Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN SEMINAR KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN DIAGNOSA


KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
RSD MADANI PALU

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK II
Miskatul A. Darise Susanti
Achirini Moh. Ashari
Ana Rahmawati Abdul Latif
Siti Hasrin NurAinun Ai Afra Maratila
Dewi Sayedi Raafi Renfianto
Sarifah Jumriana
Moh. Jamil Nur Fadila
Hesky Bura Nur Safitri
Waode Fitrah Sari Nurfadila Rusli
Wiwin Wulandari Zallzabilla
Indri Safitri Putri Djohanes
Niluh Sukma Juniari Untung
Husnul Khatimah Dandi Krosdianto
Amat S. Arham Sri Rahastrit
Magfira Azal Alfarizi

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
T.A 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN SEMINAR KELOMPOK
PRAKTEK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA PROFESI DI
RUANGAN SALAK RSD MADANI PALU

Disusun Oleh :
Kelompok 1I

Telah diperiksa dan disetujui oleh Perceptor Klinik dan Perceptor Institusi pada
Hari, Tanggal, Tahun 2023

Perceptor Institusi Perceptor Klinik

(………………………………) (…………………………….)
Mengetahui
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Ketua

Dr. Jurana, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP : 197112151991012001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya penyusun
dapat menyelesaikan laporan seminar kasus kelolaan di Ruangan salak RSD Madani
Palu guna menyelesaikan tugas praktek pendidikan profesi ners stase keperawatan
jiwa..
Laporan ini merupakan wujud nyata dari hasil observasi kami tentang “Asuhan
keperawatan pada Tn. G dengan diagnosa keperawatan Resiko Perilaku
Kekerasan”, dalam penyusunan laporan seminar ini tentunya tidak lepas dari
kesulitan-kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan dan bimbingan dari preceptor
institusi dan preceptor klinik (ruangan salak) kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Eli Sarifah. S.Kep Ns.,M.Kes selaku
preceptor institusi ruangan salakdan Ni Made Lisna, S.,Kep.,Ns selaku preceptor
klinik ruangan salak RSD Madani Palu
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan seminar ini masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu penyusunan,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam perbaikan laporan seminar ini
demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga laporan seminar ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Palu, Maret 2023

Kelompok II
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………..i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Medis...................................................................................................5
1. Pengertian.......................................................................................................5
2. Psikodinamika/ Proses Terjadinya Masalah...................................................6
3. Tanda dan Gejala............................................................................................8
4. Rentang Respon..............................................................................................9
5. Dampak atau Akibat yang Ditimbulkan.......................................................11
B. Tinjauan Keperawatan perilaku kekerasan.......................................................12
1. Pengkajian.....................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................17
3. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................18
4. Implementasi Keperawatan...........................................................................21
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................................21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................51
BAB V PENUTUP......................................................................................................56
1. Kesimpulan.......................................................................................................56
2. Saran.................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................58
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Keliat, 2016).
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah
yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas
manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi
ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan
kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk. Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI) berdasarkan hasil
sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan 61.5 juta penduduk
yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya
mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. enurut National Alliance of Mental
Illness (NAMI) berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013,
di perkirakan 61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami

1
2

gangguan jiwa, 13,6 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat seperti
skizofrenia.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang
dihadapi oleh seseorang, yang dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang mengalami perilaku
kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak
bisa diam, mondar-mandir, gelisah, intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara
dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara berlebihan.
Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan
adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa, 2020).
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
diespresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang
lain. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, marah, mudah tersinggung, mengamuk dan bisa mencederai diri
sendiri. Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis, afektif, hingga perilaku dan
sosial hingga menyebabkan resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data tahun
2017 dengan resiko perilaku kekerasan sekitar 0,8% atau dari 10.000 orang
menunjukkan resiko perilaku kekerasan sanggatlah tinggi (Pardede,2020). Risiko
perilaku kekerasan ini dapat dilihat dari bicara dengan nada keras dan perilaku
yang kasar yang disertai kekerasan (Awaludin, 2016).
Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukkan
perubahan perilaku seperti intonasi suara keras, mengancam, ekspresi tegang,
gaduh, gelisah, tidak bisa diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat,
nada suara tinggi dan gembira berlebihan. Kekacauan alam fikir juga dapat dilihat
dari isi pembicaraannya. Perubahan lain yang terjadi adalah adanya penurunan
kemampuan memecahkan masalah, orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang,
serta gelisah (Pardede, Siregar & Halawa, 2020).
3

Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku


kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh
rasa amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan, bila tidak ditangani dengan baik maka perilaku kekerasan dapat
mengakibatkan kehilangan kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang
lain serta lingkungan, sehingga adapun upaya-upaya penanganan perilaku
kekerasan yaitu mengatasi strees termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri, bersama pasien
mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi
medik (Musmini, 2020).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien jiwa
dengan kasus perilaku kekerasan sangat di butuhkan, perawat memiliki peranan
penting dalam hal membantu proses penyembuhan, hal ini di buktikan dengan
adanya intervensi bina hubungan saling percaya antar pasien dan perawat, yang di
harapkan pasien mau dan mampu mengunggkapkan isi kemarahannya dan
melampiaskannya dalam bentuk respon asertif agar terhindar dari perilaku agresif
seperti Mengamuk, mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pemberian “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko
Perilaku Kekerasan Pada Penderita Skizofrenia di RSJ Daerah Madani Sulawesi
Tengah ?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan “Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Resiko Perilaku
Kekerasan Pada Penderita Skizofrenia di RSJ Daerah Madani Sulawesi
Tengah.
2. Tujuan Khusus
4

a. Melakukan pengkajian pada pasien resiko perilaku kekerasan di ruang


Salak RSJ Madani
b. Menurumuskan diagnosa keperawatan pasien resiko perilaku
kekerasan di ruang Salak RSJ Madani

c. Menyusun rencana keperawatan pasien resiko perilaku kekerasan di


ruang Salak RSJ Madani

d. Melaksanakan implementasi sesuai dengan masalah keperawatan pada


pasien resiko perilaku kekerasan di ruang Salak RSJ Madani

e. Mengevaluasi Asuhan keperawatan yang telah diberikan pada pasien


resiko perilaku kekerasan di ruang Salak RSJ Madani

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat

Menambah pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan pada pasien


skizofrenia yang mengalami RPK.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi rumah sakit dalam upaya


meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan RPK pada
pasien Skizofrenia.

3. Bagi Institusi

Digunakan sebagai tambahan wacana dan referensi sehingga dapat


menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan RPK pada pasien
Skizofrenia.

