Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN
MENGONTROL HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SUNGAI BANGKONG PONTIANAK

GUSRINI RUBIYANTI
NIM I31112011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2016
PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL
HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAI BANGKONG
PONTIANAK

Gusrini Rubiyanti1, Hendra2, Argitya Righo3

ABSTRAK

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa dengan ciri khas
yang paling sering adalah halusinasi. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai perubahan sensori persepsi. Salah satu terapi yang dapat digunakan
untuk mengatasi halusinasi adalah terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) stimulasi persepsi terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak.
Metodologi Penelitian: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, menggunakan desain quasy
experiment pre and post test without control. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 16
responden menggunakan consecutive sampling. Instrument yang digunakan adalah Auditory
Hallucination Rating Scale (AHRS).
Hasil: Nilai mean pretest adalah 28,12 dan nilai mean posttest 18,25. Uji hipotesis dengan uji
t berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara pretest dan posttest skor
AHRS dengan nilai p = 0,000
Kesimpulan: Pemberian Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi memiliki
pengaruh terhadap kemampuan klien mengontrol halusinasi. Hal ini menunjukkan bahwa
perawat harus memberikan TAK Stimulasi Persepsi sebagai satu diantara intervensi
keperawatan untuk mengontrol halusinasi yang dialami klien.

Kata kunci: Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Halusinasi


Referensi : 46 (2001-2015)
1Mahasiswa Keperawatan Universitas Tanjungpura
2
Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong Pontianak
3
Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Tanjungpura

1
IMPACT OF PERCEPTION STIMULATION GROUP ACTIVITY THERAPY ON
CLIENTS’ ABILITY TO CONTROL HALLUCINATION AT SUNGAI BANGKONG
REGIONAL MENTAL HOSPITAL PONTIANAK

Gusrini Rubiyanti1, Hendra2, Argitya Righo3

ABSTRACT

Background : Schizophrenia is one of the mental disorder which most frequently occurs is
hallucination. Hallucination is one of mental disorder symptoms marked by alteration in
sensory perception. One therapy that can be used to overcome the hallucination is perception
stimulation group activity therapy.
Objective : This study aimed to examine the impact of perception stimulation group activity
therapy on clients’ ability to control hallucination at Sungai Bangkong Regional Mental
Hospital Pontianak.
Research Methods : This research was a quantitative study, a quasi-experimental research
with pre and post test without control design. The sample size was 16 respondents with
consecutive sampling technique. Instrument utilized in this research was Auditory
Hallucination Rating Scale (AHRS).
Results: Mean pretest value is 28,12 and mean posttest value is 18,25. Hypothetical test by
paired t test showed a significant difference between pretest and posttest AHRS scores (p =
0.000).
Conclusion : Perception stimulation group activity therapy has good impact on clients’ ability
to control hallucination. This suggests that nurses should provide perception stimulation group
activity therapy as one among nursing interventions to control the hallucinations experienced
by clients.

Keywords : Perception Stimulation Group Activity Therapy, Hallucination


References : 46 (2001-2015)

1Undergraduate Student of Nursing Department, Faculty of Medicine, Tanjungpura University


2
Hospital Nurses at Sungai Bangkong Regional Mental Hospital Pontianak
3
Lecturer of Nursing Department, Faculty of Medicine, Tanjungpura University

2
3

PENDAHULUAN penderita skizofrenia yang paling

sering muncul adalah halusinasi yang


Gangguan jiwa (Mental
berlebihan. Pada penderita
Disorder) merupakan salah satu dari
skizofrenia 70% diantaranya
empat masalah kesehatan utama di
mengalami halusinasi.4
negara - negara maju, , modern, dan

industri. Keempat masalah tersebut Berbagai terapi keperawatan

adalah penyakit degeneratif, kanker, yang dikembangkan dalam mengatasi

gangguan jiwa, dan kecelakaan1. gangguan jiwa adalah salah satunya

Prevalensi masalah kesehatan jiwa terapi aktifitas kelompok (TAK),

berdasarkan data statistik yang yang difokuskan kepada klien, secara

dikemukakan oleh World Health individu, kelompok, keluarga

Organization (WHO), menyebutkan maupun komunitas. Aktifitas

bahwa masalah kesehatan jiwa saat digunakan sebagai terapi, dan

ini cukup tinggi, 25% penduduk dunia kelompok digunakan sebagai target

pernah menderita masalah kesehatan asuhan, di dalam kelompok terjadi

jiwa, 10% diantaranya adalah dinamika interaksi yang saling

gangguan jiwa berat atau bergantung, saling membutuhkan dan

skizofrenia.2 menjadi laboratorium tempat klien

berlatih perilaku baru yang adaptif


Jumlah penderita Skizofrenia
untuk memperbaiki perilaku lama
di Indonesia adalah 3-5/1.000
yang maladaptif.5Berdasarkan studi
penduduk. Mayoritas penderita
pendahuluan yang dilakukan oleh
berada di kota besar.3 Ciri khas dari
peneliti dengan cara wawancara
4

bersama kepala ruangan dan 6 Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

perawat ruangan pada tanggal 26 Stimulasi Persepsi.

