PENDAHULUAN
1. Definisi
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
a) Neurologic Faktor
a) Teori Psikoanalisa
3. Rentang respon
a. Respon Adaptif
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon Maladaptif
a. Faktor Predisposisi
d. Rahang mengatup
g. Pandangan tajam
6. Akibat
Data Subyektif :
d. Tangan mengepal
f. Mata merah
h. Muka merah
7. Mekanisme Koping
e) Deplacement
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu
dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk
kegiatan seperti membaca koran, main catur dapat pula dijadikan media
yang penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog
atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya.
Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan
program kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
c. Peran serta keluarga
9. Pohon Masalah
Effec
Resiko Mencederai diri sendiri dan
orang lain
Perilaku Kekerasan
Perilaku Kekerasan
Halusinasi
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
1. Tujuan Umum
1) Kriteria Evaluasi
2) Intervensi
1) Kriteria Evaluasi
2) Intervensi
SP 1 Pasien
Fase orientasi
“Selamat pagi pak.. perkenalkan nama saya …, saya senang dipanggil suster…., Saya
mendampingi perawat A untuk merawat ibu. Nama bapak/ibu siapa? Senang dipanggil
siapa? Berapa tanggal lahir bapak?”
“Bagaimana keadaan bapak pagi ini ? Apa keluhan dirumah sehingga bapak dibawa
kesini? Kapan kejadiannya? Apa peristiwa atau situasi yang membuat ibu marah?
Supaya kami bias membantu mengatasinya.
Baiklah, bagaimana kalau saya akan periksa bapak dulu dan menanyakan beberapa hal
untuk mengetahui kondisi bapak sehingga kita dapat bersama-sama mencari tindakan
untuk menyelesaikan masalah yang bapak hadapi tujuannya agar perasaan ibu menjadi
lebih tenang? Bagaimana... apakah bapak setuju? Baiklah bagaimana jika kita
berdiskusi selama 30 menit? dimana?, baiklah bapak mau berdiskusi di ruang tamu”
Fase Kerja
“Nah, sekarang ceritakan Apa yang membuat Bapak marah?” “Apakah sebelumnya
bapak pernah marah? penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?” “Lalu saat
Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak merasa sangat kesal, dada
Bapak berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk?” “Setelah itu apa yang Bapak lakukan?” “Apakah dengan cara itu
marah/kesal Bapak dapat terselesaikan? “Ya
tentu tidak, apa kerugian yang Bapak alami?” “Menurut Bapak adakah cara lain yang
lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
“Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Bapak yaitu fisik, obat, verbal,
spiritual, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Yaitu dengan latihan fisik napas
dalam dan pukul bantal. Kita mulai dengan napas dalam dulu yah!”
”Begini Bapak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan, maka Bapak berdiri
atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut”
“Ayo Bapak coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya”
“Nah. Bapak telah melakukan latiahan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya latihan
ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul
Bapak sudah terbiasa melakukannya”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
fisik teknik relaksasi napas dalam dan memukul bantal tadi? Ya...betul, dan
kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”. “Coba Bapak sebutkan lagi apa yang
membuat Bapak marah, lalu apa yang Bapak rasakan saat itu dan apa yang akan Bapak
lakukan. Kemudian apa akibatnya?”
“Wah....bagus, Bapak masih ingat semua...”
Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari Bapak?”
“Kapan waktu yang Bapak inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau
setiap jam 11pagi?”
“Nah, Bapak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja. Masih ada
cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Bapak “Bagaimana kalau kita latihan
cara yang kedua ini besok, Bapak maunya kita bertemu besok jam berapa dan dimana?”
“Bapak. Kalau begitu saya pamit dulu ya. Assalamualaikum”
SP 2 Pasien
Fase Orientasi
“Sesuai janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi untuk berbincang-bincang dengan
Bapak tentang mengontrol marah dengan cara fisik yang kedua.
Fase Kerja
Sekarang kita lanjut ke teknik fisik yang kedua yaitu pukul bantal. Kalau ada yang
menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot,
selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal” “Sekarang mari kita
latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan
ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul
kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali
bapak melakukannya”.
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian
jangan lupa merapikan tempat tidurnya kembali yah. Ingat untuk melakukan napas
dalam dan memukul bantal jika bapak sedang marah.
