Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.M KELUARGA TN.R


DENGAN MASALAH : TUBERKOLOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK KEPERAWATAN KELUARGA

1. Tara Putri Palida (F0H020027)


2. Rizqy Yulia Rochanti (F0H020029)
3. Fathiyyatusholihah(F0H020031)
4. Novita Sari Wulandari (F0H020033)
5. Raflia Princesty Artauli (F0H020035)
6. Akbar Pati Indra (F0H020073)
7. Indri Anisyah (F0H018037)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022/2023
2

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.M KELUARGA TN.R
DENGAN MASALAH : TUBERKOLOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG

Bengkulu, 14 November 2022


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Samwilson Slamet S.KM,. M.Kes ) (Ns.Suryanti, S.Kep)

Penguji

(...........................................................................)

ii 1
2

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT semata, karena berkat limpahan
rahmat, hidayah dan kehendak-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan Makalah
Seminar ini dengan judul “Asuhan Keperawatan An.M Keluarga Tn.R dengan
Masalah Kesehatan : Tuberkolosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang”
dengan sebaik mungkin.
Secara umum penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan makalah ini
tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa peran serta dan bantuan dari semua
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Samwilson Slamet, S.KM, M.Kes yang merupakan Pembimbing yang
telah sabar dan telaten dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan makalah ini.
2. Ns. Yusran Hasymi, S.Kep, M.Kep, Sp. KMB selaku Kepala Program
Diploma III Keperawatan Universitas Bengkulu
3. Ns.Suryanti S.Kep sebagai pembimbing lahan yang telah membimbing
dalam proses pembuatan makalah seminar ini.
4. Orang Tua kami. Terimakasih banyak atas dukungan dan doa nya selama
ini, kasih sayang yang selalu tercurahkan kepada kami.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya masukan, ide, kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Atas segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis, semoga senantiasa mendapatkan
balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Akhirnya dengan mengucap syukur
Alhamdulillah, penulis berharap semoga tugas ini bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi dunia kesehatan.
Bengkulu,12 November 202

Kelompok

1
iii
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .............................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi keluarga ........................................................................... 3
2. Tipe keluarga ................................................................................. 5
3. Struktur keluarga ........................................................................... 5
4. Fungsi keluarga .............................................................................. 5
5. Tugas keluarga .............................................................................. 6
6. Tahap keluarga .............................................................................. 6
B. KONSEP PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU
1. Definisi Tuberkulosis Paru ............................................................ 8
2. Etiologi ........................................................................................... 8
3. Manifestasi klinis ........................................................................... 8
4. Patofisiologi ................................................................................... 9
5. Pathway ......................................................................................... 10
6. Komplikasi ..................................................................................... 10
7. Pemeriksaan penunjang.................................................................. 11
8. Penatalaksanaan ............................................................................. 11
9. Pencegahan .................................................................................... 13

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian keperawatan ................................................................ 14

iv1
2

2. Diagnosa keperawatan ................................................................... 17


3. Intervensi keperawatan................................................................... 17
4. Implementasi keperawatan ............................................................. 20
5. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 20

BAB III TINJAUAN KASUS


1. Pengkajian keperawatan ................................................................ 21
2. Diagnosa keperawatan ................................................................... 29
3. Intervensi keperawatan................................................................... 30
4. Implementasi keperawatan ............................................................. 33
5. Evaluasi keperawatan ..................................................................... 33

BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian keperawatan ................................................................ 34
2. Diagnosa keperawatan.................................................................... 36
3. Perencaanaan keperawatan ............................................................ 37
4. Pelaksanaan keperawatan .............................................................. 37
5. Evaluasi keperawatan .................................................................... 38

BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................... 40
2. Saran .............................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA

1
2

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua


lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat
menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang
besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
saling mempengaruhi (Widoyono, 2011). Salah satu penyakit menular yang
masih banyak di Indonesia adalah Tuberkulosis.
TB Paru merupakan penyakit yang sangat cepat ditularkan. Cara
penularan TB Paru yaitu melalui percikan dahak (droplet nuclei) pada saat pasien
batuk atau bersin terutama pada orang disekitar pasien seperti keluarga yang
tinggal serumah dengan pasien. Perilaku keluarga dalam pencegahan TB Paru
sangat berperan penting dalam mengurangi resiko penularan TB Paru.
Meningkatnya penderita TB Paru di Indonesia disebabkan perilaku hidup
yang tidak sehat. Hasil survey di Indonesia oleh Ditjen pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) salah satu penyebab tingginya
angka kejadian TB Paru disebabkan oleh kurangnya tingkat
Menurut WHO, Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian
global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan
kematian akibat Tuberkulosis telah menurun, namun Tuberkulosis
diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta
kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan negara
dengan penderita Tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10% dan
10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015).
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
( data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru
Tuberkulosis tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
perempuan. Bahkan berdasarkan survey prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada
laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang
terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemugkinan karena laki-laki lebih
terpapar pada faktor resiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
1
2

ketidakpatuhan minum obat. Survey ini menemukan bahwa dari seluruh


partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan
perempuan yang merokok (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Jumlah penemuan kasus baru Tuberkulosis pada tahun 2013 sebesar 2.416
kasus, pada tahun 2014 turun menjadi 1.953 kasus dan kembali meningkat pada
tahun 2015 sebesar 2.391 orang dan menurun pada tahun 2016 menjadi 2.383
temuan kasus baru Tuberkulosis BTA (+) (Profil Kesehatan Kaltim,2016).
Di tahun 2016 penemuan kasus Tuberkulosis BTA (+) di kota Samarinda
sebanyak 458 kasus. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan yaitu 270 kasus dan 187 kasus pada perempuan
(Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2016).
Kejadian Tuberkulosis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama
Tuberkulosis adalah faktor umur karena insiden tertinggi penyakit Tuberkulosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia diperkirakan 75% penderita
Tuberkulosis adalah pada kelompok usia produktif. Faktor yang kedua adalah
jenis kelamin yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita, karena
sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor ketiga adalah kebiasaan
merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk
terserang penyakit terutama pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok).
Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan faktor lingkungan
terutama pada penderita Tuberkulosis yaitu kuman M. Tuberculosis dapat
masuk pada rumah yang memiliki bangunan yang gelap dan tidak ada sinar
matahari yang masuk. Faktor kelima adalah pekerjaan yang merupakan faktor
risiko kontak langsung dengan penderita. Faktor keenam adalah status ekonomi
yang merupakan faktor utama dalam keluarga masih banyak rendahnya suatu
pendapatan yang rendah dapat menularkan pada penderita Tuberkulosis karena
pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak memenuhi syarat-syarat
kesehatan (Sejati, 2015) .
Faktor yang mempermudah penularan Tuberkulosis Paru adalah perilaku
membuang ludah di sembarang tempat, kebiasaan tidak menutup mulut saat
batuk, kebiasaan tidak menutup mulut saat orang lain batuk, dan kebiasaan
menggunakan kayu bakar di dalam rumah. Di kota Samarinda menunjukkan

1
32

bahwa pendidikan, kontak serumah, lama kontak, kepadatan penghuni dan


ventilasi rumah merupakan faktor risiko terhadap kejadian Tuberkulosis Paru
dengan nilai OR > 1. Kontak serumah dan lama kontak merupakan faktor risiko
tertinggi terhadap kejadian Tuberkulosis Paru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Tuberkolosis ?
2. Bagaimana penyebab dari Tuberkolosis ?
3. Apa gejala yang ditimbulkan dari Tuberkolosis?
4. Bagaimana patofisiologis Tuberkolosis?
5. Pengobatan apa yang dilakukan untuk penyakit Tuberkolosis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Tuberkolosis
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Tuberkolosis
3. Untuk mengetahui gejala-gejala dari Tuberkolosis
4. Untuk mengetahui patofisiologi Tuberkolosis
5. Untuk mengetahui pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita
Tuberkolosis

1
2

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010)
Keluarga adalah dua orang atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga,
yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptaan serta
mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010) Keluarga adalah anggota rumah
tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau
perkawinan (WHO dalam Harmoko, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekelompok orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi
dan tinggal dalam satu rumah.
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a) Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ), adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di
tambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
dan istri tanpa anak
4) Single Parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian

3 1
42

b) Tipe Keluarga Non Tradisional


1) The Unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutamaibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The Stepparent Family Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune Family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau
membesarkan anak bersama
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family, adalah
keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan
5) Gay And Lesbian Family adalah Seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital
partners)
6) Cohibiting Couple, adalah orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alas an tertentu
7) Group-Marriage Family, adalah beberapa orang dewasa
menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya
8) Group Network Family, adalah keluarga inti yang dibatasi aturan
atau nilai –nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya
dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya
9) Foster Family, adalah keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya
10) Homeless Family, adalah keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis personal

1
52

yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem


kesehatan mental
11) Gang, adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

3. Struktur Keluarga

Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang


bagaimana suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat.
Adapun macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal
Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga Kawin
Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) sebagai berikut :

1
6 2

1) Fungsi afektif
Adalah fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam
berhubungan dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak
untuk berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga
4) Fungsi ekonomi.
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi pemeliharaan kesehatan
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan
Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu
a. Keluarga Mampu Mengenal Masalah Keluarga
b. Keluarga Mampu Mengambil Keputusan
c. Keluarga Mampu Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
d. Keluarga Mampu Memelihara/Memodifikasi Lingkungan
e. Keluarga Mampu Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatanan
6. Tahap-Tahap Keluarga

Di indonesia keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap


berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
psikososial, ekonomi keluarga di masyarakat yaitu :
a. Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat

1
72

memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu kebutuhan


pengakaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau
keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau indikator
keluarga sejahtera tahap satu.
b. Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi kebutuhan
sosial psikologisnya yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan, tempat tinggal atau
transportasi.
c. Keluarga Sejahtera tahap II (Keluarga sejahtera II) adalah keluarga
yang telah dapatmemenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangan yaitu
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga sejahtera tahap III (Keluarga sejahtera III) adalah
keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial, psikologis dan kebutuhan pengembangan tetapi
belum dapat memberikan sumbangan baik internal ataupun
keluarga serta berperan aktif dengan menjadi pengurus lembaga
masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga dan
lain-lain.
e. Keluarga tahap IV (Plus) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya baik yang bersifat dasar, sosial,
perkembangan serta telah mampu memberikan sumbangan yang
nyata bagi masyarakat.
f. Peran Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada
Keluarga Yang Menderita Gastritis
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit
gastritis maka peran perawat diperlukan sebagai berikut :
a. Pengenalan tentang gejala gastritis
Perawat membantu keluarga untuk mengenal tentang gejala
penyakit gastritis.
b. Pemberi perawatan
terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit gastritis Dalam
memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita
penyakit gastritis, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam melaksanakan
perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga

1
2
8

bagaimana merawat anggota keluarga yang menderita gastritis.


c. Koordinator pelayanan kesehatan
kepada keluarga yang menderita penyakit gastritis.Perawat
melakukan hubungan yang terus menerus dengan keluarga yang
menderita penyakit gastritis, sehingga dapat menilai, mengetahui
masalah dan kebutuhan keluarga serta mencari cara penyelesaian
masalah penyakit yang sedang dihadapi.
d. Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenai
masalah pada keluarga yang menderita penyakit gastritis dan
mencari alternatif pemecahannya.
e. Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku
keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah
penyakit gastritis.
f. Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan
dasar terhadap
keluarga yang anggotanya menderita penyakit gastritis.
B. Konsep Dasar Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
Tuberculosis (Kemenkes RI, 2014).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) yang ditularkan
melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan
percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang
lain saat bernapas (Widoyono, 2011).
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis (Soemantri, 2009).

1
9 2

2. Etiologi
Tuberkulosis Paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan
tebal 0,3-0,6/um. Kuman terdiri dari Asam Lemak, sehingga kuman
lebih tahan asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis
(Manurung, 2008).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis.
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,
sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria
Tuberkulosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada
dalam susu sapi yang menderita Mastitis Tuberkulosis Usus. Basil
Tipe Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita Tuberkulosis dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif, 2015).

3. Patofisiologi
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri di udara yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosis yang mempengaruhi bagian tubuh
dan paling sering paru-paru. Mycobacterium. Tuberculosis terkena
udara sebagai inti droplet dari batuk, bersin, berteriak atau bernyanyi
dari individu dengan Tuberkulosis Paru. Penularan terjadi melalui
inhalasi inti droplet yang melewati rongga mulut atau hidung, saluran
pernapasan bagian atas, bronkus dan akhirnya mencapai alveoli
paru-paru. Setelah Mycobacterium
Tuberculosis atau Tubercle bacilli mencapai Alveoli, mereka
tertelan oleh Makrofag Alveolar yang mengakibatkan penghancuran
atau penghambatan proporsi yang lebih besar dari basil tuberkulum yang
dihirup.Proporsi kecil yang tidak terpengaruh berlipat ganda dalam
Makrofag dan dilepaskan setelah kematian Makrofag. Bakteri
Tuberkulum yang disebarkan langsung menyebar melalui aliran darah
atau saluran limfatik ke bagian jaringan tubuh atau organ tubuh selain
area infeksi Tuberkulosis yang sangat rentan seperti paru-paru,

1
10 2

laring, kelenjar getah bening, tulang belakang, tulang atau ginjal.


Dalam sekitar 2 sampai 8 minggu, respon imun dipicu yang
memungkinkan sel darah putih untuk membungkus atau
menghancurkan sebagian besar basil tuberkulum. Enkapsulasi oleh sel
darah putih menghasilkan penghalang di sekitar Tuberkulum Bacilli
membentuk Granuloma.
Begitu masuk ke dalam shell penghalang, basil tuberkulum
dikatakan berada di bawah kontrol dan dengan demikian membentuk
keadaan infeksi Tuberkulosis laten. Orang pada tahap ini tidak
menunjukkan gejala Tuberkulosis, tidak dapat menyebarkan infeksi dan
dengan demikian tidak dianggap sebagai kasus Tuberkulosis. Di sisi lain,
jika sistem kekebalan gagal untuk menjaga basil tuberkulum di bawah
kontrol, perbanyakan cepat basil terjadi kemudian yang mengarah ke
perkembangan dari infeksi Tuberkulosis laten ke kasus Tuberkulosis.
Waktu untuk pengembangan ke Tuberkulosis mungkin segera setelah
infeksi tuberkulosis laten atau lebih lama setelah bertahun-tahun.
Kasus Tuberkulosis sangat menular dan dapat menyebarkan basil ke
orang lain (Agyemen, 2017)
untuk menjaga basil tuberkulum di bawah kontrol, perbanyakan cepat
basil terjadi kemudian yang mengarah ke perkembangan dari infeksi
Tuberkulosis laten ke kasus Tuberkulosis. Waktu untuk pengembangan
ke Tuberkulosis mungkin segera setelah infeksi tuberkulosis laten atau
lebih lama setelah bertahun-tahun. Kasus Tuberkulosis sangat menular
dan dapat menyebarkan basil ke orang lain (Agyemen, 2017)

