Anda di halaman 1dari 7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab definitif penanganan kasus katarak yaitu


sedikitnya 50% kasus kebutaan di seluruh dengan tindakan operasi. Operasi katarak
dunia. Seiring dengan peningkatan usia harapan merupakan salah satu operasi yang paling
hidup, jumlah orang yang terkena semakin sering dilaksanakan di berbagai tipe rumah sakit
bertambah. Di berbagai bagian dunia yang dengan success rate sangat tinggi. Tindakan
sedang berkembang, fasilitas yang bersedia bedah katarak bertujuan untuk menghasilkan
untuk mengobati katarak jauh dari mencukupi, optimalisasi fungsi penglihatan bercirikan
sulit untuk mengatasi kasus-kasus baru yang pemulihan yang cepat, terukur dengan efek
muncul dan benar-benar tidak mampu samping yang minimal, stabilitas jangka
menangani kasus-kasus lama semakin panjang, serta memberikan kepuasan pada
menumpuk, yang dalam hitungan konservatif penderita (Soekardi dan Hutauruk, 2004 dalam
diperkirakan berjumlah 10 juta diseluruh dunia Purnama 2014).
(Vaughan dan Ashburi, 2013). Kecemasan adalah suatu perasaan takut
Seluruh penderita di dunia menurut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat
WHO 2012 mengatakan penyebab kebutaan di dibenarkan yang sering disertai dengan gejala
dunia terbanyak disebabkan karena katarak fisiologis. Kecemasan adalah keadaan emosi
sebesar 51%, (Pusat data Kemenkes, 2014). yang tidak memiliki objek yang spesifik dan
Indonesia sebagai Negara berkembang banyak kondisi ini dialami secara subjektif. (Tomb,
mengalami berbagai masalah kesehatan, 2000 dan Stuart, 2001)
terutama kesehatan mata. Jumlah penderita Pengaruh kecemasan merupakan
kebutaan di Indonesia mencapai 0.6% dari masalah penting dalam perkembangan
jumlah penduduk yang berada di seluruh kepribadian (Gunarsa, 2008). Pasien dengan
provinsi Indonesia (Riskesdas 2013 dalam penyakit fisik yang serius mempunyai
Pusat data Kemenkes, 2014). gangguan psikiatri sedikitnya dua kali lipat
Gorontalo sendiri dari hasil Kemenkes dibanding populasi umum. Perubahan dalam
tahun 2013 terdapat di urutan Pertama dalam hidup yang terjadi secara mendadak dapat
kebutaan sedangkan untuk prevalensi katarak mengakibatkan para pasien sebelum operasi
berada di urutan ke 14 sebesar 1.9 % setelah menunjukan beberapa reaksi psikologis yang
Yogyakarta untuk kejadian katarak itu sendiri. negatif seperti cemas dan depresi (Widakdo &
Hal ini memperlihatkan masih tingginya Besral, 2013).
katarak di Provinsi Gorontalo. Kecemasan, depresi dan rasa tidak
Penderita Katarak di Provinsi nyaman pasien dapat dikurangi dengan
Gorontalo sendiri, khususnya di RSUD dr.Hasri meningkatkan keprcayaan pasien pada dokter
Ainun Habibie, berdasarkan data dari Rekam dan petugas medis, sehingga manfaatkan waktu
medik dan Poliklinik Mata RSUD dr.Hasri konsultasi pre-operasi maupun sesaat
Ainun Habibie tercatat pada tahun 2015 menjelang operasi untuk berbicara dengan
terdapat 368 pasien yang berhasil di operasi, pasien, menenangkan pasien.
dan 55 pasien batal operasi, pada tahun 2016 Untuk menenangkan pasien Pre-
tercatatat 224 pasien berhasil di operasi, 18 Operasi Penatalaksanaan kecemasan dapat
pasien batal di operasi. dilakukan dengan farmakologi dan
Batalnya pasien yang akan di operasi nonfarmakologi. Menurut Soekardi dan
itu disebabkan beberapa sebab, menurut data Hutauruk (2006). Farmakologi menggunakan
dari Poli Mata, di tahun 2015 dari 55 pasien obat-obat anti depresan, beberapa ahli bedah
yang batal operasi,35 pasien akibat tekanan katarak sering memberikan obat penenang oral,
darah yang tiba-tiba naik, 10 pasien akibat Gula seperti Diazepam tablet 5mg dan atau
darah yang tiba-tiba naik, dan 5 pasien dengan Midazolam 1mg intravena dan nonfarmakologi
alasan belum siap dengan alasan cemas dengan yang dapat dilakukan diantara lain seperti,
proses operasi Katarak, dilain pihak sampai terapi religius, terapi psikodinamik, tehnik
dengan saat ini satu-satunya Manajemen relaksasi mendalam atau hipnoterapi.

