Disusun oleh:
KELOMPOK 10
Alif Nurrohim SN192008
Ines Hardi Pratiwi SN192032
Nurindah Sari SN192049
Devha Agnes Monica SN192020
1. Latar Belakang
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit
jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan
seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-
marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama perawatan
klien dan sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan).
Data WHO tahun 2011 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia atau
kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang
(WHO, 2011). Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Dari
total pasien di Ruang Ansoka Rumah Sakit Jiwa Provinsi NTB yaitu sebayak 15 orang.
Terdapat 6 orang dengan masalah Halusinasi, 4 orang dengan masalah RPK, 3 orang
dengan masalah ISOS dan 2 orang dengan masalah DPD.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa salah satu jenis gangguan jiwa dengan
Perilaku Kekerasan prevalensinya masih tinggi. Dimana Perilaku Kekerasan tersebut
merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Towsend,2018).
Atas dasar tersebut, maka kami mengganggap dengan Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) klien dengan gangguan Perilaku Kekerasan dapat tertolong dari hal-hal yang
bias membahayakan orang lain, lingkungan sekitar, bahkan dirinya sendiri. Tentu saja
klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah mampu membuka diri pada
realitas sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota
kelompok lain.
Terapi aktifitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
TUJUAN
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara
tujuan khususnya:
Aktivitas ini khususnya untuk klien prilaku kekerasan, aktivitas ini dibagi dalam
beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu:
2. Landasan Teori
a. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan).
b. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1. Teori Biologis
a.Neurologic Faktor
b. Genetic Faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami (2017) dalam gen manusia
terdapat dorman (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe
karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak
kriminal serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
c.Cycardian Rhytm
d. Faktor Biokimia
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak, tumor
otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100).
2. Teori Psikogis
a.Teori Psikoanalisa
b. Learning Theory
1. Respon Adaptif
Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):
a. Psikologis
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya (Kartika Sari, 2015: 138) :
1. Data Subyektif :
● Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam.
● Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir.
2. Data Obyektif :
● Wajah tegang merah.
● Mondar mandir.
● Mata melotot, rahang mengatup.
● Tangan mengepal.
● Keluar banyak keringat.
● Mata merah.
● Tatapan mata tajam.
g. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah
untuk melindungi diri antara lain:
● Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa amarah (Mukhripah Damaiyanti,
2012: hal 103).
● Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).
● Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk
kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal
yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya (Mukhripah
Damaiyanti, 2012: hal 103).
● Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada
teman suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal103).
● Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan
dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 104).
h. Strategi Pelaksanaan
SIKAP TERAPEUTIK
TEHNIK KOMUNIKASI
FASE ORIENTASI
a. Memberikan salam.
3. Melakukan kontrak :
a. Waktu.
b.Tempat.
c. Topik.
FASE KERJA
FASE TERMINASI
a. Data subyektif.
b. Data Obyektif.
a. Waktu.
TAHAP KEGIATAN
Salam terapeutik
Pre intaksi (5 menit)
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
Evaluasi/ validasi
BAB 2
RENCANA PELAKSANAAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Setting
E
R
M
A
N
Keterangan A
Leader N
Co leader
Peserta
b. Alat
1. Bantal
2. Balon
c. Metode
1. Diskusi
2. Permainan
Tujuan
Setting
Metode
1. Dinamika klompok
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Bermain peran/simulasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien prilaku kekerasan yang sudah koopratif.
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam trapeutik
1. Salam dari trapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan trapis (pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
2. Menjelaskan aturan main berikut :
● Jika ada klien yang ingin meninggalkan klompok, harus
minta izin kepada terapis.
● Lama kegiatan 45 menit.
● Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1. Tanyakan pengalaman tiap klien.
2. Tulis dipapan tulis/ flipchart/white board.
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum prilaku kekerasan terjadi.
1. Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan
gejala).
2. Tulis dipapan tulis/ flipchart/white board.
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri
sendiri).
1. Tanyakan prilaku yang dilakukan saat marah
2. Tulis dipapan tulis/ flipchart/white board
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling
sering dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak
berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dank lien yang melakukan
perilaku kekerasan)
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1. Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2. Tulis dipapan tulis/ flipchart/white board
h. Memberikan reinforcemen pada peran serta klien
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; dan
akibat perilaku kekerasan
k. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
4, Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Memberikan reinforcemen positif terhadap perilaku klien yang
positif
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab
marah, yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadi; serta
akibat perilaku kekerasan .
2. Menganjurkan klien mengingat penyebab; tanda dan gejala ; perilaku
kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati belajar cara belajar yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi
Kemampuam psikologis
Nama Perilaku
No Penyebab PK Tanda dan kekerasan
klien Akibat PK
gejala PK Yang
dilakukan
1 Wawan
2 Didit
3 Maryanto
4 Soim
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, prilaku kekerasan
yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda jika klien
mampu dan beri tanda jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi
persepsi prilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya (diserahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda yang
dirasakan (“geregetan” dan “deg-degan”), perilaku kekerasan yang
dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan
dibawa kerumahsakit jiwa). Anjuran klien mengingat dan menyampaikan
jika semua dirasakan selama dirumah sakit.
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah prilaku
kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikandua kegiatan fisik yang dapat mencegah
prilaku kekerasan.
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pake papan nama.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan prasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada kejadian prilaku kekerasan: penyebab;
tanda dan gejala; prilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah
prilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut
●Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
●Lama kegiatan 45 menit
●Setiap klien mengikuti kegiatan dariawal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1. Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian dan olahraga yang
bias dilakukan klien
2. Tulis dipapan tulis/ flipchart/white board
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat: tarik nafas dalam,
menjemur/ memukul keras/ bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.
c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan
d. Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang dipilih
1. Trapis mempraktikkan
2. Klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan prasaan klien setelah mempraktikkan cara
penyaluran kemarahan.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien
g. Upayakan semua klien berperan aktif
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b. Tindak Lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari
jika stimulus penyebab pelaku kekerasan.
2. Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak Yang Akan Datang
1. Menyepakati untuk; belajar cara baru yang lain, yaitu
interaksi sosial yang asertif.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi
Menyebutka
n kegiatan Mempraktikkan Mempraktikkan
Nama
No fisik yang cara fisik yang cara fisik yang
Klien
bisa pertama kedua
dilakukan
1. Wawan 0 0 0
2. Didit 0 0 0
3. Maryanto 1 1 1
4. Soim 1 1 1
Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikkan
dua cara fisik untuk mencegah prilaku kekerasan. Beri tanda “ √ ” jika
klien mampu dan tanda “ × “ jika klien tidak mampu
FORMAT EVALUASI
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
EVALUASI DAN DOKUMENTASI TAK
SESI 1
1 Wawan
2 Didit
3 Maryanto
4 Soim
Catatan:
❖ Jika mengikuti setiap aspek berikan nilai 1
❖ Jika tidak mengikuti setiap aspek berikan nilai 0
SESI 2
ASPEK YAG INISIAL KLIEN
No
DINILAI Wa D M S SY J H Wi H
Menyebutkan
kegiatan fisik
1.
yang bisa
dilakukan
Mempraktikka
2. n cara fisik
yang pertama
Mempraktikka
3. n cara fisik
yang kedua
Catatan:
❖ Jika mengikuti setiap aspek berikan nilai 1
❖ Jika tidak mengikuti setiap aspek berikan nilai 0
DAFTAR PUSTAKA