Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS SENSORI

PADA RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MERPATI

Kordinator/CI RSJ:

Ibu Kokom Komalasari.,S.Kep,Ners

Dosen Pengampu :

Stase Keperawatan Jiwa

Denny Ricky, S. Kep., Ners, M. Kep, Sp. KMB

Disusun oleh :

Erickson Simbolon (2153032)

Gerald Sinaga (2153023)

Johanna Natasha Agaatsz (2153007)

Richel Febiola Nadya Gultom(2153021)

Profesi Ners Sec.B

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
kasih karunianya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama menyelesaikan
tugas ini yang berjudul “PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULUS
SENSORI PADA RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG MERPATI” dimana ini
merupakan tugas pada stase Jiwa.

Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar kami yaitu Sir Denny,
Ibu Kokom dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak kami harapkan. Kami berharap tugas ini dapat berguna dalam proses
pembelajaran kita.

Bandung 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan salah satu yang menjadi prioritas dari kesehatan secara global.
Hal ini disebabkan ada sedikitnya 10% dari seluruh populasi dunia mengalami gangguan jiwa
pada satu waktu. Gangguan jiwa juga dikaitkan dengan 32% dari global disease burden
karena disabilitas yang disebabkan oleh gangguan jiwa lebih tinggi dari kondisi lainnya
(Leach, et al, 2020). Salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada gangguan
jiwa adalah perilaku kekerasan atau resiko perilaku kekerasan. Perilaku agresif sering tidak
dianggap sebagai penyakit atau gangguan sehingga keluarga tidak menyadari adanya suatu
kebutuhan untuk perawatan medis. Namun keluarga sering dihadapkan pada pertanyaan
bagaimana menangani perilaku anggota keluarga yang agresif. Pasien yang agresif dapat
melukai diri sendiri atau orang lain. Dalam survei retrospektif enam rumah sakit jiwa Jerman
dilaporkan terdapat 1,7 sampai 5 serangan agresif dari pasien pertahun. Di satu rumah sakit
di negara bagian North RhineWestphalia, 171 dari 2210 pasien yang dirawat dalam periode 1
tahun terlibat dalam serangan agresif, dan terdapat total 441 episode perilaku agresif (Hirsch,
& Steinert, 2019). Agresif adalah perilaku destruktif yang memberikan beban yang cukup
besar pada individu, keluarga dan masyarakat. Perilaku ini bisa muncul akibat adanya
gangguan struktur dan fungsi otak (Fanning, et al. 2019).
Individu dengan gangguan jiwa lebih beresiko melakukan kekerasan dibandingkan
dengan kelompok lain di masyarakat (Bhavsar, & Bhugra, 2018). Ada kelompok klien
gangguan jiwa yang beresiko melakukan kekerasan atau perilaku agresif salah satunya adalah
klien yang tidak patuh menjalani pengobatan (Araya, Ebnemelek, & Getachew, 2020). Selain
itu Klien dengan riwayat trauma atau brain injury dapat mengalami gejala kognitif misalnya,
defisit perhatian, memori, dan fungsi eksekutif, gejala perilaku seperti agresi, kontrol impuls
yang buruk, iritabilitas serta dapat terjadi munculnya gangguan psikiatri atau memburuknya
gejala psikiatri yang sudah ada (Gómez-de-Regil, Estrella-Castillo, & Vega-Cauich, 2019).
Individu dengan gangguan jiwa mengalami berbagai konsekuensi negatif akibat penyakit
yang dialaminya seperti tidak memiliki pekerjaan dan gangguan kualitas hidup. Keluargapun
sering dihadapkan dengan rendahnya perilaku mencari bantuan ke pelayanan kesehatan
(Oexle, et al. 2017).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang dihadapi oleh
seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan
perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah,
intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan
bergembira secara berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan
mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi
terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede & Laia, 2020). Risiko perilaku
kekerasan timbul akibat rasa tidak nyaman dan panik yang terjadi akibat stressor dari dalam
dan luar lingkungan. Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan
adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan interpersonal dengan orang lain (Azis, 2018). Risiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat melukai atau membahayakan diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga masalah yang terjadi pada pasien parilaku
kekerasan akan melibatkan keluarga (Suryeti, 2017).

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Membantu klien meningkatkan kemampuan untuk mengontrol perilaku kekerasan.

1.2.2. Tujuan Khusus

SP 1

1. Pasien dapat mengidentifikasi PK


2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
3. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah / mengendalikan PK

SP 2

1. Pasien dapat dievaluasi kemampuannya melakukan SP 1


2. Pasien dapar mengidentifikasi tanda dan g
3. ejala PK
4. Pasien dapat menyebutkan cara kedua dalam mengendalikan PK
5. Pasien dapat mempraktekkan SP 2 yaitu memukul bantal atau kasur

SP 3

1. Pasien dapat dievaluasi kemampuannya dalam melakukan SP 1&2


2. Pasien dapat menyebutkan cara ketiga dalam mengendalikan PK
3. Pasien dapat mengontrol kemarahan atau PK Nya secara Verbal
(meminta,menolak,mengungkapkan marah secara baik)

SP 4

1. Pasien dapat dievaluasi kemampuannya dalam melakukan SP 1,2&3


2. Pasien dapat menyebutkan cara keempat dalam mengendalikan PK
3. Pasien dapat mengontrol emosi dengan melakukan kegiatan spiritual (berdoa dan
beribadah)
BAB II
STANDAR PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULUS SENSORI PADA RESIKO PERILAKU KEKERASAN

2.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diespresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain. Pada aspek fisik tekanan
darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, marah, mudah tersinggung,
mengamuk dan bisa mencederai diri sendiri. Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis,
afektif, hingga perilaku dan sosial hingga menyebabkan resiko perilaku kekerasan (winranto,
2021).

2.2 Tanda dan gejala

perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa dengan masalah resiko
perilaku kekerasan, (winranto, 2021) :
Subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
b. Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
Objektif :
a. Mata melotot/pandangn tajam.
b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup.
c. Wajah memerah.
d. Postur tubuh kaku.
e. Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor.
f. Suara keras.
g. Bicara kasar, ketus.
h. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/orang lain.
i. Merusak lingkungan.
j. Amuk/agresif.

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Sosialisasi merupakan terapi untuk meningkatkan


kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan
sosial. Diberikan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial untuk meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal
(Wahyu & Ina, 2017). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi pada klien yang mengalami masalah hubungan sosial. Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi dilakukan agar klien dapat melakukan dan berlatih sosialisasi
dengan individu sekitar secara bertahap, yang bertujuan untuk melatih klien untuk bercakap-
cakap topik tertentu (Saswati & Sutinah, 2018).

2.4 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori

Terapi Aktitivas Kelompok Stimulasi Persepsi Sensori digunakan untuk memberikan


stimulasi pada sensasi pasien, kemudian diobservasi reaksi sensori pasien berupa ekspresi
emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas
kelompok untuk menstimulasi sesnsori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi
sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan
kemampuan mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal (Prabowo, 2014).
(Rd et al., 2021)

2.5 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Persepsi

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang dialami. Setiap
sesi akan meningkatkan kemampuan dan meningkatkan persepsi klien. Fokus terapi aktivitas
kelompok khususnya TAK stimulasi persepsi adalah untuk membantu klien yang mengalami
kemunduran orientasi dengan karakteristik klien dengan gangguan persepsi, menarik diri
dengan realitas, inisiatif, dan kurang ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi
verbal (H & Titin, 2014)(Laia, 2019)
2.6 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Orientasi Realita

Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas merupakan terapi harian yang dapat diberikan
pada klien dengan gangguan jiwa psikotik yang mengalami penurunan daya nilai realitas
(reality testing ability)yaitu memberikan stimulus secara konsisten kepada klien tentang
realitas yang ada disekitar klien.stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas
lingkungan yaitu dari diri sendiri dan oranglain,waktu,dan tempat (kelliat 2005,hal 116).
(Qodir, n.d.)