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

Hipnoterapi sendiri adalah sebuah Post Test Control Group yaitu suatu rancangan
penyembuhan dengan hipnotis. Hipnoterapi penelitian yang menggunakan dua kelompok
merupakan cabang ilmu psikologis yang subjek diantaranya kelompok perlakuan dan
mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi kelompok kontrol, dimana kelompok perlakuan
masalah pikiran, perasaan, dan perilaku, dengan dan kelompok kontrol dilakukan pengukuran
memberikan sugesti kepada pikiran bawah setelah diberikan perlakuan. Efek perlakuan
sadar (Susilo 2010 dalam Irianto, 2014). dilihat dari perbedaan pengukuran kedua
Cara Kerja Hipnoterapi terdiri dari kelompok (Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel
beberapa tahap, yaitu 1) Pre induksi, yang akan di teliti adalah 30 responden yang
membangun hubungan yang baik (Building masing-masing terdiri dari 15 responden
Rapport), secara lebih spesifik yang dimaksud kelompok kasus dan 15 responden kelompok
dengan “hubungan yang baik” adalah terjadinya kontrol.
koneksi di tingkat subconcious mind, antara Instrumen dalam penelitian ini adalah
klien dengan hipnoterapis, Intake interview, kuesioner tingkat kecemasan HARS yang sudah
wawancara untuk memperoleh latar belakng valid, berupa pertanyaan tertulis terdiri dari 14
klien, dan permasalahan klien secara lebih item pertanyaan yang digunakan untuk
benar.Exploring client modalities, eksplorasi memperoleh data atau informasi tentang tingkat
kemampuan klien kedalam pengetahuan, kecemasan pada pasien pre operasi katarak di
komunikasi dll.Hypnotherapy training, Konsep RSUD dr.Hasri Ainun Habibie Provinsi
hypnosis dan hypnotherapi.Suggestibity Gorontalo, kuesioner diberikan sebelum dan
test.Hypnotherpy strategy.Hypnotherapy setelah dilakukan hipnoterapi.
contract.2) Induksi, 3) Deepening yaitu konsep Data dianalisis dengan menggunakan uji
dasar deepening adalah membimbing subjek Wilcoxon dimana syarat jika data tidak
klien untuk berimajinasi melakukan sesuatu berdistribusi normal dengan asumsi bahwa
kegiatan atau berada di sutu tempat yang mudah batas kemaknaan adalah α=0,05 yang berarti
dirasakan oleh subjek. 4) Depth level jika nilai p≤0,05 menunjukan adanya hubungan
testmerupakan test untuk melihat seberapa jauh yang bermakna, namun jika nilai p>0,05
kesadaran seseorang sudah berpindah dari menunjukan tidak ada hubungan yang
Conscious Mind ke subconscious mind.5) bermakna antara variabel independen dengan
Suggesti, suggestion atau sugesti adalah suatu variabel dependen.
kalimat-kalimat saran yang disampaikan oleh
Hypnotist ke bawah sadar obyek. 6) Terminasi, Hasil Penelitian
terminasi adalah suatu tahapan untuk 1. Karakteristik Responden
mengakhiri proses Hypnosis. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Proses wawancara pada pasien pre Umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
operasi katarak pada tanggal 10 Agustus 2016, responden di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
didapatkan data yaitu 7 pasien merasa khawatir Provinsi Gorontalo
jika operasi penyakit katarak akan Karakteristik Kelompok Kasus Kelompok
menyebabkan nyeri yang berlebihan dan Responden Kontrol
menyebabkan mereka tidak dapat melihat atau n % n %
buta permanen, timbulnya kecemasan yang Umur
36-45 tahun 2 13.3 1 6.7
berlebihan, adanya perubahan emosi, dan
46-55 tahun 6 40.0 5 33.3
kadang muncul pikiran-pikiran yang tidak 56-65 tahun 6 40.0 9 60.0
sesuai. > 65 tahun 1 6.7 0 0
Jumlah 15 100 15 100
Bahan dan Metode Penelitian Jenis Kelamin
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Laki-laki 6 40.0 6 40.0
Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo pada Perempuan 9 60.0 9 60.0
tanggal 17 Oktober dan 26 Novemer 2016. Jumlah 15 100 15 100
Desain penelitian yang digunakan dalam Pendidikan
SD 2 13.3 4 26.7
penelitian ini adalah eksperimen sungguhan
SMP 2 13.3 4 26.7
(True Experiment) dengan rancangan Pre Test

