Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo Email:
firmawati@umgo.ac.id
ABSTRACT
The purpose of this research is to know the effectiveness of therapy activity of perce ptual stimulation
group on the patient's ability to control hallucinations using Health Belief Model (HBM) approach at
RSUD Tombulilato Bone Raya Sub-district, Bone Bolango District. The research design used is
Nonequivalent Control Group Design. The sample in this study of 11 people for the control group and 11
people for the intervention group. The results showed that there was a difference of therapy of perceptual
stimulation group activity on the patient's ability to control hallucinations using Health Belief Model
(HBM) approach at Tombulilato District Hospital Bone Raya District Bone Bolango P value = 0,002 (P
<0,005)
persepsi sensorik yang salah dan meningkatkan diperlukan pendekatan secara individual maupun
rasa makna diri dan perpecahan pada pribadi kelompok. Oleh karena itu seorang perawat
pasien (Purba dkk, 2009). Untuk dapat khususnya perawat jiwa haruslah mampu
mengorientasikan pasien pada realita diperlukan melakukan terapi aktivitas kelompok secara
pendekatan terapi aktivitas kelompok stimulasi tepat dan benar.
persepsi.Terapi Aktivitas kelompok (TAK) Berdasarkan hasil survey data awal yang
stimulasi persepsi adalah terapi yang didapat penulis di RSUD Tombulilato Bone
menggunakanaktivitas mempersepsikan Bolango, Provinsi Gorontalo pada bulan Januari
berbagai stimulus yang terkait dengan sampai Maret 2017 ditemukan rata-rata pasien
pengalaman hidup untuk didiskusikan dalam dengan gangguan jiwa total sebanyak 22 orang
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa yang ditempatkan satu ruangan yang diberi batas
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian antar pasien (Petak) dari 22 orang yang
masalah (Keliat, 2011). mengalami gangguan kejiwaan semua tergolong
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi pendengaran. Dan berdasarkan
Halusinasi meliputi 5 sesi yaitu mengenal wawancara dengan petugasRSUDTombulilato
halusinasi, mengontrol halusinasi dengan Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, menyatakan
menghardik, mengontrol halusinasi dengan bahwa dari 5 orang pasien halusinasi sebelum
melakukan kegiatan mencegah halusinasi diberikan TAK, terdapat 2 orang sudah mampu
dengan bercakap-cakap, dan mengontrol mengendalikan halusinasi dan sebanyak 3 orang
halusinasi dengan patuh minum obat. Dimana belum mampu mengendalikan halusinasi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dapat sedangkan setelah diberikan terapi aktivitas
dilakukan setiap dua kali seminggu yang oleh kelompok stimulasi persepsi halusinasi dari 5
perawat terlatih. Hasil diskusi kelompok dapat orang pasien yang sama 4 orang sudah mampu
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif mengendalikan halusinasi dan 1 Orang belum
penyelesaian masalah (Damaiyanti dan Iskandar, dapat mengendalikan halusinasinya.
2012). Dalam proses ini diharapkan respon Pelaksanaan TAK stimulasi persepsi pada pasien
pasien terhadap berbagai stimulus dalam halusinasi di rumah sakit terjadwal setiap
kehidupan menjadi adaptif. Dalam proses ini minggu tetapi belum optimal.
diharapkan respon pasien terhadap berbagai Berdasarkan uraian di atas, bahwa
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. jumlah prevalensi kasus yang semakin
Berdasarkan uraian diatas pengaruh Terapi meningkat, keterbatasan jumlah tenaga di
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi pada ruangan sehingga penerapan TAK Stimulasi
pasien skizofrenia dengan halusinasi belum Persepsi tidak bisa dilaksanakan secara optimal
diketahui dengan jelas sehingga perlu diteliti. dan berdasarkan hasil wawancara dengan
Hasil penelitian Sihotang (2010) dan perawat ruangan bahwa TAK Stimulasi Persepsi
HalawaHaristina (2014) mendapatkan hasil halusinasi dengan pendekatan Health Belief
bahwa TAK Stimulasi Persepsi mempunyai Model (HBM) belum pernah dilakukan di
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan RSUD Tombulilato Kecamatan Bone Raya
mengontrol dan memutus halusinasi. Lebih Kabupaten Bone Bolango, maka perlu dilakukan
lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian. Selain itu dengan rata-rata jumlah
Tiomarlina Purba (2015) menarik kesimpulan hari rawat pasien di RSUD Tombulilato adalah
bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara 18 sampai 21 hari sehingga diperlukan suatu
pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi intervensi keperawatan yang singkat dan bersifat
terhadap frekuensi halusinasi. supportif. Maka penulis tertarik untuk
Asuhan keperawatan mengacu pada melakukan penelitian tentang “Efektivitas terapi
pendekatan holistik dalam membantu pasien aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap
mencapai keadaan yang optimal. Jadi tidak kemampuan pasien dalam
