Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Konjungtiva merupakan selaput lendir yg menutupi kelopak mata,
melipat kembali pada bola mata, dan menutupi permukaan depan bola mata.
Pada konjungtiva manusia terdapat pembuluh - pembuluh darah halus yang
diterdiri dari pembuluh darah kapiler yang berfungsi sebagai pemberi nutrisi dan
oksigen bagi sel - sel di mata. Gangguan yang terjadi di konjungtiva sangatlah
banyak misalnya katarak.

Katarak merupakan penyakit mata dicirikan dengan adanya kabut


pada lensa mata. Lensa mata normal transparan dan mengandung banyak air,
sehingga cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Walaupun sel - sel
baru pada lensa akan selalu terbentuk, banyak faktor yang dapat menyebabkan
daerah di dalam lensa menjadi buram, keras, dan pejal.

Begitu besarnya resiko untuk penderita katarak dalam hal ini


mengupayakan pencegahan dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan
yang sehat dan menghindari pemakaian bahan - bahan kimia yang dapat
merusak dan mengakibatkan kebutaan serta terhindar dari berbagai jenis
penyakit dalam stadium yang lebih berat karena akan persulit dalam upaya
penyembuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari konjungtiva dan katarak?
1.2.2 Apakah etiologi dari konjungtiva dan katarak ?
1.2.3 Apakah epidemiologi dari konjungtiva dan katarak ?
1.2.4 Apakah pathophysiolgy dari katarak ?
1.2.5 Apakah komplikasi dari konjungtiva dan katarak ?
1.2.6 Bagaimana klasifikasi dari konjungtiva dan katarak ?
1.2.7 Bagaimana faktor resiko yang terjadinya pada konjungtiva dan katarak?
1.2.8 Apakah manifestasi klinis dari konjungtiva dan katarak ?
1.2.9 Bagaimana pemeriksaan fisik dan diagnosis pada konjungtiva dan
katarak ?
1.2.10 Bagaimana penatalaksanaan medis dari konjungtiva dan katarak ?
1.2.11 Bagaimana prognosis dari konjungtiva dan katarak ?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mendiskusikan definisi dari tiap gangguan pada konjungtiva
dan katarak
1.3.2 Mahasiswa mendiskusikan etiologi dari gangguan pada konjungtiva dan
katarak
1.3.3 Mahasiswa mendiskusikan epidemiologi dari gangguan konjungtiva dan
katarak
1.3.4 Mahasiswa mendiskusikan pathophysiolgy dari tiap gangguan pada
katarak
1.3.5 Mahasiswa mendiskusikan komplikasi dari gangguan pada konjungtiva
dan katarak
1.3.6 Mahasiswa mendiskusikan klasifikasi terjadinya gangguan pada
konjungtiva dan katarak
1.3.7 Mahasiswa mendiskusikan faktor resiko terjadinya gangguan pada cidera
kepala konjungtiva dan katarak
1.3.8 Mahasiswa mendiskusikan manifestasi klinis dari gangguan pada
konjungtiva dan katarak
1.3.9 Mahasiswa mendiskusikan pemeriksaan fisik dan diagnostik gangguan
pada konjungtiva dan katarak
1.3.10 Mahasiswa mendiskusikan penatalaksanaan medis dari gangguan pada
konjungtiva dan katarak
1.3.11 Mahasiswa mendiskusikan prognosis dari gangguan pada konjungtiva
dan katarak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari Konjungtiva dan Katarak

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva, umumnya


ditandai dengan iritasi, gatal, sensasi benda asing, dan merobek atau debit.
Konjungtivitis dari bakteri biasanya dapat dibedakan dari jenis lain konjungtivitis
dengan adanya mukopurulen debit kuning-putih. Biasanya papiler benjolan
reaksi yang kecil dengan core fibrovascular pada konjungtiva palpebral, muncul
terlalu sebagai beludru halus permukaan juga terlihat dan biasanya bersifat

2
unilateral, sebagai lawan konjungtivitis virus yang sering dimulai pada 1 mata
dan menyebar ke yang lain. Hal ini yang mengakibatkan penyakit katarak.

Katarak merupakan kekeruhan, atau mengaburkan, lensa mata,


menyebabkan penurunan kejelasan dan kecerahan visi, yang dapat mengurangi
kualitas hidup. Kondisi ini adalah penyebab paling umum kebutaan yang dapat
diobati di dunia (James et al 2007) sedangakan kekeruhan lensa, menyebabkan
gambar orang melihat untuk muncul terdistorsi atau seolah-olah dilihat melalui
kaca buram (MarieB 2008).

2.2 Etiologi dari Konjungtiva dan Katarak


2.2.1 Etiologi Konjungtiva
Konjungtivitis dapat menular ( yang disebabkan oleh bakteri atau virus)
atau alergi.
Pada orang dewasa, konjungtivitis bakteri kurang umum daripada
konjungtivitis virus, meskipun perkiraan bervariasi ( konjungtivitis virus
telah dilaporkan untuk memperhitungkan 8% sampai 75% dari kasus
konjungtivitis akut) 0,1-3 spesies Staphylococcus yang patogen bakteri yang
paling umum, diikuti oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae.
Pada anak-anak, konjungtivitis bakteri lebih umum daripada virus dan
terutama disebabkan oleh H influenzae, S pneumoniae, dan Moraxella
catarrhalis.

2.2.2 Etiologi katarak :


Katarak dapat terbentuk pada usia berapa pun;
o Mungkin akibat penyakit sistemik, seperti diabetes, obat
sistemik,steroid, trauma mata atau benda asing, paparan berlebih
terhadap radiasi (X-ray atau ultraviolet);
o Mereka juga dapat hadir pada saat lahir;
o Namun, sejauh ini penyebab paling umum dari Jenis kekeruhan
adalah usia tua (Khaw et al 2004). Menurut Organisasi Kesehatan
Dunia / WHO (2008) statistik, katarak terkait usia bertanggung
jawab atas 48% kasus kebutaan di seluruh dunia (sekitar 18 juta
orang);
o Gizi buruk tampaknya meningkatkan risiko katarak: 45%;
o Vegetarian menyumbang proporsi yang lebih rendah dari pada non-
vegetarian, Differences- diet termasuk asupan lebih tinggi dari

3
makanan yang mengandung antioksidan dan beta-karoten oleh
vegetarian - yang dapat menunda atau kekeruhan lensa
penangkapan dapat menjelaskan prevalensi lebih rendah dari
vegetarian dalam populasi penelitian kedua asupan alkohol dan
merokok.
2.3 Epidemiologi dari Konjungtiva dan Katarak
2.3.1 Epidemologi Katarak
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia / WHO (2008) statistik, katarak
terkait usia bertanggung jawab atas 48% kasus kebutaan di seluruh dunia
(sekitar 18 juta orang).
Katarak merupakan masalah kesehatan yang penting yang bertanggung
jawab untuk sekitar 30 sampai 50 juta kasus kebutaan di seluruh dunia.
Katarak meningkat dengan usia, mengurangi ketajaman visual (VA) dan
merupakan penyebab utama kecacatan pada orang tua. Dengan lebih dari 24
juta dari 77.700.000 orang Amerika dalam generasi ini di atas usia 50 Th,
banyak yang akan beralih ke dokter mata mereka sebagai katarak dan masalah
mata lainnya mulai membatasi kemampuan mereka untuk mengemudi,
membaca koran, atau melihat bola golf. Dari 40.000 kasus, 55% adalah laki-
laki dan 45% adalah perempuan. Pasien berkisar dari usia 40-89 tahun. Data
distribusi usia menunjukkan pasien berusia 60-69 tahun menyumbang 30%
dari populasi penelitian; 42,5% lebih muda, dan 27,5% berusia 70 tahun atau
lebih.
Penelitian lain juga menunjukkan laki-laki yang terkena lebih dari perempuan,
dan mungkin estrogen yang merupakan faktor melindungi perempuan dari
pembentukan katarak.

2.4 Pathophysiolgy dari Katarak


Ada dua akibat : Usia (Penuaan), dan Penyakit Sistemik (DM)
1) Usia (Penuaan)
a) Daya akomodasi lensa terganggu

Pupil konstriksi

Sinar tidak tertampung banyak pada sian hari

Blurres Vision

Pandangan kurang jelas pada malam hari

4
b) Lensa secara bertahap kehilangan air

Metabolit larut dalam air dg BM rendah
masuk ke sel pada nukleus lensa

Lensa menjadi cembung akibat iris terdorong ke depan

Sudut bilik mata depan sempit

TIO meningkat

Komplikasi glaukoma

Resiko cedera dan infeksi

c) Korteks memproduksi serat lensa baru



Serat lensa ditekan menuju sentral

Distensi lensa

Hilangnya transparansi lensa

Keluhan lensa
1. Sinar terpantul kembali

Bayangan tidak sampai ke retina

Pandangan kurang jelas pada malam hari

2. Blocking

Sinar yang masuk kornea

Bayangan semua yang sampai masuk ke retina

Otak memperesentasikan bayangan berkabut

Pandangan kabur

Gangguan sensori perceptual

ketakutan

2) Penyakit Sistemik (DM)


a) Kadar Glukosa me

Serbital menetap ke dalam lensa

5

Koretek lensa kurang terhidrasi dari pada nukleus lensa

Mata buram seperti kaca susu

b) Ketidakseimbangan metabolisme protein mata



Protein dalam serabut serabut lensa di bawah
kapsul mengalami deturasi

Protein lensa berkoagulasi

1. Membentuk daerah keruh menggantikan
serabut-serabut protein

Mata berair

2. Protein lensa teratur disertai dg influx air ke lensa



Serabut lensa yang tegang menjadi patah

Transmisi sinar terganggu

Menghambat jalan
Cahaya ke retina

Pandangan berkabut

2.5 Komplikasi Konjungtiva dan Katarak


2.5.1 Komplikasi dari konjungtiva

Komplikasi yang sering timbul biasanya adalah:


Ulkus kornea dan menurut beberapa ahli komplikasi ini lebih cepat
timbul pada orang dewasa dari pada bayi (pada bayi komplikasi ulkus kornea
timbul sesudah minggu pertama) ulkus kornea dapat mengalami perforasi
dengan berakibat timbulnya endoftalmitis yang berakhir dengan kebutaan.
Oleh karena itu setiap penderita konjungtuvitis gonoreika perlu sekali untuk
diperiksa keadaan korneanya. Berhubung bahaya timbulnya komplikasi yang
dapat menimbulkan kebutaan, maka setiap penderita konjungtivitis gonoreika
harus dirawat dalam kamar isolasi.
Kesulitannya ialah penderita anak dan dewasa yang sulit diisolasi,
sehingga berbahaya untuk penularan sekitanya. Pengobatan dilakukan dengan
memberikan salep mata penisilin tiap jam sesudah terlebih dahulu setiap kali

6
mata dibersihkan dari pada sekret, selain itu juga diberikan penisilin
intramuskulus. Bila kuman telah resisten terhadap penisilin, dapat dipakai
antibiotika lain seperti kloramfenikol atau tertasiklin.

2.5.2 Komplikasi dari katarak


o Hilangnya Vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi makagel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior yang
merupakan resiko terjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi
dan mengeksisi gel ( viterktomi ). Pemasangan lensa intraokuler sesegera
mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi;
o Prolaps Iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode
pascaoperasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi.
Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera
dengan pembedahan;
o Endoftalmitis. Kompilkasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarang terjadi ( kurang dari 0,3% ). Gejala mata merasah terasa nyeri,
penurunan tajam dalam penglihatan dan pengumpulan sel darah putih di
balik anterior ( hipopion ).
2.6 Klasifikasi Konjungtiva dan Katarak

2.6.1 Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita :

Katarak Kongenital ; sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat


disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan
masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai
terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1
tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang
cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat

Katarak Juvenil ; Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan.
Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak
juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik
dan penyakit lainnya.

Katarak Senil ; Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile


biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa

7
dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed.
Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu:

1. Stadium insipient

Di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa, Kekeruhan


lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur, Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu
matanya, Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan mata
ke dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman
yang normal, iris dalam posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada
lensa, Tajam penglihatan pasien belum terganggu.

2. Stadium Imatur

Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi
tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-
bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa
akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.

3. Stadium Matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa
akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan
akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini
terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

4. Stadium hipermatur

Terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni),
Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa
ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan,

8
Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal,
yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka,
Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh
sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif, Akibat bahan
lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa
uveitis.

Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga
timbul glaukoma fakolitik.

Katarak Intumesen ; Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa


degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai
pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma.

Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak Brunesen ; katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra)
terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan
miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan
biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum
memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior.

2.6.2 Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Katarak Inti ( Nuclear )

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau
bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

2. Katarak Kortikal

9
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih
mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.
Banyak pada penderita DM.

3. Katarak Subkapsular.

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar
masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka
waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada
kedua mata.

2.6.3 Klasifikasi Konjungtiva

1). Konjungtivitis Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi.

2). Konjungtivitis bakteri hiperakut


Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut
yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.

3). Konjungtivitis Viral


Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan
folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya
tertular dalam 24-48 jam.

4). Konjungtivitis Alergi


Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga
dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah

10
terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering
dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh
alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan
pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat
atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)

5). Konjungtivitis blenore,


konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ). Blenore
neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.

2.7 Faktor Resiko dapat Terjadinya pada Penyakit Konjungtiva dan Katarak
2.7.1 Resiko konjungtiva
2.7.2 Risiko katarak meningkat seiring bertambahnya usia
o Penyakit tertentu seperti diabetes
o Perilaku pribadi seperti merokok dan alkohol, obat - obatan
o Lingkungan seperti paparan sinar matahari berkepanjangan
o Kelainan metabolic
o Kongenital termasuk turanan
o Infeksi
2.8 Manifestasi Klinis dari Konjungtiva dan Katarak
2.8.1 Konjungtiva
o Konjungtiva merah dan bengkak. Pada konjungtivis infeksi atau alergi, kedua
mata biasanya terkena
o Fotofobia (aversi terhadap cahaya)
o Rabas Purulen (karakteristik konjungtivis bakterial). Infeksi dan rabas sering
dimulai di satu mata, kemudian menyebar ke mata yang lain
o Rabas encer dan jernih (karakteristik konjungtivis viral), konjungtivis viral
sering menyertai infeksi saluran napas atas
o Rasa panas dan gatal pada mata (karakteristik konjungtivis alergi)
o Konjungtivis akibat benda asing dikaitkan dengan ketidaknyamanan dan
perasaan seperti ada pasir atau kerikil halus pada mata. Biasanya pada
benda asing hanya satu mata yang terkena

2.8.2 Katarak

11
biasanya terbentuk secara perlahan dan menyebabkan gejala sampai
mereka terasa memblokir cahaya yang diakibatkan :
o mata yang keruh, kabur, berkabut tanpa rasa nyeri
o Rabun jauh progresif pada orang tua dan mungkin tidak perlu lagi kacamata
baca
o Perubahan dalam cara melihat warna karena lensa berubah warna
bertindak sebagai filter
o Masalah mengemudi di malam hari seperti silau dari lampu mendekat
o Masalah dengan silau di siang hari
o Penglihatan ganda (seperti gambar ditumpangkan)
o Perubahan mendadak dalam resep kacamata
o Pada bayi dapat mengakibatkan amblyopia ( kegagalan perkembangan
penglihatan normal.

2.9 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik pada Konjungtiva dan Katarak


2.9.1 Pemeriksaan Fisik Katarak
1. Inspeksi
Alis mata, orbita, letak mata, Kelopak mata, apartus lakrimalis, Kornea,
sclera, iris

2. Pemeriksaan Fungsi otot ekstraokuler


Refleks pupil, Ketajaman penglihatan, Lapangan penglihatan

3. Pemeriksaan funduskopik
Kornea, kamera okuli anterior, Korpus vitreus, retina

2.9.2 Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak

1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan


kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.

12
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

2.9.3 Pemeriksaan Fisik Konjungtiva


1. Posisi pasien duduk sama tinggi atau tidur terlentang dengan posisi
kepala lurus kedepan
2. Letakkan ujung ujung ibu jari tangan pemeriksa pada pelpebra
inferior kiri
3. Letakkan jari-jari lain sedemikian rupa pada kiri pasien
4. Takan dan tarik ujung ibu jari inferior
5. Evaluasi warna konjungtiva, normal ; warna konjungtiva kemerahan,
tidak normal ; warna kepucatan / ada gangguan