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

SMA 11 73.3 7 46.7 dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo,


Jumlah 15 100 15 100 didapatkan bahwa sebaran tertinggi pada
Pekerjaan pekerjaan pensiunan yaitu 6 responden dengan
Petani 1 6.7 3 20.0 persentase 40% dan sebaran terendah pada
Wiraswasta 5 33.3 5 33.3
pekerjaan petani yaitu 1 responden dengan
Pensiunan 6 40.0 3 20.0
IRT 3 20.0 4 26.7
persentase 6,7%. Sedangkan untuk kelompok
Jumlah 15 100 15 100 kontrol didapatkan sebaran tertinggi pada
Sumber : Data Primer 2016 pekerjaan wiraswasta yaitu 5 responden dengan
Hasil Penelitian didapatkan bahwa dari 15 persentase 33,3 % dan sebaran terendah pada
responden kelompok kasus yang ada di RSUD pekerjaan petani dan pensiunan masing-masing
dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, 3 responden dengan persentase 20%.
didapatkan bahwa sebaran tertinggi pada umur 2. Tingkat Kecemasan Kelompok Kasus
responden yaitu pada masa lansia awal (46-55 Tabel 2. Distribusi tingkat kecemasan
tahun) dan masa lansia akhir (56-65 tahun) responden pada kelompok kasus sebelum dan
masing-masing 6 responden dengan persentase sesudah di hipnoterapi di RSUD dr. Hasri
40 % dan sebaran terendah pada masa manula Ainun Habibie Provinsi Gorontalo
(> 65 tahun) yaitu 1 responden dengan
Kelompok Kasus
persentase 6,7%. Sedangkan untuk kelompok N Tingkat
kontrol didapatkan bahwa sebaran tertinggi o Kecemasan Sebelum Sesudah
n % n %
pada masa lansia akhir (56-65 tahun) yaitu 9
1 Kecemasan Ringan 2 13.3 9 60
responden dengan persentase 60 % dan sebaran 2 Kecemasan Sedang 0 0 4 26.7
terendah pada masa dewasa akhir (36-45 tahun) 3 Kecemasan Berat 9 60 2 13.3
yaitu 1 responden dengan persentase 6,7 %. 4 Panik 4 26.7 0 0
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 Total 15 100 15 100
responden kelompok kasus yang ada di RSUD Sumber : Data Primer 2016
dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15
didapatkan bahwa sebaran tertinggi pada jenis responden kelompok kasus sebelum di
kelamin perempuan yaitu 9 responden dengan hipnoterapi bahwa sebaran tertinggi pada
persentase 60% dan sebaran terendah pada jenis tingkat kecemasan berat yaitu 9 responden
kelamin laki-laki yaitu 6 responden dengan dengan persentase 60% dan sebaran terendah
persentase 40%. Sedangkan untuk kelompok pada tingkat kecemasan ringan yaitu 2
kontrol didapatkan bahwa sebaran tertinggi juga responden dengan persentase 13,3%.
pada jenis kelamin perempuan yaitu 9 Sedangkan sesudah di hipnoterapi bahwa
responden dengan persentase 60% dan sebaran sebaran tertinggi pada tingkat kecemasan ringan
terendah pada jenis kelamin perempuan yaitu 6 yaitu 9 responden dengan persentase 60% dan
responden dengan persentase 40%. sebaran terendah pada tingkat kecemasan berat
Hasil penelitian di dapatkan bahwa dari 15 yaitu 2 responden dengan persentase 13,3%.
responden kelompok kasus yang ada di RSUD
dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo, 3. Efektifitas hipnoterapi terhadap
didapatkan bahwa sebaran tertinggi pada penurunan tingkat kecemasan pre
pendidikan SMA yaitu 11 responden dengan operasi pada pasien katarak di RSUD
persentase 73,3% dan sebaran terendah pada dr. Hasri Ainun Habibie, Provinsi
pendidikan SD dan SMP yaitu masing-masing Gorontalo
2 responden dengan persentase 13,3%. Tabel 3 Analisis Efektifitas hipnoterapi
Sedangkan untuk kelompok kontrol sebaran terhadap penurunan tingkat kecemasan pre
tertinggi pada pendidikan SMA yaitu 7 operasi pada pasien katarak di RSUD dr. Hasri
responden dengan persentase 46,7 % dan Ainun Habibie, Provinsi Gorontalo
sebaran terendah pada pendidikan SD dan SMP N Kelompok Nilai p
masing-masing 4 responden dengan persentase Mean SD n
O Kasus Value
26,7 %.
Hasil Penelitian didapatkan bahwa dari 15 1 Sebelum 3.0 0.93 15 P Value
responden kelompok kasus yang ada di RSUD 2 Sesudah 1.53 0.74 15 0.003

