Anda di halaman 1dari 12

EFEKTIVITAS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP

KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGENDALIKAN HALUSINASI MENGGUNAKAN


PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL (HBM)

Firmawati, Sabirin B. Syukur

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo Email:
firmawati@umgo.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the effectiveness of therapy activity of perce ptual stimulation
group on the patient's ability to control hallucinations using Health Belief Model (HBM) approach at
RSUD Tombulilato Bone Raya Sub-district, Bone Bolango District. The research design used is
Nonequivalent Control Group Design. The sample in this study of 11 people for the control group and 11
people for the intervention group. The results showed that there was a difference of therapy of perceptual
stimulation group activity on the patient's ability to control hallucinations using Health Belief Model
(HBM) approach at Tombulilato District Hospital Bone Raya District Bone Bolango P value = 0,002 (P
<0,005)

Keywords: TAK, Health Belief Model, Hallucination.


Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

PENDAHULUAN ekonomi, maupun gizi yang kurang dimana


sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah
merasa Gangguan jiwa merupakan penderita skizofrenia (Yosep, 2010).
penyakit dengan multi kausal(suatu penyakit Hasil Riskesdas (2010) juga diketahui
dengan berbagai penyebab). Pasien gangguan bahwa masalah kesehatan jiwa di Indonesia
jiwa banyak mengalami distorsi kognitif yang dengan gangguan mental emosional (depresi dan
akhirnya mengarah ke gangguan perilaku, hal ansietas) sebesar 11,6% ataiu sekitar 19 juta
tersebut disebabkan olehkesalahan logika, orang dan gangguan jiwa berat (psikosis)
kekeliruan penggunaan alasan atau pandangan sebesar 0,46%atau sekitar 1 juta orang.
individu yangtak sesuaidengankenyataan (Stuart, Berdasarkan dari hasil tersebut bahwa data
2007).Kesalahan logika ini menyebabkan pasien pertahun di Indonesia yang mengalami
gangguan jiwa mempunyai pemikiran yang gangguan jiwa selalu meningkat. Hal
sempit tentang sesuatu hal, termasuk tentang inimenjadikan masalah kesehatan jiwa sebagai
dirinya. Mereka tidak memiliki perilaku yang prioritas bagi Kementerian Kesehatan karena
menyimpang, tidak bisa membina hubungan merupakan tantangan yang besar dengan
relasi dengan orang lain (Yosep,2010) kompleksitas tinggi diberbagai lapisan dan aspek
Skizofreniamerupakanganggua n kehidupan.
jiwayang banyak terdapat dalam masyarakat. Prevelensi gangguan jiwa berat
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosa (Skizofrenia), pada tahun 2013, dari 34 Provinsi
Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-III), Skizofrenia di Indonesia, Provinsi Gorontalo menduduki
merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh peringkat ke19, prevelensi Gangguan Jiwa Berat
bermacam penyebab, yang ditandai dengan (Skizofrenia) yaitu 0,15%(Widyowati, 2013).
penyimpangan pikiran dan persepsi serta afek Menurut data di Dinas Kesehatan Provinsi
yang tidak wajar. Gangguan persepsi sensori Gorontalo pada tahun 2011 hingga tahun 2014,
halusinasi merupakan salah satu masalah data penderita Skizofrenia dengan kondisi ringan
keperawatan yang paling sering ditemui pada berjumlah 1639 orang, dengan kondisi berat
pasien dengan skizofrenia sehinggaperlu berjumlah 426 orang, dengan keadaan di pasung
mendapatperhatian dan penanganan yang tepat berjumlah 69 orang dan bebas 54 orang (Dinas
dari seorang perawat (Direja, 2011). Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2014). Jumlah
Menurut World Health Organization data pasien Skizofrenia yang rawat jalan di
(WHO) bahwa masalah gangguan kesehatan RSUD Tombulilato Kecamatan Bone Raya
jiwa di seluruh dunia sudah menjadi masalah Kabupaten Bone Bolango tahun 2016 berjumlah
kesehatan yang sangat serius. Hampir 400 juta 86 orang.
penduduk dunia menderita masalah gangguan Dampak yang dapat ditimbulkan oleh
jiwa, diantaranya skiozfrenia yang merupakan halusinasi pada pasienskizofrenia adalah: 1)
gangguan jiwa berat atau kronis. Satu dari empat perilaku kekerasan pada diri sendiri maupun
anggota keluarga mengalamigangguan jiwa dan orang lain, 2) resiko tinggi tindakan bunuh diri,
seringkali tidak terdiagnosis secara tepat 3) gangguan interaksi sosial, 4) kerusakan
sehingga tidakmemperoleh perawatan dan komunikasi verbal dan non verbal. Tindakan
pengobatan dengan tepat (WHO, 2013). agresif destruktif/perilaku kekerasan yang
Prevalensi penderita Skizofreniadi dilakukan oleh pasienskizofrenia baik
Indonesia adalah 0,3 sampai 1% dan bisa timbul mencederai diri sendiri atau orang lain sebagian
pada usia sekitar 18 sampai 45 tahun, namun ada besar disebabkan oleh halusinasi. Pendekatan
juga yang baru berusia 11 sampai 12 tahun yang dilakukan untuk mengatasi halusinasi
sudah menderita gangguan jiwa. Apabila dengar bisa menggunakan terapi psikofarmaka,
penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka terapi somatik (elektro convulsi terapi/ECT),
diperkirakan sekitar 2 juta mengalami terapi lingkungan, terapi bermain, okupasi
skizofrenia. Tingginya angka gangguan terapi, dan terapi aktivitas kelompok yang
kesehatan jiwa tersebut penyebabnya bertujuan untuk mengorientasikan pasien pada
multifaktorial bisa diakibatkan masalah sosial, realita. Orientasi realitas akan mengurangi
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

persepsi sensorik yang salah dan meningkatkan diperlukan pendekatan secara individual maupun
rasa makna diri dan perpecahan pada pribadi kelompok. Oleh karena itu seorang perawat
pasien (Purba dkk, 2009). Untuk dapat khususnya perawat jiwa haruslah mampu
mengorientasikan pasien pada realita diperlukan melakukan terapi aktivitas kelompok secara
pendekatan terapi aktivitas kelompok stimulasi tepat dan benar.
persepsi.Terapi Aktivitas kelompok (TAK) Berdasarkan hasil survey data awal yang
stimulasi persepsi adalah terapi yang didapat penulis di RSUD Tombulilato Bone
menggunakanaktivitas mempersepsikan Bolango, Provinsi Gorontalo pada bulan Januari
berbagai stimulus yang terkait dengan sampai Maret 2017 ditemukan rata-rata pasien
pengalaman hidup untuk didiskusikan dalam dengan gangguan jiwa total sebanyak 22 orang
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa yang ditempatkan satu ruangan yang diberi batas
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian antar pasien (Petak) dari 22 orang yang
masalah (Keliat, 2011). mengalami gangguan kejiwaan semua tergolong
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Halusinasi pendengaran. Dan berdasarkan
Halusinasi meliputi 5 sesi yaitu mengenal wawancara dengan petugasRSUDTombulilato
halusinasi, mengontrol halusinasi dengan Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, menyatakan
menghardik, mengontrol halusinasi dengan bahwa dari 5 orang pasien halusinasi sebelum
melakukan kegiatan mencegah halusinasi diberikan TAK, terdapat 2 orang sudah mampu
dengan bercakap-cakap, dan mengontrol mengendalikan halusinasi dan sebanyak 3 orang
halusinasi dengan patuh minum obat. Dimana belum mampu mengendalikan halusinasi
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dapat sedangkan setelah diberikan terapi aktivitas
dilakukan setiap dua kali seminggu yang oleh kelompok stimulasi persepsi halusinasi dari 5
perawat terlatih. Hasil diskusi kelompok dapat orang pasien yang sama 4 orang sudah mampu
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif mengendalikan halusinasi dan 1 Orang belum
penyelesaian masalah (Damaiyanti dan Iskandar, dapat mengendalikan halusinasinya.
2012). Dalam proses ini diharapkan respon Pelaksanaan TAK stimulasi persepsi pada pasien
pasien terhadap berbagai stimulus dalam halusinasi di rumah sakit terjadwal setiap
kehidupan menjadi adaptif. Dalam proses ini minggu tetapi belum optimal.
diharapkan respon pasien terhadap berbagai Berdasarkan uraian di atas, bahwa
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. jumlah prevalensi kasus yang semakin
Berdasarkan uraian diatas pengaruh Terapi meningkat, keterbatasan jumlah tenaga di
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi pada ruangan sehingga penerapan TAK Stimulasi
pasien skizofrenia dengan halusinasi belum Persepsi tidak bisa dilaksanakan secara optimal
diketahui dengan jelas sehingga perlu diteliti. dan berdasarkan hasil wawancara dengan
Hasil penelitian Sihotang (2010) dan perawat ruangan bahwa TAK Stimulasi Persepsi
HalawaHaristina (2014) mendapatkan hasil halusinasi dengan pendekatan Health Belief
bahwa TAK Stimulasi Persepsi mempunyai Model (HBM) belum pernah dilakukan di
pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan RSUD Tombulilato Kecamatan Bone Raya
mengontrol dan memutus halusinasi. Lebih Kabupaten Bone Bolango, maka perlu dilakukan
lanjut hasil penelitian yang dilakukan oleh penelitian. Selain itu dengan rata-rata jumlah
Tiomarlina Purba (2015) menarik kesimpulan hari rawat pasien di RSUD Tombulilato adalah
bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara 18 sampai 21 hari sehingga diperlukan suatu
pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi intervensi keperawatan yang singkat dan bersifat
terhadap frekuensi halusinasi. supportif. Maka penulis tertarik untuk
Asuhan keperawatan mengacu pada melakukan penelitian tentang “Efektivitas terapi
pendekatan holistik dalam membantu pasien aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap
mencapai keadaan yang optimal. Jadi tidak kemampuan pasien dalam
hanya ditekankan pada aspek fisik saja tapi juga mengendalikanhalusinasimenggunak an
psikologis, sosial dan spiritual. Untuk itu dalam pendekatan Health Belief Model (HBM) di
menjalankan perannya sebagai perawat
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

