B. Etiologi
Menurut Stearen (Nasir, Abdul & Abdul M, 2011) kemarahan adalah
kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit
hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan
yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang
tidak terpenuhi. Penyebabnya antara lain :
1. Frustasi : sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa
frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan
sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani
bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise : Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
C. Rentang respon
D. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
a. Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada
sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial
perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka
individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian,
perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat
impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan
pusat agresif.
b. Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
c. Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d. Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga
diri.
b. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi
ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.
Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru
pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya
ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang
mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung
untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara
umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak
kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan
keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk
yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk
perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan
kekerasan dalam hidup individu.
E. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap
G. Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri, Lingkungan dan orang lain
Perilaku Kekerasan
J. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
menenangkan hiperaktivitas.
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila
mengarah pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL), Pendidikan kesehatan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah
sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan didapatkan dari observasi dan wawancara.
1. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat
tinggal klien
2. Keluhan utama
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
3. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
a. Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah sakit?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah
ini?
c. Bagaimana hasilnya?
4. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data
signifikan tentang:
a. Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan yang baru
dialami
c. Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
d. Riwayat pengobatan
e. Penyalahgunaan obat dan alkohol
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
5. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat. Sering pula tampak klien memaksakan kehendak seperti :
merampas makanan, memukul jika tidak senang.
6. Wawancara : diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang dirasakan klien.
B. Analisa Data
DATA Masalah Keperawatan
DS: Klien mengatakan benci atau Perilaku Kekerasan
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan keras,
pandangan tajam
DS : Klien mengatakan benci atau Risiko tinggi mencederai orang lain
kesal pada seseorang. Klien suka
membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan keras,
pandangan tajam
DS: klien merasa tidak berguna, Gangguan konsep diri: harga diri
rendah
merasa kosong
DO: kehilangan minat melakukan
aktivitas
C. Pohon Masalah
Resiko mencederai orang lain/lingkungan
Perilaku kekerasan
D. Diagnosa ke perawatan :
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Risiko tinggi mencederai orang lain
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
E. Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Resiko Setelah dilakukan SP Pasien
perilaku tindakan keperawatan SP 1 :
kekerasan selama …..x..... jam, Identifikasi penyebab, tanda
pasien dapat mengontrol dan gejala, perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
dengan kriteria hasil : perilaku kekerasan.
Mengidentifikasi Jelaskan cara mengontrol PK:
penyebab, tanda dan fisik, obat, verbal, spiritual.
gejala, perilaku kekerasan Latih cara mengontrol PK
yang dilakukan akibat secara fisik : tarik nafas
perilaku kekerasan dalam, pukul bantal dan kasur
Mengontrol Masukkan pada jadwal
perilakukekerasan secara kegiatan untuk latihan fisik.
fisik : tarik nafas dalam,
pukul bantal dan kasur SP 2 :
Mengontrl perilaku Evaluasi kegiatan latihan
kekerasan dengan obat fisik, beri pujian
Mengontrol perilaku Latih cara mengontrol PK
kekerasan secara verbal dengan obat (jelaskan 6 benar:
(3 cara: mengungkapkan, jenis, guna, dosis, frekuensi,
meminta dan menoak cara, kontinuitas minum obat)
dengan benar) Masukkan pada jadwal
Mengontrol perilaku kegiatan untuk melatih fisik
kekerasan dengan dan minum obat.
spiritual SP 3 :
Evaluasi kegiatan latihan fisik
dan minum, berikan pujian
Latih cara mengontrol PK
secara verbal (tiga cara :
mengungkapkan, meminta
dan menolak dengan benar)
Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat dan verbal.
SP 4 :
Evaluasi kegiatan latihan
fisik, obat dan verbal
Latihan cara mengontrol PK
dengan spiritual
Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat, verbal dan
spiritual
SP Keluarga
SP 1 :
Diskusikan masalah yang
dirasakan dalam merawat
pasien
Jelaskan pengertian, tanda dan
gejala, dan proses terjadinya
perilaku kekerasan
Jelaskan cara merawat
perilaku kekerasan
Latih satu cara merawat
perilaku kekerasan dengan
melakukan kegiatan fisik :
tarik nafas dalam, pukul
bantal dan kasur.
Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian
SP 2 :
Evaluasi kegiatan keluarga
dalam, merawat atau melatih
pasien secar fisik, beri pujian.
Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
Latih cara memberikan atau
membingbing minum obat
Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan member
pujian
SP 3 :
Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat atau melatih
pasien fisik dan memberikan
memberikan obat, beri pujian
Latih cara membimbing cara
bicara yang baik
Latih cara membimbing
kegiatan spiritual
Jelaskan follow up ke RSJ
atau PKM, tanda kambuh,
rujukan.
Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian.
DAFTAR PUSTAKA