DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
Miskatul A. Darise Susanti
Achirini Moh. Ashari
Ana Rahmawati Abdul Latif
Siti Hasrin NurAinun Ai Afra Maratila
Dewi Sayedi Raafi Renfianto
Sarifah Jumriana
Moh. Jamil Nur Fadila
Hesky Bura Nur Safitri
Waode Fitrah Sari Nurfadila Rusli
Wiwin Wulandari Zallzabilla
Indri Safitri Putri Djohanes
Niluh Sukma Juniari Untung
Husnul Khatimah Dandi Krosdianto
Amat S. Arham Sri Rahastrit
Magfira Azal Alfarizi
Disusun Oleh :
Kelompok 1I
Telah diperiksa dan disetujui oleh Perceptor Klinik dan Perceptor Institusi pada
Hari, Tanggal, Tahun 2023
(………………………………) (…………………………….)
Mengetahui
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Ketua
Kelompok II
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Medis...................................................................................................5
1. Pengertian.......................................................................................................5
2. Psikodinamika/ Proses Terjadinya Masalah...................................................6
3. Tanda dan Gejala............................................................................................8
4. Rentang Respon..............................................................................................9
5. Dampak atau Akibat yang Ditimbulkan.......................................................11
B. Tinjauan Keperawatan perilaku kekerasan.......................................................12
1. Pengkajian.....................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................17
3. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................18
4. Implementasi Keperawatan...........................................................................21
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................................21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................51
BAB V PENUTUP......................................................................................................56
1. Kesimpulan.......................................................................................................56
2. Saran.................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................58
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Keliat, 2016).
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas
manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi
ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk. Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan hasil
sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk
yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya
mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. enurut National Alliance of Mental
Illness (NAMI) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013,
di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami
1
2
gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat seperti
skizofrenia.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang
dihadapi oleh seseorang, yang dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang mengalami perilaku
kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak
bisa diam, mondar-mandir, gelisah, intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara
dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara berlebihan.
Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan
adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa, 2020).
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
diespresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang
lain. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, marah, mudah tersinggung, mengamuk dan bisa mencederai diri
sendiri. Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis, afektif, hingga perilaku dan
sosial hingga menyebabkan resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data tahun
2017 dengan resiko perilaku kekerasan sekitar 0,8% atau dari 10.000 orang
menunjukkan resiko perilaku kekerasan sanggatlah tinggi (Pardede,2020). Risiko
perilaku kekerasan ini dapat dilihat dari bicara dengan nada keras dan perilaku
yang kasar yang disertai kekerasan (Awaludin, 2016).
Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukkan
perubahan perilaku seperti intonasi suara keras, mengancam, ekspresi tegang,
gaduh, gelisah, tidak bisa diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat,
nada suara tinggi dan gembira berlebihan. Kekacauan alam fikir juga dapat dilihat
dari isi pembicaraannya. Perubahan lain yang terjadi adalah adanya penurunan
kemampuan memecahkan masalah, orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang,
serta gelisah (Pardede, Siregar & Halawa, 2020).
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko
Perilaku Kekerasan Pada Penderita Skizofrenia di RSJ Daerah Madani Sulawesi
Tengah ?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko Perilaku
Kekerasan Pada Penderita Skizofrenia di RSJ Daerah Madani Sulawesi
Tengah.
2. Tujuan Khusus
4
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
3. Bagi Institusi
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Medis.
1. Pengertian.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri,orang lain maupun lingkungan. Setiap aktifitas bila tidak
di cegah dapat mengarah pada kematian. (Stuart dan Sundeen 1995 dalam
Firdaus 2016).
5
6
Causa
b. Verbal
c. Perilaku
d. Emosi
e. Intelektual
f. Spiritual
g. Sosial
h. Perhatian
4. Rentang Respon
Keterangan :
a. Asertif
b. Frustasi
Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative
c. Pasif
d. Agresif.
e. Kekerasan.
d. Sulit fokus.
e. Sulit tidur.
f. Gangguan makan.