November 2016, didapatkan data


Penelitian ini bermanfaat
bahwa jumlah klien rawat inap dari
sebagai intervensi keperawatan untuk
bulan Januari hingga Oktober 2015
klien halusinasi dalam mengontrol
didapatkan jumlah total klien
halusinasinya dan sebagai upaya
sebanyak 770 klien. Dari data tersebut
mengembangkan program dalam
masalah keperawatan dengan
rangka mengontrol halusinasi pada
halusinasi merupakan masalah
klien jiwa dengan terapi aktifitas
terbanyak dengan jumlah total
kelompok sebagai salah satu kegiatan
sebanyak 406 klien.
untuk meningkatkan kesehatan klien

Berdasarkan data di atas perlu jiwa.

dilakukan penelitian lebih lanjut


METODE
tentang “Pengaruh Terapi Aktifitas
Jenis penelitian ini adalah
Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi
penelitian kuantitatif, dengan
Terhadap Kemampuan Klien
menggunakan desain penelitian quasi
Mengontrol Halusinasi di Rumah
eksperimen dengan pre and post test
Sakit Jiwa Daerah Sungai Bangkong
without control. Populasi pada
Pontianak.”
penelitian ini adalah seluruh klien di
Tujuan penelitian ini adalah
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai
untuk mengetahui kemampuan klien
Bangkong yang mengalami
dalam mengontrol halusinasi sebelum
halusinasi. Klien dengan halusinasi di
dan sesudah diberikan intervensi
5

Rumah Sakit Jiwa Sungai Bangkong ruangan untuk menjadikan klien di

ditempatkan di tiga ruangan yang ruangan tersebut sebagai responden.

berbeda. Ruang Elang terdiri dari 7 Setelah medapatkan izin dari kepala

klien, Ruang Enggang terdiri dari 12 ruangan, peneliti kemudian

klien dan Ruang Melati terdiri dari 9 menanyakan kesediaan klien untuk

klien. Jadi total populasi pada menjadi responden.

penelitian ini adalah 28 klien


Klien yang bersedia menjadi
halusinasi yang ditempatkan pada tiga
responden selanjutnya diberikan
ruangan berbeda. Teknik
lembar persetujuan (informed
pengambilan sampel pada penelitian
consent) dan mengisi lembar
ini menggunakan Non Probability
informed consent tersebut. Setelah
Sampling dengan teknik Consecutive
mendapat persetujuan, peneliti
Sampling. Untuk jumlah sampel pada
kemudian melakukan pretest dengan
penelitian ini berdasarkan rumus yang
instrumen Auditory Hallucination
digunakan didapatkan bahwa jumlah
Rating Scale yang dijawab oleh
sampel pada penelitian ini adalah 16
responden tersebut. Hal tersebut
orang responden.6
dilakukan untuk melihat skor ahrs

Terdapat beberapa tahap dalam menilai kemampuan klien

dalam penelitian ini. Tahap pertama dalam mengontrol halusinasinya.

melakukan pretest, pengambilan data


Tahap kedua yaitu responden
dilakukan pada hari pertama sebelum
mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok
diberikan intervensi. Terlebih dahulu
(TAK) Stimulasi Persepsi yang
peneliti meminta izin kepada kepala
dilakukan selama 35 menit. Tahap
6

ketiga melakukan posttest, dilakukan karena didapatkan bahwa distribusi

setelah 7 hari setelah intervensi data pada penelitian ini normal.

Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)


HASIL PENELITIAN
Stimulasi Persepsi dengan
Proses pengumpulan data
menggunakan pertanyaan Auditory
pada penelitian ini dimulai pada
Hallucination Rating Scale yang
tanggal 8 Juni 2016 sampai 20 Juni
dijawab oleh responden tersebut
2016 di Rumah Sakit Jiwa Daerah
untuk mengukur kemampuan klien
Sungai Bangkong Pontianak. Jumlah
dalam mengontrol halusinasinya.
responden pada penelitian ini adalah
Analisa data penelitian ini
sebanyak 16 orang responden.
terbagi menjadi dua yaitu, analisa
1. Analisa Univariat
data univariat dan bivariat. Analisa

data univariat untuk mengetahui Tabel 1. Karakteristik Responden

karakteristik responden berdasarkan Berdasarkan Jenis Kelamin dan

usia dan jenis kelamin. Analisa data Usia Klien Halusinasi di Rumah

bivariat untuk mengetahui Sakit Jiwa Daerah Sungai

kemampuan klien mengontrol Bangkong Pontianak (N = 16)

halusinasi sebelum dan sesudah Karakteristik F %

diberikan Terapi Aktifitas Kelompok 1. Jenis Kelamin

(TAK) Stimulasi Persepsi. Analisa a. Laki-laki 7 43,8

data bivariat dalam penelitian ini b. Perempuan 9 56,2

menggunakan uji t berpasangan 2. Usia

a. 17-25 4 25,0
7

b. 26-35 3 18,8 2. Analisa Bivariat

c. 36-45 3 18,8 Tabel 2. Hasil analisis uji t

d. 46-55 5 31,2 berpasangan

e. 56-65 1 6,2 Mean SD p

Pretest 28,12 7,824

Sumber: Data Primer (2016) Posttest 18,25 3, 958 0,000

Berdasarkan tabel di atas Sumber: Data Primer (2016)

dapat diketahui bahwa jumlah Berdasarkan hasil analisis uji t

responden yang berjenis kelamin berpasangan nilai p value 0,000 (p <

perempuan sebanyak 9 responden 0,05), dapat disimpulkan bahwa

(56,2%) dan jumlah responden yang terdapat perubahan skor auditory

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 hallucination rating scale (ahrs) yang

responden (43,8%). bermakna pada klien halusinasi

Adapun rentang umur sebelum dan sesudah pemberian

responden halusinasi di Rumah Sakit intervensi TAK Stimulasi Persepsi di

Jiwa Daerah Sungai Bangkong Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai

Pontianak adalah antara 17-65 tahun. Bangkong Pontianak.

Responden yang terbanyak dengan PEMBAHASAN

rentang usia 46-55 tahun sebanyak 5 Berdasarkan hasil penelitian

responden (31,2%) dan usia paling yang dilakukan oleh peneliti di

sedikit dengan rentang usia 56-65 Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai

tahun sebanyak 1 responden (6,2%). Bangkong Pontianak diperoleh

responden pada penelitian berjumlah


8

16 orang dengan usia yang bervariasi pengalaman yang didapat tetapi tidak

mulai dari 17 tahun hingga 56 tahun. semuanya dapat diproses dalam

Usia responden yang terbanyak fikiran dengan baik sebab pada usia

dengan rentang usia 46-55 tahun tertentu seseorang mengalami

sebanyak 5 responden (31,2%) penurunan kemampuan dalam

dimana menurut Depkes 2009 menerima informasi yang diterima.

termasuk dalam masa lansia awal. Usia ini termasuk dalam usia lansia

Tugas perkembangan pada fase awal di mana pada umumnya orang

ini yaitu mampu bertanggung jawab percaya bahwa proses belajar,

terhadap orang lain.7 Hal ini sejalan memori dan intelegensi mengalami

dengan teori Sunaryo8 yang penurunan bersamaan dengan terus

mengatakan bahwa semakin cukup bertambahnya usia sehingga

umur tingkat kematangan dan kecepatan dalam memproses

kekuatan seseorang semakin informasi mengalami penurunan pada

konstruktif dalam menggunakan masa lansia awal.

koping terhadap proses berfikir Dari usia responden yang

mereka masih baik, sehingga kebanyakan memasuki lansia awal

pengalaman-pengalaman yang membuat kemampuan dalam

mereka peroleh dapat benar-benar menyerap atau menerima informasi

menjadi pengetahuan yang benar- berkurang sehingga sebagian besar

benar bermanfaat. responden belum mampu mengontrol

Semakin tua umur seseorang halusinasi. Penelitian ini sesuai

memang semakin banyak dengan penelitian yang dilakukan


9

oleh Halawa pada tahun 2014 dengan penelitian ditemukan paling banyak

jumlah klien halusinasi sebanyak 10 responden perempuan yang

orang, responden paling banyak mengalami halusinasi.