4. Bagi Mahasiswa Profesi Ners


5

Hasil penulisan ini dapat memberikan wawasan bagi pertisipan untuk


menambah pengetahuan tentang RPK pada pasien Skizofrenia.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Tinjauan Medis.
1. Pengertian.
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman. Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri,orang lain maupun lingkungan. Setiap aktifitas bila tidak
di cegah dapat mengarah pada kematian. (Stuart dan Sundeen 1995 dalam
Firdaus 2016).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk suatu perilaku


yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
(Harnawati 1993 dalam Linka 2015).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secar fisik,baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, di sertai amuk dan gaduh gelisah yang tidak
terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2015).

Suatu keadaan di mana individu mengalami perilaku yang dapat


melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend
1998 dalam Linka 2015).

Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat


membahayakan klien sendiri,lingkungan termasuk orang lain dan barang-
barang. Perilaku kekerasan dapat di bagi dua menjadi perilaku kekerasan secar
verbal dan fisik ( Maramis 1998 dalam Firdaus, 2016).

5
6

2. Psikodinamika/ Proses Terjadinya Masalah.


Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kekerasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan
sebagai ancaman (Stuart dan Sundeen 1945 dalan Linka, 2015). Perasaan
marah normal pada setiap orang, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh
perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang dan mal adaptif. Respon
respon yang timbul seperti asertif, frustasi, pasif, agresif, dan kekerasan).
(Firdaus, 2016).

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon


pasif yang melarikan diri atau respon melawan dan menentang merupakan
respon yang adaptif yaitu agresif kekerasan, faktor predisposisi yang biasanya
sering dialami yaitu psikologis. Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan
frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak yang
tidak menyenangkan yaitu perasaan dihina, ditolak, dianiaya ataupun saksi
dari tindak penganiyaan. Perilaku reinforcement yang diterima pada saat
melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar
rumah , sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah olah perilaku kekerasan dapat diterima. Dampak yang
muncul utamanya saat pasien dibawa ke rumah sakit jiwa ialah sering tampak
pasien tidak manusiawi serta sering dibawah pengawalan keluarga.
(Kusumawati & Hartono, 2015).
7

Cedera pada diri sendiri dan


orang lain
Effect
Perilaku kekerasan

Core problem Resiko perilaku kekerasan

Causa

Regimen terapeutik inefektif Harga diri rendah kronik GPS; Halusinasi

Koping keluarga tidak Berduka disfungsional Isolasi sosial


efektif.

Gambar 1. Pohon masalah


8

3. Tanda dan Gejala.


a. Fisik

Mata melotot / pandangan tajam,tangan mengepal,rahang mengatup,


wajah memerah dan tegang,serta postur tubuh kaku .

b. Verbal

Mengancam,mengumpat dengan kata kata kotor,berbicara dengan nada


keras, kasar,ketus.

c. Perilaku

Menyerang orang lain, melukai diri sendiri /orang lain,merusak


lingkungan,amuk/agresif.

d. Emosi

Tidak adekuat,tidak aman dan nyaman, measa terganggu,dendam,jengkel


tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi,menyalahkan dan
menuntut

e. Intelektual

Mendominasi,cerewet,kasar,berdebat,merehmekan,dan tidak jarang


mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa,merasa diri benar,keragu-raguan,tidak bermoral,dan


kreativitas terhambat.

g. Sosial

Menarik diri,pengasingan,penolakan,kekerasan,ejekan,dan sindiran.


9

h. Perhatian

Bolos,melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual (Firdaus,


2016).

4. Rentang Respon

Respon adaptif respons matadaptif

Asertif Frustasi pasif agresif kekerasan

( Lilik Azizah Dkk 2016)

Keterangan :

a. Asertif

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan


memberikan ketenangan

b. Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative

c. Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

d. Agresif.

Periku yang menyertai marah,terdapat dorongan untuk menuntut tetapi


masih terkontrol.
10

e. Kekerasan.

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.

Tabel. perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif / kekerasan

Indikator Pasif Asertif Agresif


Negatif dan Positif dan Menyombongkan
Isi merendahkan diri, menawarkan diri, merendahkan
Pembicaraan contohnya diri,contohnya orang lain,
perkataan : perkataan : “saya contohnya
“dapatkah saya ?” dapat…” “saya perkataan : “kamu
“dapatkah kamu ?” akan…” selalu….” “kamu
tidak pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat, sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong ke
kepala depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap jarak akan
dengan sikap jarak yang menyerang orang
acuh/mengabaikan nyaman lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/sama Mempertahankan Mata melotot dan
sekali tidak kontak mata dipertahankan
sesuai dengan
hubungan
11

5. Dampak atau Akibat yang Ditimbulkan.


Dampak yang ditimbulkan dari resiko perilaku kekerasan adalah resiko cedera
pada diri sendiri dan orang lain. Kekerasan yang ditimbulkan dapat memberi
dampak fisik dan psikis pada orang lain. (Linka, 2015). Dampak lain yang
dapat timbul ialah;

a. Gangguan kecemasan dan depresi.

b. Disosiasi (menarik diri dan isolasi)

c. Kilas balik trauma (PTSD).

d. Sulit fokus.

e. Sulit tidur.

f. Gangguan makan.

g. Tidak nyaman dengan sentuhan fisik.

h. Kecenderungan melukai diri sendiri.

i. Usaha bunuh diri.

j. Gagal perkembangan pada anak (sosial, emosional dan kognitif yang


tidak seimbang). (Firdaus, 2016).
12

B. Tinjauan Keperawatan perilaku kekerasan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social dan spiritual.
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang: nama
mahasiswa, nama panggilan, lalu dilanjut melakuka pengkajian dengan
nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM,
tanggal pengkajian dan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Penyebabkan klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien
melakukan kekerasan, apa yang klien lakukan dirumah, apa yang sudah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya, apakah pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan Tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga
apakah ada yang mengalami gangguan jiwa, menanyakan kepada klien
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan. Pada klien dengan
perilaku kekerasan faktor predisposisi, factor presipitasi klien dari
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, adanya riwayat anggota
keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku
13

kekerasan tekanan darah meningkat, RR meningkat, nafas dangkat, muka


memerah, tonus otot meningkat, dan dilatasi pupil.
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh. Pada klien
perilaku kekerasan perlu dikaji pola asuh keluarga dalam menghadapi
klien.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai. Klien dengan perilaku kekerasan mengenai
gambaran dirinya ialah pandangan tajam, tangan mengepal, muka
memerah
2. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status posisinya, kepuasan klien sebagai laki – laki atau
perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelaminnya dan posisinya. Klien dengan PK biasanya identitas
dirinya ialah moral yang kurang karena menunjukkan pendendam,
pemarah, dan bermusuhan
3. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
14

4. Ideal diri
Klien dengan PK jika kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan
maka ia cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk
pengkajian PK mengenai ideal diri harus dilakukan pengkajian
yang berhubungan dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan klien
terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai
dengan harapannya.
5. Harga diri
Harga diri yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan ideal dirinya.
c. Hubungan sosial
Hubungan social pada perilaku kekerasan terganggu karena adanya
resiko menciderai diri sendiri, orang lain , dan lingkungan serta
memiliki amarah yang tidak dapat terkontrol, selanjutnya dalam
pengkajian dilakukan observasi mengenai adanya hubungan
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan atau
peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalammenjalankan keyakinan.
6. Status mental
a. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki tidak
rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
15

biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian kurang, dampak


ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap status
psikologis klien (deficit perawatan diri). Pada klien dengan perilaku
kekerasan biasanya klien tidak mampu merawat penampilannya,
biasanya penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
cara berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti
tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam.
b. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru, gagap,
sering terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu, menghindar, tidak
mampu memulai pembicaraan. Pada klien perilaku kekerasan cara
bicara klien kasar, suara tinggi, membentak, ketus, berbicara dengan
kata – kata kotor.
c. Aktivitas motorik
Agresif, menyerang diri sendiri orang lain maupun menyerang objek
yang ada disekitarnya. Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan
gelisah, muka merah, jalan mondar-mandir.
d. Afek dan Emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien
cepat berubah-ubah cenderung mudah mengamuk, membanting
barang-barang/ melukai diri sendiri, orang lain maupun objek sekitar,
dan berteriak-teriak
e. Interaksi selama wawancara
Klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara biasanya
mudah marah, defensive bahwa pendapatnya paling benar, curiga,
sinis, dan menolak dengan kasar. Bermusuhan:dengan kata-kata atau
pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah. Curiga dengan
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada pewawancara
atau orang lain.
16

f. Persepsi/Sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi
sensori sebagai penyebabnya.
7. Proses Pikir
a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir).
Otistik (autisme): bentuk pemikiran yang berupa fantasi atau
lamunan untuk memuaskan keinginan untuk memuaskan keinginan
yang tidak dapat dicapainya.
b. Isi pikir.
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran
curiga, dan tidak percaya kepada orang lain dan merasa dirinya tidak
aman.
8. Tingkat Kesadaran
Tidak sadar, bingung, dan apatis. Terjadi disorientasi orang, tempat, dan
waktu. Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri
untuk menghadapi kenyataan dan mengalami kegelisahan.
9. Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun panjang.
10. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu
objek ke objek lainnya. Klien selalu menatap penuh kecemasan tegang
dan gelisahan.
11. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang
konstruktif dan adaptif.
12. Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
17

minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan


hal-hal diluar dirinya yang menyebabkan timbulnya penyakit atau
masalah sekarang.
13. Mekanisme Koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif,
olah raga, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti
minum alkohol, merokok, reaksi lambat/berlebihan, menghindar,
mencederai diri atau lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko Perilaku Kekerasan.
18

3. Rencana Tindakan Keperawatan.

Tujuan Kreteria Evaluasi Intervensi


Pasien mampu: Setelah ......x pertemuan, pasien mampu: SP 1 :
a. Mengindentikasi penyebab a. Menyebutkan penyebab, tanda, gejala, dan a. Identifikasi penyebab , tanda dan
dan tanda prilaku kekerasan akibat prilaku kekerasan gejalaserta akibat prilaku kekerasan
b. Menyebutkan jenis prilaku b. Memperagakan cara fisik 1 untuk mengontol b. Latihan cara fisik 1: tarik nafas dalam
kekerasan yang dilakukan prilaku kekerasan c. Masukan kedalam jadwal harian pasien
c. Menyebutkan akibat dari Setelah.....x pertemuan, pasien mampu: SP 2 :
prilaku kekerasan yang a. Menyebutkan kegiatan yang sudah a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
dilakukan dilakukan b. Latihan cara fisik 2: Pukul kasur /
d. Menyebutkan cara b. Memperagakan cara fisik untuk bantal
mengontrol prikaku mengontrol prilaku kekerasan. c. Masukan dalam jadwal harian pasien
kekerasanya Setelah.....x petemuan pasien mampu: SP 3 :
e. Mengontrol prilaku a. Menyebutkan kegiatan yang sudah di a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan
kekerasannya dengan cara: lakukan SP2)
1) Fisik b. Memperagakan cara sosial / verbal b. Latihan secara sosial / verbal
2) Sosial / verbal untuk mengontrol prilaku kekerasan c. Menolak dengan baik
3) Spiritual d. Meminta dengan baik
4) Terapi e. Mengungkapkan dengan baik
5) Psikofarmaka (obat) f. Masukan dalam jadwal harian pasien
Setelah......x pertemuan pasien mampu: SP 4 :
a. Menyebutkan kegiatan yang sudah di a. Evalasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)
lakukan b. Latihan secara spiritual
b. Memperagakan cara spiritual 1) Berdoa
2) Sholat
c. Masukan dalam jadwal harian pasien
19

Setelah......x pertemuan, pasien mampu: SP 5 :


a. Menyebutkan kegiatan yang sudah a. Evaluasi kegiatan (SP1,2,3&4)
dilakukan b. Latih patuh obat
b. Memperagakan cara patu obat 1) Minum obat secara
teratur dengan prinsip 6 benar.
2) Susun jadwal minum obat secara
teratur
c. Masukan dalam jadwal harian paseien
Keluarga mampu: Setelah.....x pertemuan, keluarga mampu SP 1:
a. Merawat pasien menjelaskan penyebab, dan gejala, akibat serta a. Identifikasi masalah yang dirasakan
dirumah mampu memperagakan cara merawat. keluarga dalam merawat pasien
b. Jelaskan tentang prilaku kekersan:
1) Penyebab
2) Akibat.
3) Cara merawat
c. Latih cara merawat
d. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah.....x pertemuan keluarga mampu SP 2:
menyebutkan kegiatan yang sudah di lakukan dan a. Evealuasi kegiatan yang lalu (SP1)
mampu merawat serta dapat membuat RTL b. Latihan (stimulasi) 2 cara lain untuk
merawat pasien.
c. Latih langsung ke pasien
d. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
merawat pasien.
Setelah.....x pertemuan keluarga mampu SP3
menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan a. Evaluasi SP1 dan SP 2
mampu merawat serta dapat membuat RTL b. Laatih langsung ke pasien
c. RTL keluarga / jadwal keluarga untuk
20

merawat pasien
Setelah ......x pertemuan keluarga mampu SP4
melaksanakan follow Up dan rujukan serta a. Evaluasi SP1,2 & 3
mampu menyebutkan kegiatan yang sudah b. Latih langsung ke pasien
dilakukan c. RTL keluarga
1) Follow Up
2) Rujukan
21

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan. Pada situasi nyata, implementasi seringkali jauh berbeda dengan

rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana

tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan

perawat adalah menggunakan rencana tidak tertulis, yaitu apa yang dipikirkan,

dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat membahayakan klien dan

perawat jika tindakan berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal

(Direja, 2017).

Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan

Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama.

Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien

dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta

klien yang diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah

dilaksanakan serta respon klien (Hafizudiin,2021).

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Prabowo (2014), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai

efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu:

Evaluasi Proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan,

Evaluasi Hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien

dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
Strategi Pelaksanaan Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)

Nama : Tn. E Tanggal : 12 April 2022

Pertemuan : Ke-1 Jam : 09.00 wita

1. Fase orientasi

“assalamualaikum”

“perkenalkan nama saya Amat saya, perawat di ruangan ini yang akan

merawat bapak”

“nama bapak siapa ? Senangnya di pangil siapa?” “asalnya dari mana ?”

“bagaimana perasaannya hari ini ?” “apakah ada keluhan hari ini pak?”

“bagaimana kalau kita bercakap-mcakap tentang hobi, perasaan dan masalah

yang bapak hadapi” mau di mana kita bercakap-cakap pak? Bagaimana kalau

di ruangan mau? Mau berapa lama bapak? Bagaimana kalau 15 menit?”

2. Fase kerja

“sebelumnya saya ingin menanyakan mengenai bapak, bapak suka dipanggil

dengan nama panggilan siapa?”

“jadi.. Bapak… suka dipanggil dengan nama panggilan pak G, ya?”

“bagaimana hubungan bapak dengan keluarga di rumah ?, bapak bersaudara

berapa, dan bapak anak ke berapa?”

“bapak G hobi bapak apa ?”

22
23

“nah lalu apa sebenarnya harapan atau cita-cita bapak ?”

“bapak G sebelumnya bekerja dimana ? sebagai apa ?”

“bapak G masih ingat kenapa bapak bisa dibawa kesini, dan bapak masih

ingat siapa yang mengantar bapak kesini?”

“kalau di rumah anggota keluarga yang paling dekat dengan bapak siapa ?”

“bagaimana perasaan bapak setelah berada disini?”

“bapak G punya teman yang biasa di ajak ngobrol disni ?”

“kalau punya coba sebutkan siapa saja temannya disini”

“wah bagus ya bapak G disini sudah mempunyai teman yang diajak ngobrol”

“baiklah, saya kira cukup hari ini untuk berbincang-bincangnya ya pak”

3. Fase terminasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?”

“Bapak tadi sudah menyebutkan hobi bapak, keluarga dan teman-teman

bapak, dan aktifitas yang bapak lakukan sebelumnya”

“Selanjutnya bapak nanti dapat menceritakan masalah yang bapak miliki tidak

hanya kepada saya saja, tetapi sama teman bapak disini atau petugas yang ada

disini.”

”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajari bapak cara

mengontrol emosi yang bapak rasakan. Bagaimana, bapak mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa.

“Assalamu’alaikum”
24

4. Evaluasi BHSP

S : - klien mengatakan merasa lebih tenang saat di ajak berbincang-bincang

1. Klien mengatakan klien dibawa ke rumah sakit karena memukul orang

2. Klien mengatakan orang terdekatnya adalah adik perempuannya

O: - klien nampak kooperatif

3. Ada kontak mata

4. Selama berbincang-bincang tentang masalahnya klien nampak tegang,

mata melotot, bersuara keras, serta mengepalkan tangannya

A : terjalin hubungan saling percaya antar perawat dan klien

P : Lanjut SP 1
25

Pengkajian Keperawatan Jiwa

I. Identitas klien
Inisial : Tn. G
Umur : 33 tahun
Pendidikan : tidak tamat
Agama : islam
Ruang rawat : salak
Tanggal dirawat : 22-02-2023
Tanggal pengkajian : 13-03-2023
Mr. No : 020672
Informan : klien dan status klien

II. Alasan Masuk


Sebelum dibawa oleh adiknya, klien awalnya dirumah memukul orang
karena tidak diberiakan rokok, mengamuk melempar barang-barang karena kesal,
sering bicara sendiri. Mondar-mandir, gelisah sering mendengar suara-suara
tanpa wujud yang memerintahkannya untuk memukul orang lain dan suka
tertawa sendiri.
Keluhan Saat Dikaji :
1. Klien sering melakukan kekerasan seperti memukul dan menendang
temannya, setelah melakukan tindakan kekerasan klien tertawa dan merasa
puas.
2. Klien suka mengancam temannya jika keinginannya tidak dituruti
3. Klien terlihat gelisah dan mondar-mandir
4. Saat berkomunikasi mata klien melotot dan suara keras
26

5. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk


memukul seseorang, klien mendengar suara itu mengtakan “pukul dia”
sehingga klien tampak gelisah dan mondar-mandir.
6. Klien mengatakan di rumah sering dimarahi ibunya dikatakan anak tidak
bergun dan dipukuli. Klien mengatakan membenci ibunya saat berinteraksi
klien selalu menunduk
III. Faktor Predisposisi
1. Ya, klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
2. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil klien masuk Kembali karena
mengamuk dirumah, mondar-mandir dan mendengar suara tanpa wujud
dan gelisah
3. Klien mengalami penganiayaan fisik dari ayahnya, klien mengatakan
sering di pukuli saat di rumah, klien mengalami penolakan dari teman-
teman sebayanya. Klien juga mengalami penolakan dari keluarganya,
klien sering mendapat penganiayaan verbal dari ibunya seperti anak tidak
berguna. Klien tidak mengalami penganiayaan seksual,
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif
4. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa kecuali klien
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu dipukuli oleh
ayahnya

Masalah Keperawatan : Regimen Keluarga tidak efektif

IV. Fisik
1. Tanda-tanda vital
Td : 120/81 mmHg
N : 78x/menit
R : 21x/menit
S : 36,5 ℃
2. Tidak ada keluhan fisik
27

V. Psikososial
1. Genogram

A B
X x

C D

A : Ayah dan ibu dari pasien : Laki-laki : Pasien

B : Ayah dan ibu dari mantan istri pasien : Perempuan

C : Ayah/ibu dari Pasien : Meninggal

D : Ayah/ibu dari Mantan istri pasien : Garis pernikahan

: Garis tinggal serumah


28

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak menyukai kuku kakinya yang ada luka yang
tidak sembuh dan sudah busuk
b. Identitas diri
Klien lebih merasa puas sebagai perempuan
c. Peran
Klien adalah anak pertama dari 2 bersaudara dan klien tidak mau
diperintah oleh orang lain
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin kembali bekerja
sebagai buruh kelapa sawit
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa tidak dihargai di rumah karena ibunya
tidak memberikan kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang paling berarti adik perempuannya
b. Klien tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang ada di masarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan
tidak mau berbicra dengan orang yang baru ia kenal, klien selalu
marah dan memukul sehingga orang lain takut
Masalah Keperawatan : kerusakan hubungan sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa dia beragama islam dan percaya dengan
Allah SWT.
b. Kegiatan beribadah
Klien tidak sholat
29

Masalah Keperawatan : distress spiritual


VI. Status mental
1. Klien berpakaian acak-acakan, klien mau mandi dan mengosok gigi jika
disuruh oleh perawat, klien tidak menyisir rambutnya, rambut klien
Panjang dan kusut, klien jarang ganti pakaiannya, sehabis mandi klien
langsung mengunakan baju dan celana tanpa mengeringkan badannya
terlebih dahulu
Masalah Keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien berbicara mengunakan bahasa Indonesia dengan intonasi yang
keras dan cepat.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas Motorik
Klien gelisah,kontak mata tidak ada,sering mondar-mandir,dan klien
sering mengepalkan kedua tangannya, berkata kasar, dan mengancam
temannya
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Alam perasaan
Putus asa, merasa tidak dianggap
Masalah keperawatan : Keputusasaan
5. Afek
Emosi klien labil, kadang berbicara sendiri, sering marah-marah dan
mengancam memukul temannya
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
6. Interaksi selama wawancara
Saat diajak komunikasi klien tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak
fokus dengan apa yang di tanyakan dan dalam menjawab pertanyaan
Masalah Keperawatan : tidak ada
30

7. Presepsi
Saat pengkajian klien mengatakan ia mendengar suara bisikan yang
menyuruhnya untuk memukul seseorang, klien mendengar suara itu
mengatakan “pukul dia” sehingga klien gelisah dan modar-mandir. Klien
mengatakan suara itu muncul ketika mau tidur pada malam dan siang
hari, suara itu muncul 1-2 kali.
Masalah Keperawatan : gangguan presepsi sensori halusinasi
pendengaran
8. Arus pikir
Sirkumstansial, klien berbicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan
pembicaraan dan menunjukkan flight of ideas klien berbicara yang tidak
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya klien tidak
menyadari pembicaraan yang sama diulangi kembali
Masalah Keperawatan : tidak ada
9. Isi pikir
Klien tidak memiliki obsesi dan phobia pada suatu hal.
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat kesadaran
klien mengetahui tempat dimana dia berada, klien mampu mengenali
pagi, siang, malam dan klien mampu mengenali orang disekitarnya tetapi
sebagian saja.
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Panjang : klien dapat mengingat kejadian
yang terjadi 1 tahun yang lalu
Gangguan daya ingat jangka pendek : klien dapat mengingat kejadian
yang terjadi 1 minggu terakhir seperti orang yang mengantarnya ke rumah
sakit
31

Gangguan daya ingat saat ini : klien tidak dapat mengenali lawan
bicaranya
Masalah keperawatan : gangguan memori

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Perhatian klien mudah beralih dari satu objek ke objek yang lain dan klien
mampu melakukan perhitungan dengan bantuan sederhana.
Masalah keperawatan : tidak ada
13. Kemampuan penilaian
Klien mangalami gangguan penilaian ringan,klien dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan membantu orang lain, dapat memilih
cuci tangan sebelum dan sesudah makan
Masalah Keperawatan : tidak ada
14. Daya titik diri
Klien sadar, bahwa ia sedang sakit
Masalah keperawatan : tidak ada
VII. Kebutuhan pasien pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
a. Makan
Adik klien mengatakan klien dapat makan dengan baik, makan 3 x
sehari porsi dihabiskan, klien makan nasi, sayur dan lauk pauk
lainnya. Klien makan menggunakan tangan kanan, setelah makan
klien membersihkan piring makannya
b. Keamanan
Adik klien mengatakan akan menjaga klien di rumah dan rutin
minum obat.
c. Perawatan Kesehatan
Klien mangatakan akan menjaga Kesehatan dirinya dan menjalani
terapi obat yang diberikan.
32

d. Pakaian
Adik klien mengatakan akan mengontrol cara berpakaian dengan
mengunakan baju dan celana yang rapi
e. Transportasi
Klien di jemput adiknya menggunakan mobil
f. Tempat tinggal
Adik klien mengatakan akan membawa klien pulang kerumah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi :adik klien mengatakan akan mengontrol mandi klien di
rumah
2) Kebersihan : adik klien mengatakan akan mengontrol kebersihan
diri klien
3) Makan : adik klien mengatakan akan mengontrol makan klien di
rumah
4) BaB dan BaK : adik klien mengatakan akan mengajarkan klien
cara megunakan toilet yang benar di rumah
5) Ganti pakaian : adik klien mengatakan akan mengontrol cara klien
berpakaian dan menganti pakaian ketika kotor
Masalah Keperawatan : tidak ada
b. Nutrisi
1) Apakah anda puas dengan pola makan anda : Ya
2) Apakah anda memisahkan diri : tidak
3) Frekuensi makan sehari : 3 x sehari
4) Nafsu makan : meningkat
5) Berat badan : meningkat
6) Berat badan terendah : 58 kg tertinggi : 67 kg
Masalah keperawatan : tidak ada
33

c. Tidur
1) Ya, klien ada masalah tidur
2) Ya, klien merasa segar setelah bangun tidur
3) Ya, klien sering tidur siang
4) Lama tidur siang klien 45 menit
5) Yang mendorong tidur klien yaitu obat yang di berikan
6) Tidur malam dari jam 22.21 bangun pagi jam 06.00
7) Ya, ada gangguan tidur, klien sering terbangun pada malam hari
Ketika mendengar suara bisikan yang mengataka “pukul dia”
Masalah Keperawatan : gangguan presepsi sensori dan halusinasi
pendegaran
3. Kemampuan klien dalam :
a. Ya , klien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri
b. Ya, klien mampu membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri
jika tidak sesuai keinginannya.
c. Ya, klien minum obat sesuai anjuran dari dokter
d. Tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : tidak ada
4. Klien memilih sistem pendukung
a. Keluarga tidak menemani klien
b. Ya, klien berterapi dengan minum obat sesuai anjuran dokter
c. Ya, klien didukung teman sejawat yang dekat dengan klien
d. Klien tidak melakukan kelompok sosial
Masalah Keperawatan : tidak ada
5. Ya, klien menikmati saat bekerja, pekerjaan klien sebagai petani sawit,
klien mempunyai hobi bernyanyi
Masalah Keperawatan : tidak ada
6. Pemeliharaan Kesehatan : Ya, klien mengatakan karus rajin untuk minum
obat supaya cepat sembuh
34

7. Kegiatan dalam rumah : menonton tv


8. Kegiatan diluar rumah : pergi kekebun kumpul buah sawit dan
memancing di kolam belakang rumah
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VIII. Mekanisme koping


Mekanisme koping klien maladaptive. Klien mengatakan saat ada masalah klien
melampiaskannya pada tindakan resiko perilaku kekerasan seperti klien
mengancam akan melukai orang lain, berbicara kasar, dan lari dari masalah.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif
IX. Masalah psikososial dan lingkungan
1. Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan sosial di masyarakat
2. Klien mengatakan ia putus obat
3. Klien tidak memiliki pekerjaan
4. Klien mengatakan ia tinggal dengan adiknya dirumah
5. Klien tidak punya masalah dengan petugas kesehatan dan klien dirawat di
RSUD Madani di ruagan salak
Masalah Keperawatan : tidak ada
X. Aspek Medik
1. Terapi obat
2. Stelosis 5 mg 2x1
3. Arkin 1,5 mg 2x1
4. Depakluter 250 mg 2x1
5. Clorilex 25mg 0-0-1
XI. Masalah Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Halusinasi pendengaran
3. Harga diri rendah
4. Defisit perawat diri
35

5. Masalah koping individu tidak efektif

Pengumpulan Data

1. Klien gelisah
2. Mondar mondar-mandir
3. Klien sering tertawa sendiri
4. Klien berbicara cepat dan keras
5. Klien berjalan menunduk
6. Klien sering memukul dan menendang temannya
7. Ketika selesai memukul temannya klien merasa senang
8. Klien berpakaian acak-acakan
9. Klien mandi 2 x sehari
10. Klien tidak menyisir rambutnya
11. Rambut klien Panjang dan kusut
12. Klien jarangan ganti baju
13. Sehabis mandi klien langsung mengunakan baju dan celana tanpa
mengeringkan badannya terlebih dahulu
14. Klien mengatakan suara itu muncul pada malam hari ketika mau tidur
15. Suara itu muncul 1-2 kali
16. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah dan ibunya di rumah
17. Klien mengatakan mendapat penolakan dari teman-teman sebayanya di
kampung di katakana “pergi kau tidak waras”
18. Klien sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
sesorang suara itu mengatakan “pukul dia”
36

19. Klien mengatakan dirumah sering dimarahi ibunya dikatakan anak tidak
berguna
20. Minat klien untuk melakukan perawatan diri masih kurang
21. Klien mengatakan saat ada masalah klien cenderung melampiaskannya
pada hal-hal yang berbau kekerasan, klien senang memukul temannya,
klien sering mengumpat, dan mengancam akan melukai orang lain.

Klasifikasi Data

Ds :

1. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah dan ibunya di rumah


2. Klien sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
sesorang suara itu mengatakan “pukul dia”
3. Klien mengatakan suara itu muncul pada malam hari Ketika mau tidur
4. Suara itu muncul 1-2 kali
5. Klien mengatakan mendapat penolakan dari teman-teman sebayanya di
kampung di katakana “pergi kau tidak waras”
6. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah dan ibunya di rumah
7. Klien mengatakan dirumah sering dimarahi ibunya dikatakan anak tidak
berguna

8. Klien mengatakan saat ada masalah klien cenderung melampiaskannya pada


hal-hal yang berbau kekerasan, klien senang memukul temannya, klien sering
mengumpat, dan mengancam akan melukai orang lain.

Do :

1. Klien sering memukul dan menendang temannya


2. Klien terlihat mondar-mandir
3. Klien sering tertawa sendiri
4. Klien gelisah
37

5. Ketika klien selesai memukul temannya klien merasa senag


6. Klien berbicara cepat dan keras
7. Klien terlihat mondar-mandir
8. Klien sering tertawa sendiri
9. Klien gelisah
10. Klien berjalan menunduk
11. Klien berpakaian acak-acakan
12. Klien mandi 2 x sehari
13. Klien tidak merapikan rambutnya
14. Rambut klien Panjang dan berantakan
15. Klien jarang ganti baju
16. Sehabis mandi klien langsung mengunakan baju dan celana tanpa
mengeringkan badan terlebih dahulu
17. Klien tampak sering memukul teman-temannya
38

Analisa Data

No Data Masalah
1. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah
dan ibunya di rumah

Data Objektif :
1. Klien sering memukul dan menendang Resiko perilaku
temannya kekerasan
2. Klien terlihat mondar-mandir
3. Klien sering tertawa sendiri
4. Klien gelisah
5. Ketika klien selesai memukul temannya
klien merasa senag
6. Klien berbicara cepat dan keras

2. Data Subjektif :
1. Klien sering mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk memukul sesorang suara
itu mengatakan “pukul dia”
39

2. Klien mengatakan suara itu muncul pada Halusinasi


malam hari Ketika mau tidur pendengaran
3. Suara itu muncul 1-2 kali
Data Objektif :
1. Klien terlihat mondar-mandir
2. Klien sering tertawa sendiri
3. Klien gelisah
3. Data Subjektif :
1. Klien mengatakan mendapat penolakan dari
teman-teman sebayanya di kampung di
katakana “pergi kau tidak waras” Harga diri
2. Klien mengatakan sering dipukuli oleh ayah rendah
dan ibunya di rumah
3. Klien mengatakan dirumah sering dimarahi
ibunya dikatakan anak tidak berguna
Data Objektif :
1. Klien berjalan menunduk
4. Data Subjektif : -
Data Objektif :
1. Klien berpakaian acak-acakan
2. Klien mandi 2 x sehari Defisit Perawatan
3. Klien tidak merapikan rambutnya Diri
4. Rambut klien Panjang dan berantakan
5. Klien jarang ganti baju
6. Sehabis mandi klien langsung mengunakan
baju dan celana tanpa mengeringkan badan
terlebih dahulu
40

XII. Diagnosa Berdasarkan Prioritas : Resiko Perilaku Kekerasan

XIII. Pohon Masalah

Perilaku kekerasan

Resiko perilaku kekerasan

Halusinasi Pendengaran

Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif

Regimen keluarga tidak efektif


41

XIV. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1. Resiko perilaku 1. Kline tidak Setelah berinteraksi selama Sp 1.
melakukan 12x pertemuan dalam 28 jam 1. Bina hubungan saling percaya
kekerasan
perilaku dinas di harapkan : 2. Identifikasi penyebab, tanda dan
kekerasan 1. Ancaman pada orang lain gejalaserta akibat perilaku kekerasan
2. Klien dapat menurun 3. Latihan cara fisik
mengendalikan 2. Perilaku menyerang a. Tarik nafas dalam
emisinya menurun 4. Masukan dalam jawdual harian pasien
3. Melukai diri sendiri dan
orang lainmenurun Sp 2
4. Perilaku merusak 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1)
lingkungan sekitar 2. Latihan secara fisik
menurun a. Pukul Kasur dan bantal
5. Agresif mengamuk 3. Masukan dalam jadwal harian klien
menurun
6. Suara keras menurun Sp 3
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1)
2. Latihan secara sosial dan verbal
3. Menolak dengan baaik
4. Meminta dengan baik
5. Mengungkapkan dengan baik
6. Masukan dalam jadwal haian

Sp 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu sp 1,2 dan sp 3
2. Latihan secara spiritual
a. Berdoa dan sholat
42

3. Masukan dalam jadwal harian klien

Sp 5
1. Evaluasi Kembali (sp 1,2,3 dan sp 4)
2. Latih kepatuan minum obat
a. Minum obat secara teratur dengan
prinsip 6 benar
b. Susun jadwual minum obat secara
teratur
3. Masukan dalam jadwual harian klien
43

STATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Hari/tanggal : Senin 13 maret 2023

Pertemuan ke- 1

Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan

Sp 1 pasien : membantu klien untuk Latihan fisik tarik nafas dalam saat emosional

a. Fase orientasi
’Assalamualaikum pak,
perkenalkan nama saya Amad, saya senang dipanggil saya Amad, saya perawat
yang dinas di ruangan salak ini. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 08.00- 14.00 dan
saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. “Kalua boleh
saya tau nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?” “Bagaimana perasaan
bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?” “Baiklah kita akan
berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak” “Berapa lama
bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit? “Dimana
enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”
b. Fase kerja
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah
marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Jadi pak ada
2 penyebab marah” “Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke
rumah dan istri belum menyediakan makanan (misalnya ini penyebab marah
pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien) “Apakah bapak
merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang
terkatup rapat, dan tangan mengepal?” “Setelah itu apa yang bapak lakukan?
O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan
44

cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak
lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak
adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan
kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian? Ada beberapa cara untuk
mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui
kegiatan fisik disalurkan rasa marah. Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita
belajar satu cara dulu? Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak
rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu
keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana
perasaannya?” “Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
c. Fase Terminasi
‘’Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?” ”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah (sebutkan) dan yang bapak
rasakan (sebutkan) dan yang bapak lakukan (sebutkan) serta akibatnya
(sebutkan)”. Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak
yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan
jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. Sekarang kita buat jadwal latihannya
ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam? jam berapa saja pak?
Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak,
assalamualaikum”
45

d. Evaluasi
Jam : 12.20
S:
- klien mengatakan sudah merasa tenang
- klien mengatakan akan melakukan Tarik nafas dalam saat merasa emosi
dan marah

O:

- klien nampak tenang


- Klien mampu melakukan tehnik tarik nafas dalam yang telah di ajarkan
- klien kooperatif

A : SP1 teratasi

P : Validasi SP 1

Lanjutkan SP 2 : mengontrol emosi dengan cara pukul kasur


46

Hari/tanggal : Selasa 14 maret 2023


Pertemuan ke- 2
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
Sp 2 Latih Cara Fisik 2 (Pukul Kasur Dan Bantal)
a. Fase Orientasi
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya tadi untuk datang lagi 2 jam
kemudian dan sekarang saya datang kembali pak”.
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah?”
“masih ingat cara mengontrol marah yang pertama tadi saya ajarkan pak ?”
“bisa bapak ulangi kembali bagaimana cara menarik napas dalam?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan
kegiatan fisik untuk cara yang kedua” “Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20
menit?” Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
b. Fase Kerja
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal,
berdebar-debar, mata melotot, selain Tarik napas dalam bapak dapat melakukan
pukul kasur dan bantal”. “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal.
Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan itu dengan memukul kasur dan bantal. Nah,
coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak
melakukannya”.
“Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya.
c. Terminasi
47

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?” “Ada
berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus!” “Mari kita
masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 06.00 pagi dan
jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu- waktu gunakan
kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali
sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi dan kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya.
Sampai jumpa pak, assalamualaikum”.
48

d. Evaluasi
Jam 13.00

S:

- klien mengatakan sudah merasa tenang


- klien mengatakan mengerti dan memahami cara memukul Kasur dan
bantal yang telah diajarkan untuk mengontrol emosi dan marah
- klien mengatakan akan melakukan pukul bantal dan Kasur jika merasa
dada mulai berdebar

O :

- klien nampak tenang


- klien mampu melakukan tehnik pukul Kasur yang telah di ajarkan
- klien kooperatif

A : SP2 teratasi

P : Validasi Sp 1 dan Sp 2

Lanjutkan Sp 3 : Latih verbal


49

Hari/tanggal : Rabu 15 Maret 2023


Pertemuan ke - 3
Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan
SP 3 Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal (menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik)

b. Fase Orientasi
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi” “Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?,
“apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?” “Coba saya lihat
jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya
mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau
diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan.
“baik pak, bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat yang
sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
c. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal,
dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
Ada tiga caranya pak :
50

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya karena
disuruh kerja yang berat tetapi bapaknya menolak dan bapak maunya melakukan
pekerjaan yang dilakukan perempuan karena itu pekerjaan yang tidak berat. Coba
Bapak bicara baik-baik untuk minta pekerjaan yang tidak berat menurut bapak.
”Bu, saya tidak sanggup melakukan pekerjaan yang berat seperti laki-laki
biasanya.” Nanti bisa dicoba di sini jika perawatnya meminta tolong untuk
melakukan sesuatu, tetapi jika pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan
gelas teman-temanya bapak jangan menolak untuk melakukanya, kalaupun bapak
menolaknya coba untuk berbicara yang baik kepada perawatnya, atau coba
berbicara baik kepada temanya jika ingin meminta rokok atau meminta tolong
untuk mengambilkan sesuatu, karena itu juga merupakan salah satu cara
mengontrol emosi dan marah. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: „Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan‟. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat
kesal bapak dapat mengatakan:
‟ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu‟.
Coba praktekkan. Bagus sekali pak”
d. Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari” “Bagus
sekali pak, sekarang mari kita masukkan kedalam jadwal Latihan hari-hari yah
pak. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik ?
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?” Mau di mana Pak? Di sini
lagi? Baik sampai nanti ya” assalamualaikum pak.
51

e. Evaluasi

S:

- Klien mengatakan sudah mengerti dan memahami cara berbicara dengan


baik
- Klien mengatakan sudah bisa berbicara baik dengan teman teman dan
perawat

O:

- Klien nampak tenang


- Klien nampak berbicara dengan baik dan sopan
- Klien kooperatif selama melakukan latihan mengontrol emosi dan marah

A : SP 3 teratasi

P : Validasi sp 1, sp 2, dan sp 3

lanjut SP 4, klien dalam perawatan


52
BAB IV

PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.G dengan

gangguan Perilaku Kekerasan di ruangan salak RSD Madani Palu , maka penulis pada

BAB ini akan membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.

Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan

keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien perilaku kekerasan.

Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap

masalah keperawatan perilaku kekerasan. Tindakan keperawatan didasarkan

pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis

yang dijabarkan sebagai berikut. Tahap pengkajian pada klien perilaku

kekerasan dilakukan interaksi perawat-klien melalui komunikasi terapeutik

untuk mengumpulkan data dan informasi tentang status kesehatan klien. Pada

tahap ini terjadi proses interaksi manusia dan komunikasi dengan peran yang ada

pada perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi

dengan adanya proses interpersonal. Selama pengkajian dilakukan pengumpulan

data dari beberapa sumber, yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan.

53
Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga

pasien

54
55

jarang mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis

melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih

terbuka membantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan juga

melakukan observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:

1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada

klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan

perasaan.

2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara

Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena ditemukan

pada kasus Tn.G klien sering melakukan kekerasan seperti memukul temannya,

klien suka mengancam jika keinginan tidak di turuti, klien berkomunikasi mata

klien melotot dan suara keras. Gejala-gejala yang muncul tersebut tidak semua

mencakup dengan yang ada di teori klinis dari Perilaku Kekerasan.

Gejala yang muncul pada Tn.G diantaranya saat di wawancara klien

nampak melototkan mata serta berbicara dengan suara keras, mengepalkan kedua

tangan, klien nampak sering memukul temannya. Menurut Firdaus (2016)

gejala Perilaku Kekerasan di bagi dalam beberapa point di antaranya: fisik, mata

melotot, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, postur tubuh kaku,

Verbal ; Mengancam dengan kata-kata kototr, berbicara dengan nada keras,

Perilaku ; menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak

lingkungan, mengamuk atau agresif, Emosi ; merasa terganggu, dendam, jengkel,

bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut, Spiritual ;


56

merasa diri berkuasa, merasa benar, tidak bermoral, Sosial ; menarik diri,

pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran, Perhatian; bolos,

melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual. Beberapa Gejala ini tidak

dialami oleh Tn.G akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan

kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.G.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut (Azizah dkk,2016) yaitu :

1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

2. Perilaku kekerasan

3. Perubahan persepsi sensori ; halusinasi pendengaran

4. gangguan harga diri rendah

5. koping individu tidak efektif

Sedangkan pada kasus Tn.G ditemukan diagnosa keperawatan yang muncul

yang meliputi Perilaku kekerasan, resiko perilaku kekerasan, halusinasi

pendengaran, harga diri rendah, deficit perawatan diri dan koping individu tidak

efektif dari hal tersebut dapat dilihat tidak semua diagnosa pada teori muncul

pada kasus Tn.G.

C. Perencanaan Keperawatan

Rencana tindakan pada keluarga (Husein,& Arifin,2011)adalah;

1. identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien sesuai dengan yang

telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini

2. Jelaskan keuntungan peran serta keluarga dalam merawat klien


57

3. Jelaskan cara-cara merawat klien ; terkait cara mengontrol perilaku marah

secara konstruktif, sikap dan cara berbicara, membantu klien mengenal

penyebab marah dan pelaksanaan cara pencegah perilaku kekerasan

Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa gangguan

Perilaku kekerasan meliputi pemberian tindakan keperawatan berupa terapi

(Azizah, dkk 2016) yaitu :

1. Bantu klien menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan,

mempraktekan cara mengontrol fisik 1 (tehnik nafas dalam)

2. Mempraktekan cara mengontrol fisik 2 (pukul bantal)

3. mempraktekan latihan cara verbal atau sosial

4. mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

5. Meminum obat secara teratur.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.

Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa dilakukan berdasarkan Strategi

Pelaksanaan (SP) yang sesuai dengan masing-masing masalah utama. Pada saat

akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan klien

dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien

yang diharapkan, dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan serta

respon klien (Hafizudiin,2021).

Pada kasus Tn.G strategi pelaksanaan yang telah dilakukan diantaranya

strategi pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Strategi pertemuan pertama


58

meliputi Bantu klien menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan,

mempraktekan cara mengontrol dengan metode relaksasi nafas dalam. Strategi

pertemuan kedua yang dilakukan pada Tn.G meliputi Mempraktekan cara

mengontrol dengan metode pukul kasur. Strategi pertemuan ketiga pada Tn. G

meliputi mengontrol perilaku kekerasan dengan cara melatih mengungkapkan

rasa marah secara verbal (menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan

dengan baik).

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang telah

ditentukan.Perilaku kekerasan tidak terjadi perilaku kekerasan, klien dapat

membina hubungan saling percaya, klien dapat Mengontrol perilaku kekerasan,

klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dari jangka waktu 3 kali pertemuan

didapatkan data subjektif klien menyatakan sudah merasa tenang, klien

mengatakan mengerti dan memahami cara memukul kasur dan bantal yang telah

di ajarkan untuk mengontrol emosi dan marah. Data objektif pasien tampak

tenang, pasien cukup mengerti, pasien cukup kooperatif.

Evaluasi yang diperoleh pada kasus Tn.G yakni Tn.G menyatakan sudah

merasa tenang, klien mengatakan mengerti dan memahami cara memukul kasur

dan bantal yang telah di ajarkan untuk mengontrol emosi dan marah. Tn. G

tampak tenang, cukup mengerti, cukup kooperatif.


BAB V

PENUTUP
1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat

disimpulkan bahwa:

a. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan

menjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung

data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, kami mengunakan

komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling percaya dengan klien.

Pada kasus Tn. G diperoleh bahwa klien mengalami gejala perilaku

kekerasan sperti klien nampak melototkan mata serta berbicara dengan suara

keras, mengepalkan kedua tangan, klien nampak sering memukul temannya.

b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn. G Perilaku kekerasan,

resiko perilaku kekerasan, halusinasi pendengaran, harga diri rendah,

deficit perawatan diri dan koping individu tidak efektif, tetapi pada

pelaksanaannya, penulis fokus pada masalah utama yaitu resiko perilaku

kekerasan

c. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi

pertemuan pada pasien resiko perilaku kekerasan

d. Evaluasi di peroleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan dalam

mengendalikan emosi yang di tandai dengan klien merasa tenang, klien

mengatakan mengerti dan memahami cara memukul kasur dan bantal

59
yang

60
61

telah di ajarkan untuk mengontrol emosi dan marah

2. Saran

a. Perawat

Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan

strategi pertemuan 1-3 pada klien dengan resiko perilaku kekerasan

sehingga dapat mempercepat proses pemulihan klien.

b. Bagi Institusi

Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi pendengaran

c. Bagi Keluarga Klien

Hendaknya koping keluarga lebih ditingkatkan khususnya dalam hal

mendampingi klien minum obat guna mencegah terjadinya kekambuhan pada

klien
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus , 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Salemba Medika; Yogyakarta.


Kusumawati dan Hartono, 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.
Linka, 2015. Asuhan Keperawatan Jiwaed. II. BITI; Palembang
Keliat, B.A. & Akemat. (2016). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas kelompok.Ed.2.
EGC.
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy
Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Mutiara
Ners. 3 (1), 8-14.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Hafizudiin. “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.a Dengan Masalah Halusinasi
Pendengaran.” OSF Preprints, 11 Apr. 2022. Web. 10.31219/osf.io/9xn25
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.

62

Anda mungkin juga menyukai