Anda di halaman 1dari 9

Definisi Risiko perilaku kekerasan adalah suatu perilaku yang memperlihatkan

individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau seksual kepada
orang lain (Herdman, 2012). Perilaku kekerasan adalah suatu tingkah laku seorang
individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak terkontrol.

Rentang Respon
Perilaku kekerasan merupakan respon kemarahan.Respon kemrahan dapat
berfluktuasi dalam rentang adaptif sampai maladaptive (keliat & Sinaga, 1991). Beikut
adalah gambaran rentang respon ekpresi marah menurut Stuart and Sundeen (1995),
sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Pasif Frustasi Agresi Amuk

Keterangan :

1. Asertif
Merupakan suatu perilaku yang menyampaikan suatu perasaan diri dengan
pasti dan merupakan komunikasi untuk menghormati orang lain. Individu yang
asertif berbicara dengan jujur dan jelas.Pada saat berbicara kontak mata langsung
tapi tidak mengganggu, intonasi suara dalam berbicara tidak mengancam. Individu
yang asertif dapat menolak permintaan yang tidak beralasan dan meyampaikan
rasionalnya kepada oang laindan sebaliknyaindividu juga dapat menerima dan tidak
merasa bersalah bila permintaannya di tolak orag lain (Stuart & Lauria 2005) .
2. Pasif
Merupakan sikap seorang individuyang sering menyampaikan haknya dari
persepsinya terhadap hak orang lain. Ketika seseorang yang pasif marah maka
tindakan dia akan berusaha menutupi kemarahannya sehingga meningkatkan
tekanan pada dirinya. Pola interaksi seperti ini dapat menyebabkan gangguan
perkembangan (Stuart & Lauria 2005)
3. Frustasi
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan dan apa
yang diinginkan (Stuart & Sundeen 2005). Frustasi akan bertambah berat apabila
keinginan yang tidak tercapai memiliki nilai yang tinggi dalam kehidupan (Rawlin,
William & Beck, 1993)
4. Agresif
Individu yang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu merasa
bahwa harus bersaing untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Seseorang yang
agresif di dalam hidupnya selalu mengarah pada kekerasan fisik dan verbal.Perilaku
agresif pada dasarnya disebabkan karena menutupi kurangnya rasa percaya diri
(Bushman& BAumeister, 1998 da Stuart & Laraia, 2005).
5. Amuk (Perilaku Kekerasan)
Amuk atau perilaku kkerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang
kuat yang disertai kehilangan control diri sehingga individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat & Sinaga, 1991). Menurut Stuart dan LAraia
(2009) perilaku kekerasan berfluktuasi dari tingkat rendah ke yang tinggi disebut
dengan hiraki perilaku agresif dan kekerasan, sebagai berikut :

Tinggi
Melukai dalam tingkat serius dan bebahaya
Melukai dalam tingkat yang tidak berbahaya

Mengucapkan kata-kata ancaman dengan


rencana melukai

Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan

Mengucapkan kata-kata ancaman tanpa


melukai

Mendekati orang lain dengan ancaman

Bicara keras dan menuntut

Memperlihatkan permusuhan pada tingkat


rendah

Rendah
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa perilaku kekerasan
mempunyai tingkatan berdasarkan perilaku kekerasan mempunyai tingkatan
berdasarkan perilakunya mulai dari yang terendah yaitu memperlihatkan
permusuhan pada tingkatan trtinggi yaitu melukai dan tingkat serius dan
membahayakan.

Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh
Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008), sebagai berikut :
a. Teori Biologis
Teori biologis terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku (Purba dkk, 2008):
1) Neurobiologik
Terdapat tiga area pada otak yang berpengaruh terhadap proses
impulsagresif yaitu sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitterjuga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau
menghambat prosesimpuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi,perilaku, dan memori. Apabila terdapat gangguan pada
systemmaka akanmeningkatkan ataumenurunkan potensial perilaku
kekerasan. Adanyagangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu
membuatkeputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan
agresif.Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai
implikasimemfasilitasi dan menghambat impuls agresif.Sistem limbik
terlambatdalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif.Pusat otak atas
secarakonstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biologi
Berbagai neurotransmitter seperti epinephrine,
norepinefrine,dopamine,asetikolin, dan serotonin mempunyai peranan
penting dalam memfasilitasi ataumenghambat impuls agresif.
3) Genetik
4) Gangguan Otak
Kondisi sindroma otak organik terbukti merupakan sebagai faktor
predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya
yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal, seperti terjadinya
trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral dan penyakit seperti
ensefalitis, dan epilepsy. Pada lobus temporal,terbukti bahwa berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
5) Riwayat pengguna NAPZA
b. Teori Psikologis
1. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat suatu konsep diri yang rendah.Agresi
dan tindak kekerasan memberikan kekuatan yang dapat meningkatkan citra
diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2. Teori Pembelajaran
Seorang anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran
seseorang, dimana biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran
tersebut ditiru karena dipersepsikan atau sangat berpengaruh, atau jika
perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif.Anak memiliki persepsi
ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun,
dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku
guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-
kanak atau seorang mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka
dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa atau pada masa perkembangan seorang individu tersebut.
c. Teori Sosiokultural
Pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku agresif sangat
memilki pengaruh. Seperti terdapatada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu
menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi
secara konstruktif.Penduduk yang ramai dan lingkungan yang ribut dapat
berisiko untuk perilaku kekerasan.Adanya keterbatasan sosial dapat
menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
2) Faktor Presipitasi
Beberapa faktor-faktor yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan yang
saling berkaitan, diantaranya (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
g. Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan
oranglain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusan,ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab
perilakukekerasan. Dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan
yangmengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan
dan kekerasanmerupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang
provokatif dankonflikdapat juga menimbulkan perilaku kekerasan.
Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999), terdapat beberapa tanda dan gejala dari perilaku kekerasan,
sebagai berikut:
1. Tanda dan Gejala Fisik
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
f. Memukul jika tidak senang
2. Tanda dan Gejala Emosional
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (misal, rambut botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhaap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya)
3. Tanda dan Gejala Sosial
a. Mendominasi
b. Cerewet
c. Cenderung suka meremehkan
d. Berdebat
e. Kasar
4. Tanda dan Gejala Spiritual
a. Merasa diri kuasa
b. Merasa diri benar
c. Keragu-raguan
d. Tak bermoral
e. Kreativitas terhambat

Sedangkan menurut Yosep (2009), mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:

1) Fisik
a) Tangan mengepal
b) Rahang mengatup
c) Postur tubuh kaku
d) Jalan mondar-mandir
2) Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak, atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Ketus
f) Suara keras
3) Perilaku
a) Melempar atau memukul benda atau orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri atau orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
4) Emosional
a) Tidak adekuat
b) Tidak aman dan nyaman
c) Rasa terganggu
d) Dendam dan jengkel
e) Tidak berdaya
f) Bermusuhan
g) Mengamuk
h) Ingin berkelahi
i) Menyalahkan dan menuntut
2.1 Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (

Faktor Predisposisi
Faktor Presipitasi (biologis,
(Neurobiologik, genetik, biologi,
stress lingkungan, sumber
gangguan otak, riwayat
koping)
pengguna NAPZA)

Stress
Kerusakan histologi otak,
gangguan fungsi otak

Cemas
Gangguan neurotrasmitter,
Ketidakseimbangan
Marah
dopamine

Gangguan fungsi Merasa kuat, Merasa tidak


mental menentang adekuat

Masalah tidak Melarikan diri


Gangguan proses pikir, motorik,
selesai
persepsi, sensorik, dan kognitif
Marah pada orang
Masalah tidak
(Beck, dkk 1986 dikutip oleh Keliat, 1994) Risiko MarahDepresi
berkepanjangan
mencederai psikosomatik
orang lain Agresif mengamuk
Isolasi
Perubahansosial, menarik
Kerusakanpersepsi diri
: dengar Risiko perilaku
komunikasi kekerasan
Marah Muncul rasa
pad diri sendiri bermusuhanlain
terungkap
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K, R. & Lestari, W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Jiwa. Penerbit: Trans Media,Jakarta.

Hamid, Achir Yani. 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan Jiwa
Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. Depkes RI

Keliata.B.A. dkk. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, Budi, et al. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course).
Jakarta : EGC

Kusumawati, F & Hartono, Y. 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Rawlins & Beck, C.K. (1993). Mental Health Psychitric Nursing 3rd Ed. St. Louis : Mosby Year

Stuart, G.W &Laraia, M.T. (2005).Principles and Practice of psychiatric nursing.(7th edition). St
Louis : Mosby

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan JIwa. Jakarta. EGC

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung. PT Refika Aditama

Herdman, PhD, RN, FNI and Shigemi Kamitsuru PhD, RN, FNI. (2015). Nanda International
Inc. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications 2015-2017. Tenth Edition. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dochterman, Joanne McCloskey et all. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC).Fifth
edition. Mosby, Inc: Esevier Inc.
Moorhead, Sue, PhD, RN (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth edition.
Mosby, Inc: Esevier Inc.

Anda mungkin juga menyukai