Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun Oleh :

Melani nur hidayati

(1901110583)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk
melukai dirinyadan seseorang secara fisik, verbal, maupun psikologis
(Malfasari et al. 2020). Perilakukekerasan ini dapat dilakukan secara verbal
untuk mencederai diri sendiri, orang lain, danlingkungannya, disertai dengan amuk
dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Dermawan2018).
Marah merupakan emosi yang memilikiciri-ciri aktivitas sistem saraf
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yangsangat kuat. Pada saat
marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan ataumelempar
sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka
akanterjadi perilaku agresif (Siauta, Tuasikal & Embuai 2020).
Risiko perilaku kekerasan juga merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut
terjadi dikarenakan adanya faktor pencetus gangguan jiwa atau skizofrenia. Saat ini
diperkirakan sekitar 26 juta orang di dunia akan mengalami skizofrenia (Suryenti
2017).

B. Rentang respon
Perilaku kekerasan merupakan respon kemarahan. Respon kemarahan dapat
berfluktuasi dalam rentang adaptif sampai maladaptive(keliat & Sinaga, 1991).
Rentang Respon Ekpresi marah menurut Stuart andSundeen (1995).
a. Asertif
Perilaku asertif adalah menyampaikan suatu perasaan diri dengan pastidan
merupakan komunikasi untuk menghormati orang lain. Individu yang asertif
berbicara dengan jujur dan jelas. Meraka dapat melihat normaindividu lainnya
dengan tepat sesuai dengan situasi. Pada saatberbicara kontak mata langsung
tapi tidak mengganggu, intonasi suaradalam berbicara tidak mengancam.
Individu yang asertif dapat menolakpermintaan yang tidak beralasan dan
meyampaikan rasionalnya kepadaoang laindan sebaliknya individu juga dapat
menerima dan tidak merasabersalah bila permintaannya di tolak orag lain
(Stuart & Lauria 2005).
b. Pasif
Individu yang pasif sering menyampaikan haknya dari persepsinyaterhadap
hak orang lain. Ketika seseorang yang pasif marah maka diaakan berusaha
menutupi kemarahannya sehingga meningkatkantekanan pada dirinya. Pola
interaksi seperti ini dapat menyebabkangangguan perkembangan (Stuart &
Lauria 2005).
c. Frustasi
Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan (Stuart&
Sundeen 2005). Frustasi adalah kegagalan individe dalam mencapaitujuan
yang diinginkan. Frustasi akan bertambah berat jika keinginanyang tidak
tercapai memiliki nilai yang tinggi dalam kehidupan (Rawlin,William & Beck,
1993).
d. Agresif
Individu yang agresif tidak menghargai hak orang lain. Individu merasaharus
bersing untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Seseorangyang agresif di
dalam hidupnya selalu mengarah pada kekrasan fisikdan verbal. Perilaku
agresif pada dasarnya disebabkan karena menutupikurangnya rasa percaya diri
(Bushman& BAumeister, 1998 da Stuart &Laraia, 2005). Agresif adalah
perilaku mengancam dan memusuhi oraglain dan atau lingkungan (Rawlins et
al.,1993).
e. Amuk (Perilaku Kekerasan)
Amuk atau perilaku kkerasan adalah perasaan marah dan bermusuhanyang
kuat yang disertai kehilangan control diri sehingga individu dapatmerusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat & Sinaga, 1991).Menurut Stuart dan
LAraia (2009) perilaku kekerasan berfluktuasidari tingkat rendah ke tinggi
yaitu yang disebut dengan hiraki perilaku agresifdan kekerasan.

C. Penyebab
a. Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasanmenurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural
yangdijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1) Teori BiologikTeori biologik terdiri dari beberapa pandangan yangberpengaruh
terhadap perilaku:
a) Neurobiologik Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadapproses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal danhypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranandalam memfasilitasi atau menghambat proses
impulsagresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,perilaku,
dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem inimaka akan meningkatkan
atau menurunkan potensialperilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus
frontalmaka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakanpada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragamkomponen dari sistem
neurologis mempunyai implikasimemfasilitasi dan menghambat impuls
agresif. Sistem limbikterlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
agresif.Pusat otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusatagresif.
b) BiokimiaBerbagai neurotransmitter (epinephrine,norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangatberperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impulsagresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight atau flight
yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsungantara perilaku agresif
dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktorpredisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan. Tumorotak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan
lobustemporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahanserebral; dan
penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,khususnya lobus temporal, terbukti
berpengaruh terhadapperilaku agresif dan tindak kekerasan.

2. Teori Psikologik

a) Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhanuntuk mendapatkan


kepuasan dan rasa aman dapatmengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuatkonsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasanmemberikan kekuatan dan
prestise yang dapatmeningkatkan citra diri dan memberikan arti dalamkehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasanmerupaka pengungkapan secara terbuka
terhadap rasaketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
b) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contohperan mereka, biasanya


orang tua mereka sendiri. Contohperan tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai
prestiseatau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti denganpujian yang positif.
Anak memiliki persepsi ideal tentangorang tua mereka selama tahap perkembangan
awal.Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, merekamulai meniru pola
perilaku guru, teman, dan orang lain.Individu yang dianiaya ketika masih kanak-
kanak ataumempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak merekadengan hukuman
fisik akan cenderung untuk berperilakukekerasan setelah dewasa.

3) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budayadan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompoksosial yang secara umum menerima perilaku
kekerasansebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh
pada perilaku tindak kekerasan, apabilaindividu menyadari bahwa kebutuhan dan
keinginan merekatidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yangramai/padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untukperilaku kekerasan. Adanya keterbatasan
sosial dapatmenimbulkan kekerasan dalam hidup individu

b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kaliberkaitan dengan
(Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbolsolidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, gengsekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosialekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga sertatidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderungmelalukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya danketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obatdan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saatmenghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahapperkembangan keluarga.
D. Tanda dan gejala

Menurut Keliat (1999), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, sebagaiberikut:

a. Tanda dan Gejala Fisik


1. Muka merah.
2. Pandangan tajam.
3. Otot tegang.
4. Nada suara tinggi.
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak.
6. Memukul jika tidak senang
b. Tanda dan Gejala Emosional
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dantindakan terhadap
penyakit (misal, rambut botak karena terapi).
2. Rasa bersalah terhaap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan dirisendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertaiharapan yang
suram, mungkin klien akan mengakhirikehidupannya)
c. Tanda dan Gejala Sosial
1. Mendominasi
2. Cerewet
3. Cenderung suka meremehkan
4. Berdebat
5. Kasar.
d. Tanda dan Gejala Spiritual
1. Merasa diri kuasa
2. Merasa diri benar
3. Keragu-raguan
4. Tak bermoral
5. Kreativitas terhambat

Sedangkan menurut Yosep (2009), mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1. Tangan mengepal
2. Rahang mengatup
3. Postur tubuh kaku
4. Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1. Bicara kasar
2. Suara tinggi, membentak, atau berteriak
3. Mengancam secara verbal atau fisik
4. Mengumpat dengan kata-kata kotor
5. Ketus
6. Suara keras
c. Perilaku
1. Melempar atau memukul benda atau orang lain
2. Menyerang orang lain
3. Melukai diri sendiri atau orang lain
4. Merusak lingkungan
5. Amuk/agresif
d. Emosional
1. Tidak adekuat.
2. Tidak aman dan nyaman.
3. Rasa terganggu.
4. Dendam dan jengkel.
5. Tidak berdaya.
6. Bermusuhan.
7. Mengamuk.
8. Ingin berkelahi.
9. Menyalahkan dan menuntut
E. Pohon Masalah
Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan (RPK)

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi Sosial: menarik diri

Harga Diri Rendah Kronis

Inefektif koping keluarga/individu

F. Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping
klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan koping yang
konstruktif dalam mengekpresikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial
dan reaksi formasi.

Perilaku yang berkaitan dengan risiko perilaku kekerasan antara lain:

a. Menyerang atau menghindar


Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah marah, pupil melebar,mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik
gaster menurun,kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh menjadi
kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku asertif adalah cara yang terbaik,
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara
fisik maupun psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat
mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang lain.

G. Penatalaksanaan

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

1. Medis

1) Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial.


2) Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
3) Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan
4) menenangkan hiperaktivitas.
5) ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.

2. Penatalaksanaan keperawatan

1) Psikoterapeutik.
2) Lingkungan terapieutik.
3) Kegiatan hidup sehari-hari (ADL).
4) Pendidikan kesehatan.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. IdentitasNama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal
pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masalalu
dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan
jiwa (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala,pengobatan dan
perawatan.
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak,dihina, dianiaya,
penolakan dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar
dan ketus).

5. Psikososial

a. Genogram

Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan


hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupu keluarg apa dasaat
pengkajian.

b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas
dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik
disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat
tinggal
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan
dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat
penolakan atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek
dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan
keluarga.
1. Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas
yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau
masyarakat dan biasanya klien tidak mampu
melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa tidak
berguna.
2. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap
tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah,
tempat kerja dan masyarakat.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
b. Kegiatan ibadah
c. Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a. Penampilan.
b. Biasanya penampilan klien kotor.
c. Pembicaraan.
d. Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
e. Aktivitas motoric
f. Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasanakan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubahubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
g. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
h. Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
i. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan
bicara dan mudah tersinggung.
j. Persepsi Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas.
k. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
l. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan
sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
o. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c. Mandi
d. Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor,
dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
e. Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien
tidak mengenakan alas kaki
f. Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
g. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
h. Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
i. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya
tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya,dan merusak alat-alat
rumah tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan Biasanya klien merasa ditolak dan
mengalami masalah interaksi dengan lingkungan
12. Pengetahuan Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang
pengetahuan tentang penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat
dariputus obat dan fungsi Dari obat yang diminumnya.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial.

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik
D. Implementasi
Beberapa prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya

E. Evaluasi
1. S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada
pasien.
3. A : Assegment
Masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat
perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam
data subjektif dan objektif
4. P : Planning
Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E., Suliswati., Rochimah., Suryati, K, R. & Lestari, W. 2009.


AsuhanKeperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Penerbit:
TransMedia,Jakarta.
Hamid, Achir Yani. 2000.Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1.Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. DepkesRI
Keliata.B.A. dkk. 1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC
Keliat, Budi,et al . 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(basiccourse). Jakarta : EGC
Kusumawati, F & Hartono, Y. 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba
Medika
Rawlins & Beck, C.K. (1993).Mental Health Psychitric Nursing 3
rd Ed. St.Louis :Mosby Year

Anda mungkin juga menyukai