RSUD Tombulilato Kecamatan Bone Raya tuli).Besar sampel masing-masing kelompok


Kabupaten Bone Bolango". ditentukan sebanyak 11 orang untuk kelompok
Untuk mengetahui Efektivitas terapi kontrol dan 11 orang untuk kelompok perlakuan.
aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap Pemilihan sampel pada penelitian ini dengan
kemampuan pasien dalam mengendalikan menggunakan Consecutive sampling, dimana
halusinasimenggunakan pendekatan Health seluruh yaitu setiap pasien yang memenuhi
Belief Model (HBM) di RSUD Tombulilato kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian
Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah
Bolango. pasien yang diperlukan terpenuhi(Sugiyono,
2013).
Untuk menganalisis data dilakukan dengan
METODELOGI PENELITIAN system computer menggunakan SPSS 21 yang
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat
Tombulilato Kecamatan Bone Raya Kabupaten Analisa Univariat dilakukan untuk
Bone Bolango. dari bulan Maret sampai April. mengetahui frekuensi dari masing-masing
Metode yang digunakan dalam variabel yang telah diteliti dengan menggunakan
penelitian ini adalah Quasy eksperiment tabel didtribusi frekuensi.
(Eksperimen semu), metode yang mempunyai Analisa bivariat pada penelitian ini
kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi digunakan untuk mengetahui efektifitas TAK
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel Stimulasi Persepsi Halusinasi terhadap
luar yang mempengaruhi eksperimen. Desain kemampuan pasien mengendalikan halusinasi
penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent pendengaran dengan menggunakan ttest
Control Group Design. Di dalam desain ini, Independent dengan tingkat kemaknaanya
penelitian menggunakan satu kelompok adalah 95% (a=0,05) dengan statistic
eksperimen dengan kelompok pembanding menggunakan computer.
dengan diawali sebuah tes awal (pre test) yang
diberikan pada kedua kelompok, kemudian Mengetahui perhitungan Uji t test
diberika perlakuan (treatment). Penelitian Independent selanjutnya ditarik kesimpulan bila
kemudian diakhiri dengan test akhir (post test) nilai p<a, maka Ha diterima yang menunjukan
yang diberikan kepada kedua kelompok dengan pengaruh antara variabel independentterhadap
rancanganpretest posttest group design variabel dependent, dan apabila p > a, maka Ha
(Sugiyono, 2013). ditolak ini menunjukan tidak ada pengaruh
Populasi dalam penelitian ini adalah antara variable independent dan variabel
semua pasien dengan diagnosa medis skizofrenia dependent.
yang mengalami masalah keperawatan
halusinasi yang dirawat di RSUD Tombulilato HASIL PENELITIAN
Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone Karakterstik Responden
Bolango, yaitu sebanyak 22 pasien. Dari hasil analisis univariat dihasilkan
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian distribusi, frekuensi dan karakteristik responden
dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dari variabel yang diteliti, seperti pada tabel
sebagai berikut: berikut ini:
1. Pasien skizofrenia dengan halusinasi. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
2. Usia 18 sampai 50 tahun Umur
3. Pasien yang dinyatakan lulus seleksi untuk
rehabilitasi oleh dokter penanggung jawab.
4. Pasien skizofrenia yang sudah kooperatif dan Umur(Tahun) N Persentase(%)
sudah berkomunikasi verbal cukup baik. 17 Sampai 25 2 89,1
Kriteria eksklusi yaitu pasien skizofrenia 26 Sampai 35 8 36,4
yang mengalami cacat fisik yang dapat 36 Sampai 45 11 50
mengganggu jalannya kegiatan (misalnya buta, 45 Sampai 55 1 4,5
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Total 22 100 2 1 5 5
Sumber : Data Primer (2017) Sumber : Data Primer (2017)

Berdasarkan pada Tabel 1 dari 22 Berdasarkan pada Tabel 4 sebagian


responden sebagian besar berusia 36-45 tahun besar responden tidak mampu mengontrol
yaitu sebanyak 11 responden (50%). halusinasi sebelum dilakukan TAK tanpa
menggunakan HBM yaitu sebanyak 9 responden
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan (81,8 %). Setelah dilakukan perlakuan pada
Jenis Kelamin kelompok kontrol (TAK tanpa menggunakan
pendekatan HBM) Sebagian responden masih
Jenis tidak mampu mengontrol halusinasi yaitu
Jumlah(N) Persentase(%) sebanyak 6 responden (54,5 %).
Kelamin
Laki-Laki 18 81,8
Perempuan 4 18,2 Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
Total 22 100 Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada
Sumber : Data Primer (2017) Kelompok Intervensi

Kemampuan Mengontrol Kemampuan Mengontrol


Berdasarkan pada Tabel 2 sebagian Halusinasi(Pre) Halusinasi(Post)
Total
besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu Mampu
Tidak
Mampu
Mampu
Tidak
Mampu
sebanyak 18 responden (81,8%). N % N % N % N % N %
Inter 3 27,3 9 81,8 2 18,2 2 18,2 11 10
vensi 0
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber : Data Primer (2017)
Pendidikan Terakhir
Berdasarkan pada Tabel 5 sebagian
Pendidikan besar responden tidak mampu mengontrol
Jumlah(N) Persentase(%)
Terakhir halusinasi sebelum dilakukan TAK denagn
SD 9 40, menggunakan pendekatan HBM yaitu sebanyak
SMP 6 27,3 8 responden (72,7 %). Setelah dilakukan
SMA 7 31,8 perlakuan yaitu TAK dengan menggunakan
Total 22 100 pendekatan HBM sebagian besar responden
Sumber : Data Primer (2017) mampu dalam mengontrol halusinasi yaitu
sebanyak 9 reponden (81,2 %).
Berdasarkan pada Tabel 3 sebagian besar
responden berpendidikan terakhir SD yaitu Analisis Bivariat
sebanyak 9 responden (40,9%). Tabel 6. Hasil Uji Independet sample t test
berdasarkan kemampuan responden dalam
Analisa Univariat mengontrol halusinasi pada kelompok
kontrol
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan N Kelomp Mea Pval
N SD T
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada o ok n ue
Kelompok Kontrol Kontrol
1
Pre Test
Kemampuan 2 81.1 2.40 61.8
Kemampuan Mengontrol Post 20,3
Mengontrol 1 81 45 2
Halusinasi(Pre)
Halusinasi(Post) Total 2 51.4 2.39
Test
Tidak Tidak 1 54 45
Mampu Mampu
Mampu Mampu
Sumber : Data Primer (2017)
N % N % N % N % N %
Kontrol 2 18, 9 81, 5 45, 6 54, 11 100
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Berdasarkan Tabel 6. Rata-rata menggunakan pendekatan HBM maupun


kemampuan responden mengontrol halusinasi menggunakan pendekatan HBM
dilakukan TAK tanpa pendekatan HBM pada Berdasarkan hasil penelitian maka didapat
kelompok kontrol adalah mean=1,18 SD=0,40), bahwa sebagian besar responden mampu dalam
setelah dilakukan TAK tanpa pendekatan HBM mengontrol halusinasi sebanyak 14 orang atau
adalah mean=1,45 (SD=0,39). Dari hasil (63,6%). Pada kelompok eksperimen (TAK
ujiIndependeni Sampel T Test didapatkan nilai p menggunakan pendekatan HBM) responden
= 0.32 (p < 0.05), yang berarti tidak terdapat mampumengontrol halusinasi sebanyak 9 orang
perbedaan secara nyata kemampuan mengontrol atau (40,9 %) dengan nilai mean= 1,81
halusinasi pada TAK stimulasi persepsi tanpa (SD=0,42), sedangkan pada kelompok kontrol
menggunakan pendekatan HBM pada kelompok (TAK tanpa menggunakan pendekatan HBM)
kontrol. responden mampu dalam mengontrol halusinasi
sebanyak 5 orang atau (22,7 %) dengan nilai
Tabel 7. Hasil Uji Independet sample t test mean=1,45 (SD=0,39). Hal ini menunjukkan
berdasarkan kemampuan responden dalam bahwa pada kelompok eksperimen maupun
mengontrol halusinasi pada kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan
kontrol dimana untuk TAK menggunakan pendekatan
HBM lebih banyak responden mampu dalam
N Kelomp Mea Pval mengontrol halusinasinya.
N SD T
o ok n ue Menurut peneliti dalam melakukan TAK
Kontrol dengan pendekatan HBM peneliti menerapkan 5
1 konsep HBM dalam kegiatan TAK stimulasi
Pre Test
2 271. 10.4 443. 20.0 persepsi dimana terdiri dari: persepsi
Post kerentanan, persepsi keparahan, persepsi
1 27 67 2 0
2 821. 23.4 manfaat/kegunaan, persepsi hambatan, isyarat
Test tindakan, kemajuran/keberhasilan diri. Dalam
1 81 22
Sumber : Data Primer (2017) persepsi kerentanan: peneliti menjelaskanjika
responden tidak rutin atau tidak bersungguh-
Berdasarkan Tabel 7. Ratarata sungguh dalam mengikuti TAK stimulasi
kemampuan responden dalam mengontrol persepsi maka suara-suara ataupun bayangan-
halusinasi sebelum dilakukan TAK dengan bayangan yang tidak nyata akan selalu
pendekatan HBM pada kelompok kontrol adalah didengar/dilihat responden, dan hal ini akan
mean=1,27 (SD=0,46), setelah dilakukan TAK beresiko responden dapat mencedarai diri sendiri
dengan pendekatan HBM adalah mean=1,81 ataupun orang-orang sekitar. Diharapkan pasien
(SD=0,42). memiliki kepercayaan atau presepsi tentang
Dari hasil uji lndependent Sampel T Test penyakitnya, sehingga membuat pasien merubah
didapatkan nilai p = 0.002 (P >0.05), yang perilakunya dari yang maladaptif ke adaptif.
berarti ada perbedaan secara nyata Dengan TAK meng kan pendekatan HBM secara
kemammpuan mengontrol halusinasi pada TAK tidak langsung pengetahuan responden
stimulasi persepsi dengan menggunakan mengenai penyakitnya pun bertambah, karena
pendekatan HBM pada kelompok kontrol. Dan peneliti menyediakan benner tentang gangguan
jika dilihat dari nilai T, maka terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi dan benner
besar 3,24+1,83 setelah diberikn TAK stimulasi mengenai strategi pelaksaanaannya, hal ini
persepsi dengan pendekatan HBM. sebagai media untuk responden memahami
penyakitnya. Selain itu juga peneliti disetiap sesi
PEMBAHASAN selalu menjelaskan mengenai apa itu gangguan
Analisis Univariat persepsi sensori: halusinasi, gejala, penanganan
a. Kemampuan Pasien dalam Mengontrol yang baik ketika halusinasi tersebut muncul.
Halusinasi baik dengan TAK tanpa Tempat yang digunakan pun untuk kegiatan
TAK ditata dengan rapi dan dalam keadaan
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

bersih, ditempelkan jam dinding dan gambar- dengan judul "Peningkatan Kemampuan
gambar kegiatan yang dapat dilakukan oleh Mengendalikan Halusinasi Pada Pasien
responden. Hal ini dilakukan agar mendorong Skizofrenia Dengan Terapi Aktivitas Kelompok
responden dapat berhubungan dengan Menggunakan Pendekatan Health Belief Model
realitas.Peralatan dan musik yang digunakan pun Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB". Hasil
dibuat semenarik mungkin agar membuat penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
responden untuk kooperatif dalam mengikuti mengendalikan halusinasi pada pasien
TAK.Responden diharapakn benar-benar fokus skizofrenia sebelum dan sesudah diberikan TAK
dan menikmati kegiatan TAK, sehinggan tujuan Stimulasi Persepsi Halusinasi berbasis Health
dari TAK tersebut dapat tercapai. Belief Model terjadi perubahan sebesar,karena
Halusinasi adalah ketidakmampuan individu dilihat dari nilai T terjadi perubahan sebesar 7,33
dalam membedakan antara rangsang yang timbul + 3,35, maka HMB berpengaruh pada TAK
dari sumber internal seperti pikiran, perasaan,
sensasi somatik dengan impuls dan stimulus Analisa Bivariat
eksternal. Halusinasi muncul sebagai suatu Dari hasil uji t didapatkan nilai P (0,002)
proses panjang yang berkaitan erat dengan <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
kepribadian seseorang, karena halusinasi selalu perbedaan signifikan antara kemampuan
dipengaruhi antara lain oleh pengalaman- mengendalikan halusinasi pada kelompok
pengalaman psikologis seseorang. Hal-hal yang perlakuan (eksperimen) dan pada kelompok
mempengaruhi ketidakmampuan pasien untuk kontrol.
mengendalikan umum halusinasi adalah: Menurut Townsend (1998) dalam
1) pasien merupakan pasien baru pertama kali (Conner dan Norman, 2005)menyatakan bahwa
mengalami gangguan jiwa dan menjalani orientasi pada realita akan mengurangi persepsi
perawatan di RSJ. yang salah dan meningkatkan rasa makna diri
2) mekanisme koping pasien tidak efektif dan dan keluhuran pribadi pasien. TAK Stimulasi
cenderung menarik diri sehingga Persepsi adalah terapi yang menggunakan
menyebabkan terjadi halusinasi. aktivitas mempersepsikan berbagai stimulus
3) tidak ada protap TAK untuk penanganan yang terkait dengan pengalaman dan atau
pasien halusinasi di RSDU Tombulilato. kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
TAK dilakukan secara dan bersamaan kepada Hasil diskusi kelompok dapat berupa
seluruh pasien yang ada di Ruang Rehabilitasi. kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
TAK yang paling sering dilakukan hanya TAK masalah (Keliat dan Akemat, 2010). Terapi
sosialisasi dan dilakukan oleh mahasiswa Aktivitas Kelompok merupakan salah satu terapi
praktik. Hal ini juga disebabkan oleh kurangnya modalitas yang dilakukan perawat pada
pemahaman perawat tentang TAK dan sekelompok pasien yang memiliki masalah
kurangnya tenaga perawat untuk dapat keperawatan yang sama, aktifitas digunakan
mengaplikasikan TAK secara teratur. 4) terapi sebagai terapi, dan kelompok sebagai target
hanya terfokus pada psikofarmaka dan anggapan asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
bahwa pelaksanaan TAK membutuhkan waktu interaksi yangsaling tergantung, saling
yang panjang dan lama sementara hasilnya membutuhkan, dan menjadi tempat pasien untuk
belum terlihat secara langsung. berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
Kemampuan mengendalikan halusinasi dapat memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
diajarkan kepada pasien melalui intervensi Pada TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi
keperawatan berupa TAK Stimulasi Persepsi pendekatan Health Belief Modelpasien dilatih
Halusinasi yang bertujuan untuk melatihpasien untuk mampu mengendalikan halusinasi yang
untuk mempersepsikan stimulus tidak nyat a dan dialami meliputi: sesi 1: mengenal halusinasi
respon yang dialami dalam kehidupan (Anton, yaitu responden dapat menyebutkan isi
2010). halusinasi, menyebutkan waktu terjadi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian halusinasi, menyebutkan frekuensi terjadi
yang dilakukan oleh Desty Emilyani (2013) halusinasi dalam sehari, menyebutkan situasi
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

terjadi halusinasi, mengungkapkan perasaannya suara anaknya yang sudah meninggal dunia
saat terjadi halusinasi dan respon saat halusinasi memanggil-manggil Namanya atau suara-suara
itu muncul. tersebut diangap sebagai temanya.
Dalam penelitian ini setelah dilakukan Ketidakmampuan pasien dalam membuat
TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi pendekatan kesimpulan tentang halusinasinya disebabkan
Health Belief Modelseluruh responden dapat karena isi halusinasi yang positif sehingga
menyebutkan isi halusinasi, dapat menyebutkan membuat pasien merasa aman, nyaman dan
waktu terjadinya halusinasi ada 7 orang (63,6%), terhibur (Fairbairn, 1954) da;am sudjarwo
responden dapat menyebutkan frekuensi terjadi (2010). Sedangkan bagi pasien yang
halusinasi ada 11 orang (100%), dapat mempertahankan kemampuan mengontrol
menyebutkan situasi munculnya halusinasi ada 8 halusinasi dengan menghardik biasanya isi
responden (81,8%). Sementara 7 responden halusinasi yang dialami bersifat negatif sehingga
(63,6%) mampu mengungkapkan perasaannya pasien merasa tidak nyaman, cemas dan
saat terjadi halusinasi dan 10 responden (90,9 tergangu misalnya menyuruh memukul orang.
%) mampu mengungkan responnya saat Pada sesi 3: diskusi tentang manfaat dan
terjadinya halusinasi. Dengan kemampuan hambatan dari tindakan pengendalian halusinasi.
pasien mengenal halusinasinya maka Setelah diberikan TAK Stimulasi Persepsi
akanmeningkatkan kesadaran diri pasien tentang Halusinasi pendekatan Health Belief Model
keadaan yang sedang dialami, meningkatkan sebagian besar responden yaitu 9 responden
orientasi terhadap realita, dan akhirnya dapat (81,8%) dapat menyebutkan manfaat
menurunkan tingkat kecemasan pasien. Sesuai mengendalikan halusinasi dan 6 responden
dengan teori Health Belief Model bahwa (54,5%) dapat menyebutkan hambatan
seseorang akan merubah perilaku kesehatan pelaksanaan tindakan. Pada diskusi ini
apabila seseorang merasa terancam terhadap diperolehkesepakatan kelompok bahwa tindakan
masalah kesehatan yang dialaminya. Hal ini pengendalian halusinasi yang diajarkan pada sesi
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap kedua memang bermanfaat untuk mengontrol
kerentanan dan keseriusan dari masalah dan mencegah munculnya halusinasi. Responden
kesehatan yang dialami, yaitu halusinasi. menyatakan tidak takut lagi bila halusinasinya
Seseorang akanmengetahui bahwa dirinya muncul dan akan menggunakan yang diajarkan
mengalami halusinasi, mengenal halusinasinya, dalam TAK. Sebelumnya responden sama sekali
perubahan perilaku akibat halusinasi yang tidak tahu manfaat dari tindakan mengendalikan
dialami dan merasakan bahwa halusinasi adalah halusinasi terhadap kehidupan sehari-hari
masalah yang perludi atasi maka pasien akan maupun terhadap kesembuhan pasien kerena
berusaha merubah perilaku yang maladapif sebelumnya responden tidak pernah mendapat
menjadi lebih adaptif. informasi tentang manfaat dan hambatai dari
Pada sesi 2 : Kemampuan pasien tindakan pengendalian halusinasi. Setelah selesai
mengontrol halusinasi dengan menghardik. sesi ini responden menjadi tahu dan menyadari
Seluruh pasien yaitu 11 orang (100%) pasien manfaat tindakan mengontrol halusinasi dan
mampu menyebutkan cara mengontrol dapat mengidentifikasi hambatan dari tindakan
halusinasi dengan cara menghardik dan mengendalikan halusinasi yang diajarkan. Sesuai
memperagakan cara menghardik setelah dilatih dengan pertimbangan yang kedua dalam teori
oleh peneliti, Walaupun sebelumnya (TAK Health Belief Model yaitu pertimbangan
tampa pendekatan HBM) hanya 4 responden manfaat suatu tindakan dan hambatan dari
(36,3%) yang mampu menyebutkan dan pelaksanaan tindakan tersebut, maka apabila
memperagakan cara yang selama ini digunakan dalam diri responden telah percaya/yakin
mengontrol halusinasi yang dialami (cara manfaat tindakan mengendalikan halusinasi dan
menghardik). Hal ini dapat terjadi karena dapat mengatasi hambatan dari pelaksanaan
beberapa pasien masih mengatakan bahwa isi tindakan pengendalian halusinasi maka perilaku
halusinasi yang dialami adalah sesiatu yang adaptif yang telah dilatih dan didiskusikan
indah untuk dinikmati misalnya mendengar dalam kelompok akan dipertahankan atau
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

