Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH :
Nurul Husna
P07120115068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN JIWA DENGAN
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Resiko perilaku kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri, maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk
dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Fitria, 2009).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat
membahayakan orang lain, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan
atau seksualitas (Nanda, 2005).
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan
seseorang stress berat, membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol
kesadaran diri, misalkan: memaki-maki orang disekitarnya, membanting-
banting barang, menciderai diri dan orang lain, bahkan membakar rumah.
Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah.
Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000).
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif.
2. Tanda dan Gejala
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
3. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif PK


Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan marah
mengungkapkan mencapai tidak dapat mengekspresikan dan bermusuhan
rasa marah tanpa tujuan mengungkapkan secara fisik, tapi yang kuat dan
menyalahkan kepuasan saat perasaannya, masih terkontrol, hilang kontrol
orang lain dan marah dan tidak berdaya mendorong diserti amuk,
memberikan tidak dapat dan menyerah orang lain merusak
kelegaan menemukan dengan ancaman lingkungan
alternatifnya

4. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural
yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi
atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan
sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat
otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan
fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis,
dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan
tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri.
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru
karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika
perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki
persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan
orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.
c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang
secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

5. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap

C. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain Effect

Perilaku kekerasan Core Problem

Halusinasi Causa

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Faktor predisposisi dan presipitasi

D. DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya
jika sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif :
1) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
2) Data obyektif:
3) Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien :…………….
Ruangan :…………….
No. CM :…………….
Dx Medis :…………….

Perencanaan
No Dx Kriteria
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Evaluasi
Risiko Tujuan: 1
Klien Setelah…..×1. Bina hubungan1. Kepercayaan
Perilaku dapat mengontrol interaksi klien saling percaya dari klien
Kekerasan perilaku menunjukan dengan merupakan hal
kekerasan tanda-tanda menggunakan yang mutlak
SP 1 : Klien dapat percaya kepada prinsip serta akan
membina perawat: komunikasi memudahkan
hubungan saling Ekspresi wajah terapeutik : dalam
percaya bersahabat  Sapa klien dengan pendekatan dan
Menunjukan ramah baik tindakan
rasa senang verbal maupun keperawatan
 Ada kontak mata nonverbal yang akan
 Mau berjabat Perkenalkan nama, dilakukan
tangan mau nama panggilan kepada klien
menyebutkan dan tujuan
nama perawat
 Mau menjawab berkenalan
salam  Tanyakan nama
 Mau duduk lengkap dan
berdampingan nama penggilan
dengan perawat yang disukai
Bersedia klien
mengungkapkan Buat kontrak yang
masalah yang jelas
dihadapi  Tunjukan sikap
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
 Tunjukan sikap
empati dan
menerima apa
adanya
 Beri perhatian
kepada klien dan
masalah yang
dihadapi klien
Dengarkan
dengan penuh
perhatian
ekspresi
perasaan klien
2.
SP 2 : Klien dapat Setelah…..×2. Bantu klien2. Menentukan
mengenal interaksi klien mengungkapkan mekanis-me
penyebab menceritakan perasaan koping yang
perilaku penyebab marahnya: dimiliki klien
kekerasan yang perilaku  Motivasi klien dalam
dilakukannya kekerasan yang untuk menghadapi
dilakukannya : menceritakan masalah serta
 Menceritakan penyebab rasa sebagi langkah
penyebab kesal atau awal dalam
perasan jengkelnya menyusun
jengkel/marah  Dengarkan tanpa strategi
baik dari diri menyela atau berikutnya
sendiri maupun memberi
lingkungannya penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien

3.
SP3:Klien dapat Setelah…..×
3. Bantu klien3. Deteksi dini
mengidentifikasi interaksi klien mengungkapkan sehingga dapat
tanda-tanda menceritakan tanda-tanda mencegah
perilaku tanda-tanda saat perilaku kkerasan tindakan yang
kekerasan terjadi perilaku yang dialaminya dapat
kekerasan : : membahayakan
 Tanda Sosial : Motivasi klien klien dan
bermusuhan menceritakan lingkungan
yang dialami kondisi fisik saat sekitar
saat terjadi perilaku
perilaku kekerasan terjadi
kekerasan  Motivasi klien
 Tanda Emosional : menceritakan
perasaan marah, kondisi
jengkel, bicara emosionalnya
kasar saat terjadi
 Tanda Fisik : mata perilaku
merah, tangan kekerasan
mengepal,  Motivasi klien
ekspresi menceritakan
tegang,dll hubungan
dengan orang
lain saat terjadi
perilaku
kekerasan
SP 4 : klien dapat Setelah…..× 4. Diskusikan dengan4.Melihat
mengidentifikasi interaksi klien klien perilaku mekanisme
perilaku menjelaskan : kekerasan yang koping klien
kekerasan 
yang Jenis-jenis dilakukannya dalam
pernah dilakukan ekspresi selama ini : menyelesaikan

