Anda di halaman 1dari 4

Pencegahan Anemia

1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di
dalam pencegahan primer. Hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil
yang belum anemia. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda
terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko. Pencegahan primer meliputi:
a. Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil
mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet zat besi
atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak hanya
diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.
Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan, selain
itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai
sumber konsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada
kehamilan. Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk
meningkatkan intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi
aturan konsumsinya.
a. Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi zat besi dicegah dengan memelihara keseimbangan
antara asupan Fe dan kehilangan Fe. Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk
memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan yang
lainnya tergantung pada riwayat reproduksi. Jika kebutuhan Fe tidak
cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan suplemen Fe
terutama bagi wanita hamil dan masa nifas. Suplemen zat besi dosis rendah
(30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak kunjungan pertama ibu hamil.
b. Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara
terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara.
Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan
defisiensi zat besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung
serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan
deteksi untuk menemukan status patogenik setiap individu di dalam populasi.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit
menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan
dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Hal ini pencegahan tersier ditujukan
kepada ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk
mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki
kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya
kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan
ulang dan memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu
hamil diantaranya yaitu :
a. Memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin .
b. Mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu
hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap
mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan.

Penatalaksanaan Anemia
A. Penatalaksanaan medis
Tindakan umum :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat fe
c) Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
d) Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.
B. Penatalaksanaan keperawatan
1. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
a) Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel
sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit
hemolitik herediter lain.
b) Kaji riwayat keluarga
2. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
a) Morfologi
a. Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
b. SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
c. SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
a. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
b. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.
c. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,
namun masih normal.
d. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
(2) Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti
Slow-Fe setiap hari
e. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
(1) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
(2) Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.
f. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
(1) Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
(2) Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
(a) Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
(b) Kadar kosentrasizat besi serum
(c) Kapasitas pegikat zat besi
(d) Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
(e) Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
(f) Hitung trombosit
(g) uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
(h) Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
(i) Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien
keturunan Afika-Amerika.
(3) Konsultasikan dengan dokter
(4) Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
C. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu
kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.

Anda mungkin juga menyukai