DENGAN
MASALAH UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI DI RUANG KUTILANG RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH PROVINSI LAMPUNG
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “MAKALAH KEPERAWATAN
JIWA TERHADAP Tn. DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN
PERSEPSI SENSORI HALUSINASI DI RUANG KUTILANG RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG” dan tak lupa ucapan
terima kasih sebesar-besarnya kepada teman-teman kami terlebih kepada
dosen pengajar kami Bapak Ns. Agus Waluyo M.Kep, Sp.Kep. Jiwa dan Ibu
Ns. Edita Revine Siahaan, M.Kep
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Diketahui Oleh:
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................4
BABI PENDAHULUAN...........................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.............................................................................5
B. TUJUAN..................................................................................................6
a. Aspekmedis.................................................................................40
b. Pemeriksaanpenunjang..............................................................41
c. Datafokus....................................................................................41
d. Analisadata.................................................................................42
e. Pohonmasalah............................................................................44
f. Dokumentasikeperawatan.........................................................44
BAB IV PENUTUP....................................................................................................45
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa
tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal
yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah hal yang
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai
kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
(Yosep, 2009).
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang di
dasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan proses psiko-sosial dan
maladaftif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah,
mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu,
keluarga, dan masyarakat (Purwanto,2015).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi
skizofrenia/psikosis di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah
tangga. Artinya, dari 1.000 rumah tangga terdapat 6,7 rumah tangga
yang mempunyai anggota rumah tangga (ART) pengidap
skizofrenia/psikosis. Di Lampung menurut Riskesdas 2018
menunjukkan prevalensi skizofrenia sebanyak 6,0 per 1000 rumah
tangga, artinya dari 1000 rumah tangga ada 6 rumah tangga yang
memiliki anggota rumah tangga yang mengidap skizofrenia
ataupsikosis.
Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Menurut
Nanci Andreasen (2008) dalam Broken Brain, The Biological
Revolution in Psychiatry, bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan
skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali
faktor. Faktor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak,
perubahan struktur kimia otak, dan factor genetic.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan mental berat yang melibatkan
proses pikir, emosi, dan tingkah laku yang ditandai dengan gangguan
pikiran.Terdapat lima tipe skizofrenia dianataranya tipe paranoid, tipe
katatonik, tipe hebefrenik (disorganized), tipe tak terinci
(undifferentiated), tipe residual. Sebanyak 50% penderita skizofrenia
tidak memperoleh terapi pengobatan yang sesuai (WHO, 2011).
Skizofrenia hebefrenik adalah sindrom heterogen yang ditandai
dengan pola fikir yang tidak teratur. Gejala yang menyolok ialah
gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya
depersenalisasi dan sering terdapat, waham, halusinasi serta menarik
diri. Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar dan hidup dalam
khayalan sendiri.
Menurut Maramis (2009), seseorang yang terdiagnosa skizofrenia
hebefrenik atau yang biasa disebut tak terorganisir memiliki gejala
tingkah laku kacau, pembicaraan kacau, afek datar, serta adanya
disorganisasi tingkah laku. Hal ini tentu saja akan menghancurkan
kondisi penderita baik fisik juga psikologis.
Upaya optimalisasi penatalaksanaan klien dengan skizofrenia dalam
menangani gangguan menarik diri (isolasi sosial) dirumah sakit
antara lain melakukan penerapan standar asuhan keperawatan, terapi
aktivitas kelompok dan melatih keluarga untuk merawat pasien
dengan isolasi sosial. Standar Asuhan Keperawatan mencakup
penerapan strategi pelaksanaan isolasi sosial. Strategi pelaksanaan
pada pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal isolasi sosial,
mengajarkan pasien untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi
dengan orang lain atau keluarga (Keliat dkk, 2010).