kemarahan yang Motivasi klien masalah yang
selama ini telah menceritakan dihadapi
dilakukannya jenis-jenis tindak
 Perasaan saat kekerasan yang
melakukan selama ini pernah
kekerasan dilakukannya
 Efektivitas cara
 Motivasi klien
yang dipakai menceritakan
dalam perasaan setelah
menyelesaikan tindakan tersebut
masalah  Diskusikan apakah
dengan tindakan
tersebut msalah
yang dialami
teratasi
SP 5 : Klien dapat5. Setelah…..×5. Diskusikan5. Membantu klien
mengidentifikasi interaksi klien dengan klien melihat
akibat perilaku menjelaskan akibat negatif dampak yang
kekerasan akibat cara yang ditimbulkan
tindakannya : dilakukan pada : akibat perilaku
 Diri sendiri Diri sendiri kekerasan yang
 Orang lain  Orang lain dilakukan klien
 Lingkungan  Lingkungan
SP 6 : Klien dapat6.Setelah…..× 6.Diskusikan dengan6.Menurunkan
mengidentifikasi interaksi klien : klien : perilaku
cara  Menjelaskan cara
konstruktif  Apakah klien mau destruktif yang
dalam yang sehat untuk mempelajari cara akan
mengungkapkan mengungkapkan baru untuk mencederai
kemarahan marah mengungkapkan klien dan
marah yang sehat lingkungan
 Jelaskan berbagai sekitar
alternatif pilihan
untuk
mengungkapkan
marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien
 Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah :
Cara fisik : nafas
dalam, pukul
bantal atau kasur,
olahraga
Verbal :
mengungkapkan
bahwa dirinya
sedang kesal
kepada orang lain
Sosial : Latihan
asertif dengan
orang lain
Spiritual :
Sembahyang/doa,
zikir,
meditasi,dlsb
SP 7 : Klien dapat7.Setelah…..× 7.1.Diskusikan cara7.1Keinginan
mendemonstrsika interaksi klien yang akan dipilih untuk marah
n cara mengontrol memperagakan dan anjurkan tidak tahu
perilaku cara mengontrol klien memilih kapan
kekerasan perilaku cara yang munculnya
kekerasan memungkinkan serta siapa
 Fisik : tarik nafas untuk yang akan
dalam, memukul mengungkapkan memicunya
bantal/kasur kemarahan 7. 2 Meningkatkan
 Verbal 7.2
: Latih klien kepercayaan
Mengungkapkan memperagakan diri klien serta
perasaan cara yang dipilih asertifitas klien
kesal/jengkel : Peragakan cara saat
pada orang lain yang dipilih marah/jengkel
tanpa menyakiti Jelaskan manfaat 3Meningkatkan
 Spiritual : Berdoa cara tersebut asertifitas klien
sesuai agama  Anjurkan klien dalam
menirukan menghadapi
peragaan yang marah
sudah dilakukan
 Beri penguatan
pada klein,
perbaiki cara
yang masih
belum sempurna
7.3 Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel
SP 8 : Klien8. Setelah…..×
8 Diskusikan
8. Keluarga adalah
mendapat interaksi pentingnya peran sistem
dukungan keluarga : serta keluarga pendukung
keluarga  Menjelaskan cara sebagai
untuk utama bagi
mengontrol merawat klien pendukung klien klien
perilaku dengan perilaku untuk mengatasi
kekerasan kekerasan perilaku
 Mengungkapkan kekerasan
rasa puas dalam
8.2 Diskusikan
merawat klien potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku
kekerasan
8.3 Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat,
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat dilakukan
keluarga
8.4 Peragakan cara
merawat klien
8.5 Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang
8.6 Beri pujian pada
keluarga setelah
peragaan
8.7 Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatih
SP 9 : KLien9.1 Setelah…..×
9.1 Jelaskan pada
9. Mensukseskan
menggunakan inter-aksi klien klien : program
obat sesuai menje-laskan : Manfaat pengobatan
program yang  Manfaat minum minumobat
telah ditetapkan obat  Kerugian tidak
 Kerugian tidak minum obat
minum obat  Nama obat
 Nama obat  Bentuk dan warna
 Bentuk dan obat
warna obat  Dosis yang
 Dosis yang diberikan
diberikan  Waktu pemakaian
 Waktupemakaian
 Cara pemakaian
 Cara pemakaian Efek yang
Efek yang dirasakan
dirasakan 9.2 Anjurkan klien :
9.2 
Setelah…..× Minta dan
inter-aksi klien menggunakan
menggu-nakan obat tepat waktu
obat 
sesuai Lapor ke
program perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
biasa
 Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan
obat
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia,


FKUI; Jakarta.

Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan


Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta.

Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku
kedokteran EGC ; Jakarta.

Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai