Anda di halaman 1dari 25

FILOSOFI IBADAH MALIAH (HARTA BENDA/ ZAKAT)

https://minanews.net/kedudukan-harta-dalam-islam/

1. Kedudukan Harta dalam Islam


Harta dalam bahasa Arab disebut al-maal yang berasal dari kata ‫ل‬ ََ ‫لَ – َي ِميْلَ – َما‬
َ ‫َم ْي‬
yang berarti condong, cenderung, dan miring. Harta menurut syariat: segala
sesuatu yang bernilai, bisa dimiliki, dikuasai, dimanfaatkan yang menurut syariat
yang berupa (benda dan manfaatnya).

Harta menurut ulama: sesuatu yang berwujud dan dapat dipegang dalam
penggunaan dan manfaat pada waktu yang diperlukan. Al-Qur’anَmenyebutَkataَ
al-mal (harta) tidak kurang dari 86 kali. Penyebutan berulang-ulang terhadap
sesuatu di dalam Al-Qur’anَ menunjukkanَ adanyaَ perhatianَ khususَ danَ penting
terhadap sesuatu itu. Harta merupakan bagian penting dari kehidupan yang tidak
dipisahkan dan selalu diupayakan oleh manusia dalam kehidupannya terutama di
dalam Islam.

Islam memandang keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki, dan


memanfaatkan harta sebagai sesuatu yang lazim, dan urgen. Harta diperoleh,
dimiliki, dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi hajat hidupnya, baik bersifat
materi maupun non materi. Manusia berusaha sesuai dengan naluri dan
kecenderungan untuk mendapatkan harta.

Al-Qur’an memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri
kepada Khaliq-Nya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan
keberadaan harta, manusia diharapkan memiliki sikap dermawan yang
memperkokoh sifat kemanusiannya. Jika sikap dermawan ini berkembang, maka
akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia, baik di sisi Tuhan
maupun terhadap sesama manusia.

I. Kebaikan Harta Menurut Al-Quran

1. Sumber Kebaikan Dunia Akhirat

Q.S. Al-Baqarah (2): 180

َ ‫صيَّةَ َخي ًْرا ت ََركََ ِإن ْال َم ْوتَ َأ َ َحدَكمَ َح‬


َ ‫ض ََر ِإذَا َعلَيْك َْم ك ِت‬
َ‫ب‬ ِ ‫ْن ْال َو‬
َِ ‫وف َو ْاْل َ ْق َر ِبينََ ِل ْل َوا ِلدَي‬
َِ ‫ْالمت َّ ِقينََ َعلَى َحقًّا ِب ْال َم ْعر‬
“Diwajibkanَatasَkamu,َapabilaَseorangَdiَantaraَkamuَkedatanganَ(tanda-tanda)
maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan
karibَ kerabatnyaَ secaraَ ma’ruf,َ (iniَ adalah)َ kewajibanَ atasَ orang-orang yang
bertakwa.”

Q.S. Al-Baqarah (2): 272

َ ‫ن هدَاه َْم َع َليْكََ لَّي‬


َ‫ْس‬ ََّ ‫ّللاَ َو ٰل ِك‬ َْ ‫ّل تن ِفقونََ َو َما َف ِِلَنفسِك َْم َخيْرَ ِم‬
ََّ ‫ن تن ِفقوا َو َما يَشَاءَ َمن يَ ْهدِي‬ َ َّ ‫ّللاِ َوجْ َِه ا ْبتِغَا ََء ِإ‬
ََّ ‫َو َما‬
‫ن تن ِفقوا‬ َْ ‫ف َخيْرَ ِم‬ َ
ََّ ‫ّل َوأنت َْم ِإلَيْك َْم ي َو‬ ْ
َ َ ََ‫تظلَمون‬
“Bukanlahَ kewajibanmuَ menjadikanَ merekaَ mendapatَ petunjuk,َ akanَ tetapiَ
Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka
pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu
melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang
kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu
sedikitpunَtidakَakanَdianiayaَ(dirugikan).”

Q.S. Al Adiyat (100): 8

‫ب َوإِنَّ َه‬ َِ ‫شدِيدَ ْال َخي‬


َِ ‫ْر ِلح‬ َ َ‫ل‬
“Danَsesungguhnyaَdiaَsangatَbakhilَkarenaَcintanyaَkepadaَharta.”

2. Menyejahterakan Keluarga

Q.S. Al-Kahfi (18): 82

‫ْن َفكَانََ ْال ِجدَارَ َوأ َ َّما‬ َِ ‫صا ِل ًحا أَبوه َما َوكَانََ لَّه َما كَنزَ تَحْ ت َهَ َوكَانََ ْال َمدِينَ َِة ِفي َي ِتي َمي‬
َِ ‫ْن ِلغ َل َمي‬ َ َ‫َيبْلغَا أَن َربُّكََ فَأ َ َرا َد‬
‫ن فَ َع ْلتهَ َو ََما َّر ِبكََ ِمن َرحْ َمةًَ كَنزَ ه َما َو َي ْست َْخ ِر َجا أَشدَّه َما‬ َْ ‫ْطع لَ َْم َما ت َأ ْ ِويلَ ٰذ ِلكََ أ َ ْم ِري َع‬
ِ ‫صب ًْرا َّعلَ ْي َِه تَس‬
َ
“Adapunَdindingَrumahَadalahَkepunyaanَduaَorangَanakَyatimَdiَkotaَitu,َdanَ
di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya
adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka
sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabarَterhadapnya.”

3. MemudahkanKehidupan

Q.S. Nuh (71): 12

‫ارا لَّك َْم َويَجْ عَل َجنَّاتَ لَّك َْم َويَجْ عَل َوبَ ِنينََ بِأ َ ْم َوالَ َوي ْم ِددْكم‬
ً ‫أَ ْن َه‬
“Danَmembanyakkanَhartaَdanَanak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-
kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
III. Kebaikan Harta Menurut Al-Hadits

1. Menambah Kebaikan

َ‫صا ِلحَ ْال َمالَ نِ ْع َم‬


َّ ‫ل ال‬
َِ ‫لرج‬
َّ ‫صا ِلح ِل‬
َّ ‫ال‬/ ‫والصبراني احمد‬
“Sebaik-baikَ hartaَ yangَ baikَ ituَ untukَ manusiaَ yangَ baik.”(H.R.َ Ahmadَ danَ
Tabrani)

2. Kekurangan Harta Menyebabkan Kekufuran

َ‫ن ْالفَ ْقرَ كَا َد‬


َْ َ ‫ك ْفرا يَك ْون أ‬/ ‫ضعف سننه في الليثي مسلم ابو‬
“Hampirَ sajaَ kefakiran membuatَ orangَ menjadiَ kafir.”(H.R.َ Abuَ Muslimَ Alَ
Laitsi dalam sunannya dhoif)

IV. Celanya Harta Menurut Al-Qur’an

1. Melalaikan dari Mengingat Allah

َ َ ‫ّل أَ ْم َوالك َْم ت ْل ِهك َْم‬


‫ّل آ َمنوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َ َ ‫ّللاِ ِذ ْك َِر َعن أ َ ْو َّلدك َْم َو‬
ََّ ‫ل َو َمن‬ ٰ ‫ْالخَا ِسرونََ همَ فَأ‬
َْ َ‫ولئِكََ ٰذ ِلكََ َي ْفع‬
“Haiَorang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orangَyangَmerugi.”َQ.S.َAl-Munafiqun (63): 9

2. Fitnah (Cobaan)

‫ّللا َوأَ ْو َّلدك َْم أَ ْم َوالك َْم ِإنَّ َما‬


ََّ ‫َع ِظيمَ أَجْ رَ ِعندَهَ ِفتْنَة َو‬
“Sesungguhnyaَhartamuَdanَanak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi
Allah-lahَpahalaَyangَbesar.”َQ.S.َAt-Taghabun (64): 15

3. Membuat Orang Berlebih-lebihan

َ‫ن ك ََّل‬
ََّ ‫سانََ ِإ‬ ِ ْ ‫َى‬
َ ‫اْلن‬ ْ َ‫لَي‬. ‫َى َّرآهَ أَن‬
َٰ ‫طغ‬ َٰ ‫ا ْستَ ْغن‬.
“Ketahuilah!َ Sesungguhnyaَ manusiaَ benar-benar melampaui batas,karena dia
melihatَdirinyaَserbaَcukup.”َQ.S.َAl-Alaq (96): 6-7

4. Bermegah-megah

‫التَّكَاثرَ أ َ ْل َهاك َم‬


“Bermegah-megahanَtelahَmelalaikanَkamu,”َQ.S.َAt-Takatsur (102): 1

5. Menghalangi Jihad
َ‫ِيرتك َْم َوأ َ ْز َواجك َْم َو ِإ ْخ َوانك َْم َوأَ ْبنَاؤك َْم آ َباؤك َْم كَانََ ِإن ق ْل‬
َ ‫ارةَ ا ْقت ََر ْفتموهَا َوأ َ ْم َوالَ َو َعش‬ َ ‫سادَهَا ت َْخش َْونََ َوتِ َج‬ َ ‫َك‬
َ‫سا ِكن‬
َ ‫ض ْونَ َها َو َم‬ َ ‫ّللاِ ِمنََ ِإلَيْكم أَ َحبََّ ت َْر‬
ََّ ‫ى فَت ََربَّصوا َس ِبي ِل َِه فِي َو ِج َهادَ َو َرسو ِل َِه‬ َٰ َّ‫ي َحت‬ ْ ََّ ‫ّللا ِبأ َ ْم ِر َِه‬
ََ ِ‫ّللا يَأت‬ ََّ ‫َو‬
َ َ ‫ْالفَا ِس ِقينََ ْالقَ ْو ََم يَ ْهدِي‬
‫ّل‬
“Katakanlah:َ “jikaَ bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”.َDanَAllahَtidakَmemberiَpetunjukَ
kepada orang-orangَyangَfasik.”َQ.S.َAt-Taubah (9): 24

V. Celanya Harta Menurut Al-Hadits

1. Membuat Sengsara

َ‫س‬َ ‫َار َعبْدَ تَ ِع‬ َ ‫ي إن ْالخ َِمي‬


َِ ‫ص َِة َو َعبْدَ الد ِْره ََِم َو َعبْدَ الدِين‬ ََ ‫ْط‬ َْ ِ‫ط لَ َْم َوإ‬
ِ ‫ن رضي أع‬ ََ ‫ط ي ْع‬
ََ ‫س ِخ‬ ََ ‫ِشيكََ َوإِذَا َوا ْنتَك‬
ََ ‫َس ت َ ِع‬
َ ‫س‬
َ َ َ‫ش ف‬
‫ل‬ ََ َ‫(البخاري رواه( ا ْنتَق‬
“Semogaَ sengsaraَ paraَ pemujaَ dinar,َ dirham,َ danَ bajuَ sutra (pemuja harta
kekayaan-pen.), bila ia diberi ia merasa senang, dan bila tidak diberi, ia menjadi
benci, semoga ia menjadi sengsara dan semakin sengsara (bak jatuh tertimpa
tangga), dan bila ia tertusuk duri, semoga tiada yang kuasa mencabut duri itu
darinya.”َ(HR.َBukhari)

2. Merusak Kehidupan

َِ ‫ل ِذئْ َب‬
‫ان َما‬ َ َ ‫ار َيا ِنأ ْر ِس‬
ِ ‫ض‬َ ‫سادًا ِبأ َ ْكثَ ََر َغنَمَ ِفي‬
َ ‫ن ِف ْي َها ِإ ْف‬
َْ ‫ب ِم‬
َِ ‫ف ح‬
َِ ‫ش َر‬ َِ ‫ي َو ْال َجا َِه َو ْال َما‬
َّ ‫ل ال‬ َْ ‫ْن ِف‬
َِ ‫ل ِدي‬
َِ ‫الرج‬ ْ
َّ ‫الم ْس ِل َِم‬/
‫الترمذي‬
“Tidakَ adaَ duaَ ekorَ serigalaَ buasَ yangَ dikirimkanَ ke kelompok kambing yang
lebih membuat kerusakan melebihi kerusakan agama seorang muslim yang
dikeluarkan oleh dikeluarkan oleh cintanya kepada kehormatan, harta dan
pangkat.”(H.R.َTirmidzi)

VI. Prinsip-Prinsip Islam Tentang Harta

Pertama:Pemilik mutlak harta adalah Allah kepemilikan manusia bersifat relatif,


sebatas mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan Allah.

ََّ ‫َك ِبيرَ أَجْ رَ لَه َْم َوأَنفَقوا ِمنك َْم آ َمنوا فَالَّذِينََ فِي َِه ُّم ْست َْخلَ ِفينََ َج َعلَكم ِم َّما َوأَن ِفقوا َو َرسو ِل َِه ِب‬
‫اّللِ ِآمنوا‬
“Berimanlahَkamuَ kepadaَAllahَdanَRasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperolehَpahalaَyangَbesar.” Q.S. Al-Hadid (57): 7

Kedua :Status harta yang dimiliki manusia adalah sebagai berikut:


1. Harta Sebagai Titipan Dari Allah Kedua Manusia Tidak Dapat Mengadakan

َّ ‫ل َو‬
َ‫ّللا‬ ََ ‫ض‬َّ َ‫ضك َْم ف‬ َٰ ‫ق فِي بَ ْعضَ َع َل‬
َ ‫ى بَ ْع‬ ِ ‫ضلوا ا َّلذِينََ فَ َما‬
َِ ‫الر ْز‬ ِ ‫ى ِر ْزقِ ِه َْم ِب َرادِي ف‬ َْ ‫فِي َِه فَه َْم أ َ ْي َمانه َْم َملَك‬
َٰ َ‫َت َما َعل‬
َ‫س َواء‬َ ‫ّللاِ أَفَ ِبنِ ْع َم َِة‬
ََّ ََ‫يَجْ َحدون‬
“Danَ Allahَ melebihkanَ sebahagianَ kamuَ dariَ sebagianَ yangَ lainَ dalamَ halَ
rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan
rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama
(merasakan)َrezekiَitu.َMakaَmengapaَmerekaَmengingkariَnikmatَAllah?”َQ.S.َ
An-Nahl (16): 71

2. Harta Sebagai Perhiasan Hidup yang Memungkinkan Manusia


Menggunakannya dengan Baik dan Tidak Berlebih-lebihan

ََ‫اس زيِن‬َ ِ َّ‫ت حبَُّ ِللن‬ َِ ‫ش َه َوا‬ َّ ‫اء ِمنََ ال‬ َِ ‫س‬ َ ِ‫ير َو ْالبَنِينََ الن‬ ِ ‫ط َرةَِ َو ْالقَن‬
َِ ‫َاط‬ َ ‫ب ِمنََ ْالمقَن‬ َّ ‫ل َو ْال ِف‬
َِ ‫ض َِة الذَّ َه‬ َِ ‫س َّو َم َِة َو ْال َخ ْي‬
َ ‫ام ْالم‬
َِ َ‫َو ْاْل َ ْنع‬
َِ ‫ّللا الدُّ ْنيَا ْال َحيَاةَِ َمت َاعَ ٰذَ ِلكََ َو ْال َح ْر‬
‫ث‬ ََّ ‫ب حسْنَ ِعندَهَ َو‬ َِ ‫ْال َمآ‬
“Dijadikanَ indahَ padaَ (pandangan)َ manusiaَ kecintaanَ kepadaَ apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).”َQ.S.َAli-Imran (3): 14

3. Harta Sebagai Ujian Keimanan

‫ن ِفتْنَةَ َوأَ ْو َّلدك َْم أَ ْم َوالك َْم أَنَّ َما َوا ْعلَموا‬
ََّ َ ‫ّللاَ َوأ‬
ََّ َ‫َع ِظيمَ أَجْ رَ ِعندَه‬
“Danَ ketahuilah,َ bahwaَ hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan sesungguhnya di sisi Allah-lahَpahalaَyangَbesar.”َQ.S.َAl-Anfal (8): 28

4. Harta Sebagai Bekal Ibadah

َ ً َ‫ل فِي َوأَنفسِك َْم ِبأ َ ْم َوا ِلك َْم َو َجاهِدوا َوثِق‬
‫اّل ِخفَافًا ان ِفروا‬ َِ ‫س ِبي‬ ََّ ‫تَ ْعلَمونََ كنت َْم ِإن لَّك َْم َخيْرَ ٰذ ِلك َْم‬.
َ ِ‫ّللا‬
“Berangkatlahَ kamuَ baikَ dalamَ keadaanَ merasaَ ringanَ maupunَ berat,َ danَ
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu
adalahَlebihَbaikَbagimu,َjikaَkamuَmengetahui.”َQ.S.َAt-Taubah (9): 41

‫صدَ َقاتَ ِإنَّ َما‬ َِ ‫ين ِل ْلف َق َر‬


َّ ‫اء ال‬ َ ‫ام ِلينََ َو ْال َم‬
َِ ‫سا ِك‬ ِ ‫بَ َوفِي قلوبه َْم َو ْالم َؤلَّفَ َِة َعلَ ْي َها َو ْال َع‬
ِ ‫الرقَا‬ ِ ‫س ِبي ِلَ َوفِي َو ْالغ‬
ِ ََ‫َار ِمين‬ ََّ
َ ِ‫ّللا‬
َِ ‫ل َواب‬
‫ْن‬ َِ ‫س ِبي‬ ً َ ‫ّللاِ ِمنََ فَ ِري‬
َّ ‫ض َة ال‬ ََّ ‫ّللا‬
ََّ ‫َح ِكيمَ َع ِليمَ َو‬

“Sesungguhnyaَ zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurusَ zakat,َ paraَ mu’allafَ yangَ dibujukَ hatinya,َ untukَ
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah,َdanَAllahَMahaَMengetahuiَlagiَMahaَBijaksana.”َQ.S.َAt-Taubah (9): 60

5. Harta Sebagai Penyelamat Azab Allah


‫َل آ َمنوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َْ ‫ى أَدلُّك َْم ه‬َٰ َ‫ارةَ َعل‬
َ ‫نجيكم تِ َج‬ ِ ‫نت‬ َْ ‫أ َ ِليمَ َعذَابَ ِم‬. ََ‫اّللِ تؤْ ِمنَون‬
ََّ ‫ل فِي َوت َجاهِدونََ َو َرسو ِل َِه ِب‬ َِ ‫س ِبي‬ ََّ
َ ِ‫ّللا‬
ٰ
‫تَ ْعلَمونََ كنت َْم ِإن لَّك َْم خَ يْرَ ذ ِلك َْم َوأَنفسِك َْم ِبأ َ ْم َوا ِلك َْم‬. ‫تَحْ ِت َها ِمن تَجْ ِري َجنَّاتَ َويد ِْخ ْلك َْم ذنوبَك َْم لَك َْم يَ ْغ ِف َْر‬
َ‫سا ِكنََ ْاْل َ ْن َهار‬ َ ‫ط ِيبَ َةً َو َم‬
َ ‫ت فِي‬ َِ ‫ال َع ِظيمَ ْالفَ ْوزَ ٰذ ِلكََ َعدْنَ َجنََّا‬.َ
ْ ‫صرَ ت ِحبُّونَ َها َوأ ْخ َر ٰى‬ ََّ َ‫ِر قَ ِريبَ َوفَتْح‬
ْ َ‫ّللاِ ِمنََ ن‬ َِ ‫َوبَش‬
ََ‫المؤْ ِمنِين‬. ْ

“Haiَ orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu.
Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan
mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di
dalamَjannahَ‘Adn.َItulahَkeberuntunganَyangَbesar.َDanَ(adaَlagi)َkaruniaَyangَ
lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat
(waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
beriman.”َQ.S.َAsh-Shaf (61) : 10-13

Ketiga : Pemilikan harta dilakukan melalui usaha dan mata pencaharian yang
halal

‫ت ِمن أَن ِفقوا آ َمنوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َ ‫سبْت َْم َما‬
َِ ‫طيِ َبا‬ َ ‫ض َِمنََ لَكم أ َ ْخ َرجْ نَا َو ِم َّما َك‬
َ ِ ‫ّل ْاْل َ ْر‬ ََ ِ‫تن ِفقونََ ِم ْنهَ ْال َخب‬
َ َ ‫يث تَيَ َّمموا َو‬
‫آخذِي َِه َولَسْتم‬ َ َّ ِ‫ن َوا ْعلَموا فِي َِه ت ْغ ِمضوا أَن إ‬
ِ ِ‫ّل ب‬ ََّ َ ‫ّللاَ أ‬
ََّ َ‫َح ِميدَ َغنِي‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Q.S. Al-Baqarah (2): 267

Keempat : Dalam mengusahakannya dan mencarinya dilarang:

1. Melupakan Mati/Akhirat

‫التَّكَاثرَ أ َ ْل َهاك َم‬. ‫ى‬ ْ


َٰ َّ ‫ال َمقَا ِب ََر ز ْرتمَ َحت‬.
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,sampai kamu masuk ke dalam
kubur.”َQ.S.َAt-Takatsur (102) : 1-2

2. Melupakan Sholat dan Zakat

َ ‫ّل ِر َج‬
‫ال‬ َ َّ ‫ارةَ ت ْل ِهي ِه َْم‬ َ َ ‫ّللاِ ِذ ْك َِر َعن َبيْعَ َو‬
َ ‫ّل تِ َج‬ َِ ‫ص َلةَِ َوإِ َق‬
ََّ ‫ام‬ َّ ‫َاء ال‬ َّ ََ‫ْالقلوبَ فِي َِه تَتَقَلَّبَ يَ ْو ًما يَخَافون‬
َِ ‫الزكَاةَِ َوإِيت‬
َ ‫و ْاْل َ ْب‬.
َ‫صار‬ َ َ‫ّللا ِليَجْ ِزيَهم‬ََّ ََ‫سن‬َ ْ‫ض ِل َِه ِمن َويَ ِزيدَهم َع ِملوا َما أَح‬ ْ َ‫ّللا ف‬
ََّ ‫ْر يَشَاءَ َمن يَ ْرزقَ َو‬
َِ ‫سابَ ِبغَي‬ َ ‫ِح‬
“Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli
dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya
Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada
mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
batas.”َQ.S.َAn-Nur (24): 37-38

3. Melupakan Dzikrullah

َ َ ‫ّل أَ ْم َوالك َْم ت ْل ِهك َْم‬


‫ّل آ َمنوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ َ َ ‫ّللاِ ِذ ْك َِر َعن أ َ ْو َّلدك َْم َو‬
ََّ ‫ل َو َمن‬ ٰ ‫ْالخَا ِسرونََ همَ فَأ‬
َْ َ‫ولئِكََ ٰذ ِلكََ َي ْفع‬
“Haiَorang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yangَmerugi.”َQ.S.َAl-Munafiqun (63): 9

Kelima : Harta tidak berpusat pada kelompok tertentu

‫ّللا أَ َفا ََء َّما‬


ََّ ‫ى‬َٰ َ‫ن َرسو ِل َِه َعل‬ َٰ ‫ل َف ِللَّ َِه ْالق َر‬
َِ ‫ى أ َ ْه‬
َْ ‫ل ِم‬ َِ ‫لرسو‬ َٰ َ‫ى ْالق ْرب‬
َّ ‫ى َو ِلذِي َو ِل‬ َٰ ‫ين َو ْاليَت َا َم‬ َ ‫ْن َو ْال َم‬
َِ ‫سا ِك‬ َِ ‫ل َواب‬
َِ ‫سبِي‬
َّ ‫ي ال‬ َْ ‫َك‬
َ‫ّل‬ ً َ
َ ََ‫اء بَيْنََ دول َة يَكون‬ ْ َ ْ
َِ َ‫الرسولَ آتَاكمَ َو َما ِمنك َْم اْلغنِي‬ ْ َّ
َّ َ‫ّللاَ َواتقوا فَانت َهوا َعنهَ نَ َهاك َْم َو َما فَخذوه‬ ََّ ‫ن‬ ََّ ِ‫ّللاَ إ‬
ََّ َ‫شدِيد‬
َ ‫ب‬ َِ ‫ْال ِعقَا‬
“Apaَ sajaَ hartaَ rampasanَ (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada
Allah.َSesungguhnyaَAllahَamatَkerasَhukumannya.”َQ.S.َAl-Hasyr (59) : 7

VII. Pengaruh Harta

1. Pengaruh Positif

Memenuhi kepentingan pribadi, misalnya Haji, Shadaqah, berbakti kepada orang


tua.
Menjaga kehormatan, misalnya membangun rumah, membeli kendaraan, memberi
hadiah.
Membantu orang lain, misalnya melakukan aktivitas sosial menggaji karyawan,
mengupah pembantu, dan sebagainya.
Sebagai bekal dan penyempurna ibadah misalnya zakat, jihad, membagun tempat
ibadah, dan sebagainya
2. Pengaruh Negatif

1. Mendorong melakukan kemaksiatan dan berbagai macam kecurangan.

Mempermudah melampiaskan hawa nafsu dan keinginan yang tidak sesuai dengan
syariat.
Melalaikan zikir kepada Allah dan mengurangi aktivitas ibadah.
VIII. Macam-Macam Harta

1. Harta Halal

Segala harta yang diperbolehkan oleh Allah untuk dimanfaatkan oleh manusia,
misalnya upah kerja, warisan, harta karun, dsb.

ََ‫ل ََماذَا يَ ْسأَلونَك‬ ََّ ‫ل َله َْم أ ِح‬ ََّ ‫طيِبَاتَ لَكمَ أ ِح‬
َْ ‫ل ق‬ َّ ‫حِ ِمنََ َعلَّ ْمتم َو َما ال‬ َ ‫ن مك َِلبِينََ ْال َج َو ِار‬
ََّ ‫ّللا َعلَّ َمكمَ ِم َّما تعَ ِلمونَه‬
ََّ ‫فَكلوا‬
َ ْ
َ ‫ّللاِ اس ََْم َواذكروا َعلَيْك َْم أ ْم‬
‫س ْكنََ ِم َّما‬ ََّ ‫ّللاَ َواتَّقوا َعلَ ْي َِه‬
ََّ ‫ن‬ََّ ِ‫ّللاَ إ‬
ََّ َ‫س ِريع‬
ََ ‫ب‬
َِ ‫سا‬ ْ
َ ‫ال ِح‬
“Merekaَ menanyakanَ kepadamu:َ “Apakahَ yangَ dihalalkanَ bagiَ mereka?”.َ
Katakanlah:َ “Dihalalkanَ bagimuَ yangَ baik-baik dan (buruan yang ditangkap)
oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu
mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah
dari apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas
itu (waktu melepaskannya). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat cepat hisab-Nya.”َQ.S.َAl-Maidah (5) : 4

2. Harta Haram

Harta yang dilarang oleh Allah untuk di manfaatkan manusia, misalnya hasil
korupsi, menipu, riba dsb.

َ‫ل َب ْينَكم أَ ْم َوالَكم ت َأْكلوا َو َّل‬


َِ ‫اط‬ َِ ‫ن فَ ِريقًا ِلتَأْكلوا ْالح َّك‬
ِ َ‫ام إِلَى بِ َها َوتدْلوا بِ ْالب‬ َِ ‫اس أ َ ْم َوا‬
َْ ‫ل ِم‬ َ ِ َّ‫اْلثْ َِم الن‬
ِ ْ ِ‫تَ ْع َلمونََ َوأَنت َْم ب‬
“Danَjanganlahَsebahagianَkamuَ memakanَhartaَsebahagianَ yangَlainَdiَ antaraَ
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orangَlainَituَdenganَ(jalanَberbuat)َdosa,َpadahalَ kamuَ mengetahui.”َQ.S.َAl-
Baqarah (2) : 188

3. Upaya Menghindari Harta Haram

Membiasakan Hidup Sederhana


Sabda Rasululah ShallallahuAlaihiWasallam:

‫ل َما‬
ََ ‫ن َعا‬ َ َ ‫ا ْقت‬/ ‫والطبراني أحمد‬.
َْ ‫ص َدَ َم‬
“Tidakَ akanَ melaratَ orangَ yangَ berlakuَ sederhanaَ (dalamَ belanja).”َ (H.R.َ
Ahmad dan Thabrani).

Yakin Bahwa Rizki Sudah Ditentukan Allah


Firman Allah:

َ ِ ‫ّل ْاْل َ ْر‬


‫ض فِي دَابَّةَ ِمن َو َما‬ َ َّ ِ‫ّللاِ َعلَى إ‬
ََّ ‫ع َها م ْستَقَ َّرهَا َويَ ْعلَمَ ِر ْزق َها‬
ََ َ‫ُّم ِبينَ ِكتَابَ فِي كلَ َوم ْست َْود‬
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).
Q.S. Hud (11): 6

Bersikap Qanaah dan Tidak Terlalu Berharap Pertolongan Orang Lain


Sabda Rasulullah ShallallahuAlaihiWasallam:

َ‫اس ْالمؤْ ِمنِإ ِ ْستَ ْغنَا َءهَ ِع ُّز‬


َ ِ َّ‫ َعنِالن‬/ ‫والحاكم الطبراني‬.
“Kemulianَ seorangَ muslimَ terletakَ padaَ kemandiriannya.”َ (H.R.َ Tabrani dan
Hakim)

Memperbanyak Pemikiran Tentang Kenikmatan Dunia Yang Diberikan Kepada


Orang Kafir dan Kesederhanaan Para Nabidan Orang-Orang Yang Dikasihi Allah.
Menyadari Bahwa Harta Banyak Menimbulkan Bencana dan Marabahaya Di
Dunia
IX. Usaha Memperoleh Harta Halal

1. Berkerja dengan Baik (Amal Sholeh)

َ‫ل َم ْن‬ َ ‫ى أَ َْو ذَكَرَ ِمن‬


ََ ‫صا ِل ًحا َع ِم‬ َٰ َ ‫طيِبَ َةً َحيَا َة ً فَلَنحْ يِ َينَّهَ مؤْ ِمنَ َوه ََو أنث‬
َ ‫ن أَجْ َرهم َولَنَجْ ِزيَ َّنه َْم‬ َ ْ‫كَانوا َما بِأَح‬
َِ ‫س‬
ََ‫يَ ْع َملون‬
“Barangsiapaَ yangَ mengerjakanَ amalَ saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
denganَ pahalaَ yangَ lebihَ baikَ dariَ apaَ yangَ telahَ merekaَ kerjakan.”َ Q.S.َ An-
Nahl (16): 97

Harta halal itu harus diusahkan dan dicari,kadang-kadang karena gengsi dan harga
diri orang enggan berkerja. Padahal mulia tidaknya perkerjaan dilihat dari halal
dan haramnya.

2. Taqwa

‫ن بَلَ ْغنََ فَإِذَا‬ ََّ ‫ن أ َ َجلَه‬


ََّ ‫ن أ َ َْو ِب َم َْعروفَ فَأ َ ْمسِكوه‬ ََّ ‫ارقوه‬ ِ َ‫ي َوأ َ ْش ِهدوا ِب َم ْعروفَ ف‬ َْ ‫ش َهادََة َ َوأَقِيموا ِمنك َْم َعدْلَ ذَ َو‬ ََّ ِ ‫ٰذَ ِلك َْم‬
َّ ‫ّللِ ال‬
َ‫اّلل يؤْ ِمنَ كَانََ َمن ِب َِه يو َعظ‬ ََِّ ‫ق َو َمن ْاْل ِخ َِر َو ْاليَ ْو َِم ِب‬ َََّ ‫ َم ْخ َر ًجا لَّهَ يَجْ َعل‬. َ‫ن َويَ ْرز ْقه‬
َِ َّ‫ّللا يَت‬ َْ ‫ّل َحيْثَ ِم‬ َ َ َ‫يََحْ تَسِب‬
‫ل َو َمن‬ َْ ‫ّللاِ َعلَى يَت ََو َّك‬ ََّ ‫ن َحسْبهَ فَه ََو‬ ََّ َ‫ل قَدَْ أ َ ْم ِر َِه بَا ِلغ‬
ََّ ‫ّللاَ ِإ‬ ََّ ‫ل‬
ََ ‫ّللا َج َع‬ َ ‫قَد ًْرا‬.
َِ ‫ش ْيءَ ِلك‬
“Apabilaَmerekaَtelahَmendekatiَakhirَiddahnya,َmakaَrujukilahَmerekaَdenganَ
baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena
Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar.Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiapَsesuatu.”َQ.S.َAt-Talaq (65): 2-3

Banyak orang yang mengabaikan perkara ini akibat dia mengabaikan perintah
Allah.

3. Tawakkal

َْ ‫ّللاِ َعلَى يَت ََو َّك‬


‫ل َو َمن‬ ََّ ‫َحسْبهَ فَه ََو‬
“Danَ barangsiapaَ yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkanَ(keperluan)nya.”َQ.S.َAt-Thalaq (65): 3

Qatadahَberkata,َ “Barangَsiapaَ yangَbertawakalَkepadaَAllahَmakaَAllahَakanَ


memberi rizki dari jalan yang tidak diharapkan dari diangan-angankan.”

4. Banyak Beristighfar

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

َ‫ار ِمنََ َم ْنأ َ ْكث َ َر‬ ِْ ‫ل‬


َِ َ‫اْل ْستِ ْغف‬ ََ َ‫ن َلهَ للاَ َجع‬ َِ ‫ن فَ ْر ًجا هَمَ ك‬
َْ ‫ل ِم‬ َْ ‫ل َو ِم‬ َ ‫ن َو َرزَ قَهَ َم ْخ َر ًجا‬
َِ ‫ضيْقَ ك‬ َ َ َ‫يَحْ تَسِب‬/
َْ ‫ّل َحيْثَ ِم‬
‫أحمد‬.
“Barangَsiapaَmemperbanyakَistighfar, Allah akan memberikan kelapangan dari
semua kesulitan dan jalan keluar dari semua kesempitan dan memberikan rizki
dari arah yang tidak diangan-angankan.”َ(H.R.َAhmad)

5. Berdoa

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

َ ‫ل ْال ِع َبادَةَ ه ََو الدُّ َع‬


‫اء‬ َْ ِ‫لَك َْم أ َ ْست َِجبَْ أدْع ْون‬/ ‫داود أبو‬.
ََ ‫ي َربُّك َْم قَا‬
“Doaَ adalahَ ibadahَ sesuaiَ denganَ firmanَ Allahَ “berdoalahَ kepadaَ Ku,َ niscayaَ
akanَAkuَperkenankanَbagimuَQ.S.َGhafirَ(40):َ60.”َ(H.R.AbuَDaud)

6. Shilaturahim

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

َ‫ن أَ َحبََّ َم ْن‬


َْ َ ‫سا ََء ِر ْزقِ َِه فِي لَهَ يَبْسطَ أ‬
َ ‫ل أَث َ ِر َِه فِي لَهَ َوي ْن‬ ِ َ‫ر ِح َمهَ فَ ْلي‬/
َْ ‫ص‬ َ ‫البخاري‬.
“Barangsiapaَ yangَ inginَ diluaskanَ rizekinyaَ danَ dipanjangkanَ umurnyaَ makaَ
hendaknyaَmenyambungَsilaturahim.”(H.R.َBukhari)

7. Bersyukur

ْ‫شك َْرت َْم لَئِن َربُّك َْم تَأَذَّنََ َوإِ َذ‬


َ ‫ن َكفَ ْرت َْم َولَئِن َْل َ ِزيدَ َّنك َْم‬ َ َ‫ل‬
ََّ ِ‫شدِيدَ َعذَابِي إ‬
“Danَ(ingatlahَjuga),َtatkalaَTuhanmuَmemaklumkan;َ“Sesungguhnyaَjikaَkamuَ
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Kuَ sangatَ pedih”.َ Q.S.َ
Ibrahim [14]: 7.

AlَQurthubiَberkata,َ“HakekatَbersyukurَadalahَmengakuiَnikmatَituَdariَAllahَ
dan tidak mengakui nikmat itu dari Allah dan tidak menggunakannya untuk selain
taat kepadaَAllah.”

8. Berinfaq (Berderma)

ََّ ِ‫الر ْزقََ يَبْسطَ َربِي إ‬


َ‫ن ق ْل‬ َْ ‫ش ْيءَ ِمن أَنفَ ْقتم َو َما لَهَ َويَ ْقدِرَ ِعبَا ِد َِه ِم‬
ِ ‫ن يَشَاءَ ِل َمن‬ َ ‫الر ِازقِينََ َخيْرَ َوه ََو ي ْخ ِلفهَ فَه ََو‬
َّ
“Katakanlah:َ “Sesungguhnyaَ Tuhankuَ melapangkanَ rezekiَ bagiَ siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa
yang dikehendaki-Nya)”.َDanَbarangَapaَsajaَyangَkamuَnafkahkan,َmakaَAllahَ
akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”Q.S.َ Sabaَ
[34]: 39.

X. Kisah-Kisah Kedermawanan

1. Abu Bakar Radhiyallahu Anhu

Ketika masuk Islam, memiliki harta yang cukup banyak yaitu lebih dari 50.000
(lima puluh ribu) dirham. Harta sebanyak itu dia habiskan untuk kepentingan
dakwah Islam. Ketika meninggal tidak meninggalkan harta warisan sama sekali.

2. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu

Menyumbangkan separuh hartanya untuk pembiayaan tentara dalam perang


Tabuk.

3. Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu

Ketika terjadi paceklik di masa khalifah Umar Radhiyallahu Anhu, ia


menyumbangkan 1000 (seribu) ekor unta yang membawa minyak samin dan
bahan makanan yang diperlukan orang banyak.

4. Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu

Bersama isterinya, Fatimah Radhiyallahu Anha mensedekahkan roti yang


seharusnya untuk berbuka puasa kepada orang miskin yang meminta-minta,
sehingga seluruh keluarganya hanya berbuka dengan air saja.

5. Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu Anhu


Berkali-kali menghabiskan hartanya sehingga pergi ke pasar untuk berdagang
hanya dengan modal dan pakaian yang melekat di badan saja.

6. Aisyah Radhiyallahu Anha

Suatu ketika bersedekah seribu dirham, sedang miliknya yang tertinggal hanya
selembar baju yang sudah usang.

7. Khalid bin Walid Radhiyallahu Anhu

Mewaqafkan semua harta yang dimilikinya berupa kuda, pedang dan baju besi
untuk jihad di jalan Allah.

8. Muhammad bin Ali Radhiyallahu Anhu

Setiap tahun mengirimkan hartanya ke Madinah lebih dari sejuta dirham.

9. Iman Al Laits Radhiyallahu Anhu

Memiliki penghasilan setahun lebih dari 70.000 (tujuh puluh ribu) dinar. Semua
disedekahkan sehingga orang-orangَmengatakan,َ“Kalauَdemikianَcaranya,َImanَ
kitaَiniَtidakَperluَberkewajibanَzakatَsamaَsekali.”

2. Pengertian zakat.
https://zakat.or.id/bab-1-pengertian-zakat/

A. Arti Zakat
Menurutَbahasa,َkataَ“zakat”َadalahَtumbuh,َberkembang,َsuburَatauَbertambah.َ
Dalam Al-Quranَdanَhadisَdisebutkan,َ“Allahَmemusnahkanَribaَdanَ
menyuburkanَsedekah”َ(QS. al-Baqarah[2]:َ276);َ“Ambillahَzakatَdariَsebagianَ
hartaَmereka,َdenganَzakatَituَkamuَmembersihkanَdanَmenyucikanَmereka”َ
(QS. at-Taubah[9]:َ103);َ“Sedekahَtidakَakanَmengurangiَharta”َ(HR.َTirmizi).

Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan pengertian


zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-
sifat tertentu, dan untuk diberikan kepada golongan tertentu.

Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa infak
adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik untuk kepentingan
pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Sementara kata sedekah adalah segala
bentuk pembelanjaan (infak) di jalan Allah.
Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak memiliki
batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk harta, dapat juga
berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan sekadar senyuman.

B. Penyebutan Zakat dalam Al-Quran


a. Zakat (QS. al-Baqarah [2]: 43)

‫ص َل َة َ َوأَقِيموا‬ َّ ‫اركَعوا‬
َّ ‫الزكَا َة َ ََوآتوا ال‬ ْ ‫الرا ِك ِعينََ َم ََع َو‬
َّ

Artinya:َ“Danَdirikanlahَshalat,َtunaikanlahَzakatَdanَruku’lahَbesertaَorang-
orangَyangَruku'”

b. Sedekah (QS. at-Taubah [9]: 104)

َ‫ن يَ ْعلَموا أَلَ ْم‬


ََّ َ ‫ّللاَ أ‬ َْ ‫ت َويَأْخذَ ِعبَا ِد َِه َع‬
ََّ ‫ن التَّ ْوبَ َةَ يَ ْقبَلَ ه ََو‬ َِ ‫صدَقَا‬ ََّ َ ‫ّللاَ َوأ‬
َّ ‫ن ال‬ ََّ ‫الر ِحيمَ الت َّ َّوابَ ه ََو‬
َّ

Artinya:َ“Tidaklahَmerekaَmengetahui,َbahwasanyaَAllahَmenerimaَtaubatَdariَ
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang?

c. Hak (QS. al-An’âmَ[6]:َ141)

َ‫شَأ َ الَّذِي َوه َو‬َ ‫ْر َم ْعروشَاتَ َجنَّاتَ أ َ ْن‬ ََ ‫ل َم ْعروشَاتَ َو َغي‬ ََ ‫ع َوالنَّ ْخ‬
ََ ‫الز ْر‬َّ ‫الزيْتونََ أكلهَ م ْختَ ِلفًا َو‬
َّ ‫الر َّمانََ َو‬
ُّ ‫متَشَابِ ًها َو‬
ََ ‫ن كلوا َۚمتَشَا ِبهَ َو َغي‬
‫ْر‬ َْ ‫صا ِد َِه َي ْو ََم َحقَّهَ َوآتوا أَثْ َم ََر ِإذَا ثَ َم ِر َِه ِم‬
َ ‫ّل َۖ َح‬ َ َ َُّ‫ْالمس ِْر ِفينََ ي ِحب‬
َ َ ‫ّل ِإنَّهَ َۚتس ِْرفوا َو‬

Artinya:َ“DanَDialahَyangَmenjadikanَkebun-kebun yang berjunjung dan yang


tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir
miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan.”

d. Nafkah (QS. at-Taubah [9]: 34)

‫ن آ َمنوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬


ََّ ‫يرا ِإ‬ َِ َ‫ان ْاْلَحْ ب‬
ً ِ‫ار ِمنََ َكث‬ ُّ ‫ل لَيَأْكلونََ َو‬
َِ َ‫الر ْهب‬ ََ ‫اس أ َ ْم َوا‬
َ ِ َّ‫ل الن‬ ِ َ‫ن َويَصدُّونََ ِب ْالب‬
َِ ‫اط‬ َْ ‫ل َع‬
َِ ‫س ِبي‬ ََّ
َ ِ‫َّۗللا‬
َّ
ََ‫َب يَ ْكنِزَونََ َوالذِين‬ ََ ‫ض َةَ الذَّه‬ ْ َ َ ‫ل فِي ي ْن ِفقو َن َها َو‬
َّ ‫ّل َوال ِف‬ َِ ‫س ِبي‬ ََّ ‫أ ِليمَ ِب َعذَابَ فَبَش ِْره َْم‬
َ ِ‫ّللا‬ َ

Artinya:َ“Haiَorang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari


orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa
merekaَakanَmendapat)َsiksaَyangَpedih,”
e. Al-‘Afwuَ(maaf)َ(QS.َal-A’râfَ[7]:َ199)

َ‫ف َوأْم َْر ْال َع ْف ََو خ ِذ‬


َِ ‫ض ِب ْالع ْر‬ َِ ‫ْال َجا ِه ِلينََ َع‬
َْ ‫ن َوأَع ِْر‬

Artinya:َ“Jadilahَengkauَpemaafَdanَsuruhlahَorangَmengerjakanَyangَma’ruf,َ
serta berpalinglah dari pada orang-orangَyangَbodoh.”

C. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
penegakan syariat Islam. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib
bagi setiap muslim dan muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Allah swt berfirman, “Padahalَmerekaَtidakَdisuruhَkecualiَsupayaَmenyembahَ


Allah dengan memurnikan ke-taatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan yang
demikianَitulahَagamaَyangَlurus”َ(QS.َal-Bayyinah[98]: 5).

Rasulullahَsawَbersabda,َ“Islamَdibangunَdiَatasَlimaَperkara:َbersaksiَbahwaَ
tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya; mendirikan
salat; melaksanakan puasa (di bulan Ramadan); menunaikan zakat; dan berhaji ke
Baitullah (bagi yangَmampu)”َ(HR.َMuslim).

D. Zakat adalah Ibadah


Zakat termasuk dalam kategori ibadah wajib (seperti shalat, haji, dan puasa) yang
telah diatur berdasarkan Al-Quran dan sunah. Selain itu, zakat juga merupakan
amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan umat manusia.

E. Macam-macam Zakat
a. Zakat nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah.
b. Zakat mâl (harta).

F. Syarat-syarat Wajib Zakat


a. Muslim.
b. Berakal.
c. Balig.
d. Memiliki harta sendiri dan sudah mencapai nisab.

3. Macam-macam Zakat
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-dan-macam-macam-zakat
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai
dengan yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi salah
satu unsur paling penting dalam menegakkan syariat Islam.

Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan
telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Gambar : https://image.cermati.com/q_70/spoi5bfzxirpkc9su3xy.webp

Zakat terdiri dari dua macam:

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya Idul Fitri
atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5 liter (2,5 kilogram)
makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia adalah nasi,
maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.

2. Zakat Maal

Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil pertambangan, hasil
laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis
penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.

Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998, pengertian
zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang
dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.

UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.

Perhitungan Zakat

zakat

Cara Menghitung Zakat

1. Zakat Fitrah
Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa
kamu makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang
sebesar Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga
beras per kg.

2. Zakat Maal

Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab zakat
maal = 85 x harga emas pasaran per gram.

Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang
dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.

Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600 ribu
= Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat maal
sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.

3. Zakat penghasilan

Untuk mengetahui zakat penghasilanmu, kurangi total pendapatan dengan utang. Lalu
hasilnya dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan pokok.

Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar Rp 1 juta.
Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata harga beras 1 kg adalah
Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.

Karena sisa gajimu sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib dibayar
adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.

Penerima Zakat

Orang Miskin
Yang Berhak Menerima Zakat

Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah
Islam dibagi menjadi 8 golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:

1. Fakir

Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.

2. Miskin

Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan dasar
untuk hidupnya.

3. Amil

Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

4. Mu'alaf

Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

5. Hamba Sahaya

Orang yang ingin memerdekakan dirinya.


6. Gharimin

Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa kebutuhan
tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk membayar utangnya.

7. Fisabilillah

Orang yang berjuang di jalan Allah.

8. Ibnus Sabil

Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.

Dari pembahasan di atas, kamu pasti sudah dapat mengetahui apakah kamu termasuk orang
yang harus membayar zakat atau yang berhak menerima zakat. Dengan memenuhi kewajiban
Anda sebagai umat Muslim untuk membayar zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa
didapat. Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:

Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan dengan yang


berkecukupan

Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang

Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta

Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadamu

Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam

Memberi dukungan moral bagi orang yang baru masuk agama Islam.

Menciptakan Ketenangan

Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada penerima tapi
juga kepada orang yang membayar zakat. Perlu diingat bahwa segala hal baik yang telah
kamu lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, seperti berzakat maka tidak
akan mengurangi sedikitpun hartamu, tapi Allah menjanjikan akan melipatgandakannya. Jadi
jangan kikir atau pelit ya.

4. Hikmah Menjalankan Zakat


https://blog.kitabisa.com/pengertian-hikmah-dan-macam-macam-zakat/
Zakat adalah ibadah wajib bagi semua umat Islam dan termasuk ke dalam rukun
Islam keempat. Secara bahasa, zakat artinya bersih, suci, berkat dan berkembang.
Dari segi istilah, zakat mengacu kepada harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh
setiap orang yang beragama Islam dan diberikan kepada yang berhak
menerimanya.

Perintah mengenai zakat bisa kita temukan di beberapa ayat dalam Alquran. Salah
satunya seperti yang tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 43 yang berbunyi,

“Danَdirikanlahَsalat,َtunaikanlahَzakatَdanَruku’lahَbesertaَorang-orang yang
ruku’”.

Selain sebagai bentuk amalan dan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, zakat
memiliki banyak hikmah dalam pelaksanaannya antara lain:

Mengurangi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin


Membersihkan harta dari bagian yang bukan hak kita
Mengikis akhlak yang buruk
Zakat adalah ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT
Zakat yang dikumpulkan bisa dijadikan dana pengembangan potensi umat
Memberikan dukungan moril dan materil kepada orang-orang yang baru masuk
Islam.

5. Contoh menghitung zakat


https://www.cermati.com/artikel/jenis-zakat-yang-mesti-anda-keluarkan-dan-rumus-
menghitungnya
Ada 3 cara menghitung zakat profesi/pekerjaan:

Diqiaskan dengan zakat uang sepenuhnya,


Diqiaskan dengan zakat hasil tani sepenuhnya,
Memakai qias kemiripan dengan zakat uang dan hasil tani.
Qias

Zakat Uang

Zakat Hasil Tani


Zakat Uang dan

Hasil Tani

Nisab

85 gram emas

653 kg beras

653 kg beras

Kadar Zakat

2,5%

5% atau 10%

2,5%

Haul

1 tahun

Setiap menerima

Penghasilan

Setiap menerima

Penghasilan

Pemotongan

Dipotong keperluan

asasi dan pembayaran

hutang

Tidak dipotong

Dipotong keperluan asasi


dan pembayaran hutang

Contoh Perhitungan Zakat Dengan Menggunakan Qias ke-3:

Pak Ahmad adalah karyawan sebuah perusahaan swasta, setiap bulan mendapat
gaji Rp6.000.000,-. Dari gaji tersebut, Pak Ahmad mengeluarkan keperluan pokok
rumah tangga Rp3.000.000,-, membayar sekolah 2 orang anak Rp1.000.000,-,
membayar cicilan rumah Rp750.000,- dan membayar telepon dan listrik
Rp500.000,-.

nisab: Setara dengan 653 kg beras. Jika harga beras Rp. 5.000,- perkg, maka nisab
dalam rupiah adalah Rp3.265.000,-. Kadar zakat: 2,5%. Haul: Setiap menerima
gaji.

Total keperluan asasi dan membayar utang: Rp3.000.000,- + Rp1.000.000,- +


Rp750.000,- + Rp500.000,- = Rp5.250.000,-

Jadi penghasilan bersih: Rp6.000.000,- – Rp5.250.000,- = Rp750.000,-

Rp. 750.000,- tidak mencapai nisab sebesar Rp3.265.000. Jadi pak Ahmad tidak
perlu membayar zakat penghasilan.

Jika penghasilan pak Ahmad adalah Rp9.000.000,- per bulan. Maka penghasilan
bersihnya setelah dipotong keperluan asasi dan hutang jatuh tempo: Rp9.000.000,-
– Rp5.250.000,- = Rp3.750.000,-. Ini sudah melebihi nisab yang sebesar
R3.265.000. Sehingga pak Ahmad wajib mengeluarkan zakat profesi sebesar:
2,5% x Rp3.750.000,- = Rp93.750,-

Keperluan asasi adalah pengeluaran bagi diri sendiri, istri dan anak. Seperti:
makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan, cicilan rumah, dan bayar utang.

Contoh pengeluaran yang bukan keperluan asasi: kursus atau les tambahan,
membeli TV baru padahal TV lama masih bagus, jalan-jalan ke luar kota dan
makan di luar bersama keluarga, membeli hadiah untuk acara pernikahan, dan
keperluan tidak penting lainnya.

Baca Juga: Mau Keluarga Bahagia? Ini 10 Rahasianya


3. Rumus Perhitungan Zakat Maal/Harta Kekayaan
perhiasan emas
Sisihkan Kekayaan yang Dimiliki

Zakat maal berlaku untuk harta kekayaan yang dimiliki seorang muslim dengan
rumusan sebagai berikut:
Zakat Maal = 2,5% X Jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung
Nisab Zakat Maal = 85 x harga emas pasaran per gram. Contoh: Umi punya
tabungan Rp100 juta rupiah, deposito Rp200 juta rupiah, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp500 juta rupiah dan emas perak senilai Rp200 juta rupiah.
Total harta yang dimiliki Rp1 miliar rupiah. Semua harta sudah dimiliki sejak 1
tahun yang lalu.

Misal, harga 1 gram emas sebesar Rp250.000,- maka batas nisab zakat maal
adalah Rp21.250.000,- Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus
membayar zakat maal sebesar Rp1 miliar X 2,5% = Rp25 juta rupiah per tahun.

Harta yang wajib dibayarkan zakat maal: emas, perak, uang simpanan, hasil
pertanian, binatang ternak, benda usaha dan harta temuan. Masing-masing
memiliki nisab dan rumus mengeluarkan zakat yang berbeda, sebagai berikut:

Nisab Emas

Nisab emas sebanyak 20 dinar. 1 dinar = 4,25 gram emas. Jadi 20 dinar = 85 gram
emas murni. Dari nisab tersebut, diambil 2,5%. Jika lebih dari nisab dan belum
sampai ukuran kelipatannya, maka diambil dan diikutkan dengan nisab awal.
Contoh: Rani memiliki emas 87 gram yang disimpan. Jika telah sampai haulnya,
wajib untuk dikeluarkan zakatnya, yaitu 2,5% x 87 gram = 2,175 gram atau uang
seharga emas tersebut.

Nisab Perak

Nisab perak adalah 200 dirham. 1 dirham = 595 gram, dari nisab tersebut diambil
2,5% dengan perhitungan sama dengan emas.

Nisab Binatang Ternak


binatang ternakBinatang Ternak

Syarat wajib zakat binatang ternak sama dengan atas, ditambah 1 syarat lagi, yaitu
binatangnya lebih sering digembalakan di padang rumput yang mubah daripada
dicarikan makanan. nisab binatang ternak sebagai berikut:

Unta
nisab unta adalah 5 ekor.

Sapi
nisab sapi adalah 30 ekor. Perhitungannya sebagai berikut:

Jumlah Sapi
Jumlah yang dikeluarkan

30-39 ekor

1َekorَtabi’َatauَtabi’ah

40-59 ekor

1 ekor musinnah

60 ekor

2َekorَtabi’َatauَ2َekorَtabi’ah

70 ekor

1 ekor tabi dan 1 ekor musinah

80 ekor

2 ekor musinnah

90 ekor

3َekorَtabi’

100 ekor

2َekorَtabi’َdanَ1َekorَmusinnah

Keterangan:

Tabi’َdanَtabi’ahَadalahَsapiَjantanَdanَbetinaَyangَberusiaَsetahun.َMusinnahَ
adalah sapi betina yang berusia 2 tahun.

Kambing
Nisab kambing adalah 40 ekor. Perhitungannya sebagai berikut:

Jumlah Kambing

Jumlah yang dikeluarkan

40 ekor
1 ekor kambing

120 ekor

2 ekor kambing

201 – 300 ekor

3 ekor kambing

> 300 ekor

setiap 100, 1 ekor kambing

Nisab Hasil Pertanian

Nisabَhasilَpertanianَadalahَ5َwasaq.َ1َwasaqَ=َ60َsha’.َ1َsha’َ=َ3َkg.َnisabَ
zakatَhasilَpertanianَadalahَ300َsha’َxَ3َkgَ=َ900َkg.َBilaَpertanianَituَ
menggunakan alat penyiram tanaman, maka zakatnya sebanyak 5%. Dan jika
pertanian itu diairi dengan hujan, maka zakatnya sebanyak 10%. Misalnya:
Seorang petani hasil panennya sebanyak 1000 kg. Maka zakat yang dikeluarkan
bila dengan alat siram tanaman adalah 1000 x 5% = 50 kg, bila tadah hujan,
sebanyak 1000 x 10% = 100 kg

Nisab Barang Dagangan

Nisab dan ukuran zakat barang dagangan sama dengan nisab dan ukuran zakat
emas. Syarat zakat perdagangan sama dengan syarat zakat yang lain ditambah 2
syarat lainnya:

1. Memilikinya dengan tidak dipaksa, seperti membeli dan menerima hadiah,

2. Memilikinya dengan niat untuk perdagangan,

Seorang pedagang harus menghitung jumlah nilai barang dagangan dengan harga
beli, lalu digabungkan dengan keuntungan bersih setelah dipotong hutang.
Misalnya: Seorang pedagang menjumlah barang dagangannya pada akhir tahun
dengan total Rp200.000.000,-, laba bersih Rp50.000.000,-, dan memiliki hutang
Rp. 100.000.000,-. Maka perhitungannya sebagai berikut:

Modal – Hutang: Rp200.000.000,- – Rp100.000.000,- = Rp100.000.000,-

Jumlah harta zakat adalah: Rp100.000.000,- + Rp50.000.000,- = Rp150.000.000,-


Zakat yang harus dibayarkan: Rp150.000.000,- x 2,5 % = Rp3.750.000,-

Nisab Harta Karun

Tidak hanya harta milik sendiri yang harus dizakatkan, harta yang ditemukan
seperti harta karunpun wajib dizakatkan. Harta karun yang ditemukan, wajib
dizakati secara langsung tanpa mensyaratkan nisab dan haul, sebesar 20%.

Sucikan Harta Anda dengan Berzakat


Setiap harta yang dimiliki tidak semata-mata miliki pribadi seutuhnya, sebab
terdapat hak orang lain di dalamnya yang harus dikeluarkan. Maka, mulailah
sadarkan diri untuk berzakat agar harta yang dimiliki menjadi bersih dan hidup
penuh dengan keberkahan.

Anda mungkin juga menyukai