DISUSUN OLEH :
AHMAD LAELI 231030230798
BIRGITTA PRANIWI 231030230540
EVA NIKI SUSANTI 231030230652
KHOLIDA FITRIANA 231030230548
MUHAMAD AZIZY 231030230578
MUHAMAD SYAHRIL 231030230571
SRI FITRIYANI 231030230589
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan ridhonya lah kami dapat menyelesaikan “PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK : PERILAKU KEKERASAN” ini dengan tepat waktu.
Proposal ini kami buat dengan tujuan melatih psikomotorik dan aktivitas pada klien
dengan gangguan kejiwaan dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini
kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak
diperbolehkan.Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengenal prilaku kekerasan yang biasa dilakukannya
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan). Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008).
1. Faktor Prediposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996
dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari bebrapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku :
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan
memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
3) Genetik
4) Gangguan otak
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan
dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan
sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan
pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka
selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain.
Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk
berperilaku kekerasan setelah dewasa.
3) Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial
terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima
perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat
juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari
bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.
Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan
dalam hidup individu.
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap.
Perilaku kekerasan
RENCANA KEGIATAN
: Muhamad Azizy
: Muhamad Syahril
: Sri Fitriyani
Pasien :
a. Pembagian Tugas :
c) Memimpin diskusi.
2) Co Leader, uraian tugas :
3) Observer :
2. Metode
a. Dinamika kelompok
c. Bermain peran/simulasi
3. Tujuan :
b. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah)
c. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan)
d. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekekrasan.
4. Setting
5. Persiapan Alat
a. Papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Kapur/ Spidol
d. Jadwal kegiatan.
6. Persiapan Klien
7. Waktu Pelaksanaan
Waktu : 45 menit
8. Langkah-Langkah
a. Persiapan
1) Salam teraupetik
2) Evaluasi /validasi
3) Kontrak
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
c. Tahap Kerja
2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab
marah sebelum perilaku kekerasan terjadi
a) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala)
4) Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering dilakukan
untuk diperagakan.
Terapis dapat membuat table di white board atau flipchart sehingga masing-
masing cerita klien dapat tergambar dan klien dapat menganalida runtutan
peristiwa dari penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan dan akibat PK,
serta manilai dampak PK serta komitmen perubahan perilaku yang akan
diterapkan berikutnya.
10) Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan.
11) Menanyakan kesedian klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi
kemarahan.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
2) Tindak lanjut
a) Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
b) Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan
akibatnya yang belum diceritakan.
a) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan klien yang diharapkan adalah
mengetahui penyebab prilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas
dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak mampu.
2) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien, contoh : Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya(disalahkan dan
tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-
degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa) dan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan latihan tarik nafas dalam. Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika
semua dirasakan selama di rumah sakit.
B. PENGORGANISASIAN SESI 2 TAK PK
: Muhamad Azizy
: Muhamad Syahril
: Sri Fitriyani
Pasien :
2. Metode
a. Dinamika kelompok
c. Bermain peran/simulasi
3. Tujuan :
b. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
c. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
4. Setting
6. Persiapan Klien
7. Waktu Pelaksanaan
Waktu : 45 menit
8. Langkah-Langkah
a. Persiapan
a) Salam teraupetik
c) Kontrak
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis
c. Tahap kerja
a) Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa silakukan
oleh klien.
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
b) Menanyakan ulang cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan..
2) Tindak lanjut
a) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial yang
asertif.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan adalah dua
kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi sebagai
berikut:
Sesi 2:
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan, klien mampu
mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal.
Anjurkan dan bantu klien mempraktekkan di ruang rawat(buat jadwal).
Mencegah perilaku kekerasan dengan cara interaksi sosial asertif (cara verbal )
: Ahmad Laeli
: Muhamad Syahril
: Sri Fitriyani
Pasien :
2. Metode
a. Dinamika kelompok
c. Bermain peran/simulasi
Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan Setting :
3. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
4. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan harian klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/Validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini
* Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta
perilaku kekerasan
* Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan sudah
dilakukan
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikutnya :
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setia klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dariorang
lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan, yaitu,”
Sayaperlu/ingin/minta ….,yang akan saya gunakan untuk ….,.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak menerima
dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan untuk jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
(cara verbal), jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
* Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif (cara
verbal) secara teratur.
* Memasukkan interaksi sosial yang asertif (cara verbal) pada jadwal kegiatan
harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
* Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
* Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan carar interaksi sosial asertif (cara verbal)
Mamperagaan
No. Memperagakan Memperagakan
cara
Nama Klien cara menolak yang
cara meminta
mengungkapkan
baik
marah yang baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien
tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Contoh : klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampi
menyebutkan lima bener cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntunganminum obat dan
akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima bener cara minum obat, bantu
klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
D. PENGORGANISASIAN SESI 4 TAK PK
: Ahmad Laeli
: Sri Fitriyani
Pasien :
2. Metode
a. Dinamika kelompok
c. Bermain peran/simulasi
Tujuan :
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis memakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta perilaku
kekerasan.
* Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk mencegah
perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mangikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.
Kegiatan ibadah untuk meredakan marah antara lain :
1. Islam : istigfar, berwudhu, sholat
2. Kristen : Doa Bapa Kami
3. Katholik : Doa Bapak Kami, Doa Novena
4. Hindu dan Budha : Meditasi, Yoga
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
* Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang asertif, dan
kegiatan ibadah secara teratur.
* Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
* Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat teratur.
* Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara teratur di ruangan (buat
jadwal).
E. PENGORGANISASIAN SESI 5 TAK PK
: Ahmad Laeli
: Sri Fitriyani
Pasien :
2. Metode
d. Dinamika kelompok
f. Bermain peran/simulasi
Tujuan :
Metode :
1. Dinamika kelompok
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 4.
b. menyiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
* Salam dari terapis kepada klien
* Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
* Menanyakan perasaan klien saat ini.
* Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
* Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
* Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan
* Menjelaskan aturan main berikut:
- Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mangikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan tiap
klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis
obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian perilaku
kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
3. Tahap terminasi
a. Evaluasi
* Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
* Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dipelajari.
* Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
* Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif kegiatan
ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku kekerasan.
* Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan perilaku
kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda (√) jika klien mampu dan tanda (-) jika klien tidak
mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh :
klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan
keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat dan akibat tidak
minum obat. Anjurkan klien mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.
F. ANTISIPASI
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam kegiatan
a. Memanggil klien
b. Member kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
2. Bila klien meninggalkan tempat tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alas an meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditunjukan kepada klien yang telah dipilih
b. Katakana pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti oleh klien
tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak member pesan
kegiatan ini.
G. RENCENA EVALUASI
a. Evalusai Struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup, dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2. Klien dan terapi duduk bersama membentuk lingkaran.
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
5. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
b. Evaluasi proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
2. Leader mampu memimpin acara
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotiivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok.
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakkukan sampai akhir.
c. Evaluasi hasil
Diharapkan 80% dari kelompok mampu:
1. Memperkenalkan diri
2. Membicarakan perilaku kekerasan yang sedang dialami
3. Membicarakan cara-cara menanggulangi perilaku kekerasan yang dialami
4. Bekerjasama dengan perawat selama berinteraksi
5. Mengevaluasi kemampuan menanggulangi perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna; Pawirowiyono, Akemat;. (2013). Keperawatan jiwa (Terapi Aktivitas
Kelompok) (2 ed). Jakarta: BUKU KEDOKTERAN.
http://ariokeputra.blogspot.com/2013/11/proposal-tak-stim-ulasi-persepsi-rpk.html?m=1
https://www.slideshare.net/mobile/lukmanurhayadi/proposal-terapi-aktivitas-kelompok-
pk