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan uji nonparametric yaitu uji


Berdasarkan uji nonparametric yaitu uji Wilcoxon pada tabel 4.9 menunjukkan ada
Wilcoxon pada tabel 4.9 menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kondisi tingkat
perbedaan yang signifikan kondisi tingkat kecemasan responden kelompok kasus sebelum
kecemasan responden kelompok kasus sebelum dan sesudah di hipnoterapi, Z = - 2,976 dan P
dan sesudah di hipnoterapi, Z = - 2,976 dan P Value= 0,003 < 0,05. Data sebelum hipnoterapi
Value= 0,003 < 0,005. Data sebelum (M = 3,0 ; SD = 0,93) memiliki rata-rata lebih
hipnoterapi (M = 3,0 ; SD = 0,93) memiliki besar dari data sesudah hipnoterapi (M = 1,53 ;
rata-rata lebih besar dari data sesudah SD = 0,74). Artinya Ho di tolak yang
hipnoterapi (M = 1,53 ; SD = 0,74). Artinya Ho menandakan adanya efektifitas hipnoterapi
di tolak yang menandakan adanya efektifitas terhadap penurunan tingkat kecemasan pre
hipnoterapi terhadap penurunan tingkat operasi pasien katarak di RSUD dr. Hasri
kecemasan pre operasi pasien katarak di RSUD Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.
dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo. Tingkat kecemasan pasien pre operasi
4. Uji Perbedaan pada Kelompok Kasus dan katarak pada kelompok kasus sebelum
Kelompok Kontrol Terhadap Penurunan dilakukan hipnoterapi rata-rata memiliki rasa
Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien cemas walaupun tingkatannya berbeda saat
Katarak di RSUD dr. Hasri Ainun sebelum akan dilakukan operasi katarak dan
Habibie tidak ada yang memiliki tingkat kecemasan
Tabel 4. Uji Perbedaan Pada Kelompok Kasus yang normal dan setelah dilakukan hipnoterapi
dan Kelompok Kontrol Terhadap Penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi
Tingkat Kecemasan Pre Operasi Pasien Katarak mengalami penurunan tingkat kecemasan,
di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi dimana sebaran tertinggi tingkat kecemasan
Gorontalo sebelum di hipnoterapi pada tingkat kecemasan
berat yaitu 9 responden dengan persentase 60%
Kelompok Nilai p
MEAN SD n dan sebaran terendah terendah pada tingkat
Responden Value
kecemasan ringan yaitu 2 responden dengan
Kasus persentase 13,3%. Sedangkan sebaran tertinggi
Sesudah P Value tingkat kecemasan setelah dihipnoterapi pada
2.3 0.99 30
Kontrol 0.000 tingkat kecemasan ringan yaitu 9 responden
Sesudah dengan persentase 60% dan sebaran terendah
Sumber : Data Primer 2016 pada tingkat kecemasan berat yaitu 2 responden
Berdasarkan uji nonparametric yaitu uji dengan persentase 13,3%.
Man Whitney U pada tabel 4.11 menunjukkan Untuk hasil kelompok kontrol pada pasien
ada perbedaan yang signifikan kondisi tingkat pre operasi katarak didapatkan pasien memiliki
kecemasan pada kelompok kasus dan kelompok kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda
kontrol dimana nilai P Value= 0,000 < 0,05. dan tidak ada pengaruh sebelum dan sesudah,
Kelompok kontrol tidak mengalami penurunan dimana sebaran tertinggi pada tingkat
tingkat kecemasan karena memiliki nilai mean kecemasan sebelum (kelompok kontrol) pada
rank sebesar 21,93 daripada mean rank tingkat kecemasan berat yaitu 12 responden
kelompok kasus, yaitu 9, 07. Dengan demikian dengan persentase 80% dan sebaran terendah
Ho di tolak , artinya ada perbedaan tingkat pada tingkat kecemasan sedang yaitu 1
kecemasan kelompok kasus dan kelompok responden dengan persentase 6,7%. Sedangkan
kontrol. sebaran tertinggi dan sebaran terendah pada
tingkat kecemasan sesudah tidak mengalami
PEMBAHASAN perubahan dimana masing-masing 12
responden dengan persentase 80% dan 1
1. Efektifitas hipnoterapi terhadap responden dengan persentase 6,7% dengan P
penurunan tingkat kecemasan pre Value 1,000.
operasi pasien katarak di RSUD dr. Asumsi Peneliti, berdasarkan wawancara
Hasri Ainun Habibie (kelompok kasus) dengan pasien hal ini dikarenakan adanya rasa
takut pasien mengingat bahwa sedikit lagi akan

