Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS SCHIZOPHERENIA DI RUANG BANGSAL
SAWIT RSKD DADI KOTA MAKASSAR
TAHUN 2023

OLEH :

KELOMPOK 2

PRECEPTOR LAHAN PRECEPTOR INSTITUSI

Alfin Edy Jayadi, S.Kep.,Ns Lindriani, S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS)


UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN AJARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan rahmat serta ridho-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn.T Dengan Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dengan Diagnosa Medis
Schizophrenia Di Ruang Bangsal Sawit Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Kota
Makassar Tahun 2023”.
Penulis merasa bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih menemui
beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu penulis juga menyadari bahwa
penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan terbatasnya
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis dan masih banyak kekurangan-kekurangan
lainnya, olehnya itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak. Menyadari penyusunan laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pembimbing institusi Ibu Lindriani, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan
pembimbing lahan Bapak Alfin Edy Jayadi,S.Kep.,Ns yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa dan memberikan saran,
masukan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus
ini.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat,
berkat dan karuniaNya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang setimpal
atas semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
kepada penulis serta senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan
menjadikan kita sebagai hambaNya yang selalu bersyukur.

Makassar, 7 Maret 2023


Penulis

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
E. Metode Penulisan ................................................................................. 4
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 6
A. Konsep Dasar Halusinasi ..................................................................... 6
1. Definisi ........................................................................................... 6
2. Etiologi ........................................................................................... 8
3. Rentang Respon ............................................................................. 11
4. Jenis Halusinasi .............................................................................. 11
5. Tanda Dan Gejala ........................................................................... 12
6. Fase Halusinasi .............................................................................. 14
7. Mekanisme Koping ........................................................................ 15
8. Sumber Koping .............................................................................. 15
9. Penatalaksanaan Halusinasi ........................................................... 20
10. Pohon Masalah ............................................................................... 21
B. Konsep Asuhan Keperawatan Halusinasi ............................................ 21
1. Pengkajian ...................................................................................... 21
2. Diagnosa keperawatan ................................................................... 31
3. Rencana Intervensi ......................................................................... 32
4. Implementasi .................................................................................. 48
5. Evaluasi .......................................................................................... 40
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................... 41
A. Tinjauan kasus ...................................................................................... 41

iii
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 67
BAB V PENUTUP........................................................................................... 70
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi ketika seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa memiliki rentang respon adaptif yang
merupakan sehat jiwa, masalah psikososial, dan respon maladaptif yaitu
gangguan jiwa (UU No. 18 Tahun 2014). Gangguan jiwa merupakan
gangguan dalam berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective),
tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Menurut Malim (2002) Gangguan
jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Umumnya
ditandai adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran
dan persepsi, adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015).
Berdasarkan hasil survey World Healt Organization (WHO 2013)
menyatakan hampir 400 juta penduduk dunia menderita masalah gangguan
jiwa. Satu dari empat anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan
seringkali tidak terdiagnosis secara tepat sehingga tidak memperoleh
perawatan dan pengobatan dengan tepat. Data Riset Kesehatan Dasar (2013)
prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta (2,7 per mil), Aceh (2,7
per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), Bali (2,3 per mil), Jawa Tengah
(2,3 per mil), Bangka Belitung (2,2 per mil), Nusa Tenggara Barat (2,1 per
mil), Bengkulu (1,9 per mil) dan Sumatera Barat urutan ke sembilan dengan
jumlah (1,9 per mil) (Riskesdas, 2013).
Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu gangguan
jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa
kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan gangguan jiwa
berat/kelompok psikosa yaitu skizofrenia (Yusuf,dkk. 2015).Skizofrenia

1
merupakan bentuk gangguan jiwa kronik (Mirza, dkk, 2015).Skizofrenia
merupakan gangguan mental dengan ciri utama gejala psikotik, dan gejala
tersebut dapat menyebabkan penderita sikzofrenia mengalami penurunan
kualitas hidup, fungsi sosial, dan pekerjaan.
Halusinasi merupakan terganggunya persepsi dari panca indera
seseorang dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar), dimana klien memberi persepsi tentang
lingkungan tanpa adanya suatu objek (Yosep, 2013). Sekitar 70% halusinasi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa yaitu halusinasi dengar, 20%
mengalami halusinasi penglihatan dan 10% mengalami halusinasi
penghidu, pengecap, perabaan. Halusinasi dapat mengancam dan
menakutkan bagi klien walaupun klien lebih jarang melaporkan halusinasi
sebagai pengalaman yang menyenangkan. Mula-mula klien merasakan
halusinasi sebagai pengalaman nyata, tetapi kemudian dalam proses
penyakit tersebut, dia dapat mengakuinya sebagai halusinasi (Videbeck,
2008).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah
tanpa sebab, bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang
tidak jelas, maka perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang
strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan
sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan klien. Peran
perawat dalam menangani halusinasi antara lain melakukan penerapan
standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih
keluarga untuk merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007)
Strategi pelaksanaan pada klien halusinasi mencakup kegiatan mengenal
halusinasi, mengajarkan klien menghardik halusinasi, minum obat dengan
teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta
melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi, 2015).
Berdasarkan fakta-fakta seperti itu sudah seharusnya menjadi
cacatan bagi kita di Indonesia dalam mengatasi kesehatan jiwa yang sudah
mengkhawatirkan karena secara nyata kondisi seperti itulah yang
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan rasa stress, depresi dan

2
berbagai gangguan jiwa pada manusia, sehingga perawatan masalah dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi sangat memerlukan perhatian yang
sungguh-sungguh, karena seseorang yang mengalami gangguan jiwa
dengan harga diri rendah pasti akan merasa dirinya tidak berharga, tidak
mampu, dan selalu mengatakan bahwa dirinya tidak berguna, yang mana
hal ini dapat memicu seseorang mengalami stress. Menurut Mardiana
(2008), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi
strategis dalam menurunkan angka kekambuhan gangguan persepsi sensori
: halusinasi, meningkatkan kemandirian dan taraf hidupnya .
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas
masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Sawit
RSKD Dadi Sulawesi Selatan Tahun 2023.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
persepsi : Halusinasi Pendengaran diruang sawit RSKD Dadi Sulawesi
Selatan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensori : Halusinasi Pendengaran.
e. Mengevaluasi hasil tindakan pada klien gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran
f. Mendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

3
C. Ruang Lingkup
Dalam ruang lingkup ini penulis hanya akan membahas tentang
gangguan persepsi sensori : halusinasi di Ruang Sawit RSKD Dadi Sulawesi
Selatan.
D. Manfaat penulisan
1. Bagi Klien
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan oleh penderita agar dapat
mempercepat proses penyembuhan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan atas kebijaksanaan untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Pendengaran
3. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan
kususnya tentang asuhan keperawatan jiwa pada psien dengan gangguan
persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
4. Bagi Penulis
Hasil laporan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien
gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok menggunakan metode
deskriptif, dimana kelompok hanya memaparkan data yang sesungguhnya
pada kasus. Untuk menggali data teknik yang digunakan adalah penulis
mengadakan wawancara dengan pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi perabaan diruang sawit , observasi kelompok melakukan
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada
klien, kelompok juga melakukan studi pustaka dengan mempelajari materi-
materi yang berkaitan dengan halusinasi pendengaran serta mencari
informasi literatur untuk memperkuat dan sebagai landasan toeori sesuai

4
dengan masalah yang dibahas dan dikonsultasikan dengan pembimbing.
Data sekunder kelompok dapatkan dari status klien.
F. Sistematika Penulisan
Pada sistem penulisan terdiri dari 5 BAB, yang diantaranya BAB 1
pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, sitem matematika penulisan, dan manfaat penulisan.
BAB II tinjauan teoritis terdiri dari pengertian, rentang respon, faktor
penyebab, proses terjadi, mekanisme koping, penatalaksanaan, dan prinsip
tindakan keperawatan. BAB III tinjuan kasus dimana pada BAB ini
membahas tentang : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan implementasi. BAB IV pembahasan di dalam BAB ini
membahas tentang tinjauan teori dan tinjauan kasus yang dibandingkan
dengan teori-teori yang ada. BAB V penutup meliputi kesimpulan dan
saran.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Halusinasi


1. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang
berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012:102)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti,
2012: 53).
2. Etiologi
Menurut Yosep (2014) terdapat dua faktor penyebab terjadinya
halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya
diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural

6
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi
sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, tidak percaya
pada lingkungannya, konflik sosial budaya, kegagalan, dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
3) Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak, misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien
lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock (dalam Yosep, 2014) dalam
hakekatnya seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas
dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi, yaitu:
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2) Dimensi Emosional

7
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup menentang sehingga klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3) Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku
klien.
4) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial di dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5) Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas
beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa
dan tidak jelas tujuan hidupnya.
3. Rentang Respon
Menurut Stuart (dalam Sutejo, 2017) rentang respon neurobiologis
yang paling adaptif yaitu adanya pikiran logis, persepsi akurat, emosi
yang konsisten dengan pengalaman, perilaku cocok, dan terciptanya
hubungan sosial yang harmonis. Sedangkan respon maladaptif yang
meliputi waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak
teroganisasi, dan isolasi sosial: menarik diri. Rentang respon
neurobiologis halusinasi digambarkan sebagai berikut :

