Anda di halaman 1dari 3

Setiap manusia pasti 

menghendaki kebahagiaan. Tetapi, karena kebatilan,   tidak sedikit


umat manusia yang justru terjerembab dalam kebinasaan. Karena begitu pentingnya pemahaman
terhadap hal yang membahagiakan termasuk jalan dan metode menggapainya, Islam memberikan
panduan sedemikian sempurna kepada umatnya. Bahkan, hal-hal yang membinasakannya pun
juga dijelaskan dengan sangat gamblang agar kita pandai bermawas diri.
A. Dalik Rujujannya :
1. Rasulullah SAW, Bersabda Sbb : “Tiga perkara yang membinasakan adalah : (1)
kebakhilan dan kerakusan yang ditaati,  (2) hawa nafsu yang diikuti, dan (3) seseorang
yang membanggakan diri sendiri.” (HR.   Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah bin
Abi Aufa, dan Ibnu Umar . Hadits ini dinilai sebagai hadits hasan oleh syaikh Al- Albani
di dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahihah, No. 1802)
B. Tiga Perkara Yang Membinasakan Manusia ;
1. Sikap Bahil Yang Dipatuhinya
Pada awalnya seorang Qarun mungkin berpikir bahwa dengan menghitung-hitung harta
dan tidak membagikan hartanya dengan siapapun sebagai langkah tepat menuju kebahagiaan.
Namun, apa yang terjadi, Qarun justru ditelan bumi, karena kekikirannya. Tidak hamya sampai
pada kekikiran semata, namun sifat yang seperti itu,  juga akan mengundang datangnya sifat2
lain yang juga akan membinasakan,  yakni kesombongan. Sebagaimana Firman Allah SWT (QS.
Al- Qashshash Ayat : 78) : “Qarun berkata:: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena
ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta ? “
Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk gemar bersedekah baik
dalam kondisi lapang dan sempit. Dan, mengamalkan perintah sedekah yang dapat membantu
diri kita terbebas dari penyakit kikir alias bakhil yang Allah kategorikan sebagai bukti ketaqwaan
seorang hamba. Hal sesuai dengan Firman Allah SWT (QS. Ali  Imran  Ayat : 133-134) ini :
“Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu : orang-orang
yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan mema'afkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Pada masa umat Nabi Muhammad, orang yang kikir tidak dihukum sebagaimana Qarun
mengalaminya. Tetapi, ingatlah apa yang Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an (QS. Ali Imran
Ayat : 180).: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat.” 
Oleh karena itu, ikutilah syariat yang telah Allah anugerahkan kepada kita  dengan
mengamalkan segala perintahnya untuk berzakat, sedekah dan membantu sesama.
Dengan demikian, jauhilah bakhil alias kikir, karena itu bukan jalan keselamatan, sebaliknya
justru jalan cepat menuju kebinasaan.