Kasus skizofrenia hebefrenik merupakan salah satu jenis skizofrenia
yang cukup langka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti dan
Dyah (2016) menyebutkan bahwa prevalensi psikosis tertinggi di
Aceh dan Yogyakarta masing-masing 2,7% sedangkan terendah di
Kalimantan barat sebesar 0,7%. Ditinjau dari diagnosa atau jenis
skizofrenia, jenis skizofrenia paranoid sebanyak 40,8% kemudian
diikuti dengan skizofrenia residual sebanyak 39,4%, skizofrenia
hebefrenik sebanyak 12%, skizofrenia katatonik sebanyak 3,5%,
skizofrenia tak terenci sebanyak 2,1%, skizofrenia lainnya 1,4% dan
yang paling sedikit adalah skizofrenia simpleks sebanyak 0,7%. Di
ruang melati RSJD Lampung terdapat pasien dengan kasus
skizofrenia hebefrenik, pasien sudah pernah dirawat di Rumah sakit
jiwa salah satu di Jawa dinyatakan membaik dan pulang dirawat oleh
keluarganya namun kondisi pasien kembali menurun setelah berhenti
minum obat. Oleh karenanya mahasiswa tertarik untuk
mendiskusikan tentang kasus tersebut dengan masalah keperawatan
isolasi sosial dan diagnosa medis skizofrenia hebefrenik.
B. TujuanPenulisan
1. TujuanUmum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn .Dengan
Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang RSJ Daerah
Provinsi Lampung.
2. TujuanKhusus
a. Melakukan Pengkajian Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Tn. Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang
Kutilang RSJ Daerah Provinsi Lampung.
b. Menetapkan Diagnosis Keperawatan Jiwa Pada Tn.
Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang
RSJ Daerah ProvinsiLampung.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
a. Keturunan
a. Skizofrenia Simplek
f. Skizofrenia Residual
1. Pengertian
1) Faktor Genetis
2) Faktor Neurologis
3) Psikologis
b. Faktor Prespitasi
Halusinasisuara.
Mempunyai gangguanpersepsi.
1) Pengertian
• Halusinasi Penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien
mencium aroma atau bau tertentu seperti urine atau feces atau
bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang
tidak sedap (Cancro & Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008).
Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Stuart (2009 dalam
Satrio, dkk, 2015) pada halusinasi penciuman, klien dapat
mencium bau busuk, jorok, dan bau tengik seperti darah, urin,
atau tinja, kadang-kadang bau bisa menyenangkan, halusinasi
penciuman biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang,
dan demensia.
• Halusinasi Penglihatan
Sedangkan pada klien halusinasi penglihatan, isi halusinasi
berupa melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama
sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau
mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan (Cancro &
Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008). Isi halusinasi
penglihatan klien adalah klien melihat cahaya, bentuk geometris,
kartun atau campuran antara gambaram bayangan yang
kompleks, Dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien
atau juga sebaliknya mengerikan (Stuart & Laraia, 2005; Stuart,
2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
• Halusinasi Pengecapan
Sementara itu pada halusinasi pengecapan, isi halusinasi berupa
klien mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan
bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut
dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa
tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti
darah, urine atau feces (Stuart & Laraia., 2005; Stuart, 2009
dalam Satrio, dkk, 2015).
• Halusinasi Perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti
aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubub atau binatang kecil
yang merayap di kulit (Cancro & Lehman, 2000 dalam
Videbeck, 2008). Klien juga dapat mengalami nyeri atau tidak
nyaman tanpa adanya stimulus yang nyata, seperti sensasi listrik
dan bumi, benda mati ataupun dan oranglain (Stuart & Laraia,
2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
• Halusinasi Chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klein akan merasa fungsi tubuh seperti
darah berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna makanan,
atau bentuk urin (Videbeck, 2008; Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015).
• Halusinasi Kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensasi
gerakan tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti meayang
di atas tanah.Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergerak
(Videbeck, 2008; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
3) Fase Halusinasi
a) Comforting (Halusinasi menyenangkan, Cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti
cemas, kesepian, rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk
menghilangkan kecemasan. Seseorang mengenal bahwa pikiran
dan pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jika
kecemasan tersebut bisa dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tampak tidak tepat
2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
3) Pergerakan mata yang cepat
4) Respon verbal yang lambat seperti asyik
5) Diam dan tampak asyik
b) Comdemning (Halusinasi menjijikan, Cemas sedang)
Penngalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi mulai merasa kehilangan control dan mungkin
berusaha menjauhkan diri, serta merasa malu dengan adanya
pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Ditandai dengan peningkatan kerja system saraf
autonomic yang menunjukan kecemasan misalnya terdapat
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentang perhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan penngalaman sensori dan mungkin
kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realitas.