4. Tanda Dan Gejala


Pada stadium awal penyakit Tuberkulosis Paru tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit
akan menambah jaringan parunya pmengalami kerusakan, sehingga dapat
meningkatkan produksi sputum yang ditunjukkan dengan seringnya klien
batuk sebagai bantuk kompensasi pengeluaran dahak.

1
11 17

Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam
hari dan mengalami penurunan berat badan yang berarti. Secara rinci
tanda dan gejala Tuberkulosis Paru ini dapat dibagi atas 2 (dua) golongan
yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
1. Gejala
Sistemik
a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari Tuberkulosis Paru,
biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat
mirip demam influenza yang segera mereda tergantung dari daya
tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut
dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan.
b. Malaise
Karena Tuberkulosis bersifat radang menahun, makan
dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan
berkurang, badan makin kurus, sakit kepala.
2. Gejala
Respiratorik
a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan
bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkhus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus, batuk akan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang
produk produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid
atau purulen.
b. Batuk berdarah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah.
Berat dan ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari
besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak
selalu timbul akibat pecahnya aneurisme pada dinding kavitas,
juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkhus.
c. Sesak nafas

1
12 18

Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan


paru yang cukup luas. Pada awal gejala ini tidak pernah ditemukan.
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang
terdapat di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau
pleuritik (Manurung, 2008).

5. Klasifikasi Tuberkulosis Paru


Klasifikasi Tuberkulosis Paru dibuat berdasarkan gejala
klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Klasifikasi ini
penting karena merupakan salah satu faktor determinan untuk
menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program P2TBC Paru,
klasifikasi Tuberkulosis Paru dibagi sebagai berikut :
a) Tuberkulosis Paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif
dengan kriteria:
(i) Dengan atau tanpa gejala klinik.
(ii) BTA Positif: mikroskopok positif 2 kali,
mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif 1
kali atau disokong radiologik.
(iii) Positif 1 kali.
(iv) Gambaran radiologik sesuai dengan
Tuberkulosis Paru.
b) Tuberkulosis Paru BTA Negatif dengan kriteria :
(i) Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan
Tuberkulosis Paru aktif.
(ii) BTA negatif, biarkan negatif tetapi radiologik
positif.
c) Bekas Tuberkulosis Paru dengan kriteria :
(i) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
(ii) Gejala klinik tidak atau ada gejala sisa akibat kelainan
Paru. Radiologik menunjukkan gambaran lesi Tuberkulosis

1
19
13

Paru inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah. Ada


riwayat pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) yang
mendukung adekuat (Gannika, 2016).

6. Penatalaksanaan
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan
pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Mikobakteri
merupakan kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan
kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali
timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Jenis obat utama
(lini 1) yang digunakan adalah: INH, Rifampisin, Streptomisin,
Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2): Kanamisin,
Amikasin, Kuinolon.
Pengobatan Tuberkulosis Paru pada orang dewasa dibagi
dalam beberapa kategori yaitu :
1. Kategori 1: 2HRZE/4HR3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol setiap hari (tahap intensif) dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan Rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada:
a. Penderita baru Tuberkulosis
Paru BTA positif.
b. Penderita Tuberkulosis Ekstra Paru (Tuberkulosis di luar
paru-paru) berat.
2. Kategori 2:HRZE/5H3R3E3 diberikan
kepada:
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum
obat.

1
14 20

3. Kategori 3: 2HRZ/4H3R2
diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru
mendukung aktif.
4. Kategori 4: RHZES
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat
mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan syarat utama
untuk mengidentifikasi masalah. Pengkajian keperawatan bersifat
dinamis, interaktif dan fleksibel. Data dikumpulkan secara
sistematis dan terus menerus dengan menggunakan alat
pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat
menggunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan
fisik (Maglaya, 2009).
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan
informasi yang terus-menerus dan keputusan professional yang
mengandung arti terhadap informasi yang dikumpulkan.
Dengan kata lain, data dikumpulkan secara sistematik
menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian di klasifikasikan
dan dianalisis untuk menginterprestasikan artinya sering kali data
sepintas dikumpulkan untuk tiap area utama. Ketika pengkaji
menemukan kemungkinan atau potensi masalah, pengkaji
kemudian menggali bidang tersebut secara lebih mendalam.Selain
itu, kekuatan keluarga perlu digali dalam proses pengkajian.
Jumlah dan jenis informasi juga bergantung pada klien, yang
mungkin ingin menyampaikan lebih banyak informasi tentang satu
area daripada area yang lain. Walaupun pengkajian merupakan
langkah pertama proses keperawatan, data terus dikumpulkan
sepanjang pemberian layanan yang menunjukkan sifat yang
dinamis, interaktif dan fleksibel dari proses ini. Sumber data
pengkajian:

1
1521

1) Wawancara klien tentang peristiwa yang lalu dan


sekarang yaitu mengajukan pertanyaan dan mendengarkannya,
genogram dan ecomap.
2) Pengkajian yang dapat melengkapi data objektif yaitu observasi
rumah dan observasi interaksi keluarga.
3) Pengkajian yang dapat melengkapi data subyektif yaitu
pengalaman anggota keluarga yang dilaporkan, observasi orang
yang dilaporkan dan instrumen pengkajian yang diisi oleh
anggota keluarga.
4) Informasi tertulis dan lisan dari rujukan.
5) Laporan dari agensi yang bekerja dengan keluarga.

6) Laporan dari anggota tim kesehatan lain (Friedman, 2014).


Menurut Mubarak (2011), Pengkajian adalah tahapan seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus terhadap
anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data dasar
yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
1) Struktur dan karakteristik keluarga.
2) Sosial, ekonomi, dan budaya.
3) Faktor lingkungan.
4) Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.
5) Psikososial keluarga.
Hal-hal perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengkajian
1) Yang perlu dikaji pada data umum keluarga yaitu identitas
kepala keluarga (nama, alamat, pekerjaan dan pendidikan),
komposisi keluarga (daftar anggota keluarga dan genogram),
menjelaskan tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan tipe tersebut, setelah itu identifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan, mengkaji agama
yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

1
22
16

mempengaruhi kesehatan, tentukan pendapat keluarga serta


kebutuhan dan penggunaan (apakah ada kesenjangan) dan
aktivitas rekreasi keluarga.
2) Yang perlu dikaji pada riwayat dan tahap perkembangan
keluarga yaitu tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum dipenuhi, riwayat penyakit
keluarga: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing keluarga (adakah anggota keluarga sebelumnya
menderita Tuberkulosis Paru), status kesehatan anak
(imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
3) Yang perlu dikaji pada pengkajian lingkungan yaitu
karakteristik rumah: luas, tipe rumah, jumlah ruang,
pemanfaatan rumah, peletakkan perabot rumah tangga, saran
eliminasi (tempat, jenis, jarak dari sumber air), sumber air
minum, karakteristik tetangga dan komunitas RT atau RW:
kebiasaan, lingkungan fisik, nilai budaya yang
mempengaruhi kesehatan, perkumpulan keluarga dan interaksi
dengan masyarakat, ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat, jumlah anggota yang sehat, fasilitas untuk
penunjang kesehatan.
4) Yang perlu dikaji pada struktur dan fungsi keluarga yaitu cara
berkomunikasi antar anggota keluarga, kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk
merubah perilaku, menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga, baik secara formal maupun non formal, nilai
dan norma serat kebiasaan yang berhubungan dengan
kesehatan, dukungan keluarga terhadap anggota lain, fungsi
perawatan kesehatan (pengetahuan tentang sehat/sakit,
kesanggupan keluarga).
5) Yang perlu dikaji pada stres dan koping keluarga: stresor
jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang

1
1723

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan. Stresor


jangka panjang yaitu stresor yang saat ini dialami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan
keluarga berespons terhadap situasi atau stresor, mengkaji
sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi atau stresor,
strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan.
b. Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian keluarga khususnya pemeriksaan
fisik, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Perlu dicantumkan tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
sesuai dengan format yang ada.
b) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga.
c) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut,
kepala, mata, mulut, THT, leher, thorax, abdomen,
ekstremitas atas dan bawah sistem genitalia.
d) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.
c. Harapan Keluarga
Keinginan keluarga terhadap perawat keluarga terkait
permasalahan kesehatan yang dialami oleh keluarga.
d. Analisa Data
Rangkum data yang didapat dari hasil pengkajian
menjadi data subyektif dan data obyektif berdasarkan sumber
data dan tentukan masalah keperawatan serta penyebab
dari masalah keperawatan tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Kundi (2012), Masalah keperawatan keluarga yang
sering muncul pada diagnosa medis Tuberkulosis Paru adalah:

1
18 24

1) Risiko tinggi terhadap infeksi sekunder (reaktivasi).


2) Pola nafas tidak efektif.
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
4) (Risiko tinggi) gangguan pertukaran gas.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6) Kurang pengetahuan (tentang proses terapi, kemungkinan
kambuh dan perawatan penyakit).
Menurut Manurung (2008), masalah keperawatan yang dapat
terjadi pada klien Tuberkulosis Paru dapat berupa :
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Tuberkulosis Paru.
4) Intoleransi aktivitas.
5) Risiko tinggi terjadinya kekambuhan.
Setelah menentukan diagnosa yang sesuai selanjutnya
menetapkan prioritas masalah/diagnosa keperawatan keluarga
dengan menggunakan skala untuk menyusun prioritas dari masalah
tersebut.
Tabel 2.1 Skala Untuk Menentukan Prioritas (Maglaya, 2009).
No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat Masalah.
Skala : Wellness. 3
Aktual. 3
Risiko. 2 1
Potensial. 1
2 Kemungkinan Masalah Dapat Diubah.
Skala : Mudah. 2
Sebagi 1
an. 0 2
Tidak
3 Potensi Masalah
dapat. Untuk Dicegah.
Skala : Tinggi. 3
Cu 2
ku 1 1
p.
Re
4 Menonjolnya
nd Masalah.
Skala : Segera.
ah.
4 Menonjolnya Masalah. 2
1
Tidak perlu.
Skala : Segera. 1 2
Tidak perlu. 1
Tidak dirasakan. 0
1

1
25
19

Tidak dirasakan. 0
1

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria.


b) Skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan
bobot. Skor x bobot angka tertinggi.
c) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah
5, sama dengan bobot.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan
tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran,
yaitu keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan
dan masalah keperawatan yang telah diidentifikasi dapat
diselesaikan. Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya
berdasarkan masalah yang jelas, harus realitas, sesuai dengan
tujuan, dibuat secara tertulis dan dibuat bersama keluarga. Dalam
perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus
dilakukan perawat keluarga yaitu penyusunan tujuan,
mengidentifikasi sumber- sumber, mendefinisikan pendekatan
alternatif, memilih intervensi keperawatan dan penyusunan
prioritas (Susanto, 2012).
1) Menetapkan Tujuan Keperawatan
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka
panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah target
dari kegiatan atau hasil akhir
yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan (penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan
biasanya berorientasi pada perubahan perilaku seperti
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2) Menyusun Rencana Tindakan Keperawatan
Keluarga

1
20 38

Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah


dalam menyusun alternatif-alternatif dan mengidentifikasi
sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan
mandiri, sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan)
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.
Intervensi keperawatan keluarga ditekankan pada penguatan garis
pertahanan karena keluarga merupakan suatu sistem. Penguatan
garis pertahanan keluarga pada model Neuman dengan
menekankan pada 3 tingkat pencegahan yaitu: pencegahan primer
untuk garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk garis
pertahanan normal dan pencegahan tersier untuk garis
pertahanan resisten.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan keluarga
dengan
Tuberkulos
is Paru:

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan
dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat
bersama keluarga. Inti pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan
keluarga adalah perhatian. Jika perawat tidak memiliki falsafah
untuk memberi perhatian, maka tidak
mungkin perawat dapat melibatkan diri bekerja dengan keluarga.
Perawat harus membangkitkan keinginan untuk bekerja sama
melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah (Susanto, 2012):
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat
dengan cara:
a.Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan
tindakan.

1
21 38

b.Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta


sumber yang dibutuhkan.
c.Diakui tentang konsekuensi tiap alternatif
tindakan.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a.Memperluas
infomasi keluarga.
b. Membantu untuk melihat dampak akibat
situasi yang ada.
c.Hubungan kebutuhan kesehatan dengan
sasaran keluarga.
d.Dorong sikap emosi yang sehat menghadapi
masalah.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga
yang sakit dengan cara:
a. Mendemonstrasikan cara
perawatan.
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada
di rumah.
c. Mengawasi keluarga melakukan
perawatan.

4. Intervensi untuk menurunkan ancaman


psikologis:
a. Meningkatkan hubungan yang terbuka
dan dekat.
b. Memilih intervensi keperawatan yang
tepat.
c. Memilih metode kontak yang tepat.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara:

1
38
22

a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.


b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada dengan cara:
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada.

5. Evaluasi
Komponen kelima dari proses keperawatan ini adalah
evaluasi. Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya
tindakan keperawatan yang dilakukan oleh keluarga, perawat
dan yang lainnya. Evaluasi merupakan proses
berkesinambungan yang terjadi setiap kali seorang perawat
memperbaharui rencana asuhan keperawatan (Friedman,
2013).
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan
antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang
telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi
dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif (Suprajitno, 2016) yaitu
dengan SOAP, dengan pengertian "S" adalah ungkapan
perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. "O"
adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh
perawat menggunakan penglihatan. "A" adalah merupakan
analisis perawat setelah mengetahui respon keluarga
secara subjektif dan objektif. "P" adalah perencanaan
selanjutnya setelah perawat melakukan tindakan. Dalam
mengevaluasi harus melihat tujuan yang sudah dibuat

