AYU LUTHFIYAH
PO. 71. 20. 4. 16. 002
APA ITU ANEMIA?
Anemia atau yang disebut dengan penyakit yang diakibatkan karena kurang darah. Anemia
disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang rendah
Sel darah merah yang baru dibentuk tergantung dari hormon alami yang disebut dengan
eritropoitin (EPO) yang dibentuk dan dikeluarkan oleh organ ginjal. Seseorang yang mengalami
anemia kurang mampu membawa oksigen di dalam darah yang kemudian akan mengakibatkan
tubuh mudah merasa lelah, kesulitan bernafas, kerja dari denyut jantung yang semakin meningkat
dan wajah yang terlihat pucat, terutama ekstrimitas.
PATOFISIOLOGI
•Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
•Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
•Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
•Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).
TANDA DAN GEJALA ANEMIA PADA ANAK
1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32%
(normal: 32- 37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron
merendah, iron binding capacity meningkat.
PEMERIKSAAN 2. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
PENUNJANG a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total
naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia,
sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.
PENATALAKSANAAN
•zat besi diberikan po dalam dosis 2—3 mg/kg unsur besi. Semua
bentuk zat besi sama efektifnya (fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat).
•vitamin C harus diberikan bersama besi (vitamin C meningkatkan
absorpsi besi).
MEDIS •zat besi paling baik diserap bila diminum 1 jam sebelum makan.
terapi diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia
dikoreksi untuk mengisi kembali cadangan besi.
•zat besi yang disuntikkan jarang dipakai lagi kecuali terdapat penyakit
malabsorpsi usus halus.
•Lakukan transfusi darah jika memang diperlukan.
MASALAH
KEPERAWATAN PENCEGAHAN
PENGKAJIAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostik/transfusi.
2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman
3
oksigen ke jaringan.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
4 dengan kurang pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya
dengan besi.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
5
dengan ketidakadekuatan masukan besi.
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
6
konsentrasi hemoglobin dalam darah.
INTERVENSI
Tujuan:
1. pasien (keluarga) mendapatkan pengetahuan tentang gangguan, tes diagnostik dan
pengobatan.
2. Pasien mengalami stress emosional minimal.
3. Pasien menerima elemen darah yang tepat.
Intervensi :
a) siapkan anak untuk tes.
R/: untuk menghilangkan ansietas/rasa takut.
b) tetap bersama anak selama tes dan memulai transfusi
R/: untuk memberikan dukungan dan observasi pada kemungkinan komplikasi.
c) dorong orang tua untuk tetap bersama anak.
R/: untuk meminimalkan stress karena perpisahan.
d) berikan tindakan kenyamanan (mis., dot, menimang, musik).
R/: untuk meminimalkan stress.
e) dorong anak untuk mengekspresikan perasaan.
R/: untuk meminimalkan ansietas/rasa takut.
f) berikan darah, sel darah, trombosit sesuai ketentuan.
R/: agar tidak menimbulkan komplikasi.
B. Dx.2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan: pasien mendapat istirahat yang adekuat.
a) observasi adanya tanda kerja fisik (takikardia, palpitasi, takipnea, dispnea, napas pendek, hiperpnea,
sesak napas, pusing, kunang-kunang, berkeringat, dan perubahan warna kulit) dan keletihan (lemas,
postur loyo, gerakan lambat dan tegang, tidak dapat mentoleransi aktivitas tambahan).
R/: untuk merencanakan istirahat yang tepat.
b) antisipasi dan bantu dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang mungkin diluar batas toleransi anak.
R/: untuk mencegah kelelahan.
c) beri aktivitas bermain pengalihan
R/: meningkatkan istirahat dan tenang tetapi mencegah kebosanan dan menarik diri.
d) pilih teman sekamar yang sesuai dengan usia dan dengan minat yang sama yang memerlukan
aktivitas terbatas.
R/: untuk mendorong kepatuhan pada kebutuhan istirahat.
e) bantu pada aktivitas yang memerlukan kerja fisik.
R/: mengurangi kelelahan pada anak.
E. Dx.5. perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
pengetahuan mengenai makanan yang diperkaya dengan besi.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi tercukupi.
a) berikan preparat besi sesuai ketentuan. Instruksikan keluarga mengenai pemberian preparat besi oral
yang tepat: berikan dalam dosis terbagi.
R/: untuk absorpsi maksimum.
b) berikan di antara waktu makan.
R/: untuk meningkatkan absorpsi pada traktus gastrointestinal bagian atas.
c) berikan dengan jus buah atau preparat multivitamin.
R/: karena vitamin C memudahkan absorpsi besi.
d) Jangan memberikannya bersama susu atau antasida.
R/: karena bahan ini akan menurunkan absorpsi besi.
e) berikan preparat cair dengan pipet,spuit atau sedotan.
R/: untuk menghindari kontak dengan gigi dan kemungkinan pewarnaan.
f) kaji karakteristik feses.
R/: karena dosis adekuat besi oral akan mengubah feses menjadi berwarna hijaugelap.
F. Dx.6. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah.
Tujuan: menunjukkan perfusi adekuat.
a) awasi TTV, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
R/: memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan.
b) tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
R/: meningkatkan ekspansi paru.
c) selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi
R/: iskemia seluler memengaruhi jaringan miokardial/potensial risiko
infark.
d) kaji untuk respon verbal melambat, gangguan memori, bingung.
R/: dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau
defisiensi vit B12.
e) catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai indikasi.
R/: vasokontriksi menurunkan sirkulasi perifer.
f) awasi hasil pemeriksaan lab.
R/: mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon
terhadap terapi.
g) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
R/: meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen.
TERIMA KASIH