Fase Terminasi
“Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi. Bagus! Sekarang mari kita
masukkan jadwal latihan latihan memukul kasur ini dalam aktivitas Bapak. Mau jam
berapa? Bagaimana jika setelah bangun tidur dan sore jam 15.00. Lalu bila ada
keinginan marah sewaktu-waktu segera gunakan kedua cara tadi ya Pak”
“Besok pagi kita ketemu lagi untuk belajar cara mengontrol amarah dengan belajar
bicara yang baik. Sampai jumpa”
SP 3 Pasien
Fase Orientasi
“Selamat pagi Pak. Kemarin kita sudah pelajari bahwa jika Bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain bernapas dalam, Bapak juga bisa
memukul bantal atau kasur”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah melakukannya?” Coba saya lihat jadwal
kegiatannya? Bagus! Nah, jika kegiatan napas dalam dan latihan memukul bantal
dilakukan sendiri tulis M, jika diingatkan perawat tulis B dengan Bantuan. Jika tidak
dilakukan tulis T artinya belum bisa dilakukan”
“Sesuai janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi untuk berdiskusi dengan Bapak
tentang mengontrol amarah dengan belajar yang baik. Bagaimana Pak? Berapa lama?
Disini saja ya?
Fase Kerja
“Jika rasa marah sudah disalurkan dengan cara bernafas dalam atau memukul kasur,
setelah lega kita berbicara kepada orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya,
yaitu :
1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang marahnya karena mau minta
uang kepada istri tetapi tidak diberi. Coba Bapak minta uang dengan baik. Bu, saya
minta uang untuk membeli XXX. Nanti bisa dicoba di sini untuk membeli baju,
minta obat, dan lain-lain. Coba Bapak lakukan, bagus.
2) Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya,
katakana : Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba
Bapak praktikkan. Bagus, Pak.
3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakukan orang lain yang membuat kesal,
katakan : saya jadi ingin marah dengan perkataanmua. Tapi tidak dengan nada kesal
apalagi mengancam. Coba Bapak praktikkan, Bagus Pak.
Fase Terminasi
“Nah, bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang mencegah marah
dengan berbicara yang baik? Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah
kita pelajari. Bagus. Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan bicara yang baik. Bisa
kita buat jadwalnya? Bagus! Nanti dicoba ya Pak”
“Bagaimana jika 2 jam kita ketemu lagi untuk membicarakan cara mengatasi amarah
yang lain, yaitu dengan cara berdoa ya Pak? Berapa lama? Di sini saja? Baik sampai
jumpa”
SP4 Pasien
Fase Orientasi
“Selamat pagi Pak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Kemarin kita sudah pelajari
bahwa jika Bapak akan marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot,
selain bernafas dalam, maka Bapak juga bisa memukul bantal atau kasur. Kemudian
setelah amarahnya reda, Bapak bisa berbicara baik-baik kepada orang yang membuat
Bapak marah. Nah, bagaimana, sudah dilatih semuanya? Bagus! Bagaimana perasaan
marahnya?”
“Hari ini kita akan bicara mengenai cara mencegah marah dengan cara ibadah. Dimana
enaknya kita berbincang-bincang? Berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”
Fase Kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang Bapak lakukan. Bagus, wah banyak sekali. Yang mana
yang mau Bapak coba?”
“Nah, jika Bapak sedang marah, coba Bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam, jika tidak
reda juga segera rebahkan badan agar rileks. Bila masih tidak reda juga, segera berdoa lagi”
“Bapak bisa berdoa secara teratur untuk mencegah kemarahan, jangan lupa memohon ampun
kepada Tuhan dan memohon terlindungi dari sifat pemarah”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol amarah
dengan beribadah tadi?”
“Mari kita masukkan jadwal berdoa dan ibadah lainnya ke dalam jadwal sehari-hari Bapak”
“Besok kita ketemu lagi ya, Pak. Kita akan diskusi tentang cara mengontrol amarah yang
lainnya, yaitu dengan minum obat secara teratur. Mau jam berapa Pak? Di ruang makan
lagi?”
SP 5 Pasien
Fase Orientasi
“Selamat pagi Pak, sesuai janji kemarin, hari ini kita bertemu lagi. Bagaimana Pak, sudah
dilatih cara bernafas dalam, memukul kasur, berbicara yang baik dan berdoa? Apa yang
Bapak rasakan setelah melatihnya secara teratur”
“Bagaimana jika sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat teratur untuk
mengontrol amanah”
“Di mana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat
kemarin?” “Berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”
Fase Kerja
“Berapa jenis obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!”
“Obatnya ada tiga jenis, Pak. Yang oranye (CPZ) 3 kali sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam, gunanya untuk menenangkan. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari
jamnya sama, gunanya
supaya bisa rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP) 3 kali sehari
juga, jamnya sama, gunanya untuk pikiran biar teratur dan tidak mudah marah”
“Bila terasa mata berkunang-kunang. Bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu. Juga harus teliti menggunakan obat-obatan ini, pastikan obatnya benar. Bapak harus
memastikan bahwa obat ini benar-benar punya Bapak. Jangan keliru dengan obat milik
orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya, Bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum” “Jangan pernah menghentikan obat
sebelum berkonsultasi dengan dokter, karena bisa menyebabkan kekambuhan”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya Pak”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?” “Coba Bapak sebutkan lagi jenis yang Bapak minum. Bagaimana cara minum obat
yang benar” “Sekarang sudah berapa cara mengontrol amarah yang Bapak pelajari?