8
Bagan 1 Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif


- Pikiran logis - Pikiran kadang - Gangguan
- Persepsi menyimpang proses pikir
akurat - Ilusi waham
- Emosi - Emosi tidak - Halusinasi
konsisten stabil - Ketidakmamp
dengan - Menarik diri uan untuk
pengalaman mengalami
- Perilaku emosi
seduai - Ketidakteratur
hubungan an solasi sosial
sosial

Sumber. Stuart (2017)

a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima
norma-norma social budaya yang berlaku. Dengan kata lain
individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon
adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan
yang timbul dari pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan
orang lain dan lingkungan

9
b. Respon psikosossial
Meliputi:
1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang
menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah
tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek
nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-
norma social budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain
dan bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak
teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami
oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang
lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam.(Damaiyanti,2012: 54)

10
4. Jenis Halusinasi
Menurut Prabowo (2014) halusinasi terdiri dari beberapa jenis
dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
a. Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama
suara orang. Biasanya mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometric, gambar kartun, panorama yang luas
dan bayangan yang menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya
bau busuk, amis, dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
d. Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak
enak tanpa ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi
listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatu yang
busuk, amis, dan menjijikan.
f. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine
5. Tanda dan gejala
Menurut Iyan (2021) tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi pendengaran
1) Data objektif: berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.

11
2) Data subjektif: mendengar suara atau kegaduhan,
mendengarkan suara yang mengajaknya bercakap-cakap,
mendegarkan suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang
berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
1) Data objektif: menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada
sesuatu yang tidak jelas.
2) Data subjektif: melihat bayangan, sinar bentuk geometris,
bentuk kartoon, melihat hantu atau monster.
c. Halusinasi penghidu
1) Data objektif: mencium seperti membaui bau-bau tertentu,
menutup hidung.
2) Data subjektif: mencium bau-bau seperti bau darah, urine, fases
dan terkadang bau itu menyenangkan.
d. Halusinasi pengecapan
1) Data objektif: sering meludah, muntah
2) Data subjektif: merasakan rasa seperti darah, urine atau fases
e. Halusinasi perabaan
1) Data objektif: menggaruk-garuk permukaan kulit
2) Data Subjektif: menyatakan ada serangga di permukaan kulit,
atau merasa tersengat listri
6. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya. Menurut Kusumawati & Hatono (2014) membagi fase
halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi
klien, semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya.
a. Fase Comforting
1) Pada tahap ini pasien mengalami ansietas tingkat sedang, secara
umum halusinasi bersifat menyenangkan.

12
2) Karakteristik: Klien mengalami keadaan emosi seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah, dan takut, serta mencoba untuk berfokus
pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu
mengetahui bahwa pikiran dan pengalaman sensori yang
dialaminya tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa
diatasi (Non psikotik).
3) Perilaku pasien: Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara, pergerakan mata
yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan dipenuhi oleh
sesuatu yang mengasyikan.
b. Fase Condemning
1) Pada tahap ini pasien mengalami ansietas tingkat berat, secara
umum halusinasi menjadi menjijikkan.
2) Karakterisitik: Pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan
menakutkan, klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba
untuk menjauhkan dirinya dengan sumber yang dipersepsikan.
Klien mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan
menarik diri dari orang lain (Psikotik ringan).
3) Perilaku pasien: Peningkatan sistem syaraf otonom yang
menunjukkan ansietas, seperti peningkatan nadi, pernafasan, dan
tekanan darah, penyempitan kemampuan konsentrasi, dipenuhi
dengan pengalaman sensori, dan kehilangan kemampuan
membedakan antara halusinasi dengan realita.
c. Fase Controlling
1) Pada tahap ini pasien mengalami ansietas tingkat berat,
pengalaman sensori menjadi berkuasa.
2) Karakteristik: Pasien menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi
menjadi menarik, dapat berupa permohonan. Klien mungkin
mengalarni kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir
(Psikotik).

13
3) Perilaku pasien: Cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan
halusinasinya daripada menolaknya, kesukaran berhubungan
dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik atau
menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas berat: berkeringat,
tremor, tidak mampu mengikuti petunjuk.
d. Fase Conquering
1) Pada tahap ini pasien mengalami panik, umumnya halusinasi
menjadi lebih rumit, melebur dalam halusinasinya.
2) Karakteristik: Pengalaman sensori menjadi mengancam dan
menakutkan jika klien tidak mengikuti perintah. Halusinasi bisa
berlangsung dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada
intervensi terapeutik (Psikotik Berat).
3) Perilaku pasien: Perilaku menyerang-teror seperti panik,
berpotensi kuat melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain, Aktivitas fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti
amuk, agitasi, menarik diri, atau katatonia, tidak mampu
berespon terhadap perintah yang kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih dari satu orang.
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri, mekanisme koping halusinasi menurut Yosep
(2016), diantaranya:
a. Regresi
Proses untuk menghindari stress, kecemasan dan menampilkan
perilaku kembali pada perilaku perkembangan anak atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan kerancuan identitas).
c. Menarik diri

14
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar
sumber stressor, sedangkan reaksi psikologis yaitu menunjukkan
perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai
rasa takut dan bermusuhan.
8. Sumber koping
Individu harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruhgangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal,
seperti intelegensi atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara
aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang ketrampilan koping
karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan. Sumber
keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansialyang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan Fitria, (2012)
9. Penatalaksanaan Halusinasi
a. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmakoterapi
Terapi dengan menggunakan obat bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan gejala gangguan jiwa. Klien dengan
halusinasi perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan yang
tepat. Adapun obat-obatannya seperti :
a) Golongan butirefenon : haloperidol (HLP), serenace,
ludomer. Pada kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk
injeksi 3 x 5 mg (IM), pemberian injeksi biasanya cukup 3 x
24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan obat per oral 3
x 1,5 mg. Atau sesuai dengan advis dokter (Yosep, 2016).
b) Golongan fenotiazine : chlorpromazine (CPZ), largactile,
promactile. Pada kondisi akut biasanya diberikan per oral 3
x 100 mg, apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi
menjadi 1 x 100 mg pada malam hari saja, atau sesuai dengan
advis dokter (Yosep, 2016).
2) Terapi Somatis

15
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang
maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan
yang ditujukan pada kondisi fisik pasien walaupun yang diberi
perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku
pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT,
isolasi dan fototerapi (Kusumawati & Hartono, 2011).
a) Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien yang
bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada klien sendiri
atau oranglain.
b) Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien
dengan menimbulkan kejang (grandmal) dengan
mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui
elektrode yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis
kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
c) Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien
sendiri diruangan tersendiri untuk mengendalikan
perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan
lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. akan
tetapi tidak dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri,
klien agitasi yang disertai dengan gangguan pengaturan suhu
tubuh akibat obat, serta perilaku yang menyimpang.
d) Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada
klien dengan mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak
3,5 jam. cocok diberikan pada klien dengan depresi.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan terapi keperawatan pada klien skizofrenia
dengan halusinasi bertujuan membantu klien mengontrol
halusinasinya sehingga diperlukan beberapa tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan perawat dalam upaya meningkatkan

16
kemampuan untuk mengontrol halusinasinya yaitu dengan tindakan
keperawatan generalis dan spesialis (Kanine, 2012).
1) Tindakan Keperawatan Generalis : Individu
Tindakan keperawatan generalis individu berdasarkan
standar asuhan keperawatan jiwa pada klien skizofrenia dengan
halusinasi oleh Carolin (2008), maka tindakan keperawatan
generalis dapat dilakukan pada klien bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif atau pengetahuan dan
psikomotor yang harus dimiliki oleh klien skizofrenia dengan
halusinasi yang dikemukakan oleh Millis (2000, dalam Varcolis,
Carson dan Shoemaker, 2006), meliputi :
a) Cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan
mengatakan stop atau pergi hingga halusinasi dirasakan
pergi,
b) Cara menyampaikan pada orang lain tentang kondisi yang
dialaminya untuk meningkatkan interaksi sosialnya dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain sebelum halusinasi
muncul,
c) Melakukan aktititas untuk membantu mengontrol halusinasi
dan melawan kekhawatiran akibat halusinasi seperti
mendengarkan musik, membaca, menonton TV, rekreasi,
bernyanyi, teknik relaksasi atau nafas dalam. Kegiatan ini
dilakukan untuk meningkatkan stimulus klien mengontrol
halusinasi.
d) Patuh minum obat.
a. Tindakan Keperawatan Generalis : Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dilakukan pada
klien skizofrenia dengan halusinasi adalah Terapi Aktifitas
Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi yang terdiri dari 5 sesi
yaitu :
1) Sesipertama mengenal halusinasi
2) Sesi kedua mengontrol halusinasi dengan memghardik

17
3) Sesi ketiga dengan melakukan aktifitas
4) Sesi keempat mencegah halusinasi dengan bercakap
5) Sesi kelima dengan patuh minum obat.
2) Tindakan Keperawatan Spesialis : Individu
Terapi spesialis akan diberikan pada klien skizofrenia
dengan halusinasi setelah klien menuntaskan terapi generalis
baik individu dan kelompok. Adapun terapi spesialis meliputi
terapi spesialis individu, keluarga dan kelompok yang diberikan
juga melalui paket terapi Cognitive Behavior Therapy (CBT).
Tindakan keperawatan spesialis individu adalah Cognitive
Behavior Therapy (CBT). Terapi Cognitive Behavior Therapy
(CBT) pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi gangguan
afektif tetapi saat ini telah dikembangkan untuk klien yang
resisten terhadap pengobatan.
Adapun mekanisme pelaksanaan implementasi keperawatan
sebagai berikut: langkah awal sebelum dilakukan terapi
generalis dan spesialis adalah mengelompokan klien skizofrenia
denganhalusinasi mulai dari minggu I sampai dengan minggu IX
selama praktik resdensi. Setelah pasien dikelompokan,
selanjutnya semua klien akan diberikan terapi generalis mulai
dari terapi generalis individu untuk menilai kemampuan klien
skizofrenia dengan halusinasi.
Langkah berikutnya adalah mengikutkan klien pada terapi
generalis kelompok yaitu Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)
Stimulasi Persepsi Sensori Halusinasi. Demikian juga keluarga
akan dilibatkan dalam terapi keluarga. Hal ini bertujuan agar
keluarga tahu cara merawat klien skizofrenia dengan halusinasi
di rumah. Terapi keluarga dilakukan pada setiap anggota
keluarga yang datang mengunjungi klien.
3) Tindakan Keperawatan Spesialis : Keluarga
Terapi spesialis keluarga yaitu psikoedukasi keluarga yang
diberikan pada keluarga klien skizofrenia dengan halusinasi

18
adalah Family Psycho Education (FPE) yang terdiri dari lima
sesi yaitu:
a) Sesi I adalah identifikasi masalah keluarga dalam
merawat klien skizofrenia dengan halusinasi
b) Sesi II adalah latihan cara merawat klien halusinasi di
rumah
c) Sesi III latihan manajemen stres oleh keluarga
d) Sesi IV untuk latihan manajemen beban
e) Sesi V terkait pemberdayaan komunitas membantu
keluarga.
4) Komunikasi Terapeutik Pada Klien Gangguan Jiwa (Halusinasi)
Komunikasi terapeutik merupakan media utama yang
digunakan untuk mengaplikasikan proses keperawatan dalam
lingkungan kesehatan jiwa. Keterampilan perawat dalam
komunikasi terapeutik mempengaruhi keefektifan banyak
intervensi dalam keperawatan jiwa.
Tujuan komunikasi terapeutik membantu klien untuk
menjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada hal yang diperlukan, mengurangi keraguan,
membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya serta mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri (Putri, N, & Fitrianti,
2018).
Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa
membutuhkan sebuah teknik khusus, ada beberapa hal yang
membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa
dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :
a) Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami
gangguan konsep diri, penderita gangguan penyakit fisik
masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien

19
dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit
kulit, pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).
b) Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya
sendiri sedangkan penderita penyakit fisik membutuhkan
support dari orang lain.
c) Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik,
penderita penyakit fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi
bisa juga ikut terganggu.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan


sebuah dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar,
ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap
topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah
kata - kata bisa saja kacau balau. Ada beberapa trik ketika harus
berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

a) Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas


komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi dengan
klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi
terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus
dialihkan dengan aktivitas fisik.
b) Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan
reinforcement.
c) Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas
atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan contohkan
cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
d) Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku
kekerasan maka harus direduksi atau ditenangkan
dengan obat-obatan sebelum kita support dengan terapi-
terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka
perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.

20
10. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan EFFECT

Gangguan Persepsu Sensori : Halusinasi CORE PROBLEM

Isolasi Sosial : Menarik Diri CAUSE

Skema. Pohon Masalah Halusinasi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, yang
salah satu dilakukan dalam tahap pengkajian keperawatan ini adalah
pengumpulan data. Pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data
pasien secara holistik, yakni meliputi aspek biologis, psikologis, social
dan spiritual. Seseorang diharapkan memiliki kesadaran atau
kemampuan tilik diri (self awareness), kemampuan mengobservasi
dengan akurat, berkomunikasi secara terapeutik, dan kemampuan
berespons secara efektif (Stuart, 2017).
Aspek yang harus dikaji selama proses pengkajian meliputi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart,
2017).Secara lebih terstruktur proses pengkajian keperawatan jiwa
adalah sebagai berikut :
a. Identitas Klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang : Nama perawat, Nama klien, Tujuan yang
akan dilakukan, Waktu, Tempat pertemuan, serta Topik yang
akan datang.
2) Usia dan No. Rekam Medik.

21
3) Agama.
4) Alamat.
5) Informasi keluarga yang bisa dihubungi.
b. Keluhan Utama/Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga klien alasan klien dibawa kerumah sakit
jiwa, apa yang sudah dilakukan keluarga terhadap klien sebelum
klien dibawa ke rumah sakit jiwa serta hasilnya. Pada umumnya
klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
dibawa kerumah sakit jiwa karena keluarga merasa tidak mampu
merawat klien, keluarga merasa terganggu karena perilaku klien dan
gejala yang tidak normal yang dilakukan klien seperti mengarahkan
telinga pada sumber tertentu, berbicara atau tertawa sendiri, marah-
marah tanpa sebab, dan klien biasanya sering menutup telinganya,
sehingga keluarga berinisiatif membawa klien kerumah sakit jiwa.
c. Faktor Predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga :
1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu,
karena pada umumnya apabila klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran walaupun sebelumnya pernah
mendapat perawatan di rumah sakit jiwa, tetapi pengobatan yang
dilakukan masih meninggalkan gejala sisa, sehingga klien
kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Gejala sisa ini
disebabkan akibat trauma yang dialami klien, gejala ini
cenderung timbul apabila klien mengalami penolakan didalam
keluarga atau lingkungan sekitarnya.
2) Apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik.
3) Apakah pernah mengalami penolakan dari keluarga dan
lingkungan.
4) Apakah pernah mengalami kejadian/trauma yang tidak
menyenangkan pada masa lalu.
d. Pemeriksaan fisik

22
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
pada umumnya yang dikaji meliputi TTV (Tekanan Darah, Nadi,
Pernafasan dan suhu), Tinggi badan, serta keluhan fisik lainnya.
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram pada umumnya dibuat dalam 3 generasi yakni
mengambarkan garis keturunan keluarga klien, apakah anggota
keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang
dialami oleh klien, pola komunikasi klien, pola asuh serta siapa
pengambilan keputusan dalam keluarga.
2) Konsep diri
Konsep diri meliputi sebagai berikut :
a) Citra tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai. Pada umumnya klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
tidak ada keluhan mengenai persepsi klien terhadap
tubuhnya, seperti bagian tubuh yang tidak disukai.
b) Identitas diri
Tanyakan kepuasan klien dengan jenis kelaminnya,
kepuasan klien dengan statusnya didalam keluarga dan
masyarakat. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran merupakan anggota dari
suatu masyarakat dan keluarga. tetapi karena klien
mengalami gangguan jiwa dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi pendengaran maka interaksi klien dengan
keluarga maupun masyarakat tidak efektif sehingga klien
merasa tidak puas akan status ataupun posisi klien sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
c) Peran diri
Tanyakan pada klien tentang tugas/peran yang
dilakukannnya dalam keluarga di lingkungan masyarakat.

23
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran kurang dapat melakukan peran dan
tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga dalam
masyarakat.
d) Ideal diri
Tanyakan pada klien harapan terhadap penyakitnya.
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran ingin cepat pulang serta
diperlakukan dengan baik oleh keluarga ataupun masyarakat
saat pulang nanti sehingga klien dapat melakukan perannya
sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan
baik.
e) Harga diri
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi pendengaran memiliki hubungan yang kurang
baik dengan orang lain sehingga klien merasa dikucilkan di
lingkungan sekitarnya.
3) Hubungan sosial
Tanyakan kepada klien siapa orang terdekat dalam
kehidupannya, tempat mengadu, dan tempat bicara, serta
tanyakan kepada klien kelompok apa saja yang diikutinya dalam
masyarakat. pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran cenderung dekat dengan kedua
orang tuanya, teutama dengan ibunya. Karena klien sering
marah-marah , bicara kasar, melempar atau memukul orang lain,
sehingga klien tidak pernah berkunjung kerumah tetangga dan
klien tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan
masyarakat.
4) Spiritual
a) Nilai keyakinan
Tanyakan pada klien tentang pandangan serta keyakinan
klien terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya

24
dan agama yang dianut klien. Pada umumnya klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tampak
menyakini agama yang dianutnya dengan dibuktikan
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
b) Kegiatan ibadah
Tanyakan pada klien tentang kegiatan ibadah yang
dilakukannya dirumah, baik secara individu maupun secara
kelompok. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran tampak kurang (jarang)
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
f. Status mental
1) Penampilan
Mengamati/mengobservasi penampilan klien dari ujung
rambut sampai ujung kaki seperti : rambut acak acakkan,
kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik,
baju tidak diganti-ganti serta penggunaan pakaian yang tidak
sesuai. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori
: halusinasi pendengaran tampak berpenampilan kurang rapi,
rambut acak-acakan, mulut dan gigi kotor, serta bau badan.
2) Pembicaraan
Mengamati/men gobservasi pembicaraan klien apakah cepat,
keras, gagap, membisu, apatis, lambat serta pembicaraan yang
berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain. Pada
umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran berbicara lambat dan tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Mengamati/mengobservasi kondisi fisik klien. Pada
umumnya klien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan
gerakan mulut yang seakan-akan sedang berbicara.
4) Alam perasaan

25
Mengamati/mengobservasi kondisi perasaan klien. Pada
umumnya klien merasakan sedih, putus asa, gembira yang
berlebihan, serta marah tanpa sebab.
5) Afek
Mengamati/mengobservasi kondisi emosi klien. Pada
umumnya klien mempunyai emosi labil tanpa ada sebab. Tiba
tiba klien menangis dan tampak sedih lalu diam menundukkan
kepala.
6) Interaksi selama wawancara
Mengamati/mengobservasi kondisi klien selama wawancara.
Pada umumnya klien memperlihatkan perilaku yang tidak
kooperatif, lebih banyak diam diri, pandangan mata melihat
kearah lain ketika diajak bicara.
7) Persepsi
Mengamati/mengobservasi jenis halusinasi yang terjadi pada
klien. Pada umumnya klien cenderung mendengar, melihat,
meraba, mengecap sesuatu yang tidak nyata dengan waktu yang
tidak diketahui dan tidak nyata.
8) Proses pikir
Mengamati/mengobservasi proses pikir klien selama
wawancara. Pada umumnya klien cenderung apabila akan
menjawab pertanyaan terdiam dulu, seolah olah sedang
merenung lalu mulai menjawab, kemudian jawaban belum
selesai diutarakan, klien diam lagi kemudian meneruskan
jawabannya dengan singkat.
9) Isi pikir
Mengamati/mengobservasi isi pikiran klien selama
wawancara. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran merasa lebih senang
menyendiri daripada berkumpul dengan orang lain. Saat diajak
untuk duduk-duduk dan berbincang-bincang dengan klien yang
lain, klien menolak dengan menggelengkan kepala.

26
10) Tingkat kesadaran
Mengamati/mengobservasi tingkat kesdaran klien. Pada
umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran tingkat kesadarannya yaitu stupor dengan
gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-
ulang, anggota tubuh klien dengan sikap yang canggung serta
klien terlihat kacau.
11) Memori
Mengamati/mengobservasi gangguan daya ingat klien. Pada
umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran memiliki memori yang konfabulasi. Memori
konfabulasi merupakan pembicaraan yang tidak sesuai dengan
kenyataan (memasukkan cerita yang tidak benar yang bertujuan
untuk menutupi gangguan yang dialaminya).
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mengamati/mengobservasi tingkat konsentrasi dan
kemampuan berhitung klien selama wawancara. Pada umumnya
klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran cenderung tidak mampu berkonsentrasi, klien tidak
dapat menjelaskan kembali pembicaraannya dengan dibuktikan
selalu meminta agar pernyataan yang diucapkan oleh seseorang
untuk diulangkan kembali.
13) Kemampuan penilaian
Mengamati gangguan kemampuan penilaian klien, apakah
gangguan kemampuan penilaian ringan yakni dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain seperti :
berikan kesempatan kepada klien untuk memilih mandi dahulu
sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi yang
sebelumnya diberi penjelasan terlebih dahulu dan klien dapat
mengambil keputusan. Mengamati gangguan kemampuan
penilaian bermakna yakni tidak mampu mengambil keputusan
walaupun dibantu oleh orang lain seperti : berikan kesempatan

27
kepada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau
makan dahulu sebelum mandi yang sebelumnya diberi
penjelasan terlebih dahulu dan klien tetap tidak dapat mengambil
keputusan.
Biasanya klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran cenderung memiliki kemampuan
penilaian yang baik, seperti jika disuruh untuk memilih mana
yang dilakukan dahulu antara berwudhu dengan sholat, maka
klien akan menjawab berwudhu terlebih dahulu.
14) Daya tilik diri
Mengamati/mengobservasi klien tentang penyakit yang di
deritanya. Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran menyadari bahwa ia berada
dalam masa pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang
labil.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Tanyakan dan mengobservasi tentang porsinya,
frekuensinya, variasinya, dan jenis makanan pantangan klien
dalam makan, serta kemampuan klien dalam menyiapkan dan
membersihkan alat makan. Klien dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran makan 3 x sehari dengan porsi
(lauk pauk, nasi, sayur, serta buah).
2) BAB/BAK
Mengamati/mengobservasi kemampuan klien untuk
defekasi dan berkemih, seperti pergi ke wc, membersihkan diri.
3) Mandi
Tanyakan dan mengobservasi tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan bercukur serta
observasi kebersihan tubuh dan bau badan klien. Klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran mandi 2 x

28
sehari dan membersihkan rambut 1-2 x/hari kecuali ketika emosi
labil.
4) Berpakaian
Mengamati/mengobservasi kemampuan klien untuk
mengambil, memilih, dan mengenakan pakaian serta alas kaki
klien serta observasi penampilan dan dandanan klien. Klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
mengganti pakaiannya setiap selesai mandi dengan
menggunakan pakaian yang bersih.
5) Istirahat dan tidur
Tanyakan dan observasi lama waktu tidur siang/malam
klien, apa aktivitas yang dilakukan sebelum tidur serta aktivitas
yang dilakukan setelah tidur.
6) Penggunaan obat
Tanyakan dan observasi pada klien dan keluarga tentang
pengunaan obat yang dikonsumsi serta reaksi yang
ditimbulkannya. Klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran minum obat 3 x sehari dengan obat oral
serta reaksi obat dapat tenang dan tidur (sesuai advis dokter).
7) Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan pada klien dan keluarga tentang apa, bagaimana,
kapan dan tempat perawatan lanjutan serta siapa saja sistem
pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, dan lembaga
pelayanan kesehatan) serta cara penggunaannya.
8) Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam merencanakan,
mengolah dan menyajikan makanan, merapikan rumah (kamar
tidur, dapur, menyapu dan mengepel), mencuci pakaian sendiri
serta mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
9) Kegiatan di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam belanja untuk keperluan
sehari hari, (melakukan perjalanan mandiri yaitu dengan

29
berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi, dan kendaraan
umum), serta aktivitas lain yang dilakukan diluar rumah (bayar
listrik/telepon/air/kekantor pos/dan ke bank).
h. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada klien dengan masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran dalam mengatasi masalah
yang dihadapinya, antara lain:
1) Regresi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran cenderung akan menghindari masalah yang di
hadapinya.
2) Proyeksi
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran cenderung menjelaskan perubahan suatu
persepsi dengan berusaha untuk mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain.
3) Menarik diri
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran cenderung sulit mempercayai orang lain dan
asyik dengan stimulus internal yang di rasakannya.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran memiliki masalah dengan psikososial dan
lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan
keluarga atau masyarakat karena perilaku pasien yang membuat
orang disekitarnya merasa ketakutan.
j. Pengetahuan
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran biasanya memiliki pengetahuan yang baik dimana dia
bisa menerima keadaan penyakitnya dan mengalami perawatan.
k. Aspek medis

30
Klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran biasanya mendapatkan pengobatan seperti :
Chlorpromazine (CPZ) 2 x 10 mg, Trihexipendil (THZ) 2 x 2 mg,
dan risperidol 2 x 2 mg.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi

31
3. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Gangguan Tu: - Ekspresi wajah klien bersahabat SP 1
persepsi Pasien mampu - Klien mampu mengungkapkan 1. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi,
sensori: mengontrol masalah yang di hadapinya waktu terjadi, situasi pencetus
Halusinasi halusinasi sesuai - Klien mampu mengenali halusinasi perasaan, respon
Pendengaran dengan sesuai dengan menyebutkan isi, waktu, 2. Jelaskan cara mentrol halusinasi ,
strategi pelaksanaan frekuensi faktor pencetus dan respon hardik, obat, bercakap-cakap,
saat halusinasi timbul melakukan kegiatan
- Klien dapat mengetahui cara 3. Latih cara mengontrol halusinasi
TUK 1:
mengontrol halusinasi dengan menghardik
- Klien dapat
- Klien dapat mengontrol halusinasi 4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk
membina
- Klien dapat mengontrol halusinasi latihan menghardik
hubungan
dengan menghardik
saling
- Klien membuat jadwal kegiatan
percaya
untuk latihan menghardik
- Klien
mengenali