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

dilakukan operasi katarak, takut akan kegagalan signifikan, sehingga ada yang tingkat
operasi nanti, atau pasien yang belum mengerti kecemasannya pasien menjadi normal, hal ini
mengenai tindakan operasi, sehingga muncul menunjukkan bahwa hipnoterapi memiliki
rasa khawatir pasien. efektifitas yang tinggi terhadap perubahan
Kecemasan merujuk pada perasaan yang tingkat kecemasan pasien pre operasi.
ditimbulkan oleh ancaman nonspesifik terhadap Hipnoterapi adalah sebuah penyembuhan
konsep diri seseorang yang menyangkut dengan hipnotis. Hipnoterapi merupakan
kesehatan, aset, nilai, lingkungan, peran fungsi, cabang ilmu psikologis yang mempelajari
serta perasaan aman (Carpenito, 2009). Awitan manfaat sugesti untuk mengatasi masalah
dan proses klinis gangguan kecemasan sangat pikiran, perasaan, dan perilaku, dengan
bervariasi. Awitan dapat terjadi secara akut atau memberikan sugesti kepada pikiran bawah
bertahap.Awitan dapat timbul tanpa peristiwa sadar (Susilo & Kemala, 2010).
pencetus atau dapat terjadi karena peristiwa Hasil tersebut sejalan dengan penelitian
akut yang menimbulkan stres atau setresor yang di lakukan Rahayu (2011) responden yang
kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan, mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak
nutrisi, medikasi, atau keluarga. Gangguan 17 responden (42,5%), kecemasan sedang
kecemasan ditandai dengan tingkat kecemasan sebanyak 23 responden (57,5%). Hasil tersebut
yang tinggi yang terlihat pada perilaku yang menunjukkan bahwa pemberian intervensi
tidak lazim misalnya takut pada peristiwa yang hipnoterapi berdampak pada penurunan tingkat
tidak sesuai dengan realitas situasi (Videbeck, kecemasan saat menjalani kemoterapi pada
2008). pasien kanker (Rahayu, 2011).
Penyebab ketakutan dipandang sebagai 2. Perbedaan Penurunan Tingkat
suatu ancaman bagi keselamatan pasien karena Kecemasan Pada Kelompok Kasus dan
belum terselesaikan .Penyebab ketakutan Kelompok Kontrol Pre Operasi Pasien
seringkali tidak diketahui karena tersembunyi di Katarak Di RSUD dr. Hasri Ainun
