Anda di halaman 1dari 27

LBM 3

PENATALAKSANAAN ANEMIA
STEP 1
STEP 2
1. Penatalaksanaan anemia & prognosis : (farmakologik dan non farmakologik)
a. Mikrositik hipokrom
- def. zat besi
- Talasemia
- Sideroblastik
b. Normositik normokrom
- Aplastik
- Kehilangan darah akut
- Haemolitik
c. Makrostik
- megaloblastik (def. asam folat atau vit B
12
)
2. Penatalaksanaan polisitemia
a. Absolut
- Primer
- sekunder
b. Relatif
3. Pencegahan & pendidikan pasien dan masyarakat tentang anemia
4. Tranfusi darah
a. Syarat transfusi darah
b. Macam-macam golongan darah
c. Teknik dalam serologi golongan darah
d. Uji pencocokan silang dan pra transfusi
e. Komplikasi transfusi darah
STEP 3
1. Penatalaksanaan anemia : (farmakologik dan non farmakologik)
a. Mikrositik hipokrom
- def. zat besi
Farmakologi :
` Besi oral ferrosulfat, ferroglukonat, ferrosuksinat, laktat, fumarat,
eliksir(untuk anak-anak), kombinas fe+asam folat (untuk kehamilan)
` Terapi besi profilaktik
` Besi parenteral besi sorbitol sitrat (intramuskular), ferrihidroksida sukrosa
(venofer)
- Talasemia
` Transfusi darah teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb
diatas 10 gr/dL setiap saat.
` Asam folat diberikan secara teratur.
` Terapi pengikatan besi untuk mengatas kelebihan gizi
` Vitamin C meningkatkan eksresi besi
` Splenektomi untuk mengurangi kebutuhan darah
` Terapi endokrin
` Imunisasi hepatitis B
` Transplantasi sum-sum tiulang
- Sideroblastik
Vena seksi teratur, tiap unit darah yang hilang akan mengeluarkan 200-250 mg
besi dan dipantau dengan pemeriksaan besi serum, TIBC, inferitin serum, serta
pemeriksaan fungsi organ.
b. Normositik normokrom
- Aplastik
Farmakologik : transfusi komponen darah (konsentrat sel darah merah dan
trombosit), menghindarkan dan mengatasi infeksi (diberikan antibiotik jika timbul
panasjgn ditunda), antivirus jika ada lesi herpetik, penyakit jantung anemik dapat
timbul gagal jantung.
- Kehilangan darah akut
- Haemolitik
_ Autoimun
` Haemolitik herediter menginkubasi eritrosit dengan plasmanya sendiri
sebelum 48 jam dengan atau tanpa glukosa
` Splenektomi
` Asam folat
_ Non-imun
` Defisiensi G6pd hentikan pemakaian obat pencetus, mengobati penyakit
yang mendasari, mempertahankan keluaran urin yang tinggi
` Transfusi darah
c. Makrostik
- Megaloblastik (def. asam folat atau vit B
12
)
Pemberian vitamin yang sesuai, asam folat dosis besar (5 mg sehari).
_ Hipotiroid pemberian yodium
2. Penatalaksanaan polisitemia
a. Absolut
- Primer
- sekunder
b. Relatif
3. Pencegahan & pendidikan pasien dan masyarakat tentang anemia
- Penyuluhan tentang makan 4 sehat 5 sempurna
- Penyuluhan tentang kelainan kelainan anemia herediter yang dapat
diturunkan
4. Tranfusi darah
a. Syarat transfusi darah
- Pada donor yang sehat :
Tensi : < lebih 120/80 mmHg
Nadi : 60-100x/menit
Umur : > 17 tahun
Suhu : 37
o
C
Tidak membawa penyakit yang berhubungan dengan darah (HIV, hepatitis)
- Tidak mempunyai lesi kulit
b. Macam-macam golongan darah
- Sistem ABO Gol A, B, AB, & O
- Rhesus Rh+, Rh-
c. Teknik dalam serologi golongan darah
d. Uji pencocokan silang dan pra transfusi
Dilakukan sejumlah langkah untuk memastikan bahwa pasien menerima darah
yang kompatibel pada saat transfusi
Dari pasien :
- Golongan darah ABO da Rh ditentukan
- Serum ditapis untuk antibodi yang penting melalui uji antiglobulin
indirek pada suatu panel besar eritrosit yang digolongkan secara
antigenik
Dari donor :
Dipilih unit ABO dan Rh yang sesuai.
e. Komplikasi transfusi darah
- Reaksi transfusi hemolitik
Reaksi segera mengancam jiwa yang berkaitan dengan hemolisis intavaskuler
masif terjadi akbat
STEP 4

STEP 5 seperti step 2
STEP 6 belajar mandiri
STEP 7
1. Penatalaksanaan, pencegahan anemia & prognosis : (farmakologik dan non
farmakologik)
a. Mikrositik hipokrom
- def. zat besi
Besi oral
Preparat yang terbaik adalah ferro sulfat yang mengandung 67 mg besi dalam tiap
tablet 200 mg (anhidrat dan paling baik diberikan pada keadaan perut kosong
dalm dosis yang berjarak sedikitnya 6 jam.Jika timbul efek samping(mis
mul,nyeri perut,konstipasi atau diare) dapat dikurangi dengan memberikan besi
bersama makanan atau menggunakan preparat dengan kandungn besi yang lebih
rendah mis ferro glukonat yang sedikit mengandung besi (37 mg ) per tablet 300
mg .Eliksir tersedia untuk anak-anak.Preparat lepas lambat sebaiknya tidak
diberikan.
Terapi besi oral harus diberikan cukup lama untuk mengoreksi anemia dan
untuk memulihkan cadangan besi tubuh,yang biasanya memberikan hasil setelah
penggunaan sedikitnya 6 bulan.
Besi parenteral
Besi sorbitol sitrat (fectofer) di berikan sebagai injeksi intramuskular dalam
yang berulang, sedangkan ferri hidroksida sukrosa (venofer) di berikan melalui
injeksi intravena lambat atau infus. Mungkin terjadi reaksi hipersensitivitas atau
anafilaktoid dan oleh karena itu, besi parental hanya di berikan jika di anggap
perlu untuk memulihkan besi utuh secara cepat, contohnya pada kehamilan tua
atau pasien yang menjalani hemodialisis dan terapi eritropietin atau jika
pemberian besi oral tidak efektif (mis. Pada malabsorbsi berat) atau tidak praktis
(mis.penyakit chron aktif). Respon hematologik terhadap pemberian besi parental
tidak lebih cepat di bandingkan dengan respon terhadap pemberian dosis besi oral
yang mecukupi, tetapi cadangan besi tubuh dapat pulih dalam waktu yang jauh
lebih cepat.
Dosis:
Kebutuhan besi:(15-Hb sekarang)x BBx22,4+500 atau 1000mg
Efek samping:reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah,
nyeri kepala
Indikasi:
1) Intoleransi terhadap pemberian besi oral
2) Kebutuhan terhadap obat yang rendah
3) Gangguan pencernaa seperti kolitis ulseratif yang dapt kambuh jika
diberikan besi
4) Penyerapan besi terganggu,seperti misalnya pad gastrektomi
5) Keadaan dimana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup
dikompensasi oleh pemberian besi oral,seperti miasal pada herediter
hemorragic teleangiectasia
6) Kebutuhan besi yang besar dalam waktu oendek,sepeti dada kehamilan
trimester tiga atau sebelum operasi
7) Defisiensi besi fungsional efektif akibat pemberian eritropoetin pada anemia
gagal ginajk kronik atau anemia akibat penyakit kronik
Pengobatan lain :
1) Diet:sebaiknya diberiakn makanan bergizi dengan tinggi protein terutama
yang berasal dari protein hewani
2) Vitamin c::diberiakn 3x100mg perhari untuk meningkatkan absorbsi besi
3) Tranfusi darah:jarang diserikan.indikasinya:
Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payanh
jantung
Anemia yang sangat simtomatik,misal dengan gejala pusing
yang sangat mencolok
Pasien memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat
terapi kausal : terapi terhadap penyebab terjadinya
perdarahan,misalnya pengobatan cacing tambang, pengobatan
hemoroid,pengobatan menorhagia.
(kapita selekta hematologi / A.V.Hoffbrand,J,E.petit,P.A.H.moss,EGC,2005)
PENCEGAHAN
pendidikan kesehatan
- kesehatan lingkungan , misalnya tentang pemakaian jamban ,
perbaikan lingkungan kerja , misalnya pemakian alas kaki shg
dapat mencegah penyakit cacing tambang
- penyuluhan gizi untuk mendorong konsumsi makanan yg
membantu absorpsi besi
pemberantasan infeksi cacing tambang sbg sumber perdarahan kronik
paling sering dijumpai didaerah tropik.Pengendalian infeksi cacing
tambang dapat dilakukan dengan pengobatan massal dengan anthelmintik
dan perbaikan sanitasi
suplementasi besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk
yg rentan , seperti ibu hamil dan anak balita.Di Indonesia diberikan pada
perempuan hamil dan anak balita memakai pil besi dan folat
fortifikasi bahan makanan dengan besi , yaitu mencampurkan besi pada
bahan makan.
Sumber : Buku Ajar IPD jilid 1 edisi IV
Terapi besi oral
Sediaan rerrous sulphat. Dosis 3x200mg, tiap 200 mg mengandung 66 mg besi elemental
Terapi besi parenteral
Tujuannya dapat menngembalikan kadar Hbdan mengisi besi sebesar 500-600mg
Pengobatan lain
diet makan-makana bergizi dengan tinggiprotein hewani
vit C diberikan 3x100mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi
transfusi darah dengan indikasi
- adanya penyakit jantung anemic dengan ancaman gagal jantung
- anemi yang sangat simptomatik misal anemi dg gejala pusing mencolok
- pasien yang memerluka peningkatan kadar Hb sec cpt, sprt pd kehamilan
trimesrer akhir atau preoprasi
jenis darah yang diberikan PVC untuk mengurangi bahaya overload
pencegahan
- pendidikan kesehatan
- pemberantasan cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik yg sering pada daerah
tropik misal dg perbaikan sanitasi dan pengobatan antihelmentik
- suplementadsi besi, pada anaka balita dan ibu hamil dengan pemberian profilaksis
- fortofikasi bahan makana dg besi, mencampurkan tepung untuk roti dan susu dg besi
- Talasemia
PENATALAKSANAAN
Transfusi darah yang teratur perlu dilakukan untuk mempertahankan hemoglobin di
atas 10 g/ dl setiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah
segar, yang telah disaring untuk memisahkan leukosit, menghasilkan eritrosit dengan
ketahanan yang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa genotipnya pada
permulaan program transfusi untuk mengantisipasi bila timbul antibodi eritrosit terhadap
eritrosit yang ditransfusikan.
Asam folat diberikan secara teratur (misal 5 mg/ hari) jika asupan diet buruk.
Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin dapat
diberikan melalui kantung infus terpisah sebanyak 1-2 g untuk tiap unit darah yang di-
transfusikan dan melalui infus subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12 jam, 5-7 hari
seminggu. Hal ini dilaksanakan pada bayi setelah pemberian transfusi 10-15 unit
darah. Besi yang terkhelasi oleh desferioksamin terutama dieksresi dalam urine, tetapi
hingga sepertiganya juga dieksresikan dalam tinja.
Splenektomi mungkin perlu dilakukan untuk mengurangi kebutuhan darah.
Splenektomi hanrs ditunda sampai pasien berusia >6 tahun karena tingginya risiko
infeksi yang berbahaya pasca splenektomi. Vaksinasi dan antibiotik yang harus diberikan
Terapi endokrin diberikan sebagai terapi pengganti akibat kegagalan organ akhir atau
untuk merangsang hipofisis bila pubertas terlambat.
Penderita diabetes memerlukan terapi insulin.
Penderita osteoporosis mungkin memerlukan terapi tambahan dengan penambahan
kalsium dan vitamin D dalam diet, bersamaan dengan pemberian bisfosfonat.
Imunisasi hepatitis B harus dilakukan pada semua pasien non-imun. Pada hepatitis C
yang ditularkan lewat transfusi, diobati dengan interferon dan ribavirin apabila
ditemukan genom virus dalam plasma.
Transplantasi sumsum tulang alogenik memberi prospek kesembuhan yang permanen.
PENCEGAHAN
- Pencegahan primer
Penyuluhan sebelum perkawinan (marriage counselling) untuk mencegah perkawinan
antar pasien thalasemia agar tidak mendapat keturunan yang homozigot atau varian-
varian thalasemia dengan mortalitas tinggi. Perkawinan antara 2 heterozigot (carrier)
menghasilkan keturunan 25% homozigot, 25% normal dan 50% carrier.
- Pencegahan sekunder
Pencegahan kelahiran bayi homozigot pada pasangan suami istri dengan thalasemia
heterozigot. Salah satu jalan keluar adalah dengan inseminasi buatan dengan sperma
berasal dari donor yang bebas dan thalasemia trait. Kelahiran kasus homozigot terhindari,
tetapi 50% carier dan 50% normal. Diagnosis prenatal melalui pemeriksaan DNA cairan
amnion, dapat digunakan untuk mendiagnosis kasus homozigot intra-uterin sehingga
dapat dipertimbangkan tindakan abortus provokatus. Pemeriksaan PCR (polymerase
Chain reaction) pada karion vili mulai minggu ke 8 dapat pula digunakan untuk prediksi
intra-uterin.
PROGNOSIS
Thalasemia beta homozigot umumnya meninggal pada usia muda dan tidak mencapai
usia dekade ke 3, walaupun digunakan antibiotik untuk mencegah infeksi dan chelating agent
untuk mengurangi hemosiderosis. Di negara maju dengan fasilitas tranfusi yang cukup dan
perawatan dengan chelating agent yang baik usia dapat mencapai dekade ke 5 dan kualitas
hidup juga lebih baik. Apabila dikemudian hari transplantsasi sumsum tulang dapat
diterapkan prognosis akan menjadi lebih baik, karena diperoleh penyembuhan.
Thalasemia beta Hb E dan trait umumnya mempunyai prognosis baik dan dapat hidup
seperti biasa, kecuali bila diobati dengan tranfusi darah yang berlebihan sehingga akan terjadi
hemosiderosis.
- Sideroblastik
pada penarikan gen yang terganggu
tidak ada pengobatan spesifik
piridoksin :
- Dosis 200 mg/ hari selama 2-3 bulan tdk memperhatikan rendahnya
kemungkinan respon pada kelainan yang didapat
- Kontra indikasi = peny. hati, diabetes, hipertrofi rostat jinak
Transfusi darah
Transfusi darah berulang kelebihan zat fe pada penderita anemia
IPD harrison
pasien dengan jenis herediter piridoksin
defesiensi folat pemberian terapi asam folat
pada pasien dengan kasus berat transfusi berulang untuk mempertahankan kadar
Hb yang cukup dan penimbunan Fe akibat transfusi
Kapita selekta, hematologi
penyebab penyakit, apabila berkaitan dengan obat harus disingkirkan
obat piridoksin mungkin dapat menyembuhkan penyakit
Komplikasi : sebagian besar kasus berkembang mjd leukimia mieloblastik akut.
Terapi bersifat penunjang. obat-obat myelosupresif sebaiknya dihentikan dan
defesiensi gizi dikoreksi. pasien-pasien yang menjalani transfusi kronik bisa memerlukan
khelasi besi.
1. Pyridoxine, 50-200 mg peroral sekali sehari, bisa dicoba dengan emperik meskipun
kecepatan responnya lambat
2. Androogesi bisa namun jarang menimbulkan perangsangan pada produksi eritrosit.
Pedoman pengobatan, michele woodley, essentia medica
Jika penyebabnya adalah toksisitas, dapat digunakan terapi dengan agen pengikat.
kadang , pasien bisa memberi respon pada dosis farmakologi piridoksin (200 mg/hari).
pada anemia sangat berat diperlukan tranfusi eritosit .
Diagnosis dan terapi kedokteran penyakit dalam, salemba medika, lawrence dkk
b. Normositik normokrom
- Aplastik
Pengobatan terdiri atas
identifikasi dan eliminasi penyebab
pengobatan suportif : terhadap infeksi, pendarahan dan anemia
usaha mempercepat penyembuhan pensitopenia melalui imunosupresif,transplatansi
sum-sum tulang, obat-obatan anabolik dan kortikosteroid
pansitopenia yang cukup ringan cukup di observasi saja
transfusi eritrosis
bila terdapat keluhan akibat anemia, di beri transfusi eritrosis berupa packed red cell
sampai kadar Hb 7-8 g% atau lebih
transfusi trombosis
resiko pendarahan meningkat bila trombosis kurang dari 20000 /mm3. transfusi trombosis
di berikan bila terdapat perdarahan atau kadar trombosis di bawah 20000/mm3
(profilaxis).
Transfusi leukosit
Masih terdapat kontroversi. Pemberian transfusi leukosit sebagia profilaxis tidak di
anjurkan karen akibat- akibat transfusi yang lebih parah dari pada manfaatnya.
Androgen
Androgen merangsang produksi antipoietin dan sel sel progenitor sumsum tulang
Androgen terutama noretandrololon mg/kgBB/hari:aoksimetolon 2-5
mg/kg/hari.fluksimesteron. 1mg/kgBB/hari. Testosteron propionat atau nandrolon
dekanoat, 2-4 mg/kgBB/minggu, intramuskular terbukti bermanfaat bagi sebagian pasien
anemia aplastik ringan. Pada aplastik berat biasanya tidak bermanfaat.
Imunosupresif
Tergolong sebagia imunosupresif antara lain antithymocyte globulin (ATG) atau
antimyphocyte globulin (ALG) dan siklosporin.
1. ATG atau ALG
imunosupresif yang sering di pakai adalah antisera hewan yang di tujukan terhadap
limfosit manusia (ALG) atau timosit (ATG). Mekanisme kerja ATG atau ALG pada
kegagalan sum-sum tulang tidak di ketahui mungkin melalui
koreksi terhadap destruksi T-Cell immunemediated pada stem cell
stimulasi langsung atau tidak langsung terhadap hematopiesis
ATG atau ALG di indikasikan pada
anemian aplastik bukan berat
pasien tidak mempunyai sumsum tulang yang cocok
anemia aplastik berat. Yang berumur lebih dari 20 tahun pada saat pengobatan
tidak terdapat infeksi atau perdarahan atau granulosit lebih dari 200 /mm3
2. siklosporin
Mekanisme kerjanya menghambat aktivitas dan proliferasi pendahulu
limfosit sitotoksik. Dosis : 3-10 mg/kgBB/hari peroral. Diberikan selama 4-6 bulan.
Bia tidak ada perbaikan di hentikan saja.
Kombinasi obat
Kombinasi ATG siklosporin san metilprednisolon memberikan angka remisi sebesar 70 %
pada anemia aplastik berat, kombinasi ATG dan metilprednisolon angka remisi sebesar
46%.. dosis siklosporin yang diberikan 6mg/kgBB peroral selama 3bulan. Dosis
metilprednisolon 5mg/kgBB peroral selama seminggu kemudian berangsur angsur di
kurangi salam 3 minggu
Transplantasi sumsum tulang
Bagi pasien di bawah umur 20 tahun transplatasi sumsum tulang merupakan pilihan
utama pengobatan anemia aplastik berat. Bagi pasien di bawah umur 50 tahun dengan
anemia aplastik sangat berat perlu dilakukan transplatasi sumsum tulang bila tersedia
donor yang cocok.
Faktor pertumbuhan hemopoietik (growth faktor)
Pengunaan granulocyte colony stimulating faktor (G-CSF, filgrastim dosis 5
Ug/kg/hari). Atau GM-CSF (sargramostim dosis 250 Ug/m2/hari) bermanfaat untuk
menigkatkan neutrofil walaupun tidak bertahan lama
Kombinasi IL-3 dan eritropoietin (Epo) tampaknya lebih memberikan hasil untuk seri
eritoid walaupun sukses yang terjadi hanya bertahan selama pemberian sitokin.
Pada pennggunaan GM-CSF dan IL3 yang merangsang sel-sel progenitor meiloid dan
megakariosit, di temukan adanya respon sum-sum tulang hanya sementara.
Growth factor hemopoietik bermanfaat bila di berikan sesudah pengobatan dengan
imunosupresif.
(buku ajar ilmu penyakit dalam.FKUI)
Umum
Penyebabnya (jika diketahui) harus disingkirkan, misalnya menghentikan
radiasi atau terapi obat. Penatalaksanaan awal terutama meliputi perawatan suportif
dengan transfusi darah, konsentrat trombosit, dan pengobatan serta pencegahan
infeksi. Semua produk darah harus disaring untuk mengurangi resiko aloimunisasi,
dan diradiasi untuk mencegah pencangkokan limfosit donor hidup.
Spesifik
Globulin anti limfosit (timosit) (GAL atau GAT).
Zat ini dibuat pada hewan (misal kuda atau kelinci) dan bermanfaat
untuk digunakan pada sekitar 50-60% dari kasus didapat. Obat ini biasanya
diberikan bersamaan dengan kortikosteroid yang juga mengurangi efek samping
GAL, meliputi penyakit serum (serum sickness) berupa demam, ruam, dan nyeri
sendi yang dapat terjadi sekitar 7 hari setelah pemberian obat. Kortikosteroid
tidak boleh digunakan secara tersendiri karena meningkatkan risiko infeksi.
Biasanya, jika tidak ada respons terhadap pemberian GAL setelah 4 bulan,
dapat dicoba pengobatan kedua, yang dibuat dari spesies lain. Secara keseluruhan,
hingga 80% pasien berespons terhadap gabungan GAL, steroid, dan siklosporin.
Siklosporin.
Ini adalah obat efektif yang tampaknya sangat bermanfaat dalam kombinasi
dengan GAL dan steroid.
Faktor pertumbuhan hemopoietik.
Faktor perangsang pertumbuhan koloni granulosit-makrofag (granulocyte-
macrophage colony-stimulating factor,GM-CSF), faktor perangsang pertumbuhan
koloni granulosit (granulocyte colony-stimulating factor, GCSF), interleukin-3 (IL-
3), dan faktor sel induk dapat menimbulkan respons yang sedikit tetapi tidak
menyebabkan terjadinya perbaikan yang bertahan lama.
Androgen.
Bermanfaat pada beberapa penderita AF (anemia fanconi)dan anemia
aplastik didapat walaupun belum terbud''ti adanya perbaikan harapan hidup secara
keseluruhan pada anemia aplastik didapat. Biasanya dicoba oksimetolon 2,5
mg/ kg/hari tetapi efek sampingnya jelas yaitu virilisasi, retensi garam dan
kerusakan hati dengan ikterus kolestatik, atau kadang-kadang karsinoma
hepatoselular. Jika tidak terjadi respons dalam 4-6 bulan, pemberian androgen
harus dihentikan. Jika ada respons, obat harus dihentikan secara bertahap.
Transplantasi sel induk.
Transplantasi alogenik menawarkan kemungkinan terjadinya kesembuhan yang
permanen. Pada anemia aplastik, pemeliharaan dengan siklofosfamid tanpa
radiasi biasanya mencukupi. Peran relatif SCT dibandingkan terapi
imunosupresif pada penderita anemia aplastik sedang dinilai secara kontinu.
Secara umum, SCT lebih disukai pada pasien usia muda yang menderita anemia
aplastik berat dengan donor dari saudara dengan antigen leukosit manusia
(human leucocyte antigen, HLA)yang sesuai. Pada pasien yang berusia lebih tua
dan menderita penyakit yang tidak terlalu parah, biasanya dicoba terapi
imunosupresi terlebih dulu.
PROGNOSIS DAN PERJALANAN PENYAKIT
riwayat alamiah anemia aplastik dapat berupa ;
1. berakhir dg remisi sempurna. Hal ini jarang terjadi kecuali bila iatrogenik akibat
kemoterapi atau radiasi.
2. meninggal dalam 1 thn . hal ini terjadi pada senagian besar kasus
3. bertahan hidup selama 20 thn atau lebih.
Penggunaan imunosupresif dapat meningkatkan keganasan skunder. Pada penelitian diluar
negeri dari 103 pasien yang diobati dg ALG, 20 pasien diikuti jangka panjang berubah
menjadi leukimia akut, mielodisplasia, PNH, dan adanya resiko hepatoma. Kejadian ini
mungkin riwayat alamiah perjalanan penyakit walaupun komplikasi tersebut lebih jarang
ditemukan pada transplantasi sumsum tulang
Tak ada respon

Tak kambuh
Ada respon
kambuh
Ulang Tx imunosupresi
Follow up teratur
Factor pertumbuhan hematopoietik / androgen
terapi konservatif
1. terapi imunosupresif
antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphosyte globulin (ALG)
cara kerja ;
- koreksi thd destruksi T-cell immunomediated pada se-sel asal
- stimulasi langsung/tidak langsung thdp hemopoiesis
indikasi ;
- anemia aplastik tidak berat
- pasien yang tidak punya donor sumsum tulang yang cocok
- anemia aplastik berat yang berumur >20th dan tidak ada infeksi atau perdarahan
atau dengan granulosit >200/mm3
dosis ;
- ATG kuda ; 20mg/kg/hari selama 4 hari
- ATG kelinci ; 3,5 mg/kg/hari selama 5 hari plus
- CsA ; 12-15 mg/kg. Bid selama 6 bulan
Diberikan bersama kortikosteroid untuk mengatasi reaksi alergi
Penambahan granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) dapat memulihkan
netropenia tetapi tidak menambah keangsungan hidup
Kegagalan terapi menunjukkan undertreatment/ kelelahan cadangan sel-sel asal
sebelum pemulihan hematopoietik
Tidak ada respon dapat menunjukkan salah diagnosis atau adanya patogenesis non-
imun sprt an.aplastik herediter
siklosporin A (CsA)
cara kerja ;
- menghambat aktivasi dan poliferasi precusor limfosit sitotoksik
dosis ;
- 3-10mg/kg/hari/oral selama 4-6 bln dapat pula diberikan interavena
siklofosfamid
pemberian dosis tinggi sebagai terapi dini pertama yang efektif. Penggunaan
siklosfosfamid hanya untuk kasus-kasus tertentu dan sebagai uji terkontrol dengan
indikasi sempit. Follow up jangka panjang dapat menunjukkan relaps dan penyakit
klonal
2. relaps
terapi penyelamatan siklus imuno supresi berulang
pasien yang refrakter dengan pengobatan ATG pertama dapat berespon thd siklus
imunosupresi ATG ulangan
factor-faktor pertumbuhan hematopoietik dan steroid anabolic
penggunaan G-CSF filgastrim dosis 5mg/kg/hari atau GM_CSF sagramostim dosis
250mg/kg/hari dapat meningkatkan neutrofil sementara, dikombinasi dg factor pertumbuhan
hematopoietik
steroid anabolik
digunakan sec luas sebelum penggunaan terapi imunosupresif androgen (sediaannya;
oxymethylone danazol) merangsang eritropoietin dan sel-sel induk sumsum tulang .
bermanfaat pada an. Aplastik ringan dan tidak bermanfaat pada an. Aplastik berat
komplikasi utama ; virilisasi dan hepatotoksitas
transplantasi sumsum tulang
TST allogenik tersedia bagi sebagian pasien dengan HLA cocok
Makin meningkat umur makin meningkat pula kejadian dan beratnya reaksi penolakan
sumsum tulang donor
3. terapi supportif
o bila terdapat keluhan anemia, beri teransfusi eritrosit berupa PRC sampai kadar Hb 7-8%
atau lebihpada orangtua dan dengan penyakit pada kardiovaskular
o resiko perdarahan meningkat <20.000/mm3 (profilaksis)
bila terjadi sensitifitas, donor diganti HLA yg cocok
prognosis dan perjalanan penyakit
riwayat alamiah anemia aplastik dapat berupa ;
4. berakhir dg remisi sempurna. Hal ini jarang terjadi kecuali bila iatrogenik akibat
kemoterapi atau radiasi.
5. meninggal dalam 1 thn . hal ini terjadi pada senagian besar kasus
6. bertahan hidup selama 20 thn atau lebih.
Penggunaan imunosupresif dapat meningkatkan keganasan skunder. Pada penelitian diluar
negeri dari 103 pasien yang diobati dg ALG, 20 pasien diikuti jangka panjang berubah
menjadi leukimia akut, mielodisplasia, PNH, dan adanya resiko hepatoma. Kejadian ini
mungkin riwayat alamiah perjalanan penyakit walaupun komplikasi tersebut lebih jarang
ditemukan pada transplantasi sumsum tulang
- Kehilangan darah akut
perdarahan akut : mengatasi pedarahan,mengatasi renjatan dengan transfusi darah/
pemberian cairan perinfus.
- Haemolitik
Hemolitic autoimun
1. farmakologi
_ efek samping
steroid memilik efek segera akibat inhibisi terhadap klirens sel-sel darah merah
(yang dilapisi oleh IgG) oleh system fagosit mononukleus dan efek lambat akibat
inhibisi sintesis antibody oleh steroid.
_ dosis
Prednison 1 mg/kg per hari
peningkatan hemoglobin terjadi dalam 3-4 hari dan dalam 1minggu pada sebagian
besar pasien. Prednisone dilanjutkan sampai kadar hemoglobin meningkat
mencapai kadar normal, kemudian obat ini diturunkan perlahan-lahan dalam
waktu beberapa bulan.
_ obat-obat :
glukokortikoid mis. Prednisone 1 mg/ per hari
steroid
azatioprin untuk pasien yang refrakter terhadap pengobatan steroid dan
splenektomi
siklofosfamidbisa untuk hemolitik akibat antibody hangat dan dingin
klorambusil obat yang sering digunakan pada pasien yang memerlukan
pengobatan untuk hemolitik antibody bereaksi dingin
_ respon terhadap terapi
Lebih dari 75 % pasien akan mengalami pengurangan hemolisis yang
bermakna dan menetap, akan tetapi, pada separuh pasien ini penyakit akan
kambuh ketika periode penurunan dosis prednisone atau setelah obat ini
dihentikan.
Untuk azatioprin dan siklofosfamid dapat memberikan keberhasilan dengan
tingkat yang bervariasi. Namun tidak akan efektif bila dibandingkan dengan
penggunaannya pada trombositopenia imunologik.
2. non farmakologi
_ splenektomi adalah terapi dini kedua pada kedua anemia hemolitik imunologik
akibat IgG. Tindakan ini diharapkan untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
atau tidak berespons terhadap terapi steroid. Untuk mencegah infeksi
pneumokokus, risiko pada pasien yang mengalami splenektomi, pasien harus
diimunisasi dengan anti serum pneumokokus polivalen
Anemia hemolitik autoimun tipe hangat
Terapi :
` kortikosteroid : 1 1,5 mg/kgbb/hari. Dalam 2 minggu sebagian besar akan menunjukan
respon klinis baik (Hmt meningkat, retikulosit meningkat, tes Coomb direk positif lemah,
tes Coomb indirek negatif). Nilai normal dan stabil akan dicapai pada hari ke 30 sampi
hari ke 90. bila ada tanda respons terhadap steroid, dosis diturunkan tiap minggu 10 20
mg/hari. Terapi steroid dosis < 30 mg/hari diberikan secara selang sehari. Beberapa
pasien akan memerlukan terapi rumatan dengan steroid dosis rendah, namun bila dosis
per hari melebihi 15 mg/hari untuk mempertahankan kadar Hmt, maka perlu segera di
pertimbangkan terapi dengan modalitas lain.
` Splenektomi. Bila terapi steroid tidak adekuat atau tidak isa dilakukan tapering dosis
selama 3 bulan, maka perlu dipertimbangkansplnektomi. Splnektomi akan
menghilangkan tempat utama penghancuran sel darah merah. Hemolisis masih bias terus
berlangsung setelah splenektomi, namun akan dibutuhkan jumlah sel eritrosit terikat
antibody dalam jumlah yang jauh lebih besar untuk menimbulkan kerusakan eritrosit
yang sama. Remisi komplit pasca splenektomi mencapai 50 75 % , namun tidak bersifat
permanen. Glukokortikoid dosis rendah masih sering digunakan setelah splenektomi.
` Imunosupresi, Azatioprin 50-200 mg/hari (80 mg/m2), siklofosfamid 50 150 mg/hari
(60 mg/m2)
` Terapi lain : danazol 600 800 mg/ hari. Biasanya danazol dipakai bersama- sama
steroid. Bila terjadi perbaikan, steroid diturunkan atau dihentikan dan dosis danazol
diturunkan menjadi 200 400 mg/hari. Terapi imunoglobulin (400 mg/kgbb per hari
selama 5 hari) menunjukan perbaikkan pada bebrapa pasien, namun dilaporkan terapi ini
juga tidak efektif pada beberapa pasien lain.
` Terapi transfusi : terapi transfusi bukan merupakan kontraindikasi mutlak. Pada kondisi
yang mengancap jiwa (missal Hb < 3 g /dl) transfusi dapat diberikan, sambil menunggu
steroid dan imunoglobulin untuk berefek.
Anemia hemolitik tipe dingin
Terapi : menghindari udara dingin yang dapat memicu hemolisis, prednison dan splenektomi
tidak banyak membantu, klorambusil 2 4 mg/hari, plasmaferesis untuk mengurangi antibody Ig
M secra teoritis bisa mengurangi hemolisis, namun hal ini sukar dilakukan.
Anemia hemolitik yang diinduksi oleh obat
Dengan menghentikan pemakaian obat yang menjadi pemicu , hemolisis dapat dikurangi.
Kortikosteroid dan transfusi darah dapat di berikan pada kondisi berat.
Anemia hemolitik non imun

gangguan ensim eritrosit (einzinopati):anemia akibat defisiensi G6PD
Pengobatan untuk peyembuhan penyakit belum ada. Tindaka-tindakan yang perlu
dilakukan untuk menanggulangi penyakit defisiensi G6PD adalah sebagai berikut:
a. menghindari obata-obatan yang bersifat oksidan (mis.doksorubisin), sters dan
infeksi pada kasus-kasus defisiensi G6PD.
b. Pencegahan timbulnya kasus-kasus baru dengan mengadakan penyaringan pada
pasangan-pasangan yang ingin menikah terutama di daerah yang tinggi pervalensi
defisiensi G6PD.
Slamet suyono, sarwono waspadjie, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi
ketiga. Balai penerbit FK UI, jakarta, 2001
anemia penyakit kronis
transfusi anemia disertai hemodinamik. Sebaiknya Hb dipertahankan 10-11/dl
preparat besi besi dapat mencegah pembentukan TNF_alfa. Teori lain preparat besi dapat
meningkatkan kadar Hb pada penyakit inflamasi usus dan gagal ginjal, tetapi penggunan preparat
besi msh blm direkomendasikan pd pengbtn an. Akbt pnyk kronis
eritropoietin
1. eritropoietin alfa
2. eritropoietin beta
3. darbopoietin
keuntunganya ;
- mempunyai efek anti-inflamasi dg cr menekan prod TNF-alfa dan interferon-gamma, tapi
dilain pihak menambah proliferasi sel-sel kanker gijal shg akan meningkatkan rekuensi pada
kanker kepala dan leher
c. Makrostik
- megaloblastik (def. asam folat atau vit B
12
)
Sebagian besar kasus hanya memerlukan pemberian vitamin yang sesuai. Asam folat
dosis besar respon hematologik tetapi dapat memperburuk neuropati. Pada anemia berat
yang memerlukan pengobatan segera, mungkin lebih aman untuk memulai pengobatan
dengan kedua vitamin setelah dilakukan pegambilan darah untuk pemeriksaan B
12
dan
folat dan pemeriksaan sum-sum tulang.
Pada orang tua, adanya gagal jantung harus dikoreksi dengan pemberian diuretik
dan suplemen kalium oral selama 10hari (karena pada beberapa kasus telah ditemukan
adanya hipokalemia)
_ Terapi substitusi: asam folat, vit B12, sianokobalamin,
vit.B12 100-1000mgsehari selama 2minggu 1 bulan(pemeliharaan)
Asam folat 1-5mg/hari, per oral 4-5 minggu (tidak mengalami gangguan absorbsi)
_ Terapi kausatif
_ Transfusi atas indikasi Transfusi dihindari
_ Sebagian kasus tx vitamin yang sesuai
_ As folat tdk boleh diberikan sendiri kecuali def vit B12 disingkirkan
_ Anemia berat tx segera, aman dengan pemberian keduanya
2. Penatalaksanaan polisitemia
a. Absolut
- Primer
POLISITEMIA VERA
Prinsip Pengobatan
Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (indi
vidual) dan mengontrol eritropoesis dengan flebotomi.
Menghindari pembedahan elektif parda fase eritrositik/polisitemia yang
belum terkontrol.
Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment). Menghindari obat yang
mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia muda.
Mengontrol panmielosis dengan dosis tertentu fosfor radioaktif atau kemoterapi
sitostatika pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:
- Trombositosis persisten di atas 800.000/mL, terutama jika disertai gejala
trombosis.
- Leukositosis progresif.
- Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitol problematik.
- Gejala sistemik yang tidak terkontrol seperti pruritus yang dikendalikan,
penurunan berat badan atau hiperurikosuria sulit diatasi.
Media Pengobatan
Flebotomi. Flebotomi dapat merupakan pengobatan yang adekuat bagi seorang
pasien polisitemia selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang
dianjurkan.
Indikasi flebotomi:
Polisitemia sekunder fisiologis hanya dilakukan jika Ht > 55%
(target Ht <55%).
Polisitemia sekunder non fisiologis bergantung pada derajat beratnya
gejala yang ditimbulkan akibat hiperviskositas dan penurunan shearrate, atau
sebagai penatalaksanaan terbatas gawat darurat sindrom paraneoplastik.
Fosfor radioaktif (P
3
). Pengobatan dengan fosfor radioaktif ini sangat efektif,
mudah, dan relatif murah untuk pasien yang tidak kooperatif atau dengan keadaan
sosio-ekonomi yang tidak memungkinkan untuk berobat secara teratur.
Kemoterapi sitostatika. Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatika adalah
sitoreduksi. Saat ini lebih dianjurkan menggunakan Hidroksiurea salah satu
sitostatika golongan obat anti metabolik, sedangkan penggunaan golongan obat alkilasi
sudah banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek lekemogenik, dan
mielosupresi yang serius. Walaupun demikian FDA masih membenarkan
(approved) Chlorambucil dan Busulfan digunakan pada PV.
Indikasi penggunaan kemoterapi sitostatika:
Hanya untuk Polisitemia rubra primer (PV),
Flebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan >2 kali sebulan,
Trombositosis yang terbukti menimbulkan trombosis,
Urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan antihistamin,
Splenomegali simptomatik/mengancam ruptura limpa.
Kemoterapi biologi (Sitokin). Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada PV
terutama adalah untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit >800.000/mm'),
produk biologi yang digunakan adalah Interferon
a. Flebotomi (pengeluaran darah)
Permulaan 250-500cc dapat dikeluarkan dengan blood donor
collection sel standar setip 2 hari
Sekitar 200 mg besi dikeluarkan tip 500mL darah
b. Kemoterapi sitstatika
Hidroksi urea800-1200 mg/m2/hari atau 2 kali 10-15 mg/kgBB/hari
Klorambusil0,1-0,2 mg/kgBB/hari selama 3-6 minggu
Busulfan0,06 mg/kgBB/hari
c. Fosfor radioaktif
d. Kemoterapi biologi
Pengobatan suportif
prognosis
Tanpa pengobatan, sekitar 50% penderita dengan gejala akan meninggal dalam waktu
kurang dari 2 tahun.
Dengan pengobatan, mereka hidup sampai 15-20 tahun kemudian
Selanjutnya polisitemia dapat berubah menjadi mielofibrosis dan leukemia
kronik
3. Tranfusi darah
a. Syarat transfusi darah
KU baik
usia 17 65 th
BB 50 kg atau lebih
tidak demam (temperatur oral < 37 C)
frekuensi irama denyut nadi normal
TD 50 100/90 180 mmHg
tidak lesi kulit yg berat
terakhir 8 minggu yg lalu , tidak hamil
tidak menderita TBC aktif
tidak menderita asma bronkial simptomatik
pasca pembedahan (6 bulan setelah operasi besar, luka operasi telah sembuh pada
operasi kecil , minimal 3 hari setelah ekstraksi gigi atau pembedahan mulut)
tidak ada riwayat kejang
tidak ada riwayat perdarahan abnormal
tidak menderita penyakit infeksi yang menular melalui darah
b. macam2, indikasi transfuse darah
Selular
Darah utuh (whole blood)
Sel darah merah pekat (packed red blood cell)
- Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell leukocytes
reduced)
- Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
- Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen, packed red
blood cell deglycerolized)
Trombosit konsentrat
- Trombosit dengan sedikit leukosit (platelets concentrate leukocytes reduced)
Granulosit feresis (granulocytes pheresis)
Non selular
Plasma segar beku (fresh frozen plasma)
Plasma darah tunggal (single donor plasma)
Kriopresipitat faktor anti hemofilia (cryoprecipitate AHF)
Derivat Plasma
Albumin
Immunoglobulin
Faktor VIII dan faktor IX pekat
Rh Immunoglobulin
Plasma ekspander sintetik
- Darah Lengkap (whole blood)
Berisi SDM, leukosit, trombosit dan plasma.
Menurut masa simpan invitro ada 2 macam:
- Darah segar disimpan sampai 48 jam, trombosit dan faktor pembekuan labil (V,
VIII) masih cukup untuk terjadinya pembekuan.
- Darah baru disimpan sampai 5 hari, kadar 2,3 DPG mulai menurun.
Indikasi: meningkatkan jumlah SDM dan volum plasma dalam waktu yang
bersamaan, misalnya pada perdarahan aktif dengan kehilangan darah >25-30%
Kontraindikasi: pasien anemia kronik nonvolemik yang bertujuan meningkatkan
SDM.
- Sel Darah Merah Pekat (Packed Red Blood Cell)
Berisi eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit plasma.
Indikasi: meningkatkan jumlah SDM pada pasien yang menunjukkan gejala anemia
yang hanya memerlukan massa SDM pembawa oksigen saja misalnya pada pasien
dengan gagal ginjal atau anemia karena keganasan. Pemberian disesuaikan dengan
kondisi klinis pasien bukan pada nilai Hb atau hematokrit. Keuntungannya adalah
perbaikan oksigenasi dan jumlah eritrosit tanpa menambah beban volume seperti
pasien anemia dengan gagal jantung.
Kontraindikasi: dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan dalam jumlah
banyak dalam waktu singkat.
- Sel Darah Merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood Cell
Leucocytes Reduced)
Setiap unit sel darah merah pekat mengandung 1-3 x 10
9
leukosit. American
Association of Blood Bank Standard for Transfusion Services menetapkan bahwa sel
darah merah yang disebut dengan sedikit leukosit jika kandungan leukositnya kurang
dari 5 x 10
6
leukosit/unit.
Kandungan SDM kurang dibandingkan SDM pekat biasa karena sel darah ini
diperoleh dengan cara pemutaran, pencucian SDM dengan garam fisiologis, dengan
filtrasi atau degliserolisasi SDM yang disimpan beku sehingga pada pembuatannya
ada SDM yang hilang.
Indikasi: meningkatkan SDM pada pasien yang sering mendapat transfusi darah dan
pada mereka yang sering mendapat reaksi transfusi panas yang berulang dan reaksi
alergi yang disebabkan oleh protein plasma atau antibodi leukosit
- Sel Darah Merah Pekat Cuci
Ht 70-80% dengan volume 180 ml. Pencucian dengan salin membuang hampir
seluruh plasma (98%), menurunkan konsentrasi leukosit, trombosit, serta debris.
Hanya dapat disimpan dalam 24 jam suhu 1-6 C.
Indikasi: pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi yang
berat atau alergi yang berulang, dapat pula digunakan pada transfusi neonatal atau
transfusi intrauteri.
Perhatian: hati-hati terhadap kontaminasi bakteri akibat cara pembuatannya secara
terbuka.
- Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen, packed red
blood cell deglycerolized)
Indikasi:dapat dipakai untuk menyimpan darah langka.
- Trombosit konsentrat (concentrate platelets)
Berisi trombosit, beberapa leukosit dan SDM serta plasma. Diperoleh dengan cara
pemutaran.
1 kantong trombosit pekat berisi sekitar 3x10
11
trombosit, setara dengan 6 kantong
trombosit yang berasal dari donor darah biasa.
Indikasi: kasus perdarahan karena trombositopenia (trombosit <50.000/L) atau
trombositopati kongenital. Juga diindikasikan pada mereka selama operasi atau
prosedur invasif dengan trombosit <50.000/L. Profilaksis diberikan pada semua
kasus dengan trombosit 5-10.000/L yang berhubungan dengan hipoplasi sumsum
tulang akibat kemoterapi, invasi tumor atau aplasia primer sumsum tulang.
c. Teknik dalam serologi golongan darah
Teknik yang terpenting aglutinasi eritrosit.
- Aglutinasi salin mendeteksi antibodi IgM, biasanya pada suhu ruangan dan 4 derajat
celsius
- Uji antiglobulin (coombs) uji yang mendasar dan dipakai luas.
Direk ; mendeteksi antibodi atau komplemen pada permukaan eritrosit tempat
sensitisasi terjadi secara in vivo.
Indirek ; mendeteksi antibodi yang telah melapisi eritrosit secara in vitro.
d. Uji pencocokan silang dan pra transfusi
Dilakukan sejumlah langkah untuk memastikan bahwa pasien menerima darah yang
kompatibel pada saat transfusi
Dari pasien :
- Golongan darah ABO da Rh ditentukan
- Serum ditapis untuk antibodi yang penting melalui uji antiglobulin indirek pada suatu
panel besar eritrosit yang digolongkan secara antigenik
Dari donor :
Dipilih unit ABO dan Rh yang sesuai.
e. Komplikasi transfusi darah
Resiko Umum Untuk Semua Komponen Darah
1. infeksi
berkaitan dengan tranfusi bervariasi menurut lokasi geografi. yang paling sering
ditularkan adalah virus hepatitis non A, non B dengan resiko kontak sebesar 1 untuk
setiap 100 unit yang ditranfusikan,resiko penularan HIV AIDS
2. reaksi-reaksi tranfusi hemolitik
terjadi akibat kesalahan indentifikasi pasien atau pemberian label pada unit eritrosit,
reaksi fetal disebabkan oleh inkontabilitas ABO.
3. alloimunisasi
penerima suatu prouk darah bisa membuat antibodi terhadap antigen donor , hal ini bisa
berakibat terjadi reaksi tranfusi baik jenis hemolitika maupun non hemolitika.
4. reaksi-reaksi tranfusi non hemolitika
--> Ditandai dengan demam, menggigil, urticaria, pruritus, dan kegawatan
respirasi.dijumpai pada pasien yang pernah menerima tranfusi atau wanita multipara.
antibodi terhadap protein plasma donor atau antigen leukosit diduga sebagai
penyebab.
5. kelebihan cairan dengan tanda-tanda kegagalan jantung congestive sering terlihat bila
pasien dengan fungsi cardiovaskuler yang buruk menerima tranfusi.
6. edema paru non cardiogenik disebabkanoleh anti bodi entileukocyte yang terdapat
dalam plasma donor.
Komplikasi-komplikasi tranfusi eritrosit
1. reaksi hemolitika akut biasanya disebabkan oleh antibodi tang terbentuk dalam darah
penerima dan ditandai oleh hemolisis intravaskuler yang dialami oleh eritrosit yang
ditranfusikan segera setelah darah yang tidak kompatibel diberikan. demam,
menggigil, nyeri punggung, nyeri dada, nausea, vomitus dan simptom-simptom yang
berhubungan dengan hipotensi bisa timbul. Bisa terjadi kegagalan ginjal akut dengan
hemoglobinuria. pada pasien tidak sadarkan diri, penurunan tekanan darah atau
bertambahnya pendarahan bisa merupakan satu-satunya manifestasi
2. reaksi tranfusi emolitika yang tertunda bisa terjadi dari 1-25 hari setelah tranfusi dan
disebabkan oleh respon anamnestic atau respon antibodi primer terhadap antigen
eritrosit.
3. komplikasi-komplikasi perdarahan disebabkan oleh pengenceran trombosit dan
faktor-faktor koagulasi plasma bisa dilihat setelah pemberian sejumlah besar paket
eritrosit.
4. penyakit graff-vesus-host yang berkaitan dengan tranfusi biasanya ditemukan pada
pasien yang kekebalan tubuhnya terganggu dan diduga timbul akibat pemberian infus
limfosit T yang berfungsi baik.
5. efek-efek merugikan akibat tranfusi massif
pemberian sejumlah eritrosit atau plasma lebih dari pada volue darah normal pasien
dalam waktu 24 jam berkaitan dengan beberapa komplikasi.
a. hipothermia akibat darah yang didinginkan bisa menimbulkan arithmia cordis.
b. intoksikasi sitrat bisa menimbulkan hipokalsemia dan berakibat tetani, hipotensi
dan penurunan curah jantung.
komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengan tranfusi rombosit
1. alloimunisasi
pasien yang menerima ranfusi trombosit secara teratur akan membentuk antibodi
terhadap antigen trombosit. respon jumlah trombosit yang tidak memadai bisa
disebabkan karena demam, perusakan trombosit yang meningkat.
2. purpura pasxa tranfusi
sindrome yang jarang berhubungan dengan trombositopenia, purpura dan perdarahan
yang dimulai 7-10 hari setelah kontak dengan produk darah yang mengandung
trombosit.
pedoman pengobatan, michele woodley, essentia medica

Anda mungkin juga menyukai