32
halusinasi
yang dialami,
mengontrol
halusinasi
dan
mengikuti
program
pengobatan
secara
optimal
TUK 2: - Klien menyebutkan kegiatan yang Sp 2
Klien dapat sudah dilakukan yaitu cara 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri
mengikuti program menghardik pujian
pengobatan secara 1. Klien dapat meminum obat dengan 2. Latih cara mengontrol halusinasi
optimal teratur dengan obat (jelaskan 6 benar obat:
jenis, dosis, frekuensi, cara
kontinuitas minum obat)

33
a. Memasukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat

TUK 3: - Klien menyebutkan kegiatan yang SP 3


Klien dapat sudah di lakukan yaitu cara 1. Evaluasi kegiatan klien menghardik
mengontrol menghardik. Dan obat/ mengontrol dan obat. Beri pujian
halusinasi dengan obat 2. Latih cara mengontrol halusinasi
bercakap-cakap a. Klien dapat mempersentasikan dengan bercakap-cakap saat terjadi
cara bercakap-cakap dengan orang halusinasi
lain Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap
TUK 4: - Klien dapat menyebutkan kegiatan Sp 4
Klien dapat yang sudah dilakukan yaitu cara 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik,
mengontrol menghardik dan bercakap-cakap obat, bercakap-cakap dan kegiatan
halusinasi dengan serta obat harian
cara melakukan Klien dapat mengontrol halusinasi daya
kegiatan melakukan kegiatan harian

34
2. Latih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatsn harian
(mulai 2 kegiatan)
Memasukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian
TUK 5: - Klien dapat menyebutkan kegiatan Sp 5
- Klien mampu yang sudah dilakukan yaitu cara 1. Evaluasi Kegiatan latihan
melakukan menghardik, obat, bercakap-cakap, menghardik, obat, bercakap-cakap,
kegiatan melakukan kegiatan kegiatan harian, beri pujian.
secara - Klien mampu melakukan kegiatan 2. Latih kegiatan harian
mandiri secara mandiri 3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
Halusinasi terkontrol 1. Halusinasi terkontrol 4. Nilai apakah halusinasi terkontrol

35
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan
prioritas yang telah dibuat dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan
mandiri maupun kolaboratif (Damaiyanti, 2014).
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini (here and now) dan
sebelumnya harus dilakukan kontrak dengan klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatan.
Penilaian terakhir pada proses keperawatan yang ditetapkan, penetapan
keberhasilan asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari
kriteria hasil yang sudah ditetapkan, yaitu terjadi adaptasi pada individu
(Nursalam, 2016).
Evaluasi respon umum adaptasi pasien dilakukan setiap akhir Tindakan
penelitian. Pada pasien halusinasi yang membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan evaluasi meliputi respon perilaku dan emosi lebih terkendali yang
pasien sudah tidak mengamuk lagi, bicara dan tertawa sendiri, sikap curiga,
perasaan cemas berat, serta pasien mempercayai perawatnya, pasien dapat
mengontrol halusinasi. Sehingga, presepsi pasien membaik, pasien dapat
membedakan hal yang nyata dan tidak nyata (Yusuf, 2015).

40
BAB III

TINJAUAN KASUS

RUANG RAWAT : SAWIT TANGGAL DIRAWAT : 24/09/2022

I. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Tn. S Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2023
Umur : 32 Tahun
No.RM : 12.25.72
Informasi : Klien dan Rekam Medik

II. ALASAN MASUK :


Seorang laki-laki berusia 32 tahun dibawa ke RSKD Dadi oleh keluarga untuk
ke 4 kalinya dengan keluhan gelisah sejak 1 minggu yang lalu. Pasien selalu
keluar jalan tanpa tujuan dan mondar-mandi didalam rumah. Pasien sering
melempar dan merusak barang-barang didalam rumah, pasien juga pernah
tiba-tiba memukul orang tanpa sebab, pasien bicara sendiri tidak nyambung,
berteriak-teriak, dan marah-marah. Apabila pasien dinasehati, makan teratur,
tidur terganggu dan mandi teratur.
Awal perubahan perilaku sejak tahun 2018, awalnya pasien tiba-tiba
mengamuk dan melempar orang dengan batu, mondar-mandir dirumah, dan
marah-marah tanpa sebab. Penyebab awal perubahan perilaku tidak diketahui
jelas oleh keluarga.
Riwayat pengobatan pasien terakhir dirawat di RSKD Dadi pada bulan
desember tahun 2022, dirawat selama 2 bulan dan diberikan Respiradone 2
mg 2x1, Clozapin 25mg 0-0-1. Pasien rutin kontrol di poli jiwa RSUD
bulukumba dan rutin minum obat.
\

41
- Pada Saat Pengkajian
pada saat pengkajian pada tanggal 27/02/2023 klien mengatakan sesekali
mendengar bisikan-bisikan yang membuatnya ingin memukul seseorang,
sehingga hal tersebut memicu kemarahn pada pasien, pasien tampak kadang
berbicara sendiri dan mondar-mandir, berbicara dengan suara keras
pandangan tajam

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu? √ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya: Berhasil √ Kurang berhasil
Tidak berhasil
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
3. Aniaya fisik
31
th8

Aniaya seksual

Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3:
Pasien pernah memukul temannya di mesjid Karna mendengar bisikan
untuk memukul temannya alasannya karna temannya tidak memakai
peci
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya √ Tidak
5. Hubungan keluarga
Gejala Riwayat
Diagnosis Keperawatan : Tidak ada masalah
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

42
- klien mengatakan Ketika lulus SMA ingin mendaftar di perguruan
tinggi tetapi gagal dikarenakan status kesehatan yang kurang sehat
alasannya digigit anjing, yang mengakibatkan pasien sering pingsan
saat ujian yang menyebabkan pasien tidak lulus.
Diagnosis Keperawatan: Harga Diri Rendah
IV. FISIK
1. Tanda Vital :
TD : 120/70 mmHg S : 36,oC
N : 84 x/i P: 20 x/i
2. Ukur : TB : 170cm BB : 47kg
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak mengalami keluhan fisik.

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

32

Keterangan :
: Laki-Laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Tinggal bersama
: Garis perkawinan : Klien
X : Meninggal : Anak

43
GI : Kakek dan nenek klien dari pihak ayah dan ibu telah meninggal
karena faktor usia
GII : Ayah klien telah meninggal dunia karena jatuh dari kapal dan ibu
klien masih hidup, ayah klien adalah anak ke empat dari 6
bersaudara, ibu klien adalah anak pertama dari 7 bersaudara
GIII : Klien adalah anak ketiga dari 4 bersaudara.
Penjelasan:
Klien di asuh oleh orangtua sejak kecil hingga besar, pengambilan
keputusan dalam keluarga ialah orang tua. Komunikasi dalam keluarga
baik.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri :
Klien mengatakan tidak ada yang tidak disukai pada dirinya. Dan
tidak mengalami kecacatan
b. Identitas :
Klien mengatakan sebelum dirawat bekerja sebagai petani, klien
adalah tamatan SMA
c. Peran:
Klien adalah anak pertama dan satu-satunya laki-laki dirumah serta
membantu dalam mencari nafkah
d. Ideal Diri :
Klien mengatakan ingin cepat sembuh agar cepat bertemu ibu dan
keponakannya dan klien ingin Kembali bekerja agar bisa membantu
keuanga keluarga.
e. Harga Diri :
Klien berhubungan baik dengan pasiennya lainnya, klien sangat
menghargai dirinya dan orang lain.
3. Hubungan sosial :
a. Orang berarti:
Klien mengatakan orang terdekat baginya ialah teman diruangan
sawit.

44
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat:
klien mengatakan mengikuti kegiatan Remaja Mesjid
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak memiliki hambatan dalam berinteraksi karena pasien
senang bersosialisasi
4. Spritual :
a. Nilai & keyakinan :
Klien beragama Islam serta klien mengatakan selalu berdoa agar
bisikan-bisikan tidak lagi terdengar
b. Kegiatan ibadah:
klien selama dirawat di rumah sakit dadi tidak melakukan sholat 5
waktu dengan alasan tempat yang tidak memadai

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak Rapi Penggunaan Pakaian tidak sesuai
√ Cara berpakaian rapi seperti biasanya
Jelaskan:
klien tampak rapi dalam berpakaian, klien tampak bersih dan klien mau
dirawat dalam penampilannya
2. Pembicaraan
√Cepat √Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan :
Klien dapat berbicara dengan cepat serta bersuara keras klien dapat
berkomunikasi dengan baik serta kooperatif.
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang Gelisah √Agitas
TIK Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan :

45
Klien tampak sering gelisah berjalan mondar-mandir dan tidak mau diam
4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus Asa Khawatir √Gembira
Berlebihan
Jelaskan :
Klien saat dikaji tampak bergembira dan sering tertawa tanpa sebab
kadang berbicara sendiri.
5. Afek
Datar Tumpul √Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
Pada saat dikaji klien tampak labil ekspresi berubah-ubah serta emosi
yang tidak terkontrol
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung
Kontak Mata Kurang √Defensif Curiga
Jelaskan :
Klien saat dilakukan wawancara tampak selalu mempertahankan
argumentasinya bahwasanya dia tidak gila dan merasa sehat. Selalu
merasa ingin menjadi presiden serta menjadi imam mesjid
Masalah Keperawatan : Waham Kebesaran
7. Persepsi
√Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan:
Pada saat dikaji klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan
suara yang memerintahkan untuk memukul seseorang, bisikan tersebut
kadang datang 1-2 kali dalam sehari . Bisikan ini terdengar Ketika pasien
melamun. Pasien mengatakan merasa marah Ketika mendengar suara
bisikan karna merasa terganggu. Pada saat pasien mengikuti suara yang
didengar pasien merasa bersalah karna memukul temannya.
Masalah Keperawatan: Halusinasi pendengaran

46
8. Proses Pikir
√Sirkumtansial Tangensial Kehilangan sosialisasi
Flight of idea Blocking Pengulangan Pembicaraan/
Perseverasi
Jelaskan :
Klien merespon dengan baik ketika diberikan pertanyaan namun klien
tampak gelisah dan berbelit-belit Ketika melakukan pembicaraan, namun
tetap sampai pada tujuan pembicaraan.
9. Isi Pikir
√Obsesi Fobia Hipokondria Depersonialisasi
Ide yang terkait Pikiran magis
Jelaskan :
Isi pikir pasien saat interasi tampak terganggu, karena memiliki pikiran
yang selalu muncul.
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi :
Waktu Tempat Orang
Jelaskan :
Pada saat dikaji klien menjawab pertanyaan dengan keadaan sadar dan
memahami pertanyaan yang ditanyakan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan :
Pada saat dikaji klien tidak memiliki gangguan daya ingat, karna klien
mengingat semua yang dialami pasien
12. Tingkat Konsentrasi & Berhitung
Mudah Beralih

47
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, serta mampu menjawab
pertanyaan dan klien mampu berhitung dari 1-10.
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan :
Klien tidak memiliki gangguan mengambil keputusan dan penilaian
terhadap dirinya
14. Daya tilik diri
√Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan :
Klien mengatakan merasa tidak megalami gangguan jiwa, dan
menganggap dirinya sudah sembuh. Klien mengatakan hanya karna
memukul temannya orang tuanya menganggap bahwa penyakit lamanya
kambuh.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Mandiri : 3x/ hari
2. BAB/BAK
Mandiri : klien mampu BAB dan BAK dikamar mandi
Jelaskan : klien dapat makan secara mandiri dan BAK, BAB dikamar
secara mandiri
3. Mandi
Mandiri
Jelaskan:
Klien mandi 2x kali dalam sehari

48
4. Berpakaian/berhias : Klien mampu memakai pakaian sendiri, klien
mampu dalam berhias
5. Istirahat & tidur
Tidur siang : Pasien tidur siang ±2 jam/hari
Tidur malam : klien tidur jam 9 malam, lama tidur 4 jam.
Kegiatan sebelum/sesudah tidur : duduk atau bercerita dengan teman
dan membersihkan tempat tidur
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal
Jelaskan : klien mengatakan minum obat secara teratur, sebelum makan
dan meminum obat sendiri/mandiri
7. Pemeliharaan kesehatan
√ Ya Tidak
Perawatan lanjutan : Ya
8. Kegiatan di dalam rumah
√ Ya Tidak
Mempersiapkan makanan: Tidak
Menjaga kerapian rumah: Ya
Mencuci pakaian: Tidak
Pengaturan keuangan: Tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Ya √Tidak
Belanja : Tidak
Transportasi : Tidak
Lain –lain
Jelaskan :
Klien dilakukan perawatan lanjutan dan perawatan pendukung, klien
melakukan beberapa kegiatan dirumah maupun diluar rumah

49
VIII. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alcohol
Mampu menyelesaikan masalah √Berlebih
√Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
√Olahraga Mencederai diri
Lainnya: Tidak ada

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN


• Masalah dengan dukungan kelompok, spesifk:
Klien tidak ada masalah dalam lingkungan ruang perawatan sawit
• Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik:
Klien tidak memiliki masalah dengan lingkungan sekitar, karena klien
mampu berinteraksi dengan baik
• Masalah dengan pendidikan, spesifik:
Klien mengatakan terakhir duduk di bangku SMA, dan tidak bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi dikarenakan sakitnya
• Masalah dengan pekerjaan, spesifik:
Klien mengatakan dulu bekerja sebagai petani
• Masalah ekonomi, spesifik:
Cukup berkecukupan
• Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik:
Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan
• Masalah lainnya, spesifik : Tidak ada masalah
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG :
Penyakit Jiwa Sistem pendukung
Faktor predisposisi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya :

50
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Skizofrenia
Terapi medik :
1. Risperidone 2 mg 2 x 1/2
2. Clozaphine 25mg 0-0-1

XII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Risiko Perilaku Kekerasan
3. Harga Diri Rendah
4. Waham Kebesaran

XIII. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan EFFECT

Waham Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi CORE PROBLEM

Harga Diri Rendah CAUSE

51
DATA FOKUS

Nama klien : Tn. S


Umur : 32 Thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Dx medic : Skizofrenia
Tanggal : 27/02/2023
Data subyektif Data obyektif
1. Klien mengatakan kadang 1. Klien tampak berbicara sendiri
mendengar suara bisikan 2. Klien tampak mondar-mandir
2. Klien mengatakan pernah 3. Klien tampak gelisah
memukul temannya karna 4. Klien kadang tampak melamun
dorongan dari bisikan 5. Klien berbicara dengan suara
3. Klien mengatakan sering keras dan cepat
mengamuk di rumah 6. Tampak tatapan mata klien tajam
4. Klien mengatakan ingin 7. Klien tampak menghindar Ketika
menjadi presiden dan menjadi membicarakan Pendidikan
imam mesjid 8. Klien tampak berbicara melantur
5. Klien mengatakan ingin 9. Klien tampak berbicara terus-
mendaftar ke perguruan tinggi menerus
tetapi gagal

52
ANALISA DATA

Nama klien : Tn. S


Umur : 32 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Dx medic : Skizofrenia
Tanggal : 27/02/2023
No Data Masalah
1. DS : Gangguan
- Klien mengatakan kadang mendengar suara persepsi sensori:
bisikan Halusinasi
- Klien mengatakan pernah memukul temannya Pendengaran
karna dorongan dari bisikan

DO :
- Klien tampak berbicara sendiri
- Klien tampak mondar-mandir
- Klien tampak gelisah
- Klien kadang tampak melamun
2 DS: Risiko perilaku
- Klien mengatakan pernah memukul temannya kekerasan
karna dorongan dari bisikan
- Klien mengatakan sering mengamuk di rumah
DO:
- Klien berbicara dengan suara keras dan cepat
- Tampak tatapan mata klien tajam

3 DS: Waham
Kebesaran

53
- Klien mengatakan ingin menjadi presiden dan
menjadi imam mesjid
DO
- Klien tampak berbicara melantur
- Klien tampak berbicara terus-menerus

4 DS: Harga Diri


- Klien mengatakan ingin mendaftar ke Rendah
perguruan tinggi tetapi gagal
DO:
- Klien tampak menghindar Ketika
membicarakan Pendidikan

54
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien : Tn. S
Umur : 32 Thn
Jenis kelamin : laki-laki
Dx medic : Skizofrenia
Tanggal : 27/02/2023
No Diagnosakeperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
1. Gangguan persepsi sensori : 27 Februari 2023
Halusinasi Pendengaran

55
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S Tanggal : 27/02/2023
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dx Medic : Skizofrenia

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Gangguan persepsi Tu: - Ekspresi wajah klien SP 1
sensori: Halusinasi Pasien mampu mengontrol bersahabat 1. Identifikasi halusinasi: isi,
Pendengaran halusinasi sesuai dengan sesuai - Klien mampu frekuensi, waktu terjadi,
strategi pelaksanaan mengungkapkan situasi pencetus perasaan,
masalah yang di respon
hadapinya 2. Jelaskan cara mentrol
TUK 1:
- Klien mampu halusinasi , hardik, obat,
- Klien dapat membina
mengenali halusinasi bercakap-cakap, melakukan
hubungan saling
dengan menyebutkan kegiatan
percaya
isi, waktu, frekuensi 3. Latih cara mengontrol
- Klien mengenali
faktor pencetus dan halusinasi dengan
halusinasi yang
menghardik

54
dialami, mengontrol respon saat halusinasi 4. Masukan pada jadwal
halusinasi dan timbul kegiatan untuk latihan
mengikuti program - Klien dapat menghardik
pengobatan secara mengetahui cara
optimal mengontrol
halusinasi
- Klien dapat
mengontrol halusinasi
- Klien dapat
mengontrol halusinasi
dengan menghardik
- Klien membuat
jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik
TUK 2: - Klien menyebutkan Sp 2
- Klien dapat mengikuti kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiatan
program pengobatan dilakukan yaitu cara menghardik. Beri pujian
secara optimal menghardik 2. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan obat

55
- Klien dapat meminum (jelaskan 6 benar obat: jenis,
obat dengan teratur dosis, frekuensi, cara
kontinuitas minum obat)
3. Memasukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
TUK 3: - Klien menyebutkan SP 3
Klien dapat mengontrol kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiatan klien
halusinasi dengan bercakap- di lakukan yaitu cara menghardik dan obat. Beri
cakap menghardik. Dan pujian
obat/ mengontrol obat 2. Latih cara mengontrol
- Klien dapat halusinasi dengan bercakap-
mempersentasikan cakap saat terjadi halusinasi
cara bercakap-cakap 3. Masukan pada jadwal
dengan orang lain kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap
TUK 4: - Klien dapat Sp 4
menyebutkan

56
Klien dapat mengontrol kegiatan yang sudah 1. Evaluasi kegiatan latihan
halusinasi dengan cara dilakukan yaitu cara menghardik, obat, bercakap-
melakukan kegiatan menghardik dan cakap dan kegiatan harian
bercakap-cakap serta 2. Latih cara mengontrol
obat halusinasi dengan melakukan
- Klien dapat kegiatsn harian (mulai 2
mengontrol halusinasi kegiatan)
daya melakukan 3. Memasukan pada jadwal
kegiatan harian kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian
TUK 5: - Klien dapat Sp 5
- Klien mampu menyebutkan 1. Evaluasi Kegiatan latihan
melakukan kegiatan kegiatan yang sudah menghardik, obat, bercakap-
secara mandiri dilakukan yaitu cara cakap, kegiatan harian, beri
- Halusinasi terkontrol menghardik, obat, pujian.
bercakap-cakap, 2. Latih kegiatan harian
melakukan kegiatan

57
- Klien mampu 3. Nilai kemampuan yang telah
melakukan kegiatan mandiri
secara mandiri 4. Nilai apakah halusinasi
- Halusinasi terkontrol terkontrol

58
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama klien : Tn. S


Umur : 32 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Dx medic : Skizofrenia
Tanggal : 27/02/2023
Tgl/jam Implementasi SOAP Paraf
Selasa Sp 1 S:
28/02/2023 1. Mengidentifikasi - Klien mengatakan
Halusinasi isi, frekuensi, kadang mendengar
waktu terjadi, situasi, suara bisikan
penncetus, penjelasan, - Klien mengatakan
respon bisikan tersebut
H/ menyuruhnya untuk
- Klien mengatakan kadang memukul seseorang
mendengar suara bisikan - Klien mengatakan
- Klien mengatakan bisikan bisikan kadang datang
tersebut menyuruhnya 1-2x sehari
untuk memukul seseorang - Klien mengatakan
- Klien mengatakan bisikan bisikan timbul saat
kadang datang 1-2x sehari melamun
- Klien mengatakan bisikan - Klien terkadang merasa
timbul saat melamun emosi Ketika
- Klien terkadang merasa mendengar bisikan-
emosi Ketika mendengar bisikan karna merasa
bisikan-bisikan karna terganggu
merasa terganggu
O:
2. Menjelaskan cara - Klien tampak
mengontrol halusinasi, kooperatif

59
hardi, obat, bercakap- - Pasienn mampu
cakap, melakukan kegiatan mengikuti yang telah
H/ diajarkan oleh perawat
Klien tampak - Pasien tampak
mendengarkan penjelasan mendengarkan
perawat dengan kooperatif penjelasan perawat
dan menyebutkan kembali - Pasien mampu
yang dijelaskan memperagakan dan
3. Melatih cara mengontrol menghardik yang
halusinasi dengan diajarkan perawat
menghardik dengan benar
H/ pasien mampu - Pasien membuat jadwal
memperagakan cara dan mengatur jadwal
menghardik yang diajukan menghardik pada pukul
perawat 08.00 dan 12.00
4. Memajukan/membuat
jadwal kegiatan untuk A: Gangguan Persepsi
latihan menghardik Sensori : Halusinasi
H/ Klien membuat jadwal Pendengaran
dan mengatur jadwal
menghardik pada pukul P:
08.00 dan 12.00 - Latihan menghardik
- Latihan teknik
relaksasi
- Evaluasi kegiatan
menghardik
- Latih cara
mengontrol
halusinasi dengan
obat
Rabu SP 2 S:
01/03/2023

60
1. Mengevaluasi kegiatan - Klien mengatakan
menghardik dan beri kadang mendengar
pujian bisikan
H/ - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan kadang telah berlatih
mendengar bisikan menghardik 08.00 dan
- Pasien mengatakan telah 12.00
berlatih menghardik pada - Klien mengatakan
jam 08.00/12.00 sudah memperagakan
- Pasien tampak cara menghardik
memperagakan cara
menghardik O:
2. Melatih cara mengontrol - Pasien tampak
halusinasi dengan program memperagakan cara
obat (menjelaskan 6 benar menghardik
obat, jenis, dosis, - Pasien tampak
frekuensi cara, kontinuitas mendengarkan
minum obat penjelasan yang
H/ pasien tampak diberikan perawat
mendengarkan pengobatan - Klien tampak
yang dijelaskan oleh kooperatif
perawat
Pasien mengatakan akan A: Gangguan Persepsi
minum obat secara teratur Sensori : Halusinasi
3. Menjadwalkan program Pendengaran
obat pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik P:
dan minum obat - Evaluasi kegiatan
H/ Pasien menentukan pasien (SP 1 dan SP
jadwal minum obat 2)
kedalam jadwal harian - Latih pasien untuk
pada jam sebelum makan mengontrol

61
halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
- Mengevaluasi
pasien untuk
mengontrol
halusinasi dengan
cara bercakap-cakap
dan membuat jadwal
harian/kegiatan,
menghardik,
program obat, dan
bercakap-cakap
Kamis SP 3 S:
02/03/2023 1. Mengevaluasi kegiatan - Klien mengatakan
menghardik dan minum sesekali mendengar
obat dan beri pujian bisikan
H/ - Klien mengatakan
- Klien mengatakan kadang- melakukan kegiatan
kadang mendengar bisikan yang telah di gunakan
- Klien mengatakan saat merasakan ada
melakukan kegiatan yang bisikan
telah digunakan saat - Klien mengatakan
meresahkan ada bisikan sudah minum obat pada
- Pasien mengatakan sudah saat makan pagi
minum obat pada saat - Pasien mengatakan
makan pagi ingin berlatih bercakap-
- Pasien tampak masih cakap
mengingat kegiatan yang
telah diajarkan O:
2. Melatih cara mengontrol - Pasien tampak masih
halusinasi dengan mengingat yang telah
diajarkan kegiatan

62
bercakap-cakap saat terjadi menghardik dengan
Halusinasi minum obat
H/ pasien mengatakan - Pasien tampak
ingin berlatih bercakap- mempelajari cara
cakap dengan orang lain bercakap-cakap dengan
3. Memasukan program obat perawat
pada jadwal kegiatan untuk - Pasien tampak
latihan menghardik dan melakukan kontak mata
minum obat dengan pasien
H/ pasien memasukan
jadwal minum obat A: Gangguan persepsi
kedalam jadwal harian sensori : Halusinasi
pada jam sebelum makan Pendengaran

P:
- Evaluasi kegiatan (Sp1
dan Sp2)
- Latih pasien untuk
mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-
cakap
Pasien:
Memotivasi pasien untuk
mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-
cakap, dan memasukan
jadwal kegiatan
Jumat SP 4 S:
03/3/2023 1. Mengevaluasi kegiatan - Pasien mengatakan
latihan menghardik minum melakukan aktivitas
obat, bercakap-cakap. Beri sehari-hari sesuai
pujian jadwal

63
H/
- Klien mengatakan masih O:
ingat cara menghardik - Pasien tampak
- Pasien mengatakan memperagakan dan
meminum obat dengan menyebutkan kegiatan
anjuran perawat yang sudah diajarkan
- Klien mengatakan selalu - Pasien mengatakan
bercakap-cakap kalau ada bahwa aktifitasnya
waktu luang sehari-hari yaitu
- Pasien dapat menyebutkan melakukan senam
dan memperagakan tiap hari pada jam
kegiatan yang sudah 09.00,jam 09.30,
diajarkan sebelum makan
2. Melatih cara mengontrol minum obat jam
halusianasi dengan 06.00, merapikan
melakukan kegiatan tempat tidur
harian - Minum obat sebelum
H/ makan
- Pasien mengatakan ingin A: Gangguan Persepsi
berlatuh bercakap-cakap Sensori : Halusinasi
- Pasien mengatakan bahwa pendengaran
aktifitasnya sehari-hari
yaitu melakukan senam P:
tiap hari pada jam - Evaluasi kegiatan
09.00,jam 09.30, sebelum latihan, menghardik,
makan minum obat jam minum obat, bercakap-
06.00, merapikan tempat cakap, kegiatan harian,
tidur beri pujian
3. Memasukan pada jadwal - Latih kegiatan harain
kegiatan untuk latihan - Nilai kemampuan yang
menghardik, minum obat, telah dicapai

64
bercakap-cakap dan - Nilai apakah halusinasi
kegiatan harian terkontrol
H/ pasien mengatur
jadawal harian yang telah
di lakukan
Sabtu SP 5 S:
04/03/2023 1. Mengevaluasi kegiatan - Klien mengatakan
latihan menghardik, selalu melakukan
minum obat, bercakap- kegiatan yang sudah
cakap, kegiatan harian. dijadwalkan
Beri pujian - Pasien mengatakan
H/ tidak mendengarkan
- Pasien mengatakan selalu bisikan seperti yang
melakukan kegiatan yang kemarin-kemarin
sudah dijadwal - Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan sudah mengikuti kegiatan
tidak mendengar suara senam pagi
bisikan
- pasien tampak mengingat O:
dan memperagakan - Pasien tampak
kegiatan yang sudah di mengikuti dan
ajarkan memperagakan
2. melatih kegiatan harian kegiatan yang sudah
H/ diajarkan
- mengajarkan pasien untuk - Pasien tampak
melakukan senam setiap menyetujui yang
pagi dianjurkan oleh
- klien tampak menyetujui perawat
yang diajarkan oleh - Pasien dapat
perawat menghardik halusinasi
3. menilai kemampuan yang tanpa diajarkan. Pasien
telah dilakukan minum obat dan selesai

65
H/ pasien dapat bercakap-cakap dengan
menghardik secara mandiri teman serta melakukan
tanpa di ajarkan. Pasien kegiatan harian sesuai
tampak minum obat yang sudah
sendiri, bercakap-cakap dijadwalkan
dengan teman, serta - Pasien tampak dapat
melakukan kegiatan harian atau mampu
yang sudah dijadwalkan mengontrol halusinasi
4. menilai apakah halusinasi dengan kegiatan yang
terkontrol sudah diajarkan. Pasien
H/ tampak lebih rileks
- klien dapat mengontrol - Klien tampak minum
halusinasi dengan kegiatan obat dan selesai
harian bercapap-cakap serta
- pasien mengatakan bisikan melakukan kegiatan
yang sering muncul sudah harian sesuai dengan
tidak ada jadwal

A: Gangguan Persepsi
Sensori Pendengaran

P:
- Mengevaluasi
kegiatan Sp1, Sp2,
Sp3, Sp4 dan Sp5

66
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn. S dengan


gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di Ruang Bangsal Sawit Rumah
Sakit Khusus Daerah Dadi Kota Makassar, maka penulis pada BAB ini akan
membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan
dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien halusinasi
perabaan. Pembahasan menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis
terhadap masalah keperawatan halusinasi perabaan. Tindakan keperawatan
didasarkan pada pengkajian dan diagnosis keperawatan yang terdiri dari
tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
Tahap pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi perawat-
klien melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses
interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada
perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi
dengan adanya proses interpersonal.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa
sumber, yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis
mendapat sedikit kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga
pasien jarang mengunjungi pasien di Ruang Bangsal Sawit Rumah Sakit
Khusus Daerah Dadi Kota Makassar. Maka penulis melakukan pendekatan
kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka membantu
pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:

67
• Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling
percaya diri pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih
percaya dengan menggunakan perasaan.
• Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
• Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status,
melihat buku rawatan dan bertanya kepada pegawai ruangan
sorik merapi.
Dalam pengkajian ini, penulis menemukan kesenjangan karena
ditemukan. Pada kasus Tn. S, klien mengatakan sering mendengarkan suara
bisikan yang menyuruhnya untuk memukul orang lain, klien juga sering
mondar mandir serta melamun Ketika sedang sendiri maupun diajak
berbicara. Gejala gejala yang muncul tersebut mencakup dengan yang ada di
teori klinis dari halusnasi (Keliat, dkk.2014). Akan tetapi terdapat faktor
predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan kekambuhan penyakit
yang dialami oleh Tn. S
Tindakan keperawatan terapi generalis yang dilakukan pada Tn.S
adalah strategi pertemuan pertama sampai pertemuan kelima. Strategi
pertemuan pertama meliputi mengidentifikasi isi, frekuensi, jenis, dan respon
klien terhadap halusinasi serta melatih cara menghardik halusinasi. Strategi
pertemuan kedua yang dilakukan pada Tn. S meliputi melatih Tn. S cara
minum obat yang teratur. Strategi pertemuan yang ketiga adalah melatih cara
mengendalikan dengan bercakap-cakap kepada orang lain. Strategi keempat
menyusun jadwal kegiatan bersama-sama dengan klien. dan Strategi kelima
menilai evaluasi SP I,SP II, SP III, SP IV dan melihat apakah halusinasi
terkontrol serta tingkat kemandirian pasien.

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Waham Kebesaran
4. Harga Diri Rendah

68
Sedangkan pada kasus Tn. S ditemukan satu diagnosa keperawatan yang
muncul yang meliputi: Gangguan sensori persepsi: Halusinasi
Pendengaran. Dari hal tersebut di atas dapat dilihat terjadi kesamaan
antara teori dan kasus. Dimana semua diagnosa pada teori muncul pada
kasus Tn. S

C. Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah
keperawatan yakni: diagnosa keperawatan Halusinasi Pendengaran. Pada
Diagnosa Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran
dilakukan strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu
terjadi, perasaan, respon halusinasi. Kemudian strategi pertemuan yang
dilakukan yaitu latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Strategi pertemuan yang kedua yaitu anjurkan minum obat secara teratur,
strategi pertemuan yang ke tiga yaitu latihan dengan cara bercakap-cakap
pada saat aktivitas dan latihan strategi pertemuan ke empat yaitu melatih
klien melakukan semua jadwal kegiatan.
D. Evaluasi
Pada tinajauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien
mempercayai perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang
dialaminya tidak ada objeknya, dapat mengidentifikaasi halusinasi, dapat
mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan bercakap-cakap,
melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur.
Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah: Klien mampu
mengontrol dan mengidentifikasi halusinasi, Klien mampu melakukan
latihan bercakap-cakap dengan orang lain, Klien mampu melaksanakan
jadwal yang telah dibuat bersama, Klien mampu memahami penggunaan
obat yang benar: 6 benar. Selain itu, dapat dilihat dari setiap evalusi yang
dilakukan pada asuhan keperawatan, dimana terjadi penurunan gejala yang
dialami oleh Tn.S dari hari kehari selama proses interaksi.

69
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan
proses keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang
digunakan oleh perawat dan peserta didik keperawatan. Penerapan
keperawatan dapat meningkatkan otonomi, percaya diri, cara berfikir yang
logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan tanggung jawab dan tanggung
gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat
melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik khusus nya pada
klien halusinasi, maka dapat di ambil ksimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian yang dilaksanakan tidak banyak berbeda dengan
pngkajian teoritis maupun penulis tidak mendapat kesulitan dalam
pengkajian klien.
2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi klien penulis
menyusun Tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis begitu juga
dengan SP.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
perencanaan dan dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.
4. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang
dihadapi klien tidak teratasi semua sesuai dengan masalah klien.
B. Saran
1. Mahasiswa
a. Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan askep sesuai dengan
tahapan-tahapan dari protap dengan baik dan benar yang diperoleh
selama masa pendidikan baik diakademik maupun dilapangan
praktek.
2. Keluarga.
a. Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga
perawatan gangguan persepsi sensori:halusinasi pendengaran
dirumah.

70
b. Kepada keluarga agar lebih sering datang ke kunjung ke RSKD Dadi
Sulawesi Selatan untuk memberikan semangat dan dukungan serta
menghindari hal-hal yang memicu stresor kepada klien dan
melakukan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan agar asisten
keperawatan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan dan bisa
menerima kondisi pasien di dalam keluarga. Rajin mengontrol kan
pasien rawat jalan
3. Ruang rawat inap
a. Meningkatkan perlatan dan pelayanan serta pemberian askep yang
dapat meningkatkan proses penyembuhan kllien.
b. Diharapkan dengan memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan halusinasi pendengaran agar kerjasama antara perawat klien
dan keluarga

71
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika.
Hasil Riset Kesehatan Dasar. 2013.
Heardman dalam Nanda International. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2.
Jakarta. EGC.
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic
Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI.2013. Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes RI.
Kusumawati, F dan Yudi Hartono, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal) edisi 1. Jakarta:
Bumi Aksara.
Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia dengan Stres
Keluarga. http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari
2017 pukul 07.50 WIB.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

72
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha
Medika
Riyadi, S dan Teguh Purwanto. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1.
Yogyakarta : Graham Ilmu
Stuart, G. W. 2017. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 5. Jakarta. EGC
Undang Undang No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, & Deden. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan
Jiwa Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta.
Jurnal Poltekkes Bhakti Mulia

73

Anda mungkin juga menyukai