dalam pikiran alam bawah sadar seiring dengan Habibie
berjalanya waktu. Terapis harus menggali lebih Berdasarkan uji nonparametric yaitu uji
dalam untuk mencari akar masalah dengan Man Whitney U pada tabel 4.11 menunjukkan
mengetahui akar masalah yang membuatnya ada perbedaan yang signifikan kondisi tingkat
takut pasien akan dapat menghilangkan kecemasan pada kelompok kasus dan kelompok
kecemasannya (Gunawan, 2007). kontrol dimana nilai U = 16.000 dan P Value=
Peneliti juga berasumsi bahwa jenis 0,000 < 0,05. Kelompok kontrol tidak
kelamin mempengaruhi tingkat kecemasan mengalami penurunan tingkat kecemasn karena
pasien, dimana 50% responden yang akan memiliki nilai mean rank sebesar 21,93
dilakukan operasi adalah perempuan. daripada mean rank kelompok kasus , yaitu 9,
Individu mengalami peningkatan ansietas 07. Dengan demikian Ho di tolak , artinya ada
perbedaan tingkat kecemasan kelompok kasus
memiliki kemungkinan lebih tinggi dan kelompok kontrol.
mengalami kecemasan.Insiden gangguan Nampak perbedaan yang signifikan pada
panik mecapai 25% dengan wanita beresiko kelompok kasus dan kelompok kontrol, hal ini
dua kali lipat lebih besar dibandingkan membuktikan bahwa hipnoterapi memberikan
dengan pria (Videbeck, 2008). pengaruh yang signifikan pada tingkat
Secara biologis perempuan lebih lemah kecemasan pasien pre operasi katarak.
daripada laki-laki, sedangkan perbedaan secara Asmadi 2008 dalam bukunya yang
psikologis, perempuan lebih mudah berjudul Tehnik Prosedural Keperawatan
tersinggung, mudah dipengaruhi, sangat peka, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien
menonjolkan perasaan dan mudah meluapkan mengatakan bahwa intervensi utama yang harus
perasaa.Sementara laki-laki lebih rasional dan dilakukan perawat dalam memberikan asuhan
sangat obyektif (Sukmadinata, 2003). keperawatan pada pasien cemas adalah
Akan tetapi setelah dilakukan hipnoterapi menyadari mengenali perasaanya dan juga
pada kelompok kasus pada pasien pre operasi, mampu mengendalikannya.
tingkat kecemasan pasien menurun secara