mengalami halusinasi yaitu pada Halusinasi yang dialami oleh

kelompok usia 41-50 tahun sebanyak perempuan disini kebanyakan

3 responden (33,3%).9 diakibatkan oleh stress. Mereka

Menurut Stuart10 pada merasa disingkirkan dan dikucilkan

umumnya makin tinggi usia, makin oleh keluarga, sehingga mereka

mandiri dan kurang kecenderungan merasa kesepian. Mereka lebih

bersosialisasi dalam kelompok. Hal memilih untuk menyendiri. Hal inilah

ini bisa berpengaruh dalam yang menyebabkan kebanyakan

komunikasi individu dalam perempuan disini lebih asyik dengan

kelompok. Individu yang terlalu lama dunianya sendiri dan lebih sering

tidak diajak berkomunikasi atau lebih berbicara sendiri akibat dari

sering menyendiri sering menjadi halusinasi yang mereka alami.

pencetus terjadinya halusinasi. Hasil penelitian ini tidak jauh

Responden pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

berjumlah 16 orang dengan jumlah dilakukan oleh Musa pada tahun 2015

responden laki-laki sebanyak 7 orang yang menyatakan wanita lebih

(43,8%) dan responden perempuan banyak mengalami halusinasi

sebanyak 9 orang (56,2%). Jumlah dibanding pria.11 Menurut

responden terbanyak adalah MENKOKESRA, perempuan dan

perempuan karena pada saat laki-laki memiliki resiko yang untuk


10

mengalami gangguan jiwa berat. Kemudian setelah diberikan

Namun derajat keparahan gangguan TAK Stimulasi Persepsi klien sudah

jiwa berat lebih besar pada laki-laki, mau berinteraksi dengan lingkungan.

sehingga laki-laki lebih banyak yang Ini sesuai dengan hasil penelitian

harus dirawat di rumah sakit jiwa.12 dimana klien mampu mengontrol

Beberapa ahli menyebutkan dengan cara menghardik halusinasi.15

bahwa halusinasi dipengaruhi dengan Pemberian TAK Stimulasi Persepsi

jenis kelamin, akan tetapi belum ada bertujuan agar klien dapat

kepastian apakah jenis kelamin mepersepsikan stimulus yang

perempuan lebih banyak mengalami sebenarnya tidak ada atau tidak nyata

halusinasi dibanding laki-laki.13 yang hanya dirasakan oleh klien dan

Halusinasi adalah salah satu tidak dapat dibuktikan sehingga dapat

gejala gangguan jiwa di mana klien mempersepsikan hal tersebut secara

mengalami perubahan persepsi nyata dan didiskusikan dalam

sensori, seperti merasakan sensasi kelompok.

palsu berupa suara, penglihatan, Hasil dari penelitian ini juga

pengecapan, perabaan, atau serupa dengan penelitian yang

penghiduan. Klien merasakan dilakukan oleh Kala pada tahun 2014

stimulus yang sebetulnya tidak ada.14 yang menyatakan bahwa terdapat

Klien dengan halusinasi pada pengaruh pemberian TAK Stimulasi

awalnya menunjukkan sikap apatis, Persepsi terhadap kemampuan klien

menarik diri, mengisolasi diri dan mengontrol halusinasi. Menghardik

tidak mau berkomunikasi. halusinasi adalah upaya


11

mengendalikan diri terhadap akan muncul dengan mengatakan

halusinasi dengan cara menolak tidak terhadap halusinasi dan tidak

halusinasi yang muncul. memperdulikannya.17

Klien dilatih untuk mengatakan Berdasarkan uraian di atas dan

tidak terhadap halusinasi yang hasil penelitian yang dilakukan,

muncul atau tidak memperdulikan peneliti berkesimpulan bahwa TAK

halusinasinya. Mungkin halusinasi Stimulasi Persepsi dapat

tetap ada namun dengan kemampuan memengaruhi kemampuan klien

ini klien tidak akan larut untuk dalam mengontrol halusinasi di

menuruti apa yang ada dalam Rumah Sakit Jiwa Daerah Sungai

halusinasinya. TAK yang diberikan Bangkong Pontianak.

stimulus pada klien bisa mengontrol KESIMPULAN DAN SARAN

halusinasi yang bertujuan agar klien Terdapat pengaruh pemberian

dapat menjelaskan cara yang selama Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

ini dilakukan saat mengalami Stimulasi Persepsi terhadap

halusinasi, cara menghardik kemampuan klien mengontrol

halusinasi dan dapat memperagakan halusinasi di Rumah Sakit Jiwa

cara menghardik halusinasi.16 Daerah Sungai Bangkong Pontianak.