2. Hawa Nafsu Yang Diikutinya :


Dalam masalah hawa nafsu,  Ali bin Abi Thalib berkata : Barang siapa yang dikuasai
oleh hawa nafsunya, dia telah sesat. Hal inilah yang dialami oleh Qabil, yang tega membunuh
saudaranya demi mendapatkan pasangan yang diinginkan hatinya, meski itu melanggar syariat
yang berlaku kala itu. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, Maka jadilah dia seorang di antara orang-orang yang merugi. Hal ini Allah SWT
terangkan dalam Firman Nya (QS. Al Ma'idah Ayat : 30): “Maka hawa nafsu Qabil
menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka
jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.”
Begitu buruknya mengikuti hawa nafsu, sehingga  Allah SWT  sampai mengatakan
bahwa mereka yang terpedaya olehnya dengan menggunakan kalimat telah mengambil hawa
nafsu sebagai tuhannya. Seperti dalam firman Nya (QS. Al-Furqan Ayat : 43).: “Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu
dapat menjadi pemelihara atasnya ?”
Oleh karena itu, jangan sekali-kali mengikuti hawa nafsu. Karena hal itu akan sangat
membahayakan kehidupan kita. Mengingat betapa bahanya hawa nafsu bila sudah merasuki
manusia, maka  Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib berkata :  Barang siapa yang mengikuti hawa
nafsunya, maka hawa nafsunya itu akan membutakannya, menulikannya, menghinakannya dan
menyesatkannya
3. Kekaguman Akan Diri Sendiri (Kesombongan) :
Sifat sombong dan  membanggakan diri  adalah merupakan sifat yang sangat dibenci 
oleh Allah SWT. Sebagaimana  Firman Nya dalam (QS. Luqman Ayat :18): “Dan janganlah
kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.”
Atas dasar pertimbangan itu, maka Imam Al- Ghazali mengatakan bahwa : orang yang
memiliki karakter sombong  disebut sebagai pribadi yang mengalami penyakit mental dan jiwa. 
Sekanjutnya beliau juga mengatakan, bahwa orang yang demikian itu  :  pada sisi Allah Ta’ala
adalah terkutuk dan sangat dimurkai Sampai-sampai siapapun yang di dalam hatinya ada setitik
kesombongan, maka pintu surga akan tertutup baginya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW di
bawah ini : “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan
walau sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya,  Bagaimana dengan seorang yang suka
memakai baju dan sandal yang bagus ? Beliau menjawab, Sesungguhnya Allah itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR.
Muslim No. 91)
Tidak hanya sampai di situ, Rasulullah SAW selanjutnya juga bersabda sbb : “Maukah
kamu aku beritahu tentang penduduk neraka ? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi
kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong).”  (HR. Bukhari No. 4918 dan Muslim No.
2853).
Untuk itu,  jauhilah sifat Fir’aun, Abu Jahal dan Abu Lahab yang akan membinasakan
itu. Sebab, jika dibiarkan kita akan kehilangan akal sehat dan jati diri sebagai hamba Allah.
Berkaitan dengan hal itu,   Sayyidina Ali berkata :  Seburuk-buruk bencana bagi akal adalah
kesombongan
Semoga hidup kita semakin tawadzu', mampu mengendalikan hawa nafsu, dan yang lebih
penting pandai-pandailah berbagi dengan sesama meski hanya sekedar senyuman, karena
senyum yg tulus itu juga sedekah.
ْ ‫هللا يِل ْ َولَمُك ْ يِف ْ ْال ُق ْرآ ِن ْال َع ِظمْي ِ َون َ َف َعيِن َوإ اَّي مُك ْ ِمبَا ِف ْي ِه ِم َن اْآل َاي ِت َواذل ْكر ِالْ َح ِكمْي ِ َوتَ َقبَّ َل ِميِّن َو ِمنْمُك‬
ُ َ‫اَب َرك‬
َّ ‫ ِإنَّهُ ُه َو الْغَ ُف ْو ُر‬،ُ‫اسَت ْغ ِف ُر ْوه‬
‫الر ِحْي ُم‬ َّ ‫ ِت َال َوتَ ُه إ ن َّ ُه ه َُو‬.
ْ َ‫الس ِم ْي ُع ْال َع ِلمْي ُ ف‬
‫هللا َو ْحدَ ُه َال‬
‫هللا َو ُ‬‫الش ْك ُر هَل ُ عَ َىل ت َْو ِف ْي ِق ِه َو ِا ْم ِتنَا ِن ِه‪َ .‬وَأ ْشهَدُ َأ ْن َال ِاهَل َ الَّ ُ‬ ‫َالْ َح ْمدُ ِهلل عَ َىل ِا ْح َسا ِن ِه َو ُّ‬
‫ِإ‬
‫رَش ِ يْ َك هَل ُ َوَأ ْشهَدُ أ َّن َس ّيِدَ اَن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل ُ ادلَّ ا ِعى َإىل ِرضْ َوا ِن ِه‪ .‬اللهُ َّم َص ِ ّل عَىَل َس ِ ّي ِداَن ُم َح َّمدٍ‬
‫ِوعَىَل َاهِل ِ َو َاحْص َ ا ِب ِه َو َسمِّل ْ ت َ ْس ِل ْي ًما ِكثرْي ً ا‬
‫هللا تَ َعاىَل َأ َم َرمُك ْ َأ ْم ًرا مَع ِ ْي ًما * فَ َقا َل َج َّل َج َالهُل ُ‪* :‬‬ ‫هللا تَ َعاىَل * َوا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن َ‬ ‫َأ َّما ب َ ْعدُ ‪ ،‬فَ َيا َأهُّي َا النَّ ُاس ات َّ ُق ْوا َ‬
‫هللا َو َم َالِئ َكتَ ُه يُ َصل ُّ ْو َن عَىَل النَّيِب ِ ّ ‪ .‬يَآَأهُّي َا اذَّل ِ ْي َن آ َمنُ ْوا َصل ُّ ْوا عَلَ ْي ِه َو َس ِل ّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما * َاللَّه َُّم َص ِ ّل َو َسمِّل ْ‬ ‫َّن َ‬
‫ِإ‬
‫عَىَل َس ِ ّي ِداَن ُم َح َّم ٍد َس ِ ّي ِد الْ ُم ْر َس ِلنْي َ ‪َ ،‬وعَىَل آهِل ِ َوحَص ْ ِب ِه َوالتَّا ِب ِعنْي َ‪َ * o‬واَت ِبع ِ التَّا ِب ِعنْي َ لَه ُْم ْح َس ٍان ىَل ي َ ْو ِم‬
‫ِإ‬ ‫ِإِب‬
‫* ّ ِادل ْي َن * َو ْارمَح ْ نَا َم َعه ُْم ِب َرمْح َ ِت َك اَي َأ ْر َح َم َّالرامِح ِ نْي َ‬

‫‪Allaahumma ashlih lanaa diinanaa alladzii huwa ishmatu umuurinaa‬‬


‫‪wa ashlih lanaa dunyaanaa allatii fiihaa ma‘aasyuna‬‬
‫‪wa ashlih lanaa aakhirotana allatii fiihaa ma’aadunaa‬‬
‫‪waj ‘alil hayaata ziyaadatal lanaa fii kulli khoirin‬‬
‫‪waj ‘alil mauta roohatal lanaa min kulli syarrin.‬‬

‫َويَهْن َى َع ِن ْال َف ْحشَ ا ِء َو ْامل ُ ْن َك ِر َو ْال َبغ ِْى ي َ ِع ُظمُك ْ‬ ‫هللا يَْأ ُم ُر اِب ْ ل َعدْ لِ َو ْا ْح َس ِان َو يْ َتا ِء ِذى ْال ُق ْرىَب‬ ‫هللا‪َّ ،‬ن َ‬ ‫ِع َبا َد ِ‬
‫ِن َع ِم ِه يَ ِز ْدمُك ْ َو ْاسَئلُ ْو ُه ِم ْن فَضْ هِل ِ يُ ْع ِطمُك ْ‬ ‫واهللا ْال َع ِظمْيِإلَ‪ o‬ي َ ْذ ُك ْرمُك ْ ِإ َو ْاش ُك ُر ْو ُه عَىَل‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ َّمُك ْ َ َّ ِإ‬
‫ل َعل تَذك ُر ْ َ َ ُ َ‬
‫ر‬‫ك‬ ‫اذ‬ ‫و‬ ‫*‬ ‫ن‬ ‫و‬
‫هللا َأ ْكرَب ُ‬
‫َوذَل ِ ْك ُر ِ‬

Anda mungkin juga menyukai