hanya ditekankan pada aspek fisik saja tapi juga mengendalikanhalusinasimenggunak an
psikologis, sosial dan spiritual. Untuk itu dalam pendekatan Health Belief Model (HBM) di
menjalankan perannya sebagai perawat
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Total 22 100 2 1 5 5
Sumber : Data Primer (2017) Sumber : Data Primer (2017)
bersih, ditempelkan jam dinding dan gambar- dengan judul "Peningkatan Kemampuan
gambar kegiatan yang dapat dilakukan oleh Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien
responden. Hal ini dilakukan agar mendorong Skizofrenia Dengan Terapi Aktivitas Kelompok
responden dapat berhubungan dengan Menggunakan Pendekatan Health Belief Model
realitas.Peralatan dan musik yang digunakan pun Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB". Hasil
dibuat semenarik mungkin agar membuat penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
responden untuk kooperatif dalam mengikuti mengendalikan halusinasi pada pasien
TAK.Responden diharapakn benar-benar fokus skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan TAK
dan menikmati kegiatan TAK, sehinggan tujuan Stimulasi Persepsi Halusinasi berbasis Health
dari TAK tersebut dapat tercapai. Belief Model terjadi perubahan sebesar,karena
Halusinasi adalah ketidakmampuan individu dilihat dari nilai T terjadi perubahan sebesar 7,33
dalam membedakan antara rangsang yang timbul + 3,35, maka HMB berpengaruh pada TAK
dari sumber internal seperti pikiran, perasaan,
sensasi somatik dengan impuls dan stimulus Analisa Bivariat
eksternal. Halusinasi muncul sebagai suatu Dari hasil uji t didapatkan nilai P (0,002)
proses panjang yang berkaitan erat dengan <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
kepribadian seseorang, karena halusinasi selalu perbedaan signifikan antara kemampuan
dipengaruhi antara lain oleh pengalaman- mengendalikan halusinasi pada kelompok
pengalaman psikologis seseorang. Hal-hal yang perlakuan (eksperimen) dan pada kelompok
mempengaruhi ketidakmampuan pasien untuk kontrol.
mengendalikan umum halusinasi adalah: Menurut Townsend (1998) dalam
1) pasien merupakan pasien baru pertama kali (Conner dan Norman, 2005)menyatakan bahwa
mengalami gangguan jiwa dan menjalani orientasi pada realita akan mengurangi persepsi
perawatan di RSJ. yang salah dan meningkatkan rasa makna diri
2) mekanisme koping pasien tidak efektif dan dan keluhuran pribadi pasien. TAK Stimulasi
cenderung menarik diri sehingga Persepsi adalah terapi yang menggunakan
menyebabkan terjadi halusinasi. aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus
3) tidak ada protap TAK untuk penanganan yang terkait dengan pengalaman dan atau
pasien halusinasi di RSDU Tombulilato. kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
TAK dilakukan secara dan bersamaan kepada Hasil diskusi kelompok dapat berupa
seluruh pasien yang ada di Ruang Rehabilitasi. kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
TAK yang paling sering dilakukan hanya TAK masalah (Keliat dan Akemat, 2010). Terapi
sosialisasi dan dilakukan oleh mahasiswa Aktivitas Kelompok merupakan salah satu terapi
praktik. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya modalitas yang dilakukan perawat pada
pemahaman perawat tentang TAK dan sekelompok pasien yang memiliki masalah
kurangnya tenaga perawat untuk dapat keperawatan yang sama, aktifitas digunakan
mengaplikasikan TAK secara teratur. 4) terapi sebagai terapi, dan kelompok sebagai target
hanya terfokus pada psikofarmaka dan anggapan asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
bahwa pelaksanaan TAK membutuhkan waktu interaksi yangsaling tergantung, saling
yang panjang dan lama sementara hasilnya membutuhkan, dan menjadi tempat pasien untuk
belum terlihat secara langsung. berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
Kemampuan mengendalikan halusinasi dapat memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
diajarkan kepada pasien melalui intervensi Pada TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi
keperawatan berupa TAK Stimulasi Persepsi pendekatan Health Belief Modelpasien dilatih
Halusinasi yang bertujuan untuk melatihpasien untuk mampu mengendalikan halusinasi yang
untuk mempersepsikan stimulus tidak nyat a dan dialami meliputi: sesi 1: mengenal halusinasi
respon yang dialami dalam kehidupan (Anton, yaitu responden dapat menyebutkan isi
2010). halusinasi, menyebutkan waktu terjadi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian halusinasi, menyebutkan frekuensi terjadi
yang dilakukan oleh Desty Emilyani (2013) halusinasi dalam sehari, menyebutkan situasi
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
terjadi halusinasi, mengungkapkan perasaannya suara anaknya yang sudah meninggal dunia
saat terjadi halusinasi dan respon saat halusinasi memanggil-manggil Namanya atau suara-suara
itu muncul. tersebut diangap sebagai temanya.