2.10 Penatalaksanaan Medis dari Konjungtiva dan Katarak


2.10.1 Penatalaksanaan Katarak
Meskipun ada kontroversi yang signifikan tentang apakah katarak bisa dicegah,
sejumlah studi menunjukkan nutrisi tertentu dan suplemen gizi dapat
mengurangi risiko katarak. Satu studi 10 tahun besar profesional kesehatan
wanita menemukan bahwa asupan makanan tinggi vitamin E dari makanan dan
suplemen dikaitkan dengan penurunan signifikan risiko katarak.
Penelitian lain menunjukkan vitamin antioksidan seperti vitamin C dan
makanan yang mengandung asam lemak omega-3 dapat mengurangi risiko
katarak. Langkah lain yang dapat diambil untuk mengurangi risiko katarak adalah
dengan memakai kacamata pelindung yang menghalangi 100 persen sinar UV
matahari ketika berada di luar ruangan karena sinar UV dapat menyebabkan
resiko yang berat pada penyakit katarak.
2.10.2 Penatalaksanaan Konjungtiva
o Konjungtivis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim
antibiotik, tetapi sering sembuh sekitar dua minggu walaupun tanpa
pengobatan. Karena konjungtivis bakterial sangat mudah tertular mulai
dari anggota keluarga atau orang disekitar kita
o Konjungtivis yang berhubungan dengan otitis media dapat diobati
dengan antibiotiksistemi, kompres hangat pada mata dapat
mengeluarkan rabas

13
o Konjungtivis viral biasanya diobatai dengan kompres hangat, teknik
mencuci yang baik diperlikan untuk mencegah penularan
o Konjungtivis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin
terjadi, antihistamin dapat diberikan untuk mengurangi gatal dan
inflamasi
o Konjungtivis yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda
asing, diikuti dengan penggunaan obat antibakteri

2.11 Prognosis dari Konjungtiva dan Katarak


2.11.1 Prognosis katarak
Prognosis katarak merupakan penyebab tersering kebutaan yang dapat
diobati di seluruh dunia. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai
akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan,pengaruh lainnya
seperti merokok, radiasi UV, peningkatan kadar gula darah. Sejumlah kecil
berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik dam
memiliki mekanisme fisiokimiawi yang jelas. Beberapa di antaranya bersifat
kongenital dan dapat diturunkan.
Penyakit metabolik dalam penyakit katarak merupakan yang jelas dari
beberapa penyakit inetabolik terutama penyakit metabolism karbohidrat, asam
amino, kalsium dan tembaga tertentu

2.11.2 Prognosis konjugtivia


Konjungtiva pada umumnya merupakan self limited disease artinya
dapat sembuh dengan sendirinya, tanpa pengobatan. Biasnya sembuh dalam
waktu 10-14 hari, bila di obati sembuh dalam waktu 1-3 hari. Konjungtiva bisa
terjadi penyakit karena stafilakokussering kali menjadi kronis.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva, umumnya ditandai dengan


iritasi, gatal, sensasi benda asing, dan merobek atau debit.

14
Katarak merupakan kekeruhan, atau mengaburkan, lensa mata, menyebabkan
penurunan kejelasan dan kecerahan visi, yang dapat mengurangi kualitas hidup.
Dari berbagai penyakit tersebut tentunya harus berhati hati dan bagaimana
upaya yang harus dilakukan untuk pencegahan dan penanganan setelah terkena

3.2 Saran

Alat indra mata merupakan alat yang harus dilindungi dan diperhatikan mengenai
kegiatan keseharian nya dalam melakukan aktivitas tentu , dalam hal ini semoga
makalah ini bisa berguna bagi semua pembaca yang terutama mahasiswa dalam
bidang kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan medikal bedah : buku saku untuk


Brunner dan Suddrath. Jakarta : EGC
Bruce James, Chris Chew, Anthony Bron. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi
9. Jakarta : Penerbit Erlangga
Elizabeth J. Corwin. 2009. Handbook of pathofisiology : buku saku / Elizabeth J
Corwin. Jakarta : EGC
Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. Ed ke-4. New Delhi: New Age
International. 2007; h. 54-71.
http://www.oocikes.org/infokeben/katarak.htm
http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/health-cataracts-eyes
http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/health-cataracts-eyes?page=2

15
http://www.allaboutvision.com/conditions/cataracts.htm
https://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts

16

Anda mungkin juga menyukai