Berdasarkan penelitan yang Diharapkan dengan hasil penelitian

dilakukan oleh Anggraini pada tahun ini dapat menjadi salah satu alternatif

2013 menyatakan bahwa, dengan cara intervensi keperawatan bagi klien

menghardik halusinasi pada TAK yang mengalami halusinasi dalam

klien dapat menolak halusinasi yang mengontrol halusinasinya.


12

DAFTAR PUSTAKA 8. Sunaryo. Psikologi Untuk


Keperawatan. Jakarta: EGC;
1. Hawari, D; 2007. Dalam Nauli 2004.
FA. Hubungan Pengetahuan dan 9. Halawa A. Pengaruh Terapi
Peran Keluarga dalam Merawat aktivitas Kelompok: Stimulasi
Pasien Skizofrenia yang Persepsi Sesi 1-2 Terhadap
Mengalami Gejala Kemampuan Mengontrol
Relaps.Universitas Halusinasi Pendengaran Pada
Pembangunan Nasional Pasien Skizofrenia Di Ruang
(Skripsi); 2012. Flamboyan Rumah Sakit Jiwa
http://library.upnvj.ac.id. Menur Surabaya. (Skripsi); 2014.
(Diunduh pada 17 November http://portalgaruda.org.
2015). (Diunduh pada 6 April 2016).
2. World Health Organization 10. Stuart GW. Buku Saku
(WHO). Mental Disorder; 2013. Keperawatan Jiwa. Edisi 5.
http://www.who.int (Diunduh Jakarta: EGC; 2007.
pada 17 November 2015). 11. Musa SA, Kanine E, Onibala F.
3. DEPKESRI. Departemen Pengaruh Terapi Aktifitas
Kesehatan Republik Indonesia. Kelompok Orientasi Realita
Kesehatan jiwa secara Terhadap Kemampuan
global_Departeman Kesehatan Mengidentifikasi Stimulus Pada
Republik Indonesia. 2012. Pasien Halusinasi di Rumah
http://www.depkes.go.id. Sakit Jiwa Prof. DR. V. L.
(Diunduh pada 15 Februari Ratumbuysang Sulawesi Utara.
2016). Jurnal Keperawatan. Volume 3.
4. Purba JM, Wahyuni SE, Nomor 2. 2015.
Nasution ML, Daulay W. Asuhan 12. Menkokesra. Bidang
Keperawatan Klien dengan Kesejahteraan Masyarakat; 2010.
Masalah Psikososial dan http://www.menkokesra.go.id.
Gangguan Jiwa. Medan: USU (Diunduh pada 19 Juni 2016).
Press; 2008. 13. Kaplan, Saddock. Sinopsis
5. Keliat BA, Pawirowiyono A. Psikiatri. Jakarta: Binarupa
Keperawatan Jiwa: Terapi Aksara; 2008.
Aktivitas Kelompok. Edisi 2. 14. Nita Firia. Laporan Pendahuluan
Jakarta: EGC; 2014. dan Strategi Pelaksanaan
6. Hidayat AA. Metode Penelitian Tindakan Keperawatan Untuk 7
Keperawatan dan Teknik Analisa Diagnosis Keperawatan Jiwa
Data. Edisi 1. Jakarta: Salemba Berat Revisi 2012. Jakarta:
Medika; 2014. Salemba Medika; 2012.
7. Tamher S, Noorkasiani. 15. Utami NWS, Ghofur A,
Kesehatan Usia Lanjut dengan Rochidiat. Pengaruh Terapi
Pendekatan Asuhan Aktivitas Kelompok Stimulasi
Keperawatan. Jakarta: Salemba Persepsi Terhadap Kemampuan
Medika; 2009. Mengontrol Halusinasi Pada
Klien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Grhasia Provinsi DIY.
13

Universitas Respati Yogyakarta.


(Skripsi); 2013.
http://journal.respati.ac.id.
(Diunduh pada 17 November
2015).
16. Sheila L, Viedenbeck. Buku Ajr
Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC; 2008.
17. Anggraini K, Nugroho A,
Supriyadi. Pengaruh Menghardik
Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia di RSJD DR.
Aminogondohutomo Semarang.
(Skripsi); 2013.
http://www.download.portalgaru
da.org. (Diunduh pada 19 Juni
2016).

Anda mungkin juga menyukai