dijadikan sebagai mekanisme koping yang dapat ketidakmampuan pasien mengekspresikan


digunakan oleh responden apabila halusinasinya emosi: wajah dingin, jarang tersenyum dan acuh
muncul bahkan pada saat responden pulang ke tak acuh, 2) penyimpangan komunikasi: pasien
rumah atau tidak lagi menjalani perawatan di sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang
Rumah Sakit Jiwa. menyimpang (tangensial) atau berputar-putar
(sirkumstansial), gangguan atensi: pasien tidak
Setelah diberikan TAK Stimulasi mampu memfokuskan, mempertahankan, atau
Persepsi Halusinasi pendekatan Health Belief memindahkan perhatian, 3) gangguan perilaku:
Model respon responden terhadap lingkungan pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial,
menjadi baik, sosialisasi pasien meningkat dan tidak bisa menikmati rasa senang, mengganggu
pada akhirnya responden mampu mengambil dan tidak disiplin. Direja (2011) menyebutkan
keputusan dan mempertahankan perilaku adaptif bahwa kondisi premorbid sebelum sakit sangat
yang telah dipelajari yaitu responden mampu mempengaruhi prognosis penyakit skizofrenia.
mengendalikan halusinasi yang dialami Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan
meliputi: mengenal halusinasi, mengontrol perawatan di ruangan ternyata responden yang
halusinasi dengan menghardik, dan mengetahui tidak mengalami perkembangan yang berarti ini
manfaat dan hambatan dari tindakan adalah pasien yang sudah lama menderita sakit
pengendalian halusinasi yang sudah dipelajari. tapi baru pertama kali di rawat di rumah sakit
Sesuai dengan teori Stimulus Organisme jiwa dan bahkan terdapat responden yang pernah
(SOR) menurut Hosland (1953) dalam mengalami pemasungan dan responden memiliki
Notoatmodjo (2012) yang mengatakan kepribadian introvert dan selalu menarik diri.
perubahan perilaku pada dasarnya merupakan Kondisi pasien yang tidak sama mengakibatkan
proses belajar, dan proses belajar akan menjadi stimulus yang diberikan terapis tidak dapat
efektif apabila stimulus yang diberikan sesuai memberikan kemampuan yang sama bagi
dengan kebutuhan individu, dilakukan secara seluruh responden dalam hal kemampuan
intensif dan berkala. Apabila informasi tidak mengendalikan halusinasi.
diberikan secara intensif dan berkala, Adanya perbedaan perubahan
kemungkinan akan kembali ke keadaan semula. kemampuan mengendalikan halusinasi
Jadi Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi padakelompok perlakuan (eksperimen) dan
Persepsi Halusinasi pendekatan Health Belief kelompok kontrol.Pada umumnya TAK
Model sangat sesuai dengan kebutuhan merupakan terapi yang bertujuan mengubah
responden saat ini dan diberikan secara intensif perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika
dan berkala dalam 3 sampai 4 empat sesi selama kelompok. Wilson dan Kneisl (1992)
dua minggu sebagai persiapan sebelum pasien menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi
pulang ke rumah. Kemampuan yang dicapai dan teknik kreatif untuk memfasilitasi
dalam TAK juga dapat dijadikan sebagai pengalaman seseorang serta meningkatkan
mekanisme koping yang baru apabila pasien respons sosial dan harga diri. Di dalam
mengalami halusinasi baik selama di rumah kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
sakit maupun setelah pasien di rumah. bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
Setelah diberikan TAK Stimulasi laboratorium tempat pasien berlatih perilaku
Persepsi Halusinasi pendekatan Health Belief baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku
Model masih ada 2 responden (18,2%) lama yang maladaptif. Penggunaan kelompok
responden yang tidak mampu mengendalikan dalam praktik keperawatan jiwa berdampak
halusinasi. Menurut peneliti responden tetap positif dalam pencegahan, pengobatan atau
tidak mampu mengendalikan halusinasinya terapi serta pemulihan kesehatan seseorang,
karena adanya sifat premorbid/faktor internal Meningkatkan kelompok terapeutik memberikan
dari responden yang sangat mempengaruhi hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
keberhasilan intervensi ini. Indikator premorbid pasien dan meningkatkan perilaku adaptif dan
yang dapat menghambat kemampuan pasien mengurangi perilaku maladaptif (Purwaningsih
mengendalikan halusinasi adalah 1) dan Karlina, 2010). Terapi kelompok bertujuan
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

untuk meningkatkan kesadaran mengenai diri kelompok perlakuan. Pengaruhusia responden


mereka sendiri melalui interaksi dengan anggota yang berkisar antara 26 sampai dengan 45 tahun,
kelompok lain yang memberikan umpan balik dimana usia tersebut tergolong pada usia dewasa
mengenai perilaku memberikan pasien sehingga perubahan mekanisme koping setelah
peningkatan keterampilan; interpersonal dan pemberian TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi
sosial; membantu anggota untuk beradaptasi pendekatan Health Belief Modelakan lebih
dengan lingkungan dan meningkatkan mudah dan juga tersebut kepribadian pada usia
komunikasi pasien dan petugas (Kaplan dan tersebut kepribadian seseorang lebih matang
Sadock, 2010). Perubahan ini terjadi karena secara emosional, tingkat pendidikan responden
pasien diberi pengetahuan yang berulang-ulang, yang sebagian besar tamat SMP yang merupakan
dioptimalkan dalam setiap sesi terapi sehingga modal awal bagi terapis yang dapat
terjadi proses pembelajaran yang menumbuhkan mempermudah terapis dalam pemberian
motivasi pada pasien yang pada akhirnya informasi dan mengajarkan cara mengendalikan
terbentuk sikap bersedia dan kemauan sendiri halusinasi karena responden memiliki tingkat
untuk melakukan suatu tindakan berprilaku yang pemahaman yang lebih baik. Hal ini dapat
adaptif. dimengerti bahwa makin tinggi pendidikan
Health Belief Model (HBM) seseorang makin mudah orang tersebut
adalahsuatu teori perubahan perilaku individu menerima informasi (Notoadmodjo, 2010).
yang diarahkan pada proses berfikir yang TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi
dialami seseorang sebelum melakukan tindakan pendekatan Health Belief Model sesi 3 juga akan
yang berkaitan dengan kesehatan (Edberg, memberikan motivasi kepada seluruh anggota
2010). Health Belief Model (HBM) merupakan kelompok dan berdasarkan hasil diskusi bahwa
model kognitif, yang berarti proses kognitif pengendalian halusinasi yang diajarkan
dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. merupakan suatu kebutuhan bagi pasien.
Perilaku dimotivasi oleh 5 faktor, yaitu: 1) Kesadaran dari pasien inilah yang akan
persepsi terhadap kerentanan, 2) persepsi membuat pasien merubah perilaku yang
tentang keparahan/keseriusan penyakit, 3) maladaptif menjadi perilaku yang adaptif.
persepsi tentang manfaat suatu tindakan, 4) Perubahan perilaku yang didasari oleh kesadaran
persepsi tentang penghalang/hambatan, isyarat dari pasien akan bersifat langgeng Gunarsa
tindakan dan kemajuran/keberhasilan dalam (2009) menyatakan bahwa adanya motivasi,
melakukan tindakan tersebut. Walaupun dorongan dan kebutuhan akan menimbulkan
responden dalam kondisi perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan.
skizofreniapembelajaran kognitif tetap dilakukan Lingkungan kelompok yang kondusif dan rasa
karena pada umumnya rata-rata IQ pada pasien saling percaya antar kelompok yang mampu
skizofrenia dalam keadaan normal akan tetapi dikondisikan oleh terapis juga akan mendukung
kemampuan untuk berfikir abstraknya berkurang perubahan kemampuan responden dalam
(Irmansyah, 2006). Jadi pasien skizofrenia yang pengendalian halusinasi. Dengan kemampuan
sudah pada tahap rehabilitasi dimana fungsi yang dimiliki pasien setelah TAK Stimulasi
global (GAF Scale Score) sudah meningkat yang Persepsi Halusinasi pendekatan Health Belief
memungkinkan tilikan diri (insight) menjadi Model diharapkan dapat menjadi mekanişme
lebih baik, maka inforinasi dan pendidikan koping yang dapat digunakan bila terjadi
kesehatan dapat diberikan. halusinasi sehingga dapat membantu
Dalam pelaksanaan penelitian, selama mempercepat proses penyembuhan dan setelah
proses penelitian sangat dipengaruhi oleh tingkat pasien di rumah sehingga dapat menurunkan
kestabilan kondisi jiwa dari pasien skizofrenia, angka kekambuhan.
sehingga pada kondisi jiwa yang mengalami Hasil penelitian ini sejalan dengan
penurunan/labil responden tidak dapat penelitian Hal ini juga sesuai dengan penelitian
menyelesaikan terapi. Hal-hal yang yang dilakukan Sihotang (2010) dan Elliana
mempengaruhi keberhasilan atau perubahan (2007) mendapatkan hasil bahwa TAK Stimulasi
kemampuan mengendalikan halusinasi pada Persepsi mempunyai pengaruh yang signifikan
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

terhadap kemampuan mengontrol dan memutus membuat jadwal kegiatan harian. Serta
halusinasi. Lebih lanjut hasil penelitian yang memperbanyak sampel untuk mendapatkan hasil
dilakukan oleh Desty Emilyani (2013) menarik yang lebih representatif. Selain itu,
kesimpulan bahwa terdapat bahwa ada meningkatkan lagi kemampuan dalam
perbedaan signifikan antara kemampuan berkomunikasi dengan pasien karena setiap
mengendalikan halusinasi pada kelompok pasien mempunyai masalah berbeda-beda
perlakuan dan pada kelompok kontrol sehingga diharapkan dalam mendapatkan
informasi tidak mengalami kesulitan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 4. Bagi Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Bagi instansi Fakultas Ilmu Kesehatan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Universitas Muhammadiyah Gorontalo, hasil
Ada perbedaan terapi aktivitas penelitian ini diharapkan dapat
kelompok stimulasi persepsi terhadap dipublikasikan menyelenggarakan
kemampuan pasien dalam mengendalikan keperawatan jiwa. dalam untuk
halusinasi menggunakan pendekatan Health
Belief • Model (HBM) di RSUD Tombulilato 5. Bagi Profesi Perawat
Kecamatan Bone Raya Kabupaten Bone a. Bagi profesi keperawatan agar lebih
Bolango P value 0,002 (P<0,005). meningkatkan peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan (edukator dan advokat) dalam
Saran memberikan asuhan keperawatan pada pasien
1. Bagi Responden dengan halusinasi melalui TAK persepsi
Disarankan bagi pasien skizofrenia yang sensori sehingga meningkatkan kemampuan
mengalami halusinasi hendaknya dapat pasien dalam mengontrol halusinasi, serta
mengikuti kegiatan TAK Stimulasi Persepsi agar tercapainya pelayanan kesehatan yang
Halusinasi menggunakan upaya pendekatan holistik.
HBM dalam mempercepat proses penyembuhan b. Bagi profesi keperawatan perlu diciptakan
dan dapat dijadikan sebagai bentuk perilaku budaya yang kondusif, sehingga dalam
adaptif yang dapat dipertahankan dan digunakan memberikan asuhan keperawatan pada pasien
sebagai mekanisme koping setelah pasien di dapat diaplikasikan secara konkrit sebagai
rumah. bagian dari pemberian asuhan keperawatan
(edukator dan advokat).
2. Bagi Rumah Sakit 6. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan oleh tenaga Bagi keluarga apabila salah satu anggota
kesehatan untuk menerapkan terapi non keluarganya yang mengalami skizofrenia dan
farmakologis (TAK stimulasi persepsi dengan akan melanjutkan perawatnya di rumah.
menggunakan pendekatan HBM) sebagai salah Diharapkan keluarga pasien meningkatkan
satu upaya untuk mengontrol kemampuan pasien pengetahuan dengan aktif mengikuti penyuluhan
halusinasi dengan perubahan yang sudah mengenai penyuluhan gangguan kesehatan jiwa
signifikan, diharapkan dapat lebih memantapkan atau mencari informasi melalui buku atau
tindakan TAK stimulasi persepsi dengan bertanya/konsultasi kepada dokter mengenai
menggunakan pendekatan HBM dan pentingnya peran dan dukungan keluarga
diaplikasikan secara berkala untuk sehingga menerapkan sikap yang mendukung
mempertahankan kemampuan pasien dalam dalam peningkatan status kesehatan pasien
mengontrol halusinasi skizofrenia. Keluarga sebaiknya
menyebarluaskan informasi yang didapatkan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya setelah kontrol atau konsultasi kepada
Peneliti lebih lanjut diharapkan dapat lebih dokter/tenaga medis kepada anggota keluarga
memperbanyak sesi yang akan diteliti seperti yang lain dalam rangka pemulihan pasien.
cara mengontrol halusinasi: bercakap-cakap,
Jurnal Zaitun ISSN : 2301-5691
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

DAFTAR PUSTAKA Stuart, G. W dan Sundeen, C. 2009. Buku Saku


Keperawatan Jiwa. Edisi 3.Jakarta: EGC
Anton. 2010. Proposal Terapi Aktifitas
Kelompok Sesi 5 pada pasien dengan gangguan Sihotang, Gresia. 2010. Pengaruh Tak Stimulasi
persespsi sensori halusinasi pendengaran. RSJ Persepsi Terhadap Kemampuan Pasien
Prov.Jabar. Bandung Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provsu Medan. Jurnal
Conner, M dan Norman, P.(2005). Predicting
Health Behaviour, Research and Practice with Sudjarwo, E. 2010. Pengaruh Terapi Aktivitas
SocialCognition Model. Buckingham: Open Individu: Latihan Mengenal dan Mengontrol
Univeristy Press. Halusinasi Pendengaran pada Penderita
Skizofrenia di RSI Dr. Radjiman Wediodiningrat
Direja. 2011. Asuhaņ Keperawatan Jiwa. Lawang Kab. Malang. Tesis. Universitas
Yogyakarta: Nuha Medika. Airlangga Surabaya

Desty Emilyani. 2013. Peningkatan Kemampuan Tiomarlina Purba, 2015. Pengaruh Terapi
Mengendalikan Halusinasi Padă Pasien Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
Skizofrenia Dengan Terapi Aktivitas Kelompok Terhadap Kemampuan Pasien Mengontrol
Menggunakan Pendekatan Health Belief Model Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Tampan
Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB Provinsi Riau. Riau

Edberg, M. 2010. Buku Ajar Kesehatan WHO. 2013. The World Health Report: 2013
Masyarakat Teori Sosial dan Perilaku. Jakarta: mental health. www.wh Slamet
EGC.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung :
Gunarsa, S.D. 2009. Dari Anak Sampai Usia Refika Aditama
Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Gorontalo Tribun News 2017 Pasien gangguan


jiwa, RS Tombulilato Bone Bolango Provinsi
Gorontalo.

Irmansyah 2006. Influence Performance IQ


Schizophrenia Cases and Healthy. Controls.
Diakses 28 September 2017
http://www.aseanjournalofpsyc
hiatry.org/index.php/aseanjournalofpsychiatry

Keliat Budi Anna, et.al. 2011. Manajemen Kasus


Gangguan Jiwa CMN (intermediate Course).
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.: ECG. 2011.
Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC

Kaplan & Sadock. 2010. Sinopsis Psikiatri: Ilmu


Pengetahuan Psikiatri Klinis. Jilid 2.Edisi
7.Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Anda mungkin juga menyukai