Dalam penelitian ini setelah dilakukan Ketidakmampuan pasien dalam membuat
TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi pendekatan kesimpulan tentang halusinasinya disebabkan
Health Belief Modelseluruh responden dapat karena isi halusinasi yang positif sehingga
menyebutkan isi halusinasi, dapat menyebutkan membuat pasien merasa aman, nyaman dan
waktu terjadinya halusinasi ada 7 orang (63,6%), terhibur (Fairbairn, 1954) da;am sudjarwo
responden dapat menyebutkan frekuensi terjadi (2010). Sedangkan bagi pasien yang
halusinasi ada 11 orang (100%), dapat mempertahankan kemampuan mengontrol
menyebutkan situasi munculnya halusinasi ada 8 halusinasi dengan menghardik biasanya isi
responden (81,8%). Sementara 7 responden halusinasi yang dialami bersifat negatif sehingga
(63,6%) mampu mengungkapkan perasaannya pasien merasa tidak nyaman, cemas dan
saat terjadi halusinasi dan 10 responden (90,9 tergangu misalnya menyuruh memukul orang.
%) mampu mengungkan responnya saat Pada sesi 3: diskusi tentang manfaat dan
terjadinya halusinasi. Dengan kemampuan hambatan dari tindakan pengendalian halusinasi.
pasien mengenal halusinasinya maka Setelah diberikan TAK Stimulasi Persepsi
akanmeningkatkan kesadaran diri pasien tentang Halusinasi pendekatan Health Belief Model
keadaan yang sedang dialami, meningkatkan sebagian besar responden yaitu 9 responden
orientasi terhadap realita, dan akhirnya dapat (81,8%) dapat menyebutkan manfaat
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Sesuai mengendalikan halusinasi dan 6 responden
dengan teori Health Belief Model bahwa (54,5%) dapat menyebutkan hambatan
seseorang akan merubah perilaku kesehatan pelaksanaan tindakan. Pada diskusi ini
apabila seseorang merasa terancam terhadap diperolehkesepakatan kelompok bahwa tindakan
masalah kesehatan yang dialaminya. Hal ini pengendalian halusinasi yang diajarkan pada sesi
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap kedua memang bermanfaat untuk mengontrol
kerentanan dan keseriusan dari masalah dan mencegah munculnya halusinasi. Responden
kesehatan yang dialami, yaitu halusinasi. menyatakan tidak takut lagi bila halusinasinya
Seseorang akanmengetahui bahwa dirinya muncul dan akan menggunakan yang diajarkan
mengalami halusinasi, mengenal halusinasinya, dalam TAK. Sebelumnya responden sama sekali
perubahan perilaku akibat halusinasi yang tidak tahu manfaat dari tindakan mengendalikan
dialami dan merasakan bahwa halusinasi adalah halusinasi terhadap kehidupan sehari-hari
masalah yang perludi atasi maka pasien akan maupun terhadap kesembuhan pasien kerena
berusaha merubah perilaku yang maladapif sebelumnya responden tidak pernah mendapat
menjadi lebih adaptif. informasi tentang manfaat dan hambatai dari
Pada sesi 2 : Kemampuan pasien tindakan pengendalian halusinasi. Setelah selesai
mengontrol halusinasi dengan menghardik. sesi ini responden menjadi tahu dan menyadari
Seluruh pasien yaitu 11 orang (100%) pasien manfaat tindakan mengontrol halusinasi dan
mampu menyebutkan cara mengontrol dapat mengidentifikasi hambatan dari tindakan
halusinasi dengan cara menghardik dan mengendalikan halusinasi yang diajarkan. Sesuai
memperagakan cara menghardik setelah dilatih dengan pertimbangan yang kedua dalam teori
oleh peneliti, Walaupun sebelumnya (TAK Health Belief Model yaitu pertimbangan
tampa pendekatan HBM) hanya 4 responden manfaat suatu tindakan dan hambatan dari
(36,3%) yang mampu menyebutkan dan pelaksanaan tindakan tersebut, maka apabila
memperagakan cara yang selama ini digunakan dalam diri responden telah percaya/yakin
mengontrol halusinasi yang dialami (cara manfaat tindakan mengendalikan halusinasi dan
menghardik). Hal ini dapat terjadi karena dapat mengatasi hambatan dari pelaksanaan
beberapa pasien masih mengatakan bahwa isi tindakan pengendalian halusinasi maka perilaku
halusinasi yang dialami adalah sesiatu yang adaptif yang telah dilatih dan didiskusikan
indah untuk dinikmati misalnya mendengar dalam kelompok akan dipertahankan atau
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
terhadap kemampuan mengontrol dan memutus membuat jadwal kegiatan harian. Serta
halusinasi. Lebih lanjut hasil penelitian yang memperbanyak sampel untuk mendapatkan hasil
