Disusun Oleh :
Joko
22160041
LAPORAN PENDAHULUAN
Mahasiswa
(Joko)
Mengetahui :
( ) ( )
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana sesorang berisiko atau melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri maupun orang
lain. (Yosep, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.(Keliat,2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak diinginkan datangnya tingkah laku tersebut
(Purba, dkk, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan kekerasan yang dapat
melukai dirinya maupun orang lain.
B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
C. Jenis / Klasifikasi
Jenis perilaku kekerasan :
1. Verbal
2. Fisik (Keliat, 2011)
G. Psikopatologi
Amuk merupakan respons kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai
dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, yang
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan (Keliat, 2010). Amuk
adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas, harga diri rendah, rasa
bersalah, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau eksternal. Secara
internal dapat berupa perilaku yang tidak asertif dan merusak diri, sedangkan secara
eksternal dapat berupa perilaku destruktif agresif. Respons marah dapat diungkapkan
melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2) menekan, dan (3)
menantang.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang
lain akan memberikan kelegaan pada individu. Apabila perasaan marah diekspresikan
dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan karena ia merasa kuat.
Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah
laku yang destruktif dan amuk
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada resiko perilaku kekerasan adalah strategi pelaksanaan perilaku
kekerasan. Ada beberapa penatalaksanaan lain yaitu:
1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya.
Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main catur
dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu
diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya.
Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukan seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
3. Peran Serta Keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat
keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan
dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptive ke perilaku
adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat kesehatan klien dan kieluarga dapat
ditingkatkan secara optimal.
4. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang
ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien.
5. Terapi Kejang Listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya
untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan
adalah setiap 2-3 hari sekali
(Keliat, 2010).
J. Fokus Intervensi
1. Tindakan mandiri
SP I
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi akibat PK
d. Menyebutkan cara mengontrol PK
e. Membantu pasien mempraktekkan latihan car mengontrol Pk dengan fisik I
f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
a. Mengevaluasi jadwl kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal harian
SP IV
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan car spiritual
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP V
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
2. Terapi Modalitas
Melibatkan pasien dalam terapi aktivitas.
3. Terapi Kolaborasi
Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien
DAFTAR PUSTAKA