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

Secara fisiologis saat seseorang masuk Universitas Negeri Padjajaran angkatan 2011.
relaksasi hypnosis, gelombang pikirannya Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah
masuk ke gelombang alfa frekuensinya 7-14 hypnotherapy efektif menurunkan tingkat stress
hertz atau lebih dalam lagi ke gelombang theta pada mahasiwa fakultas ilmu keperawatan
frekuensinya 4-7 hertz. Ketika pikiran masuk ke Universitas Padjajaran angkatan 2011. Hal ini
gelombang ini, manusia menghasilkan zat sejalan dengan penelitian ini bahwa
endorphin alami yang menghasilkan sensasi hypnotherapy efektif untuk menangani
nyaman. Dan dalam hypnosis state ini, sistem permasalahan-permasalahan psikologis.
metabolisme tubuh menjadi jauh lebih baik dan Penelitian lain yang juga dapat
tubuh bebas dari ketegangan (Santos, 2008) mendukung adalah penelitian dari Rohmah
Secara psikologis, segala selftalk negatif (2013) dengan judul Efektifitas Hipnoterapi
atau pengaruh negatif bisa dihilangkandengan Terhadap Tingkat Stres (Kecemasan) Dan
sugesti positif.Sehingga segala keyakinan keliru Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien
tentang operasi bisa digantidengan keyakinan Diabetes Melitus Tipe 2. Hasil penelitian dapat
yang lebih positif.akibatnya emosi atau stres disimpulkan bahwa terdapat efektifitas
lebih stabil, perasaantakut panik dan gelisah hipnoterapi terhadap penurunan tingkat stres
bisa dilenyapkan karena ada harmonisasi antara (kecemasan) dengan nilai p=0,003 (p<0,05).
pikiran tubuhdan jiwa. Faktor yang
mempengaruhi respon terhadap kecemasan Kesimpulan
antara lain fungsi fisiologis, kepribadian, 1. Dari hasil penelitian tingkat kecemasan
karakteristik perilaku, karakteristik stressor pasien pre operasi katarak pada kelompok
(intensitas, durasi,cakupan, jumlah, dan sifat kasus pada saat dan sesudah hipnoterapi
stressor) (Gadzella, 2001) mengalami penurunan tingkat kecemasan
Penelitian menunjukkan bahwa mereka dimana sebaran tertinggi sebelum
yang menggunakan hipnosis sebagai terapi hipnoterapi pada tingkat kecemasan berat
kecemasan, terbukti memiliki fungsi kinerja dengan persentase 60% dan terendah
otak kanan dan otak kiri yang lebih stabil kecemasan ringan dengan persentase
danseimbang (Rafael, 2006). Otak kanan 13,3% sedangkan sebaran tertinggi
terhubung langsung dengan Sistem Syaraf sesudah hipnoterapi pada tingkat
Otonom yang mengatur tekanan darah, detak kecemasan ringan dengan persentase 60%
jantung, pernafasan, dan pencernaan (Campbell, dan terendah kecemasan berat dengan
2002) persentase 13,3 %. Sedangkan pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang kelompok kontrol tidak ada perubahan
dikatakan oleh Krish & Lynn (dalam Wade, tingkat kecemasan.
2007) bahwa hypnotherapy telah digunakan 2. Analisis efektifitas hipnoterapi terhadap
secara efektif untuk banyak tujuan psikologis. tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
Lebih lanjut Krish & Lynn mengatakan sugesti katarak di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
hypnotherapy telah banyak digunakan untuk didapatkan nilai P Value 0.003 (P < 0,05)
mengurangi stress, kecemasan, obesitas, asma, yang menandakan Ho ditolak artinya
gangguan usus, mual karena kemotherapi dan adanya efektifitas hipnoterapi terhadap
bahkan gangguan kulit. Hypnotherapy dalam penurunan tingkat kecemasan pre operasi
dunia psikologi adalah suatu teknik psikoterapi, pasien katarak di RSUD dr. Hasri Ainun
namun bukan psikoterapi yang berdiri sendiri. Habibie, Kota Gorontalo.
Hypnotherapy menjadikan seseorang untuk
menjadi lebih mudah untuk disugesti. Terapis 5.1 Saran
akan memberikan sebuah sugesti untuk 1. Bagi pasien katarak diharapkan agar
menurunkan kecemasan. menjadi masukan untuk dapat
Penelitian lain yang mendukung hasil membantu pasien katarak dalam
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan terhindar dari masalah psikologis
oleh Hendriyanto (2012) yang berjudul seperti cemas.
pengaruh hypnotherapy terhadap tingkat stress 2. Bagi profesi keperawatan diharapkan
mahasiswa fakultas ilmu keperawatan agar menjadi masukan sebagai