Sekarang kita tambah jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya Pak” “Baik, besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauh mana
Bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah. Sampai
jumpa.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. Kasus
Tn. I laki-laki berumur 24 tahun, suku pasien adalah minang. Pasien beragama islam
pendidikan terakhir adalah SMA. Pasien tinggal di lubuk aur bayang Pesisir Selatan tinggal
dirumah bersama orang tua nya. Pasien dirawat sejak tanggal 7 Mei 2017.
Pasien masuk melalui IGD diantar oleh keluarganya pada tanggal 7 Mei 2017. Pasien
diantar untuk yang kelima kalinya dengan keluhan, meninju kaca rumahnya, memukul orang
tuanya, gelisah 2 hari sebelum dirawat, bicara dan tertawa sendiri. Pasien mengkonsumsi
NAPZA sebelum dirawat. Terakhir dirawat yaitu pada bulan September 2016.
B. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
b. Pengobatan Sebelumnya
Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2011 dengan alasan memukul
orang tuanya dan menghancurkan barang-barang yang ada disekitarnya.
Terakhir dirawat sejak September 2016. Pasien dirawat untuk kelima kalinya
dengan keluhan yang hampir sama yaitu memukul orang tuanya. Pasien
diantar keluarga ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 7 Mei
2017 untuk mendapatkan perawatan. Dari pengakuan pasien dan keluarga
bahwa pasien mengkonsumsi NAPZA seperti sabu- sabu, ganja, dan berbentuk
pil.
c. Trauma
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Tindakan Kriminal
Klien mengatakan pernah memukuli orang tua nya karna tidak diberi uang
oleh orang tuanya.
f. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital : TD: 120/70 mmHg N: 89 x/menit S: 36,8 oC
P : 19 x/ menit
Ukuran : TB: 165 cm BB: 62 kg
Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik
g. Konsep Diri
Citra Tubuh
Identitas Diri
Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai anak dari
orang tuanya karna selalu menyusahkan orang tua nya dan merasa
tidak berguna karna selalu membuat masalah.
Peran Diri
Ideal Diri
Harga Diri
h. Hubungan Sosial
Orang Terdekat
Klien mengatakan tidak bisa mengontrol cara bicara nya yang kasar.
i. Spiritual
Nilai dan Keyakinan
Kegiatan Ibadah
2. Status Mental
a. Penampilan
Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti bajunya 2x
b. Pembicaraan
Klien banyak bicara tetapi mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaaan
Klien mengatakan merasa sangat gelisah karna tidak dijemput atau dijenguk
oleh keluarganya
e. Afek
Afek klien luas karna klien mampu mengungkapkan semua isi perasaan nya
Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu menjawab
g. Persepsi
Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan hanya ingat saat
tidak sadar sudah memukuli kedua orang tuanya. Klien juga ingat bahwa klien
h. Proses pikir
i. Isi pikir
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang
j. Tingkat kesadaran
Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang
m. Kemampuan penilaian
a. Makan
Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat alergi
makanan.
b. BAB/BAK
c. Mandi
e. Istirahat/tidur
Klien mengatakan selama dirumah sakit istirahat cukup, karna setelah minum
obat klien mengaku sangat mengantuk.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan bahwa dirumah hanya makan dan istirahat seperti biasa,
pakaian klien di cucuikan oleh kakak iparnya. Kalau ingin keluar rumah
klien harus mendapatkan izin dari kakak nya.
4. Mekanisme Koping
a. Koping adaptif
Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan adalah
sublimasi.
dikucilkan klien tidak mempunyai teman dan klien lebih banyak dirumah
Klien pernah kuliah lalu berhenti karna klien tidak membayarkan uang semester
yang diberikan oleh orang tua nya. Klien menyesal karna kejadian tersebut.
Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama kakaknya
f. Masalah ekonomi
Klien mengatakan marah apabila dia tidak diberi uang jajan atau tidak diberi
saat diminta
6. Pengetahuan
7. Aspek Medik
8. Analisa Data
N Data Masalah
O
1 Perilaku Kekerasan
DS: - Klien mengatakan mudah
marah tanpa sebab
2 Halusinansi
DS : - Klien mengatakan melihat
ada orang yang datang
dan akan mengambil
harta warisan
keluarganya
- Klien mengatakan tidak
sadar sudah memukuli
kedua orang tua nya
- Klien hanya ingat saat
mengkonsumsi NAPZA
Halusinasi Causa
DAFTAR PUSTAKA