Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL TAK STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH :
AHMAD LAELI 231030230798
BIRGITTA PRANIWI 231030230540
EVA NIKI SUSANTI 231030230652
KHOLIDA FITRIANA 231030230548
MUHAMAD AZIZY 231030230578
MUHAMAD SYAHRIL 231030230571
SRI FITRIYANI 231030230589

PROGRAM PROFESI NERS

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan ridhonya lah kami dapat menyelesaikan “PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK : PERILAKU KEKERASAN” ini dengan tepat waktu.

Proposal ini kami buat dengan tujuan melatih psikomotorik dan aktivitas pada klien
dengan gangguan kejiwaan dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan.

Diharapkan dalam pelaksanaannya perawat dapat kompeten melakukan terapi aktivitas


kelompok dengan klien resiko perilaku kekerasan. Tak ada gading yang tak retak, begitu pula
dalam pembuatan proposal masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan sangat kami harapkan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya


orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi
dengan sesame manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi
suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.

Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan


berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri,
curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang
ditemui di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana
klien perlu belajar untuk interaksi.

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan


yang lain (struart & Laraia 2001).Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom,
1995 dalam Stuart & Laria 2001).

Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok


penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin,
diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.

Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan


sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar
klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai
dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang
sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien
dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan
orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.Dan perilaku kekerasan
tidak jauh dari kemarahan.Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai
respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)

Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini
kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan.Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai
terhambat”.

Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit


sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan
membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif
marah.

Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas


kelompok (TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal
sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini
adalah klien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat
TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.

2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal prilaku kekerasan yang biasa dilakukannya

b. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan melalui kegiatan fisik

c. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan melalui interaksi sosial

d. Klien dapat mencegah prilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang


biasa dilakukannya
e. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman (Kartika Sari, 2015:137).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (fitria, 2009).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008).

B. PENYEBAB PERILAKU KEKERASAN

1. Faktor Prediposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996
dalam Purba dkk, 2008) adalah:

a. Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari bebrapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku :

1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

2) Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,


asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten
dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.

3) Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku


agresif dengan genetik karyotype XYY.

4) Gangguan otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku


agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem
limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan
serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.

b. Teori Psikologik

1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk
berperilaku kekerasan setelah dewasa.

3) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat
juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
dalam hidup individu.

2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap.

C. RENTANG RESPONS MARAH


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – maladaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.
D. MEKANISME KOPING
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci
itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
F. Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan

Harga Diri Rendah


BAB III

RENCANA KEGIATAN

A. PENGORGANISASIAN SESI 1 TAK PK

Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

1. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 1 sebagai berikut :

Leader : Ahmad laeli

Co-leader : Birgita Praniwi

Observasi : Eva Niki Susanti

Fasilitator : Kholida Fitriana

: Muhamad Azizy

: Muhamad Syahril

: Sri Fitriyani

Pasien :

a. Pembagian Tugas :

1) Leader, uraian tugas :


a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.

b) Memimpin jalannya terapi kelompok.

c) Memimpin diskusi.
2) Co Leader, uraian tugas :

a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.

b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.

c) Membantu memimpin jalannya kegiatan.

d) Menggantikan leader jika ada berhalangan.

3) Observer :

a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat


dan jalannya acara.

b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok


dengan evaluasi kelompok.

4) Fasilitator, uraian tugas :

a) Memasang name tag pada semua klien

b) Memfaslitasi klien yang kurang aktif

c) Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung

d) Mempertahankan kehadiran peserta

2. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran/simulasi

3. Tujuan :

a. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya

b. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)

c. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
d. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekekrasan.

4. Setting

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang

5. Persiapan Alat

a. Papan tulis/flipchart/whiteboard

b. Kapur/ Spidol

c. Buku catatan dan pulpen

d. Jadwal kegiatan.

6. Persiapan Klien

a. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

7. Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Desember 2023

Jam atau waktu : : 15:00 WIB

Waktu : 45 menit

Tempat : Aula Yayasan Rehabilitasi Mental Griya Bakti Medika

Jumlah Pasien : 7 Pasien

8. Langkah-Langkah

a. Persiapan

1) Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


b. Orientasi

1) Salam teraupetik

a) Salam dari terapis kepada klien

b) Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien (pakai papan nama)

c) Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama)

2) Evaluasi /validasi

a) Menanyakan perasaan klien saat ini

b) Menanyakan masalah yang dirasakan

3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan

b) Menjelaskan aturan main berikut :

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.