2.7 Metode TAK


1. Role Play
2. Diskusi dan tanya jawab

2.8 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 16-18 Agustus 2022
Pukul :10.00-10.30 WIB (30 menit)
Tempat : RSJ Cisarua Prov. Jawa Barat
Alokasi waktu :
 Perkenalan, pembukaan, dan pengarahan (±10 menit)
 Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok (±15 menit)
 Penutup (±5 menit)

2.9 Klien
1. Ny.
2. Ny.
3. Ny.
4. Ny.

2.10 Kriteria Hasil


1. Evaluasi Struktur
 Kondisi lingkungan tenang, dimana klien dapat berkonsentrasi untuk melakukan
kegiatan.
 Klien dan terapis duduk bersama dan memberntuk lingkaran.
 Klien sepakat untuk melakukan kegiatan.
 Alat yang akan digunakan dalam kondisi yang baik.
 Klien dan terapis menggunakan pakaian yang sopan.
 Leader, co-leader, fasiltatator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses Kegiatan
 Leader mampu untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan dari awal sampai
akhir.
 Leader mampu memimpin keberlangsungan kegiatan.
 Co-leader membantu mengkoordinasikan keberlangsungan kegiatan.
 Fasilitator mampu memotivasi perserta untuk mengikuti arahan kegiatan.
 Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggungjawa dalam
antisipasi masalah yang muncul.
 Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
telah mengikuti kegiatan.
 Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan kegiatan diharapkan klien mampu mempraktekkan SP 1-4 :

SP 1
a. Kemampuan fisik

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
Menyebutkan penyebab
3.
kemarahan
Mempraktekkan relaksasi nafas
4.
dalam
Jumlah

b. Kemampuan Non Verbal

Nama
Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3.
yang sesuai
Mengikuti arahan yang
4.
disampaikan
Mengikuti kegiatan dari awal
5.
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
 Di bawah judul nama klien, tulis inisial klien yang ikut TAK.
 Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda cek list (√) jika
ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (×) jika tidak ditemukan.
 Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika 4 atau 5 klien mampu, jika 3 klien hampir
mampu, dan jika 0, 1 atau 2 klien belum mampu.
SP 2
c. Kemampuan Fisik

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
Menyebutkan penyebab
3.
kemarahan
Mempraktekkan memukul
4.
bantal/kasur
Jumlah

d. Kemampuan Non Verbal

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3.
yang sesuai
Mengikuti arahan yang
4.
disampaikan
Mengikuti kegiatan dari awal
5.
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
 Di bawah judul nama klien, tulis inisial klien yang ikut TAK.
 Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda cek list (√) jika
ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (×) jika tidak ditemukan.
 Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika 4 atau 5 klien mampu, jika 3 klien hampir
mampu, dan jika 0,1 atau 2 klien belum mampu.
SP 3
e. Kemampuan Verbal

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
Menyebutkan penyebab
3.
kemarahan
Mempraktekkan berbicara
4.
dengan baik
Jumlah

f. Kemampuan Non Verbal

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3.
yang sesuai
Mengikuti arahan yang
4.
disampaikan
Mengikuti kegiatan dari awal
5.
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
 Di bawah judul nama klien, tulis inisial klien yang ikut TAK.
 Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda cek list (√) jika
ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (×) jika tidak ditemukan.
 Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika 4 atau 5 klien mampu, jika 3 klien hampir
mampu, dan jika 0,1 atau 2 klien belum mampu.
SP 4
g. Kemampuan Verbal

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
Menyebutkan penyebab
3.
kemarahan
4. Mempraktekkan cara berdoa
Jumlah

h. Kemampuan Non Verbal

Nama Klien
No Aspek Yang Dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh
3.
yang sesuai
Mengikuti arahan yang
4.
disampaikan
Mengikuti kegiatan dari awal
5.
sampai akhir
Jumlah

Petunjuk :
 Di bawah judul nama klien, tulis inisial klien yang ikut TAK.
 Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda cek list (√) jika
ditemukan kemampuan pada klien, atau tanda (×) jika tidak ditemukan.
 Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika 4 atau 5 klien mampu, jika 3 klien hampir
mampu, dan jika 0,1 atau 2 klien belum mampu.
2.11 Setting Tempat

Co-
Leader Leader

Klien
Klien

Observer
Fasilitator

Klien
Klien

2.12 Media dan alat


 Handphone
 Music
 Speaker
 Gulungan kertas
 Kartu nama/name tag
 Buku tulis dan pulpen

2.13 Susunan Pelaksanaan

TAK- 1

 Leader : Gerald Sinaga


 Co-leader : Richel Gultom
 Observer : Johanna Agaatsz
 Fasilitator : Erick Simbolon
TAK- 2

 Leader : Erick Simbolon


 Co-leader : Johanna Agaatsz
 Observer : Gerald Sinaga
 Fasilitator : Richel Gultom

TAK- 3

 Leader : Richel Gultom


 Co-leader : Gerald Sinaga
 Observer : Erick Simbolon
 Fasilitator : Johanna Agaatsz

