PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kelainan hematologik dapat terjadi pada setiap sistem hematopoetik, yaitu pada
sistem eritropoetik, granulopoetik, trombopoetik, limfoetik, sistem retikulo endotelial
(RES).
Selain
pembagian
secara
morfologisnya
(anemia
mikrskopik,
Penyebab
- Penyinaran yang berlebihan
- Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
b.
Gejala Klinis
- Pucat
- penurunan kadar HB
- Cepat lelah
- Lemah
- Gejala Icokopenia / trombositopeni
- anoreksia
c.
Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil
kurang dari 300 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang
dari 1% dan kepadatan seluler sumsum tulang kurang dari 20%.
d.
Pengobatan
- Berikan transfusi darah Packed cell, bila diberikan trombosit
berikan darah segar / platelet concentrate.
- Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik
perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
- Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC
(Britis Antilewisite Dimercaprol)
- Transplantasi sumsum tulang
- istirahat
- Prednison dan testoteron
Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral
Testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral
Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari per
oral
Hendaknya memperhatikan fungsi hati
Darah tepi
Gejala klinis
Keterangan
Aplasia eritropoesis
retikulositopenia
Anemia (pucat)
Akibat
kadar
retikulositopenia
hb,hematokrit
dan
Granulositopenia,
Panas (demam)
leukopenia
Aplasia trombopoetik
trombositopenia
Diatesis hemoragi
infeksi
sekunder
akibat granulositopenia
Perdarahan
berupa
ekomosis,epitaksis,
limfositosis
perdarahan gusi
Limfosit tidak lebih dari
80%
-
plasma,monosit
bertambah
Gambaran umum : se sangat
Tambahan
kurang
,limpa,kel.getah
,banyak
jaringan
hepar
bening
Definisi
Penyakit ini banyak ditemukan diseluruh dunia , tidak hanya mengenai
dewasa tapi juga pada anak yang sedang tumbuh dan pada ibu hamil yang
keperluan zat besinya lebih besar dari biasanya.
Anemia akibat defisiensi zat besi untuk sintesis Hb merupakan penyakit
darah yang paling sering pada bayi dan anak. Tubuh bayi baru lahir
mengandung kira-kira 0,5 b besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. Untuk
mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus di absorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini,
sejumlah kecil di perlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal
oleh pengelupasan sel. Karena itu, untuk mempertahankan keseimbangan
besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi hatu direabsorbsi setiap hari.
Besi diserap dua sampai tiga kali lebih efisien pada ASI daripada dalam
susu sapi, mungkin antar lain karena perbedaan kandungan kalsium. Selama
tahun
pertama
kehidupan,
karena
relatif
sedikit
makanan
yang
mengandungbesi dipasok, maka sering sulit dicapai jumlah besi yang cukup.
Atas alasan ini maka diet harus meliputi makanan seperti bubur bayi atau
formula yang telah diperkya besi, kedua-duanya sangat efektif untuk
mencegah defisiensi besi.
Formulan dengan 7-12 mg Fe/L untuk bayi cukup bulan dan formula
bayi prematur dengan 15 mg/L bagi bayi berat lahir kurang dari 1.800 g amat
efektif. Bayi yang semata-mata mendapat ASI harus mendapat tambahan besi
sejak umur 4 bulan . Paling banyak , bayi berada dalam situasi rawan dari
segi besi. Bila diet tidak adekuat atau kehilangan darah cukup banyak terjadi,
anemia akan muncul dengan cepat.
b. Patofisiologi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang
anak-anak di Amerika Utara. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu
nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai
berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat, umumnya saat berusia 4 sampai
6 bulan. Anemia defisiensi basi biasanya tidak terlihat jelas sampai usia 9
bulan. Sesudah itu, zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi
kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi, terjadi
anemia defisiensi zat besi. Ketidakcukupan ini paling sering di sebabkan oleh
pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4 sampai 6
bulan), dihentikannya susu formula bayi yang di perkaya zat besi atau ASI
sebelum usia 1 tahun, dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan
makanan padat kaya besi pada todler. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi
dengan perdarahan perinatal yang berlebihan, atau bayi dari ibu yang kurang
zat besi dan kurang gizi, juga tidak memiliki cadangan zat besi yang
adekuat.bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi
sebelum berusia 6 bulan. Defisiensi besi pada ibu dapat mengakibatkan berat
badan lahir rendah dan kelahiran kurang bulan.
Anemia defisiensi besi dapat juga terjadi karena kahilangan darah yang
kronis. Pada bayi, hal ini terjadi karena perdarahan usus kronis yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
semua usia, kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari
dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Penyebab anemia defisiensi
besi lainnya meliputi defisiensi nutrisi, seperti defisiensi folat (vitamin B 12),
anemia sel sabit, talasemia mayor, infeksi, dan inflamasi kronis. Pada remaja
putri, anemia defisiensi besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang
berlebihan.
c. Manifestasi klinis
1.
2.
3.
4.
5.
Pika
6.
7.
d. Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
saluran
8.
e. Penatalaksanaan
Usaha pengobatan ditujukan pada pencegahan dan intervensi. Pencegahan
tersebut meliputi menganjurkan ibu-ibu untuk hanya memberikan ASI antar
usia 4 samapi 6 bulan, makan makanan kaya zat besi, dan minum vitamin
pranatal yang diperkaya besi (suplementasi dengan perkiraan 1 mg/kg besi per
hari). Suplementasi besi harus di mulai ketika bayi akan di berikan susu
pengganti. Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi besi terdiri atas program
pengobatan berikut.
1.
2.
Untuk bayi yang mendapatkan ASI yang lahir prematur atau mangalami
berat badan lahir rendah, direkomendasikan mendapat tetesan zat besi
2-4 mg/kg (maksimum 15 mg) setiap hari yang dimulai sejak usia 1
sampai 12 bulan.
3.
Sampai usia 12 bulan, hanya ASI atau formula bayi yang diperkaya zat
besi yang harus diberikan.
4.
5.
6.
cepat)
- absorbsi kurang (diare kronis, malabsorbsi)
- infeksi
- pengeluaran berlebih (perdarahan)
b. Gejala klinis
Anak tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan
anak tidak tampak sakit karena perjalanan penyakit menahun, tampak
pucat terutama pada inukosa bibir, faring, telapak tangan dan dasar
kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau berwarna putih
mutiara dan jantung agak membesar.
c. Pemeriksaan penunjang
Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun
ditemukan gambaran sel mikrositik hipokrom, Hb <10 g%; MCV <79 c;
MCHC <32%, hipokromik,poikilositosis,pemeriksaan sumsum tulang
belakang menunjukan sistem eritropoetik hiperaktif dengan sel
normoblas polikromatofilyang predominan dan eritrosit menurun,
(LAB)
d. Pengobatan
Makanan yang adekuat, dan dengan pemberian garam-garam
sederhana peroral (sulfat ferosus 3 kali 10 mg/kgbb/hari, glukonat,
fumarat), preparat, besi secara parenteral besi dekstram, jika anak
sangat anemis dengan Hb di bawah 4 gm/dl diberi 2-3 ml/kg packed
cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian modifikasi
transfusi tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi antelmintik
bila ada cacing penyebab defisiensi besi,diberikan 3 kapsul dengan
selang waktu 1 jam sebelum anak dipuasakan dan diberika laksan
setelah 1 jam pemberian kapsul ketiga diberikan, piranti pamoate 10
mg/kgbb dosis tunggal dan antibiotik bila perlu.
3) Anemia Hemolitik
Pada anemia heAnemia hemolitik dapat diklasifikasikan sebagai :
1.
hemoglobin
2.
plasma.
Kebanyakan kelainan seluler di wariskan (hemoglobinuria nokturnal
proksimal adalah akuisita), dan kebanyakan defek ekstraseluler
adalah akuisita (abetalipoproteinemia dengan akantosisi adalah
herediter).
Anemia Hemolitik oleh karena kekurangan enzim
Setiap gangguan metabolisme dalam eritrosit (yang terutama
hanya bergantung pada metabolisme karbohidrat), akan menyebabkan
umur eritrosit menjadi pendek dan timbul anemia hemolitik.
a.Defisiensi Glucose-6-Phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
Defisiensi G-6PD di temukan pada berbagai bangsa didunia.
Akibat kekurangan enzim ini maka glutation (GSSG) tidak dapat
direduksi. Glutation dalam keadaan tereduksi (GSH) diduga penting
untuk melidungi eritosit dari setiap oksidasi, terutama obat-obatan.
Defisiensi G-6PD ini di turunkan secara dominan melalui kromosom
X. Penyakit ini lebih nyata pada laki-laki.
Proses hemolitik dapat timbul akibat atau pada :
1. Obat-obatan (asetosal,piamidon,sulfa,obat anti malaria dan lain-lain.)
2. Memakan kacang babi (Vicia faba), dapat menyebabkan hemolisis
yang hebat. Kadang-kadang gejala hemolisis timbul akibat masuknya
serbuk bunga ke dalam jalan nafas. Dalam hal ini mungkin faktor
alergi memegang peranan.
3. Bayi baru lahir. Kadang-kadang proses hemolitik hebat sekali
sehingga
diperlukan transfusi tukar (eksanguinasi).
b.
Defisiensi Piruvatkinase
Pada bentuk homozigot, defisiensi ini dapat berat sekali (20-
Defisiensi Heksokinase
h.
Ketiga jenis penyakit yang disebut terakhir ini mungkin diturunkan secara
resesif dan diagnosisnya hanya ditegakkan dengan pemeriksaan biokimia
molitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100120 hari).
umumnya
membesar
karena
organ
ini
menjadi
tempat
Natal
c.
: Obat-obat
Postnatal : Pendarahan, gangguan sistem pencernaan
d.
e.
f.
g.
Tidur
h.
5. Pemeriksaan
a)
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan fisik
memori
R/ Mengindikasikan definisi dan kebutuhan pengobatan
- Kolaborasi dalam pemberian transfusi
R/ Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi,
menurunkan resiko tinggi pendarahan
2. Dx : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan
kebutuhan oksigen
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan
Kriteria hasil :
- Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
- Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital
Intervensi
- Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan jaya jalan atau kelemahan
otot
R/ Menunjukkan perubahan neorologi karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.
diberikan
4. Dx : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
dan neurologis gangguan mobilitas
Tujuan : Integritas kulit adekuat
Kriteria hasil :
- Mempertahankan integritas kulit
- Mengidentifikasi faktor resiko / perilaku individu untuk mencegah cedera
dermal
Intervensi
- Kaji integritas kulit catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat
lokal, eritema
R/ Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi
- Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak
bergerak atau tidur di tempat tidur
R/Meningkat sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan atau
mempengaruhi hipoksia seluler
- Anjuran permukaan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun
R/Area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogen, sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan dan dapat meningkatkan iritasi.
5. Dx : Resiko tinggi terjadi infeksi b/d perubahan sekudner tidak adekuat
(penurunan Hb)
Tujuan : Tidak adanya infeksi pada sistem tubuh
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi
- Meningkatkan penyembuhan luka, eritema dan demam
Intervensi
- Tingkatkan cuci tangan yang baik untuk pemberi perawatan dan pasien
R/ Mencegah kontaminasi silang atau kolonisasi bakteri
- Pertahankan teknik aseptik tepat pada prosedur perawatan luka
4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Melakukan sesuai dengan intervensi atau perencanaan keperawatan yang
telah dibuat
5. EVALUASI KEPERAWATAN
1) Dx : Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen-komponen seluler
yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
- Tanda vital dalam batas normal
- Membran mukosa merah tidak sianosi
- Akral hangat
2) Dx : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan
kebutuhan oksigen
- keluarga atau klien Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas
- hasil observasi tanda-tanda vital dalam batas normal
3) Dx : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidak mampuan untuk mencerna
makanan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
- berat badan dipertahankan
- selera makan anak meningkat
DAFTAR PUSTAKA
3.
ANEMIA HEMOLITIK
3.1 Penyebab
3.1.1 Faktor instrinsik
-
Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan, bakteri)
Sferositosis konginital
Hipersplenisme