 Lama kegiatan 45 menit.

 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c. Tahap Kerja

1) Mendiskusikan penyebab marah

a) Tanyakan pengalaman tiap klien marah

b) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard

2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi

a) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)

b) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard


3) Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, menciderai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)

a) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah

b) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard

4) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan.

5) Melakukan bermain peran/simulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya


(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yang melakukan perilaku kekerasan).

6) Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran/simulasi.

7) Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan

a) Tanyakan akibat perilaku kekerasan

b) Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboad

Terapis dapat membuat table di white board atau flipchart sehingga masing-
masing cerita klien dapat tergambar dan klien dapat menganalida runtutan
peristiwa dari penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan dan akibat PK,
serta manilai dampak PK serta komitmen perubahan perilaku yang akan
diterapkan berikutnya.

8) Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

9) Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.

10) Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan.

11) Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.


b) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yangpositif.

2) Tindak lanjut

a) Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.

b) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.

3) Kontrak yang akan datang

a) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.

b) Menyepakatiwaktu dan tempat TAK berikutnya.

e. Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mengetahui penyebab prilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mengenal perilaku kekerasan


Memberi Tanggapan Tentang
Nama klien Penyebab PK Tanda & Perilaku Akibat
No.
gejala PK Kekerasan PK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas
dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien, contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya(disalahkan dan
tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-
degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa) dan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika
semua dirasakan selama di rumah sakit.
B. PENGORGANISASIAN SESI 2 TAK PK

Mencegah perilaku kekerasan secara fisik

1. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 2 sebagai berikut :

Leader : Birgita Praniwi

Co-leader : Eva Niki Susanti

Observasi : Kholida Fitriana

Fasilitator : Ahmad laeli

: Muhamad Azizy

: Muhamad Syahril

: Sri Fitriyani

Pasien :

2. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran/simulasi

3. Tujuan :

a. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan

c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.

4. Setting

a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

b. Ruangan nyaman dan tenang


5. Persiapan Alat

a. Kasur/ Kantong tinju/ Gendang

b. Papan tulis/ flipchart/ whiteboard

c. Buku catatan dan pulpen

d. Jadwal kegiatan pasien

6. Persiapan Klien

a. Memilih klien yang memiliki perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

7. Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 22 Desember 2023

Jam atau waktu : 15:00 WIB

Waktu : 45 menit

Tempat : Aula Yayasan Rehabilitasi Mental Griya Bakti Medika

Jumlah Pasien : 7 Pasien

8. Langkah-Langkah

a. Persiapan

a) Mengingatkan kontak dengan klien yang telah ikut sesi 1.


b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi

a) Salam teraupetik

1) Salam dari terapis kepala klien.

2) Klien dan terapis memakai papan nama.


b) Evaluasi /validasi

1) Menanyakan perasaan klien saat ini

2) Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan, penyebab, tanda dan


gejala perilaku kekerasan serta akibatnya.

c) Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku


kekerasan.

2) Menjelaskan aturan main berikut :

a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis

b) Lama kegiatan 45 menit

c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

c. Tahap kerja

1) Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.

a) Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan
oleh klien.

b) Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

2) Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan


secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar
mandi, main bola,senam, memukul gendang.
Meredakan marah dengan napas dalam: Jika merasakan tanda-tanda marah,
lakukan:
a. Duduk tegak, boleh juga berbaring.
b. Tarik napas melalui hidung. Tahan sambil menghitung dalam hati 1,2,3.
c. Hembyskan napas melalui mulut sambil dalam hati menghitung mundur dari
angka 10 sampai 0
d. Ulangi nomor 1-3 sebanyak 5x

Meredakan marah dengan pukul bantal/kasur/bantal/karung pasir/ gendang:


Saat ada tanda-tanda marah yang dirasakan lakukan pukul bantal/kasur /karung
pasing/ gendang brylang-ulang sampai marah mereda

3) Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

4) Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.

a) Terapis mempraktikkan (mendemonstrasikan).

b) Klien mendemonstrasikan ulang.

5) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara penyaluran kemarahan.

6) Memberikan pujian pada peran serta klien

7) Upayakan semua klien berperan aktif.

d. Tahap Terminasi

1) Evaluasi

a) Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan..

2) Tindak lanjut

a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika menghadapi


(lagi) stimulus penyebab perilaku kekerasan.
b) Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

c) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

3) Kontak yang akan datang

a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif.

b) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.


Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan adalah dua
kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai
berikut:

Sesi 2:

Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

Mempraktekkan cara fisik yang Mempraktekkan cara


No Nama klien
Pertama fisik yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu
mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktekkan di ruang rawat(buat jadwal).

C. PENGORGANISASIAN SESI 3 TAK PK

Mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi sosial asertif (cara verbal )

1. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 3 sebagai berikut :

Leader : Eva Niki Susanti

Co-leader : Kholida Fitriana

Observasi : Muhamad Azizy

Fasilitator : Birgitta Praniwi

: Ahmad Laeli

: Muhamad Syahril

: Sri Fitriyani

Pasien :

2. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran/simulasi
Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan Setting :
3. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
4. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan

1. Persiapan

- Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2

- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/Validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini
* Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta
perilaku kekerasan
* Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikutnya :
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setia klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dariorang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu,”
Sayaperlu/ingin/minta ….,yang akan saya gunakan untuk ….,.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima
dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
(cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
* Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif (cara
verbal) secara teratur.
* Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal kegiatan
harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
* Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
* Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap kerja.Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan
secara sosial ( cara verbal ).

Formulir evaluasi sebagai berikut:


Sesi 3 : TAK
Stimulasi Persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan carar interaksi sosial asertif (cara verbal)

Mamperagaan
No. Memperagakan Memperagakan
cara
Nama Klien cara menolak yang
cara meminta
mengungkapkan
baik
marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampi
menyebutkan lima bener cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntunganminum obat dan
akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima bener cara minum obat, bantu
klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
D. PENGORGANISASIAN SESI 4 TAK PK

Mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual

1. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 3 sebagai berikut :

Leader : Kholida Fitriana

Co-leader : Muhamad Azizy

Observasi : Muhamad Syahril

Fasilitator : Birgitta Praniwi

: Ahmad Laeli

: Eva Niki Susanti

: Sri Fitriyani

Pasien :

2. Metode

a. Dinamika kelompok

b. Diskusi dan tanya jawab

c. Bermain peran/simulasi

Tujuan :

Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.


Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat :
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboarddan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. adwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/stimulasi

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.

* Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mangikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain :
1. Islam : istigfar, berwudhu, sholat
2. Kristen : Doa Bapa Kami
3. Katholik : Doa Bapak Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha : Meditasi, Yoga

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
* Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
* Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
* Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
* Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah
untuk mencegah kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual

Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan


No Nama klien
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat
jadwal).
E. PENGORGANISASIAN SESI 5 TAK PK

Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengonsumsi obat

1. Susunan Perawat dan Pasien TAK PK sesi 3 sebagai berikut :

Leader : Kholida Fitriana

Co-leader : Muhamad Azizy

Observasi : Muhamad Syahril

Fasilitator : Birgitta Praniwi

: Ahmad Laeli

: Eva Niki Susanti

: Sri Fitriyani

Pasien :

2. Metode

d. Dinamika kelompok

e. Diskusi dan tanya jawab

f. Bermain peran/simulasi
Tujuan :

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat


2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting :

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.


Alat :

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen


3. Jadwal kegiatan klien

4. Beberapa contoh obat

Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b. menyiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
* Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mangikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan tiap
klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.

3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
* Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

Menyebutkan Menyabutkan Menyebutkan


No Nama klien
lima benar keuntungan minum akibat tidak patuh
minum obat obat minum obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh :
klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan
keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak
minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
F. ANTISIPASI
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam kegiatan
a. Memanggil klien
b. Member kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
2. Bila klien meninggalkan tempat tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alas an meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditunjukan kepada klien yang telah dipilih
b. Katakana pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti oleh klien
tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak member pesan
kegiatan ini.

G. RENCENA EVALUASI

a. Evalusai Struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2. Klien dan terapi duduk bersama membentuk lingkaran.
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.

b. Evaluasi proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Leader mampu memimpin acara
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotiivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok.
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakkukan sampai akhir.

c. Evaluasi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
1. Memperkenalkan diri
2. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami
3. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami
4. Bekerjasama dengan perawat selama berinteraksi
5. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna; Pawirowiyono, Akemat;. (2013). Keperawatan jiwa (Terapi Aktivitas
Kelompok) (2 ed). Jakarta: BUKU KEDOKTERAN.

http://ariokeputra.blogspot.com/2013/11/proposal-tak-stim-ulasi-persepsi-rpk.html?m=1
https://www.slideshare.net/mobile/lukmanurhayadi/proposal-terapi-aktivitas-kelompok-

pk

Anda mungkin juga menyukai