dilakukan oleh Desty Emilyani (2013) menarik yang lebih representatif. Selain itu,
kesimpulan bahwa terdapat bahwa ada meningkatkan lagi kemampuan dalam
perbedaan signifikan antara kemampuan berkomunikasi dengan pasien karena setiap
mengendalikan halusinasi pada kelompok pasien mempunyai masalah berbeda-beda
perlakuan dan pada kelompok kontrol sehingga diharapkan dalam mendapatkan
informasi tidak mengalami kesulitan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 4. Bagi Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Bagi instansi Fakultas Ilmu Kesehatan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Universitas Muhammadiyah Gorontalo, hasil
Ada perbedaan terapi aktivitas penelitian ini diharapkan dapat
kelompok stimulasi persepsi terhadap dipublikasikan menyelenggarakan
kemampuan pasien dalam mengendalikan keperawatan jiwa. dalam untuk
halusinasi menggunakan pendekatan Health
Belief • Model (HBM) di RSUD Tombulilato 5. Bagi Profesi Perawat
Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone a. Bagi profesi keperawatan agar lebih
Bolango P value 0,002 (P<0,005). meningkatkan peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan (edukator dan advokat) dalam
Saran memberikan asuhan keperawatan pada pasien
1. Bagi Responden dengan halusinasi melalui TAK persepsi
Disarankan bagi pasien skizofrenia yang sensori sehingga meningkatkan kemampuan
mengalami halusinasi hendaknya dapat pasien dalam mengontrol halusinasi, serta
mengikuti kegiatan TAK Stimulasi Persepsi agar tercapainya pelayanan kesehatan yang
Halusinasi menggunakan upaya pendekatan holistik.
HBM dalam mempercepat proses penyembuhan b. Bagi profesi keperawatan perlu diciptakan
dan dapat dijadikan sebagai bentuk perilaku budaya yang kondusif, sehingga dalam
adaptif yang dapat dipertahankan dan digunakan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
sebagai mekanisme koping setelah pasien di dapat diaplikasikan secara konkrit sebagai
rumah. bagian dari pemberian asuhan keperawatan
(edukator dan advokat).
2. Bagi Rumah Sakit 6. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan oleh tenaga Bagi keluarga apabila salah satu anggota
kesehatan untuk menerapkan terapi non keluarganya yang mengalami skizofrenia dan
farmakologis (TAK stimulasi persepsi dengan akan melanjutkan perawatnya di rumah.
menggunakan pendekatan HBM) sebagai salah Diharapkan keluarga pasien meningkatkan
satu upaya untuk mengontrol kemampuan pasien pengetahuan dengan aktif mengikuti penyuluhan
halusinasi dengan perubahan yang sudah mengenai penyuluhan gangguan kesehatan jiwa
signifikan, diharapkan dapat lebih memantapkan atau mencari informasi melalui buku atau
tindakan TAK stimulasi persepsi dengan bertanya/konsultasi kepada dokter mengenai
menggunakan pendekatan HBM dan pentingnya peran dan dukungan keluarga
diaplikasikan secara berkala untuk sehingga menerapkan sikap yang mendukung
mempertahankan kemampuan pasien dalam dalam peningkatan status kesehatan pasien
mengontrol halusinasi skizofrenia. Keluarga sebaiknya
menyebarluaskan informasi yang didapatkan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya setelah kontrol atau konsultasi kepada
Peneliti lebih lanjut diharapkan dapat lebih dokter/tenaga medis kepada anggota keluarga
memperbanyak sesi yang akan diteliti seperti yang lain dalam rangka pemulihan pasien.
cara mengontrol halusinasi: bercakap-cakap,
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Desty Emilyani. 2013. Peningkatan Kemampuan Tiomarlina Purba, 2015. Pengaruh Terapi
Mengendalikan Halusinasi Padă Pasien Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Skizofrenia Dengan Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol
Menggunakan Pendekatan Health Belief Model Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB Provinsi Riau. Riau
Edberg, M. 2010. Buku Ajar Kesehatan WHO. 2013. The World Health Report: 2013
Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku. Jakarta: mental health. www.wh Slamet
EGC.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung :
Gunarsa, S.D. 2009. Dari Anak Sampai Usia Refika Aditama
Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.