Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Rossayanti (181110)
3B KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS. dr SOEPRAOEN
PRODI DIII KEPERAWATAN
MALANG
2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberi banyak
kenikmatan, rahmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “terapi akitivitas kelompok stimulasi berhubungan
dengan kemampuan pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan ”
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 ada sekitar 450
juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Setidaknya ada satu
dari empat orang di dunia mengalami masalah kesehatan jiwa yang secara
keseluruhan menjadi masalah serius. Orang yang mengalami gangguan jiwa
sepertiganya tinggal di negara berkembang. Sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan
mental tidak mendapat perawatan (Yosep, 2013).
Ciri khas dari penderita skizophrenia adalah menarik diri dari lingkungan social
dan hubungan personal serta hidup dalam dunianya sendiri, lalu diikuti dengan delusi
dan halusinasi yang berlebihan. Pada penderita skizophrenia 70% diantaranya
mengalami halusinasi (Purba, Wahyuni, Nasution & Daulay, 2008).
1.3 TUJUAN
BAB II
KONSEP TEORI
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang sering dipakai sebagai terapi
tambahan. Lancester mengemukakan beberapa aktivitas digunakan pada terapi
aktivitas kelompok,yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan dan kegiatan sehari-sehari lainnya. Birckhead (1989)
menyatakan bahwa beberapa keuntungan yang diperoleh individu untuk klien
melalui terapi yang dapat diperoleh individu oleh klien melalui terapi aktivitas
kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkat pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji
realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Direja,
2011).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol
halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan
bahwa ada pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi
dalam mengontrol halusinasi pasien. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Masdelita (2013), dengan judul Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan
kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau, menunjukkan adanya pengaruh TAK sosialisasi terhadap
kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial.
Faktor Predisposisi dan Faktor Perilaku Kekerasan Adapun beberapa hal yang
menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada perilaku kekerasan yang
dipengaruhi oleh faktor predisposi dan faktor presipitasi. (Yosep (2007).
1. .Faktor Predisposisi Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya
perilaku kekerasan yaitu :
A. Faktor Psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi
perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang
tidaka menyenangkan.
3) Frustasi.
4) Kekerasan dalam rumah atau keluarga
B. .Faktor Sosial Budaya
C. Faktor biologis
2. Faktor Presipitasi
A. Penyebab
1) Data Subyektif
a. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b. .Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2) Data Obyektif
a. Mata merah, wajah agak merah.
b. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d. Merusak dan melempar barang barang.
e. Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu
metode psikofarmakologi dan metode psikososial.
a. Metode Biologik Berikut adalah beberapa metode biologik untuk
penatalaksanaan medis klien dengan perilaku kekerasan yaitu:
2. Psikofarmakologi
a) Anti Cemas dan Sedatif Hipnotik
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut.
Benzodiazepin seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan
didalam kedaruratan psikiatri untuk menenangkan perlawanan klien.
Tapi obat ini direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat
menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk gejala depresi. Selanjutnya pada beberapa klien yang
mengalami effect dari Benzodiazepin dapat mengakibatkan peningkatan
perilaku agresif. Buspirone obat anti cemas, efektif dalam
mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan
dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan
agitasi klien dengan cedera kepala, demensia dan ’developmental
disability’.
b) Anti depresi
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku
agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.( Keliat, Dkk.
2005).
3. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawat dapat mengimplementasikan bebagai intervensi untuk
mencegah perilaku agresif. Intervensi dapat melalui rentang intervensi
perawat. Strategi preventif Strategi antisipatif Strategi pengurungan
Kesadaran diri komunikasi managemen krisis Pendidikan klien
perubahan lingkungan seclusion pendidikan klien tindakan perilaku
restrains latihan asertif psikofarmakologiDari gambar tersebut dapat
disimpulkan bahwa :
a. Strategi preventif Kesadaran diri
1. Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya
dan melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah
pribadi.
2. Pendidikan klien Pendidikan yang diberikan mengenai cara
berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah dengan tepat.
3. Latihan asertif Kemampuan dasar interpersonal yang harus
dimiliki meliputi :
a. Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
b. Strategi antisipatif
1. Komunikasi Strategi
2. Perubahan lingkungan
3. Tindakan perilaku
3.3 SKENARIO
3,4 ORIENTASI
Suster : “Selamat pagi mas? Perkenalkan nama saya ners Gabby nur inayah,
biasa dipanggil ners Gabby, kalo boleh tau mas namanya siapa?suka di panggil apa?”
Suster : “Mas, perkenalkan nama saya ners Gabby, mas namanya siapa?”
Suster : “Ooh.. mas Tarmin, mas Tarmin hari ini kabarnya bagaimana?”
Pasien: (diam)
Pasien : (Diam)
Suster : “ Kenapa mas Tarmin? Lagi tidak enak badan ta? Kok diam saja?”
Pasien : (Diam)
Suster : “yaudah kalo mas Tarmin tidak mau berbicara sekarang, 10 menit lagi
suster kembali, suster harap mas Tarmin sudah mau bicara”10 menit kemudian
KERJA
Suster : “Loh(muka kaget) mas Tarmin kok kepalanya dibentur2in, jangan dong
mas..”
Pasien: (sambil membentak suster) “Biarin, Percuma saya hidup, saya ini orang
yang gak berguna, orang bodoh”
Suster : (Berusaha menarik pasien dari tembok) “Siapa yang bilang mas Tarmin
ini
tidak berguna?”
Suster : “Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas Tarmin, semua yang di
ciptakan oleh Tuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas Tarmin masih mempunyai
tubuh yang lengkap”.
Pasien: (tertunduk)
Suster :”Begini saja mari suster ajak mas Tarmin jalan -jalan ke taman,
bagaimana?”
Pasien: “ngapain?”
Suster: “biar pikiran mas Tarmin tenang tidak marah - marah lagi.”
Suster: mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya sekarang?
Pasien: (termenung)
Suster: mas kalau boleh suster tau sebenarnya ada apa kok mas mengatakan
bahwa mas itu tidak berguna?
Pasien: saya merasa malu dan tidak berguna sus sebab saya tidak lulus
UAN..bodoh soal begitu saja saya tidak lulus..
Suster: mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tapi kegagalan itu adalah
keberhasilan yang tertunda.
Pasien: tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan seolah ingin
memukul tanah)
Pasien : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang ketidaklulusan
saya. Rasanya ingin saya pukul saja mereka.
Suster : ooh, begitu. Mas Tamin ini kesal kalau ada yang menanyakan tentang
ketidaklulusan itu ya. sekarang coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak
bersalah itu perilaku yang baik atau tidak?
Suster : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa melukai orang itu.
Selain itu, tangan Mas Tamin kan bisa jadi sakit atau luka. Bagaimana menurut Tamin?
Pasien : iya ya sus. Tidak ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat
tangan saya pegal pegal.
Suster : baiklah, kalau begitu.. mari suster ajarkan cara untuk mencegah Mas
Tamin melakukan kekerasan. Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas Tamin, sesegera
mungkin tarik napas dalam. Instruksikan diri Mas Tamin untuk tenang. Ayo sekarang
dicoba ¡
TERMINASI
Suster : ya bagus. Sekarang bagaimana perasaan Tamin?
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
SARAN
http://repository.ump.ac.id/986/3/DIAH%20PRABOWO%20HARDIYANTI%20BAB
%20II.pdf