TAK- 4

 Leader : Johanna Agaatsz


 Co-leader : Erick Simbolon
 Observer : Richel Gultom
 Fasilitator : Gerald Sinaga

2.14 Uraian Tugas Pelaksana


1. Leader
 Membuat laporan kegiatan TAK
 Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib.
 Merencanakan, mengatur, mengontrol dan mengembangkan jalannya terapi
aktivitas kelompok.
 Membuka acara terapi aktivitas kelompok.
 Menjelaskan tujuan terapi aktivitas kelompok.
 Memberikan informasi dan memimpin diskusi.
 Dapat mengambil keputusan dengan tepat dan dapat meyimpulkan hasil TAK
pada kelompok terapi tersebut.
 Menetralisir apabila terdapat masalah yang timbul dalam kelompok.
 Menutup acara
2. Co-leader
 Mendampingi leader.
 Mengambil posisi leader jika pasif.
 Menyampaikan tata tertib TAK.
 Mengoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan.
 Menyerahkan kembali posisi pemimpin kepada leader.
 Menjadi motivator.
3. Fasilitator
 Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai anggota
kelompok
 Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang ketika kegiatan
kelompok berlangsung
 Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melaksanakan terapi
aktifitas kelompok.
 Bertanggungjawab terhadap program antisipasi masalah
4. Observer
 Mengobservasi persiapan pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
 Mencatat semua aktivitas terapi aktivitas kelompok
 Mengevaluasi hasil kegiatan terapi aktivitas kelompok.

2.15 Kriteria Klien


1. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang cukup kooperatif
2. Klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan yang telah dapat berinterkasi dengan orang lain
3. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak mengalami penyakit fisik)
4. Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang.

2.16 Antisipasi masalah


Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan selama proses TAK
1. Penanganan klien yang tidak efektif saat aktifitas kelompok:
 Memanggil klien
 Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
 Memberikan motivasi agar klien dapat aktif misalnya mengatakan kata
hebat setiap kali klien mengatakan sesuatu
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
 Panggil nama klien
 Tanya alasan klien meninggalkan permainan
 Berikan motivasi dan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya
setelah itu klien boleh kembali lagi
3. Bila ada klien lain ingin ikut:
 Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
 Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
 Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut
2.17 Langkah-langkah Kegiatan

Sesi 1 : Memperkenalkan Diri (stimulus Sensori)

A. Tujuan :
 Klien mampu mengungkapkan penyebab kemarahan
 Klien mampu mengungkapkan perasaannya
 Klien mampu menyebutkan tanda gejala RPK
 Klien mampu menyebutkan kerugian melakukan Perilaku kekerasan
 Klien mampu mempraktekkan cara mengendalikan marah dengan relaksasi nafas
dalam
B. Alat dan Bahan
 Handphone
 Speaker
 Gulungan Kertas
 Music
 Kartu nama/name tag
 Pulpen dan buku catatan
C. Metode
 Role play
 Diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Memilik klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Memperkenalkan diri (nama panggilan kepada klien) dengan papan nama
digunakan
 Memberikan papan nama pada klien.
b. Evaluasi/Validasi
 Menanyakan perasaan klien hari ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan klien hari ini
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan dilaksanakannya TAK
 Menjelaskan aturan main :
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kegiatan TAK harus meminta
ijin terlebih dahulu ke terapis.
o Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama ±30 menit.
o Setiap klien diharapkan untuk mengikuti arahan kegiatan dari awal
sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab klien marah
o Menanyakan apa yang penyebab klien marah
o Meminta klien untuk mengungkapkan perasaannya
b. Mendiskusikan tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan
o Menanyakan perasaan klien saat marah
o Meminta klien untuk mengungkapkannya
c. Mendiskusikan apa yang klien lakukan saat marah
o Menanyakan apa yang dilakukan klien saat marah
d. Mendiskusikan keuntungan dapat mengendalikan perilaku kekerasan
o Menanyakan pada klien keuntungan dalam mengendalikan emosi
e. Mendiskusikan kerugian melakukan perilaku kekerasan saat marah
o Menanyakan pada klien kerugian yang didapat saat marah
f. Mendiskusikan cara untuk mengendalikan emosi dengan relaksasi nafas dalam
o Terapis mempraktekkan cara melakukan relaksasi nafas dalam
o Dilanjutkan oleh klien bersama dengan fasilitator mempraktekkan cara
melakukan relaksasi nafas dalam
g. Mainkan music sambil gulungan kertas diedarkan dari kanan ke kiri.
h. Anggota yang memegang gulungan kertas saat music berhenti, harus
mempraktekkan relaksasi nafas dalam kembali
i. Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
j. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
k. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain
l. Memberikan kesimpulan mengenai penyebab, tanda dan gejala, keuntungan, dan
kerugian dalam melakukan kekerasan.
m. Memotivasi untuk melakukan relaksasi nafas dalam saat sedang marah.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
o Terapis menanyakan bagaimana perasaan klien sesudah mengikuti TAK
o Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
b. Tindak Lanjut
o Menganjurkan klien untuk mempraktekkan cara relaksasi nafas dalam secara
rutin
c. Kontrak
o Menyepakati untuk mau mempraktekkan kembali relaksasi nafas dalam
o Menyepakati waktu dan tempat TAK selanjutnya yang akan dilakukan
5. Tahap Post Interaksi
a. Setelah dilakukan kegiatan leader, co-leader, fasilitator dan observer berkumpul
b. Observer akan menyampaikan hasil observasi selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi:
o Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
o Kerja sama klien dalam kegiatan
o Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
o Kemampuan klien sesuai tujuan TAK
 Mengetahui penyebab menarik diri
 Mengungkapkan perasaannya
 Menyebutkan keuntungan dapat mengendalikan perilaku kekerasan
 Menyebutkan kerugian melakukan perilaku kekerasan
 Mampu mempraktekkan cara relaksasi nafas dalam untuk
mengendalikan emosi