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Jurnal Keperawatan

tambahan intervensi bagi perawat dan Kemenkes, RI. (2014). INFODATIN. Pusat
sebagai tambahan referensi atau Data dan Informasi Kementerian
pustaka bagi perawat. Kesehatan RI. Jakarta.
3. Bagi rumah sakit diharapkan dapat Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan
menjadi bahan rujukan sebagai Perilaku Kesehatan.. Penerbit Rineka
alternatif pengobatan untuk pasien Cipta. Jakarta.
katarak maupun pasien dengan Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
gangguan kesehatan lainnya. Metodologi Penelitian Ilmu
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis,
agar dapat menjadi acuan untuk dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
menambah wawasan, pengetahuan, Jakarta : Salemba Medika
pemahaman, tentang pengaruh Potter, P.A, Perry, A.G : 2005. Buku Ajar
hipnoterapi terhadap tingkat Fundamental Keperawatan : Konsep,
kecemasan pasien pre oparasi Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume
katarak, dan menjadi referensi untuk 2.Alih Bahasa : Renata
penelitian selanjutnya. Komalasari,dkk.Jakarta: EGC
Saam, Z and Wahyuni Sri. 2014. Psikologi
DAFTAR PUSTAKA Keperawatan. Jakarta : PT.
Akbar, Herman, dan M. Ilyas. 2014. Pengaruh RajaGrafindo Persada.
Terapi Aktivitas Kelompok Setia, Locky. 2013. Belajar Kilat Menjadi
(Sosialisasi) Terhadap Peningkatan HypnoDentist. Yogyakarta : Percetakan
Konsep Diri pada Klien Lansia di Panti Pohon Cahaya.
Sosial Tresna Werdha Gau MAbaji Stuart, G. W. and Laraia, M.T. (2001). Prinsip
Kab. Gowa. Vol. 4 Nomor 1 .ISSN : dan Praktik Keperawatan Psikiatrik.
2302- 1721. Jakarta: EGC
Al-Mighwar, Muhammad. 2011. Psikologi Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Remaja Petunjuk bagi Guru dan Orang Kualitatif dan R & D. Bandung :
Tua. Bandung: Pustaka Setia Alfabeta.
Ann Isaacs, 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Suyanto, 201. Metodologi dan Aplikasi
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC Penelitian Keperawatan. Cetakan
Arimbi, Anggun Trithias. 2012. Faktor – Faktor pertama. Yogyakarta: nuha Medika.
yang Berhubungan dengan Katarak Tomb, D. A. (2000). Buku Saku Psikiatri (Edisi
Degeneratif di RSUD Budhi Asih Keenam). Jakarta: EGC.
Tahun 2011. Vaughan, DG., Asbury, Taylor., dkk. (2013).
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Oftalmology Umum. Jakarta : Widya
Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Medika.
Kemenkes RI Widakdo, G., & Besral. (2013). Efek Penyakit
Dahlan. p2013. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kronis Terhadap Gangguan Mental
Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Emosional. Jurnal Kesehatan
Davies, T dan Craig, TKJ. (2009). ABC Masyarakat Nasional Vol.7, No. 7, 309-
Kesehatan mental. Jakarta: Penerbit 315.
Buku Kedokteran EGC.
Gunarsa, S.D. (2008). Dari Anak Sampai Usia
Lanjut: Bunga Rampai Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Hawari Dadang. (2004) Manajemen Stres
Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI. p. 3-11, 27-33, 56-61.
Hidayat. (2011). Menyusun Skripsi dan Tesis
Edisi Revisi. Bandung:
INFORMATIKA.

Dyah Ayu Prihatiningrum Pakaya, NIM. 841415110

Anda mungkin juga menyukai