signed rank analysis showed that at
; values obtained, so . Research result consulted that
schizophrenic patients were having lower hallucination frequencies after
hallucination generalist intervention are given.

Keywords : Schizophrenia, relapse frequency, hallucination generalist

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tindakan
generalis halusinasi terhadap pasien skizofrenua di Rumah Sakit Jiwa Grhasia
PEMDA DIY. Metode penelitian kuantitatif dengan kuasi eksperimen yang terdiri
dari kelompok kontrol dan eksperimen digunakan dalam penelitian ini. Responden
penelitian terdiri dari 24 pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Grhasia PEMDA
DIY dan diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tindakan
generalis halusinasi diberikan pada kelompok eksperimen. Analisis wilcoxon signed
rank menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi diperoleh nilai
sehingga . Hasil penelitian menyimpulnya bahwa pasien skizofrenia
memiliki frekuensi halusinasi yang lebih rendah setelah menerima tindakan generalis
halusinasi.

Kata kunci : Skizofrenia, frekuensi kekambuhan, generalis halusinasi

iii
1

A. LATAR BELAKANG lingkungan di sekitarnya. Hal ini terjadi

Skizofrenia adalah suatu penyakit jika halusinasi yang dialami klien sudah

yang mempengaruhi otak dan sampai fase ke empat (IV) yaitu dimana

menyebabkan timbulnya pikiran, klien sampai mengalami panik berat dan

persepsi, emosi, gerakan dan perilaku perilakunya dikendalikan oleh

yang aneh dan terganggu (Videbeck, halusinasinya.

2008). Prevalensi penderita Skizofrenia Dampak yang dapat ditimbulkan

di Indonesia adalah 0,3%-1% dan oleh pasien yang mengalami halusinasi

terbanyak pada usia sekitar 18-45 tahun, adalah kehilangan kontrol dirinya.

terdapat juga beberapa penderita yang Dalam kondisi ini pasien dapat

mengalami pada usia 11-12 tahun melakukan bunuh diri (suicide),

(Depkes RI, 2008). membunuh orang lain (homicide), dan

Yosep (2011) menyatakan bahwa bahkan merusak lingkungan

90% pasien skizofrenia mengalami disekitarnya. Untuk memperkecil

halusinasi. Halusinasi merupakan suatu dampak yang ditimbulkan, dibutuhkan

kejadian melihat, mendengar, penanganan halusinasi yang tepat

menyentuh, mencium, ataupun (Hawari 2009). Aktivitas fisik

merasakan sesuatu tanpa adanya merefleksi isi halusinasi seperti;

rangsangan eksternal terhadap organ perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri

sensori (Fontaine, 2009). atau katatonia. Tidak mampu berespon

Halusinasi yang dialami oleh pasien terhadap perintah yang komplek dan

skizofrenia dapat berupa halusinasi tidak mampu berespon lebih dari satu

visual, halusinasi pendengaran ataupun orang (Videbeck, 2008).