a. Faktor Psikologis
Selain faktor biologi diatas, faktor psikologis juga ikut berperan
mengakibatkan terjadinya skizofrenia. Menurut Townsend, (2009).
awal terjadinya skizofrenia difokuskan pada hubungan dalam keluarga
yang mempengaruhi perkembangan gangguan ini, teori awal
menunjukkan kurangnya hubungan antara orangtua dan anak, serta
disfungsi system keluarga sebagai penyebab skizofrenia. Dalam
penelitian lain disebutkan beberapa anak dengan skizofrenia
menunjukkan kelainan halus yang meliputi perhatian, koordinasi,
kemampuan sosial, fungsi neuromotor dan respon emosional jauh
sebelum mereka menunjukkan gejala yang jelas dari skizofrenia
(Schiffman et al, 2004 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
Hal diatas didukung oleh Sinaga, (2007) yang menyebutkan bahwa
lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar
pada perkembangan skizofrenia, pada masa kanak disfungsi situasi
sosial seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan
interpersonal yang kurang hangat diterima oleh anak sangat
mempengaruhi perkembangan neurologikal anak sehingga lebih
rentan mengalami skizofrenia dikemudian hari.
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005 dalam Satrio, dkk, 2015) faktor
psikologis yang dapat mempengaruhi adalah tingkat inteligensi,
kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman masa lalu,
konsep diri dan motivasi. Selain itu faktor penyebab terjadinya
skizofrenia berdasarkan teori interpersonal berpendapat bahwa
skizofrenia muncul akibat hubungan disfungsional pada masa
kehidupan awal dan masa remaja, skizofrenia terjadi akibat ibu yang
cemas berlebihan, terlalu protektif atau tidak perhatian secara
emosional atau ayah yang jauh dan suka mengontrol (Torrey, 1995
dalam Videbeck, 2008). Hal ini memberi arti bahwa anak akan belajar
pada orangtuanya yang mengalami skizofrenia dan akan
mempraktekkan apa yang dilihatnya setelah ia besar dalam setiap ia
mengalami masalah.
2. Faktor Presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam
meregulasi sejumlah informasi. Informasi normal diproses melalui
aktivitas neuron. Stimulus visual dan auditory dideteksi dan disaring
oleh thalamus dan dikirim untuk diproses di lobus frontal. Sedangkan
pada klien skizofrenia terjadi mekanisme yang abnormal dalam
memproses informasi (Perry, Geyer & Braff, 1999 dalam Stuart &
Laraia, 2005). Gejala pencetus yang menyebabkan hal tersebut terjadi
adalah faktor kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu
(Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balikdi otak
yang mengatur jumlah dan waktu dalam proses informasi. Stimuli
penglihatan dan pendengaran pada awalnya di saring oleh hipotalamus
dan dikirim untuk diproses oleh lobus frontal dan bila informasi yang
sampaikan terlalu banyak pada suatu waktu atau jika informasi
tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan overload ke ganglia
basal dan di ingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat transmisi
ke lobus frontal. Penurunan fungsi dari lobus frontal menyebabkan
gangguan pada proses umpan balikdalam penyampaian informasi
yang menghasilkan proses informasi overload (Stuart & Laraia, 2005;
Stuart, 2009). Stessor presipiatsi yang lain adanya abnormal pada
pintu mekanisme pada klien skizofrenia, Pintu mekanisme adalah
proses elektrik yang melibatkan elektolit, hal ini memicu
penghambatan saraf dan rangsang aksi dan umpan balik yang terjadi
pada system saraf. Penurunan pintu mekanisme/gating proses ini
ditunjukkan dengan ketidakmampuan individu dalam memilih stimuli
secara selektif (Hong et al., 2007 dalam Stuart, 2009 dalam Satrio,
dkk, 2015).
5. Mekanisnie Koping
Pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya dan
pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan
melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya,
melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan
menarik diri yang berhubungan dengan masalah membangun
kepercayaan dan keasyikan terhadap pengalarnan internal (Stuart &
Laraia, 2005; Stuart, 2009 dalam Satrio, dkk, 2015).
7) POHON MASALAH
9) DIAGNOSA
1. Diagnosis Keperawatan: Halusinasi
2. Diagnosis Medis : Skizofrenia Paranoid
SP 2: SP 2:
Evaluasi kegiatan Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik beri pujian merawat/ melatih klien
Latih cara mengontrol menghardik, beri pujian
halusinasi Jwlaskan 6 benar cara
Latih cara mengontrol memberikan obat
halusinasi dengan obat Latih cara memberikan/
(jelaskan 5 benar : jenis, guna membimbing minum obat
, dosis, frekuensi, cara, Anjurkan membantu klien sesuai
kontinuitas minum obat) jadwal dan memberi pujian
Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat
SP 3: SP 3:
Evaluasi kegiatan harian Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik & obat, beri merawat/ melatihh klien
pujian menghardik dan memberikan
Latih cara mengontrol obat, beri pujian
halusinasi dg bercakap – Jelaskan cara bercakap – cakap
cakap saat terjadi halusinasi dan melakukan kegiatan untuk
Masukan pada jadwal mengontrol halusinasi
kegiatan untuk latihan Latih dan sediakan waktu
menghardik, minum obat, bercakap – cakap dengan klien
dan bercakap – cakap terutama pada saat halusinaasi
Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
SP 4 : SP 4 :
Evaluasi kegiatan harian Evaluasi kegiatan keluarga dalam
menghardik, minum obat & merawat/ melatih klien
bercakap – cakap beri pujian menghardik, memberian obat, dan
Latih cara mengontrol bercakap – cakap, beri pujian
halusinasi dengan melakukan Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
kegitan harian (mulai 2 tanda kambuh, rujukan
kegitan) Anjurkan membantu klien sesuai
Masukan pada jadwal jadwal dan memberikan pujian
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap – cakap dan
kegiatan harian
BAB III
TINJAUAN KASUS
Jelaskan :
Perempuan
Meninggal
→ Klien
-----Tinggal dalam
saturumah
II bercerai
Masalah keperawatan :
V. PEMERIKSAANFISIK
1. Keluhan fisik : tidak ada.
TD : 130/90 mmhg Nadi: 84x/m RR : 20 x/m Suhu :36,5o C
2. Penilaian Nyeri
Keluhan nyeri: pasien tidak mengeluh nyeri
a.Tidak
0
b. Ya
1
TOTAL SKOR 0
3.Pasien dengan diagnosa khusus : tidak □Ya
□DM □Ginjal □Hati □Jantung □Paru □Stroke
□Kangker □PenurunanImunitas □Geriatri □ Lain-lain:
Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis / kondisi khusus
dilakukan pengkajian lanjut oleh Tim Terapi Gizi : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
□Mandiri □PerluBantuan,
TOTAL SKOR 21
Kategori : Mandiri
□ 5-8 : ketergantunganberat □ 12-19 : ketergantungan ringan
□ 0-4 : ketergantungantotal□ 9-11 = ketergantungansedang
VII. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya terutama
tangan kanannya karna menurutnya tangan kanan adalah anggota
tubuh yang terkuat.
Masalah keperawatan : Tidak ada
b. Identitas diri
d. Ideal diri
2. Spiritual
b. Kegiatan ibadah
1. STATUSMENTAL
1. Penampilan
2. Pembicaraan
Sesuai ✓Cepat ✓Keras Apatis Inkoheren
3. Aktifitas motorik/perilaku
TIK
4. Alam perasaan
Sesuai Putusasa Sedih Merasa tidakmampu
Marah Ketakutan Labil Gembira berlebihan
6. Afek
✓Sesuai Datar Tumpul Labil Tidaksesuai
Jelaskan : Klien mampu mengendalikan emosinya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
7. Persepsi
Pengecapan Perabaan
8. Proses pikir
Masalah keperawatan : T i d a k a d a m a s a l a h
9. Isi Pikir
✓Sesuai<Obsesi Fobia Hipokondria
Pikiranmagis Ide yang terkait Depersonalisasi
11. Memori
VIII. SUMBERKOPING
Klien belum mampu menilai positif dalam dirinya tetapi klien merasa kondisi
kesehatannya sudah membaik,klien belum bisa mengatasi masalah nya sendiri.
Masalah keperawatan :Koping individu tidak efektif
IX. PERSIAPAN PULANG / DISCHARGEPLANNING
No Komponen yang dibutuhkan Ya Tidak
1. Tempat tinggal
2. Care giver
3. Layanan Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas/
CMHN)
4. Group support
X. ASPEKMEDIS
DiagnosaMedis :
TherapiMedis :
Thrihexypenidyl 2 x 2 mg
Rispiredone 2 x 2 mg
Chlorpromazine 1 x 1 mg
Depakote 1 x 250mg
Neurodex 1 x 1 tablet
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Tulis hasil pemeriksaan
penunjang yang abnormal)
Tanggal : 20 Mei 2022
Hemoglobin : 15,2 g/dl
Eritrosit : 5,20 g/dl
Leukosit : 13.100 jutasel/mm³
Trombosit : 273.000 ribusel/ mm³
Basofil :0%
Eosinophil :0%
N.Batang :0%
N.Segmen : 68%
Limfosit : 25%
Monosit : 8%
Hematokrit : 44%
GOT/AST : 48
GPT/ALT :59
A. DATA FOKUS
DS =
- Klien mengatakan mendengar suara suara bisikan menyuruh nyuruh.
- Klien mengatakan kadang mendengar suara bisikan untuk memukul
orang.
- Klien mengatakan bisikan muncul tidsk menentu pagi,siang,sore dan
kadang malam hari
- Keluarga mengatakan merasa malu merasa minder karna dirinya
pengangguran
- Klien mengatakan dirinya tidak berguna
- Klien mengatakan merasa malu
- Keluarga mengatakan bahwa dirinya sudah sembuh.
- Keluarga mengatakan tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan
keputusan.
- Klien mengatakan perannya sebagai anak laki laki tidak berguna.
- Klien mengatakan dirinya hanya menjadi beban kelurga
DO =
Data Masalah
DO :
DO :
Klien tampak tidak bersemangat dalam
beraktivitas
Kontak mata kurang
Klien tampak tidak fokus
DO:
5 DS = Ketidakefektifan kemampuan
- Klien mengatakan perannya peran
sebagai anak laki laki tidak berguna.
- Klien mengatakan dirinya hanya
menjadi beban kelurga
DO =
Tgl Profesional Hasil Asesmen Pasien dan Instruksi PPA termasuk Verifikasi
Ja Pemberi Pemberian Pelayanan pasca bedah Cinstruksi DPJP
m Asuhan (ditulis dengan format ditulis denngan rinci (Tulis
SOAP/ADIME, disertai Sasaran. dan jelas) Nama,
Tulis Nama, beri Paraf pada akhir beri Paraf,
catatan) Tgl, Jam)
(DPJP
harus
membaca/
mereview
semua
Rencana
Asuhan)
23/ Perawat S:
5/2 klien mengatakan suara
2 bisikan tanpa wujud
12. klien mengatakan merasa
00 terganggu dengan bisikan
suara
klien mengatakan sering
merasa kesal
O: identifikasi
klien tampak tersenyum halusinasi
sendiri
kaji waktu,waktu
- klien tampak bicara
situasi,frekuensi,
sendiri
dan respon saat
- klien mampu menjawab
halusinasi
semua pertanyaan
latih menghardik
A:
gangguan persepsi sensori identifikasi rpk
P:
latih cara
pertemuan 1 halusinasi
mengontrol rpk
pertemuan 1 rpk secara fisik :
Tarik nafas
dalam dan pukul
Kasur/bantal.
24/ Perawat S: - Evaluasi
5/2 - klien mengatakan masih Kegiatan
2 mendengar suara bisikan menghardik
- klien mengatakan dan beri pujian
keinginan marah masih - Latih cara
ada mengontrol
halusinasi
O: dengan obat
- kontak mata klien tidak (jelaskan 6
focus benar :jenis,
- klien masih berbicara guna, dosis,
sendiri frekuensi, cara,
- saat berdiskusi klien continueitas
tampak melamun minum obat)
- saat diajak bicara klien
tidak fokus
A:
halusinasi
resiko perilaku kekerasan
P: - Evaluasi kegiatan
- pertemuan 2 halusinasi latihan fisik,
- pertemuan 2 rpk beri pujian.
- Latih cara
mengontrol
rpk dengan
obat (jelaskan
6 benar :jenis,
guna, dosis,
frekuensi, cara,
continueitas
minum obat)
25/05 Perawat S:
2022 Klien mengatakan
keinginan marah
masih ada
Evaluasi kegiatan
Klien mengatakan suara
menghardik dan
bisikan masih terdengar
obat , beri pujian
Latih cara
O:
mengontrol
Klien tampak sering
halusinasi
mondar-mandir
dengan cara
Klien tampak sering
bercakap –
berbicara sendiri
cakap saat ada
Kontak mata klien kurang
terjadi
fokus
halusinasi
Klien tampak gelisah
Pembicaraan klien mudah
beralih
A:
resiko perilaku kekerasan
halusinasi
Evaluasi
kegiatan latihan
fisik dan obat,
P:
beri pujian
pertemuan 3 halusinasi
Latih cara
pertemuan 3 rpk
mengontrol
rpk secara
verbal (3 cara,
yaitu :
mengungkapka
n, meminta,
menolak
dengan benar
26/05 Perawat S:
/2022 Klien mengatakan
suara terdengar Evaluasi
hanya di malam hari kegiatan
Klien mengatakan latihan
terkadang masih menghar
merasa ingin marah dik dan
obat dan
bercakap
O:
-cakap,
Klien tampak tidak focus
beri
saat berbicara
pujian
Klien masih sering
berbicara sendiri
Latih cara
Saat ditanya, klien
mengontrol
menjawab menyimpang
halusinasi
dari pertanyaan yang
dengan kegiatan
diberikan
harian yang
bermanfaat
A:
(membersihkan
Halusinasi
tempat tidur dan
resiko perilaku kekerasan
memberikan
lingkungan
P: sekitar)
pertemuan 4 halusinasi
pertemuan 4 rpk
Evaluasi
kegiatan fisik
dan obat dan
verbal, beri
pujian.
Latih cara
mengontrol
emosi dengan
spritual ( 2
kegiatan :
berdoa dan
beribadah)
27/05 S:
/2022 Klien mengatakan masih Evaluasi
belum bias mengontrol kegiatan,
halusinasi latihan
Klien mengatakan sudah menghar
jarang marah dan emosi dik, obat
(6 benar
obat :
O: benar
- Klien tampak tidak sering pasien,o
marah lagi bat,cara,
- Klien dapat diajak bicara waktu,do
walaupun sebentar sis,
- Klien mudah beralih continue
- Klien tampak gelisah ),
- Kontak mata kurang bercakap
-cakap
A: dan
halusinasi kegiatan
resiko perilaku kekerasan harian
(merapih
kan
P: tempat
pertemuan 5 rpk tidur dan
pertemuan 5 halusinasi lingkung
an
sekitar)
Evaluasi
kegiatan, latihan
fisik (Tarik nafas
dalam dan pukul
Kasur/bantal),
obat (6
benar :benar
pasien,obat,wakt
u,cara,dosis,conti
nue)
Mengontrol rpk
dengan verbal
(mengungkapkan
, meminta, dan
menolak dengan
benar)
Latih cara
mengontrol rpk
dengan spiritual
(ibadah dan
berdoa)
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Copel, L.C. (2007). Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta, EGC
Fontaine, K.L. (2009). Mental Health Nursing. 7th ed. New Jersey : Pearson
Education, Inc.
Keliat, B.A., & Akemat. (2010). Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta
: EGC
NANDA. (2009). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2009-2011.
Philadelphia: NANDA International
Sinaga, B.R. (2007). Skizofrenia & Diagnosis Banding. Balai Penerbit, Fakultas
Kedokteran – Universitas Indonesia, Jakarta
Stuart, G.W. (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th ed.
Missouri : Mosby, Inc.
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, 8th ed. Missouri : Mosby, Inc.
Stuart, Gail Wiscarz, Sandra J Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 5. Jakarta : EGC
Satrio, Damayanti, Ardinata (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2KM), IAIN Radin Intan
Lampung, Lampung
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in
Evidence-Based Practice. 6th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.