Sesi 2 : Stimulus Sensori

A. Tujuan :
 Klien mampu mempraktekkan cara pertama mengendalikan marah dengan
relaksasi nafas dalam
 Klien mampu menyebutkan cara ke-2 mengendalikan emosi dan mencegah
perilaku kekerasan yaitu dengan memukul bantal/kasur
 Klien mampu mempraktekkan cara ke-2 mengendalikan emosi dengan memukul
bantal/kasur
B. Alat dan Bahan
 Handphone
 Speaker
 Gulungan Kertas
 Music
 Kartu nama/name tag
 Pulpen dan buku catatan
 Bantal
C. Metode
 Role play
 Diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Memilik klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan

2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Memperkenalkan diri (nama panggilan kepada klien) dengan papan nama
digunakan.
 Memberikan papan nama pada klien.
b. Evaluasi/Validasi
 Menanyakan perasaan klien hari ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan klien hari ini
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan dilaksanakannya TAK
 Menjelaskan aturan main :
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kegiatan TAK harus meminta
ijin terlebih dahulu ke terapis.
o Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama ±30 menit.
o Setiap klien diharapkan untuk mengikuti arahan kegiatan dari awal
sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Mengevaluasi klien dalam melakukan SP- 1
o Menanyakan apakah klien masih mengingat cara pertama mengendalikan
emosi
o Meminta klien untuk mempraktekkan kembali cara pertama
b. Mendiskusikan cara untuk mengendalikan emosi dengan memukul bantal
o Terapis mempraktekkan cara melakukan relaksasi nafas dalam
o Dilanjutkan oleh klien bersama dengan fasilitator mempraktekkan cara
melakukan pukul bantal
c. Mainkan music sambil gulungan kertas diedarkan dari kanan ke kiri.
d. Anggota yang memegang gulungan kertas saat music berhenti, harus
mempraktekkan memukul bantal
e. Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
g. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain
h. Memberikan kesimpulan mengenai cara yang kedua yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan emosi yaitu dengan memukul bantal
i. Memotivasi untuk melakukan pukul bantal/kasur dalam saat sedang marah.

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
o Terapis menanyakan bagaimana perasaan klien sesudah mengikuti TAK
o Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
b. Tindak Lanjut
o Menganjurkan klien untuk mempraktekkan memukul bantal/kasur secara rutin
c. Kontrak
o Menyepakati untuk mau mempraktekkan kembali memukul bantal/kasur
o Menyepakati waktu dan tempat TAK selanjutnya yang akan dilakukan
5. Tahap Post Interaksi
a. Setelah dilakukan kegiatan leader, co-leader, fasilitator dan observer
berkumpul
b. Observer akan menyampaikan hasil observasi selama kegiatan
berlangsung
c. Evaluasi:
o Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
o Kerja sama klien dalam kegiatan
o Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
o Kemampuan klien sesuai tujuan TAK
 Mengungkapkan perasaannya
 Mengetahui cara kedua mengendalikan emosi dengan memukul
bantal
 Mampu mempraktekkan cara kedua yaitu memuul bantal/kasur
untuk mengendalikan emosi

Sesi 3 : Stimulus Sensori

A. Tujuan :
 Klien mampu mempraktekkan cara kedua mengendalikan marah dengan memukul
bantal
 Klien mampu menyebutkan cara ke-3 mengendalikan perilaku kekerasan yaitu
dengan berbicara baik-baik
 Klien mampu mempraktekkan cara ke-3 mengendalikan perilaku kekerasan yaitu
dengan berbicara baik-baik
B. Alat dan Bahan
 Handphone
 Speaker
 Gulungan Kertas
 Music
 Kartu nama/name tag
 Pulpen dan buku catatan
C. Metode
 Role play
 Diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Memilik klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Memperkenalkan diri (nama panggilan kepada klien) dengan papan nama
digunakan.
 Memberikan papan nama pada klien.
b. Evaluasi/Validasi
 Menanyakan perasaan klien hari ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan klien hari ini
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan dilaksanakannya TAK
 Menjelaskan aturan main :
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kegiatan TAK harus meminta
ijin terlebih dahulu ke terapis.
o Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama ±30 menit.
o Setiap klien diharapkan untuk mengikuti arahan kegiatan dari awal
sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Mengevaluasi klien dalam melakukan SP- 2
o Menanyakan apakah klien masih mengingat cara kedua mengendalikan emosi
o Meminta klien untuk mempraktekkan kembali cara kedua
b. Mendiskusikan cara untuk mengendalikan perilaku kekerasan dengan bicara
secara baik-baik ( meminta, menolak, mengungkapkan perasaan marah)
o Terapis mempraktekkan cara meminta dengan baik
o Dilanjutkan oleh klien bersama dengan fasilitator mempraktekkan cara
meminta dengan baik
o Terapis mempraktekkan cara menolak dengan baik
o Dilanjutkan oleh klien bersama dengan fasilitator mempraktekkan cara
menolak dengan baik
o Terapis mempraktekkan cara mengungkapkan perasaan marah dengan baik
o Dilanjutkan oleh klien bersama dengan fasilitator mempraktekkan cara
memngungkapkan perasaan dengan baik
c. Mainkan music sambil gulungan kertas diedarkan dari kanan ke kiri.
d. Anggota yang memegang gulungan kertas saat music berhenti, harus
mempraktekkan berbicara dengan baik
e. Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
g. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain
h. Memberikan kesimpulan mengenai cara yang kedua yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan perilaku kekerasan yaitu dengan berbicara dengan baik
i. Memotivasi untuk berbicara dengan baik saat sedang marah.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
o Terapis menanyakan bagaimana perasaan klien sesudah mengikuti
TAK
o Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
b. Tindak Lanjut
o Menganjurkan klien untuk mempraktekkan berbicara dengan baik
c. Kontrak
o Menyepakati untuk mau mempraktekkan kembali berbicara dengan
baik
o Menyepakati waktu dan tempat TAK selanjutnya yang akan dilakukan
5. Tahap Post Interaksi
6. Setelah dilakukan kegiatan leader, co-leader, fasilitator dan observer berkumpul
7. Observer akan menyampaikan hasil observasi selama kegiatan berlangsung
8. Evaluasi:
o Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
o Kerja sama klien dalam kegiatan
o Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
o Kemampuan klien sesuai tujuan TAK
 Mengungkapkan perasaannya
 Mengetahui cara ketiga mengendalikan perilaku kekerasan dengan
berbicara dengan baik
 Mampu mempraktekkan cara ketiga mengendalikan perilaku
kekerasan dengan berbicara dengan baik

Sesi 4 : Stimulus Sensori

A. Tujuan :
 Klien mampu mempraktekkan cara ketiga mengendalikan perilaku kekerasan dengan
berbicara dengan baik
 Klien mampu menyebutkan cara ke-4 mengendalikan perilaku kekerasan dengan
spiritual
 Klien mampu mempraktekkan cara ke-4 mengendalikan perilaku kekerasan dengan
spiritual
B. Alat dan Bahan
 Handphone
 Speaker
 Gulungan Kertas
 Music
 Kartu nama/name tag
 Pulpen dan buku catatan

C. Metode
 Role play
 Diskusi dan tanya jawab
D. Langkah-langkah Kegiatan
1. Tahap Pra-Interaksi
 Memilik klien sesuai dengan indikasi
 Membuat kontrak dengan klien
 Mempersiapkan alat dan tempat kegiatan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Memperkenalkan diri (nama panggilan kepada klien) dengan papan nama
digunakan.
 Memberikan papan nama pada klien.
b. Evaluasi/Validasi
 Menanyakan perasaan klien hari ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan klien hari ini
c. Kontrak
 Menjelaskan tujuan dilaksanakannya TAK
 Menjelaskan aturan main :
o Jika ada klien yang ingin meninggalkan kegiatan TAK harus meminta
ijin terlebih dahulu ke terapis.
o Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama ±30 menit.
o Setiap klien diharapkan untuk mengikuti arahan kegiatan dari awal
sampai akhir.
3 Tahap Kerja
a. Mengevaluasi klien dalam melakukan SP- 3
o Menanyakan apakah klien masih mengingat cara kedua mengendalikan emosi
o Meminta klien untuk mempraktekkan kembali cara ketiga
b. Mendiskusikan cara untuk mengendalikan perilaku kekerasan dengan spiritual
(berdoa dan beribadah)
o Terapis mempraktekkan cara mengendalikan emosi dengan berdoa
o Dilanjutkan oleh klien bersama dengan fasilitator mempraktekkan cara
melakukan berdoa
c. Mainkan music sambil gulungan kertas diedarkan dari kanan ke kiri.
d. Anggota yang memegang gulungan kertas saat music berhenti, harus
mempraktekkan berdoa
e. Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
g. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain
h. Memberikan kesimpulan mengenai cara yang kedua yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan emosi yaitu dengan spiritual
i. Memotivasi untuk berdoa/ beribadah saat marah
4 Tahap Terminasi
j. Evaluasi
o Terapis menanyakan bagaimana perasaan klien sesudah mengikuti TAK
o Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
k. Tindak Lanjut
o Menganjurkan klien untuk mempraktekkan berdoa
l. Kontrak
o Menyepakati untuk mau mempraktekkan kembali berdoa/beribadah
o Menyepakati waktu dan tempat TAK selanjutnya yang akan dilakukan
5 Tahap Post Interaksi
a. Setelah dilakukan kegiatan leader, co-leader, fasilitator dan observer
berkumpul
b. Observer akan menyampaikan hasil observasi selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi:
o Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan
o Kerja sama klien dalam kegiatan
o Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
o Kemampuan klien sesuai tujuan TAK
 Mengungkapkan perasaannya
 Mengetahui cara ketiga mengendalikan emosi dengan
berdoa/beribadah
d. Mampu mempraktekkan cara ketiga mengendalikan emosi dengan berdoa/beribadahTata
Tertib dan Antisipasi Masalah

2.18 Tata tertib pelaksanaan TAK Sosialisasi pada klien dengan Resiko perilaku
kekerasan
 Klien bersedia untuk mengikuti kegiatan TAK dari awal sampai akhir
 Peserta diharapkan hadir 5 menit sebelum kegiatan TAK dilakukan
 Peserta menggunakan pakaian yang sopan, dan dalam keadaan bersih
 Peserta tidak diperkenankan untuk makan ataupun minum selama kegiatan TAK
berlangsung
 Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan, peserta diharapkan untuk
mengacungkan tangan kanan dan berbicara apabila pemimpin acara
mempersilahkan untuk berbicara.
 Peserta yang mengacaukan kegiatan akan dikeluarkan dari permainan.
 Peserta dilarang untuk meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
 Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis sedangkan
permainan belum selsai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota
untuk memperpanjang waktu TAK.
DAFTAR PUSTAKA

Laia, H. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . D Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di
Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera. 1–34.
Qodir, A. M. (n.d.). PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS
SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN
HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
Rd, N., Aroviani, M., & Niman, S. (2021). Resiko Perilaku Kekerasan : studi kasus. 03(02), 1–7.
Saswati, N., & Sutinah, S. (2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial. Jurnal Endurance, 3(2), 292.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.2492
winranto, asmadi. (2021). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko
Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia. 1–47. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/jukta

Anda mungkin juga menyukai