halusinasi campuran. Stuart dan Laraia Berbagai terapi yang dikembangkan

(2005) mengemukakan bahwa 20% dalam menangani pasien dengan

pasien skizofrenia mengalami halusinasi halusinasi difokuskan kepada pasien

penglihatan dan pendengaran secara secara individu, kelompok, maupun

bersamaan, 70% lagi mengalami keluarga maupun komunitas. Tindakan

halusinasi pendengaran, dan 10% lagi generalis halusinasi adalah terapi umum

mengalami halusinasi yang lainnya. yang diberikan untuk membantu pasien

Pasien yang mengalami halusinasi mengenal halusinasi, melatih,

dapat kehilangan kontrol terhadap menghardik halusinasi, bercakap-cakap

dirinya sehingga dapat membahayakan dengan orang lain, melatih melakukan

diri sendiri, orang lain bahkan aktivitas yang terjadwal, serta minum
2

obat secara teratur (Keliat dan Akemat, satu-satunya pilihan. Obat memang
2010). Tindakan keperawatan pasien memberikan efek positif, namun efek
dengan halusinasi adalah Standar ini terjadi secara sempurna hanya pada
Asuhan Keperawatan Halusinasi yang sedikit pasien. Sebagian besar pasien
meliputi membantu klien mengenal terus mengalami gejala dan terapi
halusinasi, melatih klien cara alternatif terus dikampanyekan
menghardik halusinasi, bercakap-cakap mengingat pentingnya dilakukan
dengan orang lain, melatih melakukan tindakan ini.
aktivitas yang terjadwal serta minum
obat secara teratur (Keliat, 2009). B. METODE PENELITIAN
Penelitian yang pernah dilakukan Desain penelitian kuantitatif dengan
sebelumnya oleh Caroline (2008) rancangan quasi experiment design with
meneliti bahwa dengan pelaksanaan two groupsnon-eksperimen dengan
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) rancangan deskriptif korelatif. Tindakan
generalis halusinasi, kemampuan yang diberikan pada kelompok
kognitif pasien diketahui meningkat eksperimen adalah generalis halusinasi.
47% dan kemampuan psikomotor Adapun tindakan rehabilitasi dan
pasien juga diketahui meningkat 48%. farmakoterapi tetap diberikan kepada
Penerapan SAK generalis halusinasi kedua kelompok untuk memenuhi hak
juga mampu menurunkan tanda dan pasien dan menghormati etika
gejala halusinasi sebesar 14%. penelitian.
Meskipun demikian, terapi obat Tindakan generalis halusinasi
psikofarma antipsikotik masih menjadi diberikan sesuai dengan SOP RSJ
fokus utama dibandingkan tindakan- Grhasia PEMDA DIY dan dilakukan
tindakan terapi lainnya. oleh 2 perawat bangsal sebagai asisten
Wicaksana (2008) mengemukakan peneliti. Sebelum pengambilan data
bahwa pengobatan skizofrenia saat ini penelitian telah dilakukan uji persepsi
masih terfokus pada tindakan antara peneliti dengan asisten peneliti.
farmakoterapi. Terapi-terapi lain seperti Hasil uji kappa menunjukkan nilai
psikoterapi suportif, terapi perilaku, sehingga persepsi peneliti
terapi perilaku kognitif dan terapi kerja dengan kedua asisten peneliti adalah
masih menjadi pilihan kedua. Broker sama.
(2008) juga mengemukakan bahwa obat
adalah terapi pertama dan biasanya
3

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Pasien Skizofrenia di RSJ Grhasia PEMDA DIY
Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Kelompok
No Karakteristik Kontrol Eksperimen
F % F %
1 Jenis Kelamin Perempuan 4 33,3 2 16,7
Laki-laki 8 66,7 10 83,3
Jumlah 12 100 12 100
2 Latar Belakang Tidak sekolah 2 16,7 1 8,3
Pendidikan SD 3 25 2 16,7
SMP 1 8,3 5 41,7
SMA 5 41,7 2 16,7
Universitas 1 8,3 2 16,7
Jumlah 12 100 12 100
3 Status Pekerjaan Bekerja 2 16,7 1 8,3
Tidak bekerja 10 83,3 11 91,7
Jumlah 12 100 12 100
4 Status Kawin 2 16,7 6 50
Perkawinan Tidak Kawin 9 75 6 50
Jumlah 12 100 12 100
5 Frekuensi Rawat Tidak ada 0 0 1 8,3
Inap 1x 6 50 4 33,3
2-3x 2 16,7 5 41,7
≥4x 4 33,3 2 16,7
Jumlah 12 100 12 100
6 Rentang Usia Remaja akhir (17-25 tahun) 3 25 1 8,3
Dewasa awal (26-35 tahun) 3 25 2 16,7
Dewasa akhir (36-45 tahun) 4 33,3 7 58,3
Lansia awal (46-55 tahun) 1 8,3 2 16,7
Lansia akhir (56-65 tahun) 1 8,3 0 0
Jumlah 12 100 12 100

Berdasarkan tabel 4.1, secara umum kelompok eksperimen sebagian besar


diketahui bahwa responden pada kedua memiliki frekuensi rawat inap 2-3x.
kelompok secara mayoritas berjenis Adapun ditinjau dari rentang usia
kelamin laki-laki, memiliki latar responden, diketahui bahwa pada kedua
belakang pendidikan yang rendah, tidak kelompok, sebagian besar responden
bekerja dan tidak kawin. Diketahui berada pada rentang usia dewasa akhir.
juga bahwa pada kelompok kontrol Rentang usia tertua yakni rentang
sebagian besar responden memiliki lansia akhir hanya dimiliki oleh
frekuensi rawat inap 1x dan pada kelompok eksperimen.
4

Frekuensi Halusinasi Pasien Skizofrenia di RSJ Grhasia PEMDA DIY Sebelum


dan Setelah Pemberian Tindakan Generalis Halusinasi
Tabel 4.2 Frekuensi Halusinasi Sebelum Pemberian Tindakan Generalis
Halusinasi
Frekuensi Halusinasi
Jumlah
No Kelompok Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % F %
1 Kontrol 2 16,7 7 58,3 3 25 12 100
2 Eksperimen 2 16,7 7 58,3 3 25 12 100
Jumlah 4 16,7 14 58,3 6 25 24 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui tingkat sedang dengan persentase pada


bahwa responden pada kelompok kedua kelompok masing-masing sebesar
kontrol dan eksperimen sebelum 58,3%. Adapun sisanya memiliki
menerima tindakan generalis halusinasi frekuensi halusinasi pada tingkat tinggi
memiliki proporsi tingkat frekuensi dengan persentase masing-masing
halusinasi yang sama. Pada kedua sebesar 16,7% dan frekuensi halusinasi
kelompok, sebagian besar responden pada tingkat rendah dengan persentase
memiliki frekuensi halusinasi pada masing-masing sebesar 25%.

Tabel 4.3 Frekuensi Halusinasi Setelah Pemberian Tindakan Generalis


Halusinasi
Frekuensi Halusinasi
Jumlah
No Kelompok Tinggi Sedang Rendah
F % F % F % F %
1 Kontrol 5 41,7 6 50 1 8,3 12 100
2 Eksperimen 0 0 2 16,7 10 83,3 12 100
Jumlah 5 20,8 8 33,3 11 45,8 24 100
Tabel 4.3 kelompok eksperimen dan 16,7% sisanya memiliki frekuensi
memiliki tingkat frekuensi halusinasi halusinasi tingkat sedang.
yang lebih rendah dibandingkan pada Adapun pada kelompok kontrol,
kelompok kontrol. Pada kelompok diketahui masih ada 41,7% responden
eksperimen, tidak ada responden yang yang memiliki frekuensi halusinasi pada
memiliki frekuensi halusinasi pada tingkat tinggi. Sebagian besar
kategori tinggi, 83,3% responden responden pada kelompok kontrol
memiliki frekuensi halusinasi rendah berada pada tingkat halusinasi sedang
dengan persentase sebesar 50% dan
5

hanya 8,3% responden saja yang tingkat rendah.


memiliki frekuensi halusinasi pada
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Wilcoxon Signed Rank
No Kelompok N Mean Z Signifikansi Keterangan
Rank (p)
1 Kontrol 12 Turun = 5 5 -2,236 0,025 Penurunan
Naik = 0 signifikan
Tetap = 7
2 Eksperimen 12 Turun = 9 3,5 -3,000 0,003 Penurunan
Naik = 0 signifikan
Tetap = 3
6

mengalami perubahan tingkat


Hasil uji wilcoxon signed rank frekuensi halusinasi dari sebelum dan
pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa sesudah pemberian tindakan generalis
terdapat perbedaan tingkat halusinasi halusinasi dan tidak ada responden
sebelum dan sesudah pemberian yang mengalami peningkatan tingkat
tindakan generalis halusinasi pada frekuensi halusinasi dari sebelum dan
kedua kelompok. Hal ini dapat dilihat sesudah pemberian tindakan generalis
dari besarnya nilai signifikansi (p) dari halusinasi.
kedua kelompok sebelum dan sesudah Adapun pada kelompok
pemberian tindakan generalis eksperimen, perbedaan tingkat
halusinasi yang nilainya lebih kecil halusinasi sebelum dan sesudah
dari 0,005 (p<0,005). pemberian tindakan generalis
Pada kelompok kontrol, perbedaan halusinasi adalah signifikan dengan
tingkat halusinasi data sebelum dan nilai p sebesar 0,003. Nilai z sebesar -
sesudah pemberian tindakan generalis 3,000 dengan tanda minus
halusinasi adalah signifikan dengan menunjukkan penurunan frekuensi
nilai p sebesar 0,014. Nilai z sebesar - halusinasi. Nilai harga mutlak z hitung
2,236 dengan tanda minus sebesar 3,000 tersebut besarnya lebih
menunjukkan penurunan frekuensi besar dari nilai z tabel sebesar 1,96
halusinasi. Nilai harga mutlak z hitung juga menunjukkan adanya perbedaan
sebesar 2,449 tersebut besarnya lebih yang signifikan tingkat halusinasi dari
besar dari nilai z tabel sebesar 1,96 data sebelum dan sesudah pemberian
juga menunjukkan adanya perbedaan tindakan generalis halusinasi.
yang signifikan tingkat halusinasi dari Sebanyak 9 responden diketahui
data sebelum dan mengalami penurunan tingkat
frekuensi halusinasi dari sebelum dan
sesudah pemberian tindakan generalis
sesudah pemberian tindakan generalis halusinasi, 3 responden lagi
halusinasi. mengalami tidak mengalami
Sebanyak 5 responden diketahui perubahan frekuensi halusinasi dari
mengalami penurunan tingkat sebelum dan sesudah pemberian
frekuensi halusinasi dari sebelum dan tindakan generalis halusinasi dan tidak
sesudah pemberian tindakan generalis ada responden yang mengalami
halusinasi, 7 responden lagi tidak peningkatan tingkat frekuensi
7

halusinasi dari sebelum dan sesudah Tercatat bahwa jumlah responden


pemberian tindakan generalis yang mengalami penurunan frekuensi
halusinasi. halusinasi pada kelompok eksperimen
Demikian sehingga penurunan adalah sebanyak 9 responden dan pada
tingkat frekuensi halusinasi pada kelompok kontrol lebih sedikit, yakni
responden kelompok eksperimen sebanyak 5 responden. Kelompok
adalah lebih tinggi daripada penurunan eksperimen yang menerima intervensi
tingkat halusinasi pada responden tambahan berupa tindakan generalis
kelompok kontrol meskipun tingkat halusinasi tercatat mengalami
penurunan keduanya adalah perubahan dari semula 58,3%
signifikan. respondennya memiliki frekuensi
halusinasi pada tingkat sedang
Pengaruh Tindakan Generalis menjadi 83,3% respondennya
Halusinasi Terhadap Frekuensi
memiliki frekuensi halusinasi pada
Halusinasi Pasien Skizofrenia di
RSJ Grhasia PEMDA DIY tingkat rendah.
Tindakan generalis halusinasi
Hasil uji wilcoxon signed rank
adalah tindakan terapi alternatif
menunjukkan bahwa terdapat
setelah farmakoterapi. Tindakan
perbedaan tingkat halusinasi dari
generalis halusinasi membantu klien
sebelum dan sesudah pemberian
mengenal halusinasi, melatih,
tindakan generalis halusinasi pada
menghardik halusinasi, bercakap-
kedua kelompok (p<0,005).
cakap dengan orang lain, melatih
Pada kedua kelompok tidak
melakukan aktivitas yang terjadwal,
ditemukan adanya responden yang
serta minum obat secara teratur (Keliat
mengalami kenaikan frekuensi
dan Akemat, 2010).
halusinasi. Fenomena yang terjadi
Tindakan generalis halusinasi
adalah penurunan frekuensi halusinasi
bertujuan untuk membantu pasien
dan sisanya tidak mengalami
mengenal halusinasinya dan
perubahan frekuensi halusinasi. Dalam
membantu pasienagar mampu
hal ini, responden pada kelompok
memberdayakan sistem pendukung
eksperimen mengalami penurunan
untuk mengontrol halusinasinya.
yang lebih banyak dibandingkan
Penelitin berasumsi bahwa
kelompok kontrol kelompok kontrol
keefektifan tindakan generalis
yang hanya menerima tindakan
halusinasi dalam penelitian ini juga
rehabilitasi dan farmakoterapi.
8

didukung oleh karakteristik halusinasi tingkat tinggi dan tingginya angka


yang dialami oleh responden. Dalam kejadian responden yang mengalami
penelitian ini seluruh jenis halusinasi halusinasi pada tingkat rendah pada
yang dialami oleh pasien skizofrenia kelompok eksperimen dibandingkan
keseluruhannya berupa halusinasi dengan data responden kelompok
auditori (pendengaran). Jenis eksterimen sebelum tindakan generalis
halusinasi auditori merupakan jenis halusinasi.
halusinasi yang paling mudah dikenali D. SIMPULAN DAN SARAN
oleh pasien skizofrenia dibandingkan Simpulan
jenis halusinasi gabungan atau Frekuensi halusinasi pasien
halusinasi tunggal lain seperti skizofrenia di RSJ Grhasia PEMDA
halusinasi bau dan halusinasi visual DIY sebelum pemberian tindakan
(Stuart, 2007). generalis halusinasi pada kedua
Hasil penelitian lain yang juga kelompok adalah 58,3% berada pada
mendukung penelitian ini adalah hasil tingkat sedang. Setelah pemberian
penelitian ini adalah penelitian tindakan generalis halusinasi, 83,3%
Veronika dkk. (2007) dan Carolina responden pada kelompok eksperimen
(2008). Dalam kedua penelitian memiliki frekuensi halusinasi pada
tersebut juga ditemukan hal yang tingkat rendah dan 50% responden
sejalan dengan penelitian ini yaitu pada kelompok kontrol memiliki
bahwa terapi generalis halusinasi frekuensi halusinasi pada tingkat
terbukti mampu meningkatkan sedang.
kemampuan kognitif dan psikomotor Saran
pasien skizofrenia dalam RSJ Grhasia Pemda DIY
mengendalikan halusinasi sehingga disarankan untuk meningkatkan
menurunkan tanda-tanda halusinasi. kualitas pemberian tindakan generalis
Adapun efektivitas dari tindakan halusinasi sebagai terapi alternatif di
generalis halusinasi pada penelitian ini samping farmakoterapi. Diantaranya
dapat dilihat pada responden dengan melakukan diklat keperawatan
kelompok eksperimen setelah guna meningkatkan kemampuan
pemberian tindakan generalis perawat dalam memberikan tindakan
halusinasi yang menunjukkan generalis pada pasien skizofrenia.
absennya angka kejadian responden
yang mengalami halusinasi pada
9

DAFTAR PUSTAKA Stuart, G. W., dan Laraia. (2005).


Broker, C. (2008). Ensiklopedia Principles and Practice of
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Psychiatric Nursing (8 ed). St.
Buku Kedokteran EGC Louis: Mosby Year
Carolina, K.S. (2008). Pengaruh Veronika, S.; Mariyono, S.; Sri, W.
Penerapan standar asuhan (2007). Pengaruh terapi aktivitas
keperawatan halusinasi terhadap kelompok stimulasi persepsi
kemampuan klien mengontrol halusinasi terhadap frekuensi
halusinasi di RS Jiwa Soeharto halusinasi. JIK 02(01): 24-27
Heerdjan Jakarta. Tesis. Jakarta: Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar
Fakultas Ilmu Kedokteran Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. (2008). Wicaksana, I. (2008). Mereka Bilang
Laporan Hasil Riset Kesehatan Aku Sakit Jiwa: Refleksi Kasus-
Dasar (RISKESDAS) Nasional kasus Psikatri dan Problematikan
2008, Badan Penelitian dan Kesehatan Jiwa di Indonesia.
Pengembangan Depkes RI. Yogyakarta: Kanisius
Jakarta Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa.
Fontaine, K. L. (2009). Menthal PT. Refika Aditama: Bandung
Health Nursing Sixth Edition.
New Jersey: Pearson
Hawari, D. (2009). Pendekatan
Holistic Pada Gangguan Jiwa.
Balai Penerbit Fakultas
Keperawatan Universitas
Indonesia: Jakarta
Keliat, B. A. (2009). Model Praktik
Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Keliat, B.A.; Akemat, C. (2005).
Keperawatan Jiwa : Terapi
Aktifitas. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai