LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL
A. Defenisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus
diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa
eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis
anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar
yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2017)
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%
(Wiknjosastro, 2012). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb) dibawah rentang
normal.
B. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2012). Menurut
Mochtar (2018) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
C. Patofisiologi
1. Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar
hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai
akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebit sebagai
anemia fisiologis dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan.
2. Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat dalam makanan sehari-
hari. Zat dalam makanan seperti susu, teh dan kopi menurunkan absorbs besi. Selama
kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel- sel darah ibu dan
transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah merah. Janin harus
menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah kelahiran.
3. Selama trimester ketiga, jika supan besi wanita tersebut tidak memadai, hemoglobin tidak
akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan
mengakibatkan penurunan transfer zat besi kejanin.
4. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G-6-PD mengakibatkan
anemia melalui hemolisis atau peningkatan penghancuran sel- sel darah merah.
5. Secara umum dengan kehilangan zat besi hal ini akan menyebabkan cadangan besi
menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state.
Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis
berkurang, sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara
klinik belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya timbul
anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada
saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epiter serta beberapa enzim yang dapat
menimbulkan manifestasi anemia.
D. Manifestasi klinik
− Mengelu cepat lelah
− Pusing
− Mata berkunang- kunang
− Malaise
− Lidah luka
− Nafsu makan turun(anoreksia)
− Konsentrasi hilang
− Nafas pendek(pada anemia parah)
− Palpitasi
E. Klasifikasi
Anemia dan kehamilan dapat dibagi sebagai berikut:
1) Anemia defesiensi besi
Anemia dalam kehamilan karena kekurangan besi akibat defesiensi besi ini disebabkan
oleh kurangnya masukan unsur besi dengan makanan karena gangguan rearbsorbsi,
gangguan penggunaan, atau karena banyaknya besi keluar dari tubuh karena perdarahan.
Apabila masuknya besi tidak bertambah pada saat kehamilan, maka sangat mudah terjadi
anemia defesiensi besi.
2) anemia megaloblastik
anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defesiensi asam
folat(pteroylglutamic acid). Jarang sekali terjadi karena defesiensi vitamin B12(
cynocobalamin)
3) anemia hemolitik
disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dibandingkan
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukat atau sulit saat hamil, karena
ketika hamil anemia yang diderita bisa semakin berat. Secara umum anemia hemolitik
dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yakni;
− golongan yang disebabkan oleh factor intrakorpuskuler, seperti pada anemia hemolitik
herediter, thalasemia, anemia sel sabit dan lain- lain.
− Golongan yang disebabkan oleh factor ekstrakorpuskuler, seperti pada infeksi(malaria,
sepsis), keracunan arsenikum,leukemia, penyakit Hodgkin, penyakit hati dan lain-
lain.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dasar ditemui
• Pemeriksaan Hb sahli, kadar Hb < 10 mg/%
• Kadar Ht menurun (normal 37%- 41%)
• Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik)
• Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
• Terdapat pansitopenia, sum- sum tulang kosong diganti lemak.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
− Terapi oral
• Pemberian tablet zat besi mengandung ferosulat, besi glukonat
• Asam folik 15- 30 mg perhari
• Vitamin B12 3x1 tablet perhari
• Sulfas ferosus 3x1 tablet perhari
− Terapi parenteral
Secara intramuscular di injeksikandextran besi(imferon) atau sorbitol besi(jectofer0
2. Keperawatan
− Memberikan penyuluhan klien dan keluarga mengenai supplement besi dan
peningkatan sumber- sumber besi dalam makanan sesuai indikasi.
− Pada klien yang menderita thalasemia atau pembawa sifat tersebut, beri dukungan
khususnya jika wanita tersebut telah mengetahui bahwa ia pembawa. Juka kaji apakah
ada tanda- tanda infeksi selama kehamilan.
− Pada klien yang menderita sel sabit, kaji simpanan besi dan folat, dan hitung
retikulosit; skrining lengkap untuk hemolisis; berikan konseling diet dan supplement
asam folat; dan observasi apakah ada tanda- tanda infeksi.
− Pada klien yang menderita G-6-PD, berikan supplement besi dan asam folat dan
konseling nutrisi, dan jelaskan kebutuhan menghindari obat- obatan oksidasi.
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
1) Aktifitas
• Keletihan, kelemahan, malaise umum
• Kehilangan produktivitas, kehilangan semangat untuk bekerja.
2) Sirkulasi
• Riwayat kehilangan darah kronis
• Palpitasi
• CRT lebih dari 2 detik
3) Eliminasi
• Konstipasi
• Sering kensing
4) Makanan/ cairan: nafsu makan menurun, mual/ muntah
5) Nyeri/ kenyamanan: di daerah abdomen dan kepala
6) Pernapasan: napas pendek pada saat istirahat maupun aktivitas
7) Seksual
• Dapat terjadi perdarahn pervagina
• Perdarahan akut sebelumnya
• Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya
Intervensi:
Intervensi:
a. Jelaskan alas an perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral kiri/
miring dan penurunan aktivitas.
Rasional: mempertahankan janin jauh dari servik dan meningkatkan perfusi uterus
b. Kaji adanya factor yang bisa menyebabkan kelelahan.
Rasional: menentukan intervensi lanjutan yang tepat.
c. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien.
Rasional: meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan.
d. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan.
Rasional: menghindari aktivitas yang mampu meningkatkan kelelahan klien
4) Dx 4 : risiko cedera terhadap janin berhubungan dengan penuruna suplai nutrisi ke
janin.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan risiko
cedera pada janin dapat tertanggulangi.
Kriteria hasil:
− DJJ dalam batas normal
− Hasil USG tidak menunjukkan tanda-tanda abnormalitas.
− Tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan
Intervensi:
Barbara, Stright. 2015. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi baru lahir. Jakarta: EGC
Handayani, Wiwik. 2018. Asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta. Salemba medika.
Poso, ………………………..
(…………………………………………) (……………………….)
PATHWAY