4. Ideal diri
Klien dengan PK jika kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan
maka ia cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk
pengkajian PK mengenai ideal diri harus dilakukan pengkajian
yang berhubungan dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien
terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai
dengan harapannya.
5. Harga diri
Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal dirinya.
c. Hubungan sosial
Hubungan social pada perilaku kekerasan terganggu karena adanya
resiko menciderai diri sendiri, orang lain , dan lingkungan serta
memiliki amarah yang tidak dapat terkontrol, selanjutnya dalam
pengkajian dilakukan observasi mengenai adanya hubungan
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau
peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalammenjalankan keyakinan.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak
rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
15
f. Persepsi/Sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi
sensori sebagai penyebabnya.
7. Proses Pikir
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir).
Otistik (autisme): bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau
lamunan untuk memuaskan keinginan untuk memuaskan keinginan
yang tidak dapat dicapainya.
b. Isi pikir.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran
curiga, dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak
aman.
8. Tingkat Kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat, dan
waktu. Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri
untuk menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9. Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun panjang.
10. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu
objek ke objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan tegang
dan gelisahan.
11. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang
konstruktif dan adaptif.
12. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
17
merawat pasien
Setelah ......x pertemuan keluarga mampu SP4
melaksanakan follow Up dan rujukan serta a. Evaluasi SP1,2 & 3
mampu menyebutkan kegiatan yang sudah b. Latih langsung ke pasien
dilakukan c. RTL keluarga
1) Follow Up
2) Rujukan
21
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana
perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis, yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien dan
perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal
(Direja, 2017).
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Prabowo (2014), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu:
Evaluasi Proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,
Evaluasi Hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien
dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan
ASUHAN KEPERAWATAN
Strategi Pelaksanaan Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
1. Fase orientasi
“assalamualaikum”
“perkenalkan nama saya Amat saya, perawat di ruangan ini yang akan
merawat bapak”
“bagaimana perasaannya hari ini ?” “apakah ada keluhan hari ini pak?”
yang bapak hadapi” mau di mana kita bercakap-cakap pak? Bagaimana kalau
2. Fase kerja
22
23
“bapak G masih ingat kenapa bapak bisa dibawa kesini, dan bapak masih
“kalau di rumah anggota keluarga yang paling dekat dengan bapak siapa ?”
“wah bagus ya bapak G disini sudah mempunyai teman yang diajak ngobrol”
3. Fase terminasi
“Selanjutnya bapak nanti dapat menceritakan masalah yang bapak miliki tidak
hanya kepada saya saja, tetapi sama teman bapak disini atau petugas yang ada
disini.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajari bapak cara
“Assalamu’alaikum”
24
4. Evaluasi BHSP
P : Lanjut SP 1
25
I. Identitas klien
Inisial : Tn. G
Umur : 33 tahun
Pendidikan : tidak tamat
Agama : islam
Ruang rawat : salak
Tanggal dirawat : 22-02-2023
Tanggal pengkajian : 13-03-2023
Mr. No : 020672
Informan : klien dan status klien
IV. Fisik
1. Tanda-tanda vital
Td : 120/81 mmHg
N : 78x/menit
R : 21x/menit
S : 36,5 ℃
2. Tidak ada keluhan fisik
27
V. Psikososial
1. Genogram
A B
X x
C D
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak menyukai kuku kakinya yang ada luka yang
tidak sembuh dan sudah busuk
b. Identitas diri
Klien lebih merasa puas sebagai perempuan
c. Peran
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara dan klien tidak mau
diperintah oleh orang lain
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin kembali bekerja
sebagai buruh kelapa sawit
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa tidak dihargai di rumah karena ibunya
tidak memberikan kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti adik perempuannya
b. Klien tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang ada di masarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan
tidak mau berbicra dengan orang yang baru ia kenal, klien selalu
marah dan memukul sehingga orang lain takut
Masalah Keperawatan : kerusakan hubungan sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam dan percaya dengan
Allah SWT.
b. Kegiatan beribadah
Klien tidak sholat
29
7. Presepsi
Saat pengkajian klien mengatakan ia mendengar suara bisikan yang
menyuruhnya untuk memukul seseorang, klien mendengar suara itu
mengatakan “pukul dia” sehingga klien gelisah dan modar-mandir. Klien
mengatakan suara itu muncul ketika mau tidur pada malam dan siang
hari, suara itu muncul 1-2 kali.
Masalah Keperawatan : gangguan presepsi sensori halusinasi
pendengaran
8. Arus pikir
Sirkumstansial, klien berbicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan dan menunjukkan flight of ideas klien berbicara yang tidak
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya klien tidak
menyadari pembicaraan yang sama diulangi kembali
Masalah Keperawatan : tidak ada
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki obsesi dan phobia pada suatu hal.
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat kesadaran
klien mengetahui tempat dimana dia berada, klien mampu mengenali
pagi, siang, malam dan klien mampu mengenali orang disekitarnya tetapi
sebagian saja.
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Panjang : klien dapat mengingat kejadian
yang terjadi 1 tahun yang lalu
Gangguan daya ingat jangka pendek : klien dapat mengingat kejadian
yang terjadi 1 minggu terakhir seperti orang yang mengantarnya ke rumah
sakit
31
Gangguan daya ingat saat ini : klien tidak dapat mengenali lawan
bicaranya
Masalah keperawatan : gangguan memori
d. Pakaian
Adik klien mengatakan akan mengontrol cara berpakaian dengan
mengunakan baju dan celana yang rapi
e. Transportasi
Klien di jemput adiknya menggunakan mobil
f. Tempat tinggal
Adik klien mengatakan akan membawa klien pulang kerumah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi :adik klien mengatakan akan mengontrol mandi klien di
rumah
2) Kebersihan : adik klien mengatakan akan mengontrol kebersihan
diri klien
3) Makan : adik klien mengatakan akan mengontrol makan klien di
rumah
4) BaB dan BaK : adik klien mengatakan akan mengajarkan klien
cara megunakan toilet yang benar di rumah
5) Ganti pakaian : adik klien mengatakan akan mengontrol cara klien
berpakaian dan menganti pakaian ketika kotor
Masalah Keperawatan : tidak ada
b. Nutrisi
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda : Ya
2) Apakah anda memisahkan diri : tidak
3) Frekuensi makan sehari : 3 x sehari
4) Nafsu makan : meningkat
5) Berat badan : meningkat
6) Berat badan terendah : 58 kg tertinggi : 67 kg
Masalah keperawatan : tidak ada
33
c. Tidur
1) Ya, klien ada masalah tidur
2) Ya, klien merasa segar setelah bangun tidur
3) Ya, klien sering tidur siang
4) Lama tidur siang klien 45 menit
5) Yang mendorong tidur klien yaitu obat yang di berikan
6) Tidur malam dari jam 22.21 bangun pagi jam 06.00
7) Ya, ada gangguan tidur, klien sering terbangun pada malam hari
Ketika mendengar suara bisikan yang mengataka “pukul dia”
Masalah Keperawatan : gangguan presepsi sensori dan halusinasi
pendegaran
3. Kemampuan klien dalam :
a. Ya , klien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri
b. Ya, klien mampu membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
jika tidak sesuai keinginannya.
c. Ya, klien minum obat sesuai anjuran dari dokter
d. Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : tidak ada
4. Klien memilih sistem pendukung
a. Keluarga tidak menemani klien
b. Ya, klien berterapi dengan minum obat sesuai anjuran dokter
c. Ya, klien didukung teman sejawat yang dekat dengan klien
d. Klien tidak melakukan kelompok sosial
Masalah Keperawatan : tidak ada
5. Ya, klien menikmati saat bekerja, pekerjaan klien sebagai petani sawit,
klien mempunyai hobi bernyanyi
Masalah Keperawatan : tidak ada
6. Pemeliharaan Kesehatan : Ya, klien mengatakan karus rajin untuk minum
obat supaya cepat sembuh
34
Pengumpulan Data
1. Klien gelisah
2. Mondar mondar-mandir
3. Klien sering tertawa sendiri
4. Klien berbicara cepat dan keras
5. Klien berjalan menunduk
6. Klien sering memukul dan menendang temannya
7. Ketika selesai memukul temannya klien merasa senang
8. Klien berpakaian acak-acakan
9. Klien mandi 2 x sehari
10. Klien tidak menyisir rambutnya
11. Rambut klien Panjang dan kusut
12. Klien jarangan ganti baju
13. Sehabis mandi klien langsung mengunakan baju dan celana tanpa
mengeringkan badannya terlebih dahulu
14. Klien mengatakan suara itu muncul pada malam hari ketika mau tidur
15. Suara itu muncul 1-2 kali
16. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah dan ibunya di rumah
17. Klien mengatakan mendapat penolakan dari teman-teman sebayanya di
kampung di katakana “pergi kau tidak waras”
18. Klien sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
sesorang suara itu mengatakan “pukul dia”
36
19. Klien mengatakan dirumah sering dimarahi ibunya dikatakan anak tidak
berguna
20. Minat klien untuk melakukan perawatan diri masih kurang
21. Klien mengatakan saat ada masalah klien cenderung melampiaskannya
pada hal-hal yang berbau kekerasan, klien senang memukul temannya,
klien sering mengumpat, dan mengancam akan melukai orang lain.
Klasifikasi Data
Ds :
Do :
Analisa Data
No Data Masalah
1. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah
dan ibunya di rumah
Data Objektif :
1. Klien sering memukul dan menendang Resiko perilaku
temannya kekerasan
2. Klien terlihat mondar-mandir
3. Klien sering tertawa sendiri
4. Klien gelisah
5. Ketika klien selesai memukul temannya
klien merasa senag
6. Klien berbicara cepat dan keras
2. Data Subjektif :
1. Klien sering mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk memukul sesorang suara
itu mengatakan “pukul dia”
39
Perilaku kekerasan
Halusinasi Pendengaran
Sp 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu sp 1,2 dan sp 3
2. Latihan secara spiritual
a. Berdoa dan sholat
42
Sp 5
1. Evaluasi Kembali (sp 1,2,3 dan sp 4)
2. Latih kepatuan minum obat
a. Minum obat secara teratur dengan
prinsip 6 benar
b. Susun jadwual minum obat secara
teratur
3. Masukan dalam jadwual harian klien
43
Pertemuan ke- 1
Sp 1 pasien : membantu klien untuk Latihan fisik tarik nafas dalam saat emosional
a. Fase orientasi
’Assalamualaikum pak,
perkenalkan nama saya Amad, saya senang dipanggil saya Amad, saya perawat
yang dinas di ruangan salak ini. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 08.00- 14.00 dan
saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. “Kalua boleh
saya tau nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana perasaan
bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan
berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak” “Berapa lama
bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “Dimana
enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”
b. Fase kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Jadi pak ada
2 penyebab marah” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke
rumah dan istri belum menyediakan makanan (misalnya ini penyebab marah
pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien) “Apakah bapak
merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan?
O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan
44
cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara untuk
mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui
kegiatan fisik disalurkan rasa marah. Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu? Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak
rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?” “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
c. Fase Terminasi
‘’Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah (sebutkan) dan yang bapak
rasakan (sebutkan) dan yang bapak lakukan (sebutkan) serta akibatnya
(sebutkan)”. Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan
jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadwal latihannya
ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam? jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,
assalamualaikum”
45
d. Evaluasi
Jam : 12.20
S:
- klien mengatakan sudah merasa tenang
- klien mengatakan akan melakukan Tarik nafas dalam saat merasa emosi
dan marah
O:
A : SP1 teratasi
P : Validasi SP 1
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada
berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus!” “Mari kita
masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 06.00 pagi dan
jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu- waktu gunakan
kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali
sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi dan kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa pak, assalamualaikum”.
48
d. Evaluasi
Jam 13.00
S:
O :
A : SP2 teratasi
P : Validasi Sp 1 dan Sp 2
b. Fase Orientasi
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?,
“apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat
jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan.
“baik pak, bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
c. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
Ada tiga caranya pak :
50
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena
disuruh kerja yang berat tetapi bapaknya menolak dan bapak maunya melakukan
pekerjaan yang dilakukan perempuan karena itu pekerjaan yang tidak berat. Coba
Bapak bicara baik-baik untuk minta pekerjaan yang tidak berat menurut bapak.
”Bu, saya tidak sanggup melakukan pekerjaan yang berat seperti laki-laki
biasanya.” Nanti bisa dicoba di sini jika perawatnya meminta tolong untuk
melakukan sesuatu, tetapi jika pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan
gelas teman-temanya bapak jangan menolak untuk melakukanya, kalaupun bapak
menolaknya coba untuk berbicara yang baik kepada perawatnya, atau coba
berbicara baik kepada temanya jika ingin meminta rokok atau meminta tolong
untuk mengambilkan sesuatu, karena itu juga merupakan salah satu cara
mengontrol emosi dan marah. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: „Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan‟. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:
‟ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu‟.
Coba praktekkan. Bagus sekali pak”
d. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus
sekali pak, sekarang mari kita masukkan kedalam jadwal Latihan hari-hari yah
pak. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik ?
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” Mau di mana Pak? Di sini
lagi? Baik sampai nanti ya” assalamualaikum pak.
51
e. Evaluasi
S:
O:
A : SP 3 teratasi
P : Validasi sp 1, sp 2, dan sp 3
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.G dengan
gangguan Perilaku Kekerasan di ruangan salak RSD Madani Palu , maka penulis pada
BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
A. Pengkajian
pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis
untuk mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien. Pada
tahap ini terjadi proses interaksi manusia dan komunikasi dengan peran yang ada
data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan.
53
Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga
pasien
54
55
klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
pada kasus Tn.G klien sering melakukan kekerasan seperti memukul temannya,
klien suka mengancam jika keinginan tidak di turuti, klien berkomunikasi mata
klien melotot dan suara keras. Gejala-gejala yang muncul tersebut tidak semua
nampak melototkan mata serta berbicara dengan suara keras, mengepalkan kedua
gejala Perilaku Kekerasan di bagi dalam beberapa point di antaranya: fisik, mata
melotot, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku,
merasa diri berkuasa, merasa benar, tidak bermoral, Sosial ; menarik diri,
melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual. Beberapa Gejala ini tidak
dialami oleh Tn.G akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan
B. Diagnosa Keperawatan
2. Perilaku kekerasan
pendengaran, harga diri rendah, deficit perawatan diri dan koping individu tidak
efektif dari hal tersebut dapat dilihat tidak semua diagnosa pada teori muncul
C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama. Pada saat
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien
mengontrol dengan metode pukul kasur. Strategi pertemuan ketiga pada Tn. G
dengan baik).
Evaluasi Keperawatan
membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah
klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dari jangka waktu 3 kali pertemuan
mengatakan mengerti dan memahami cara memukul kasur dan bantal yang telah
di ajarkan untuk mengontrol emosi dan marah. Data objektif pasien tampak
Evaluasi yang diperoleh pada kasus Tn.G yakni Tn.G menyatakan sudah
merasa tenang, klien mengatakan mengerti dan memahami cara memukul kasur
dan bantal yang telah di ajarkan untuk mengontrol emosi dan marah. Tn. G
PENUTUP
1. Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
kekerasan sperti klien nampak melototkan mata serta berbicara dengan suara
deficit perawatan diri dan koping individu tidak efektif, tetapi pada
kekerasan
59
yang
60
61
2. Saran
a. Perawat
b. Bagi Institusi
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam memberikan
klien
DAFTAR PUSTAKA
62