1
23 38

sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat


rencana tindak lanjut yang masih searah dengan tujuan

1
38

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama Kepala keluarga : Tn.R
2. Usia : 57 Tahun
3. Alamat/telfon : Kandang RT
4. Pendidikan kepala keluarga : SD
5. Pekerjaan kepala keluarga : Nelayan
6. Komposisi keluarga : Ayah dengan 1 anak

N Nama J Hubu Umu Pend B STATUS IMUNISASI


o K Ngan r dikan C Polio DPT Hepatitis Cmp Ket
dgn G k
kk 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Tn. R L KK 57 th SD Tidak
diketahui
2 An.M P Ana 20 th mahasiswi             Lengkap
k

Genogram

Tn.R

24 1
25
38

7. Tipe keluarga : Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga single


parent karena hanya mempunyai 1 orang tua yaitu ayah usia 57 tahun
dan anak berusia 20 tahun An.M mengatakan dalam keluarga nya tidak
ada masalah yang mengganggu aktifitas.

8. Suku bangsa: An.M mengatakan berasal dari suku padang

9. Agama : Keluarga ini menganut agama islam dan selalu melaksanakan


sholat dan puasa

10. Status Sosial ekonomi keluarga


Status keluarga ini termasuk golongan menengah kebawah
,jumlah penghasilan Tn.R yang bekerja sebagai nelayan ± 1.500.000 ia
bekerja dari sore hari hingga pagi hari,Tetapi jika cuaca buruk ia tidak
dapat bekerja. Status ekonomi keluarga ini termasuk sejahterah karena
dalam keluarga ini Tn.R memenuhi kebutuhan keluarga .Fasilitas
ekonomi Tn.R mempunyai TV

11. Aktivitas rekreasi keluarga.


Jika Tn.R tidak bekerja karena cuaca buruk ,Tn.R dan An.M
menyempatkan bercerita didepan ruang TV.

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga.


1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.R berada pada tahap V (keluarga yang melepas anak
usia remaja)dimana anak berusia 20 tahun .Tugas perkembangan
keluarga saat ini :
-Memberikan kebebasan yang seimbang
-Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga

1
26
38

2. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuh.


Keluarga Tn.R mengatakan tugas perkembangan keluarga saat ini
merasa sudah terpenuhi.Tn.R mengatakan semaksimal mungkin
menciptakan keluarga yang bahagia dan tentram.

3. Riwayat Keluarga Inti


Tn.R mengatakan tidak ada Riwayat penyakit keturunan dalam
keluarga mereka.Hanya saja An.M mengalami penyakit Tuberkolosis
,An.M mengatakan mengurangi batuk dengan minum obat.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn.R mengatakan tidak memiliki penyakit menular dan penyakit
turunan ,tetapi An.M memiliki penyakit menular.

III. Pengkajian Lingkungan


1. Karakteristik rumah

Tn.R mengatakan rumah yang ditinggalkan saat ini adalah rumah


pribadi atau rumah sendiri.Yang terdiri dari 1 ruang tamu ,1 ruang
keluarga ,2 kamar,1 kamar mandi ,Wc dan 1 dapur.Masing masing
ruangan memiliki jendela kecuali di kamar mandi.Kelengkapan prabotan
rumah diletakan sesuai keinginan An.M.Keadaan umum lingkungan
rumahnya pun bersih dan tertata rapi,bagian depan lingkungan rumah pun
terdapat taman yang tertata rapi.
Denah Rumah

WC RUANG
DAPUR

KAMAR TIDUR
3
RUANG KELUARGA/
RUANG TV
KAMAR TIDUR
2

KAMAR TIDUR RUANG TAMU


1

1
27
38

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


An. M mengatakan tetangga disekitar rumahnya itu ramah-ramah
dan biasa nya an. m/tn.r suka mengobrol dan saling membantu sebagai
tetangga rumah..
3. Mobilitas Geografis keluarga
Keluarga Tn. R Menempati rumahnya sudah ± 24 tahun.
4. Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Interaksi Tn. R dan an. M dengan masyarakat terjalin baik.keluarga
tn. R sering mengikuti kegiatan yang dilakukan di rt 3 tersebut.
5. Sistem Pendukung Keluarga
tn. R mengatakan bahwa anggota keluarganya sudah mempunyai bpjs
jadi jika ada anggota keluarga yang sakit akan mereka periksa ke
puskesmas terdekat.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola / cara komunikasi keluarga
Komunikasi yang di gunakan keluarga Tn.R yaitu komunikan
terbuka. Dimana jika ada masalah maka akan dibicarakan Bersama.
Dan tidak melibatkan orang lain. Anggota keluarga bertemu setiap hari
sehingga dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dikeluarga adalah tn.R selaku kepala keluarga
atau ayah yang bertanggung jawab dalam keluarganya.
3. Struntur Peran
tn.R berperan sebagai kepala keluarga. Yang bertanggung jawab untuk
bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Dan An. M
yang mengurus rumah.
4. Nilai dan norma keluarga
Anggota keluarga Tn. R cukup taat dalam melaksanakan keawajiban
agamanya dan semua anggota keluarga menyakini bahwa Kesehatan
sangat penting dan harus dijaga.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif
Keluarga Saling memberikan perhatian dan kasih Sayang, Tn. R
selalu mendukung apa yang dilakukan An. M selama masih dalam
batas kewajiban dan sopan santun begitu juga sebaliknya.
2. Fungsi Sosialisasi
Interaksi di dalam keluarga terjalin sangat baik dan terlihat harmonis
Dalam mengambil keputusan. Tn.R memiliki Peran yang besar
dalam keluarga.
3. Fungsi Perawatan kesehatan.
a. Kemampuan keluarga mengenai Masalah hesehatan

1
2838

Tn. R sudah sedikit mengenal/mengerti tentang penyakit TBC


dan An.M juga sudah sedikit mengerti perawatan pada penderita
TBC, namun masih bertanya-tanya kepada orang Kesehatan.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk Melakukan
tindakan
jika ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga yang sakit
akan segera langsung dibawa ke pelayanan
Kesehatan/puskesmas.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Kemampuan Tn.R dalam merawat anak yang sakit sudah cukup
baik
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat
Keluarga tn. R sudah mampu memodifikasikan lingkungan yang
bersih dan sehat. Rumah berish dan barang-barang tertata rapi.
e. Kemampuan keluarga Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan.
Tn. R berobat ke puskesmas Menggunakan Bpjs dan An. M juga
jika sakit langsung berobat ke puskesmas menggunakan bpjs.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. R mempunyai 1 anak (cewek)
5. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. R berpenghasilan ± Rp 1.500.000/ bulan. Tn. R
mengatakan dengan penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan papan.

VI. Stress Dan Koping Keluarga

1. Stress jangka pendek


Keluarga merasa khawatir dengan keadaan An,M yang sekarang
sedang menderita TBC
2. Stress jangka Panjang
Tn. R dan An.M memikirkan masalah penyembuhan penyakit yang
diderita oleh An. M
3. Kemampuan keluarga merespon terhadap situasi/stresorKeluarga
mengatakan apabila ada masalah mereka menyelesaikannya bersama,
di bicarakan kemudian di cari jalan keluar yang terbaik.
4. Strategi koping yang di gunakan
5. Bila ada masalah Tn.I dan Ny.L selalu membicarakan dan berdiskusi
satu sama lain untuk mencari solusi penyelesaian.

1
29
38

VII. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

Pemeriksaan Tn.R An.M


fisik
TTV TD: 135/70 mmHg TD: 120/80 mmHg
N :80 x/m N :80 x/m
RR : 20x/m RR : 26x/m
SPO2 : 96% SPO2 : 96%
S: 36,2℃ S: 36℃
Rambut Rambut hitam Rambut hitam ,pertumbuhan rambut
,pertumbuhan rambut merata,rambut tidak rontok
merata,rambut tidak
rontok
Kepala Bentuk simetris,bersih Bentuk simetris,tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tidak ada lesi, tidak ada tekan ,tidak ada massa.
nyeri tekan,tidak ada
massa.
Mata Simetris ,konjungtiva Simetris ,konjungtiva anemis,sclera ikterik,tidak
ananemis,sclera terdapat gangguan penglihatan
anikterik,tidak terdapat
gangguan penglihatan
Hidung Bersih,tidak ada nyeri Bersih,tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi atau
tekan,tidak ada lesi atau benjolan
benjolan
Mulut Terdapat karang mukosa bibir kering,tidak ada sariawan
gigi,mukosa bibir
lembab,tidak ada
sariawan
Telinga Simetris kiri dan Simetris kiri dan kanan,bersih,tidak ada
kanan,bersih,tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan,pendengaran baik
lesi,tidak ada nyeri
tekan,pendengaran baik
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar
kelenjar tiroid,kelenjar getah bening,tidak ada lesi,tidak ada nyeri
getah bening,tidak ada tekan,tidak ada pembesaran vena jugularis
lesi,tidak ada nyeri
tekan,tidak ada
pembesaran vena
jugularis
Dada Inspeksi : Pergerakan Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris,tidak
dinding dada ada lesi
simetris,tidak ada lesi Palpasi :
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,taktil premitus sama antara
Tidak ada nyeri kanan dan kiri
tekan,taktil premitus Perkusi : Terdengar resonan
sama antara kanan dan Auskultasi:Ronchi
kiri
Perkusi : Terdengar

1
30
38

resonan
Auskultasi:Vesikuler
Abdomen Inspeksi : Tidak ada Inspeksi : Tidak ada Stretch mark,tidak ada
Stretch mark,tidak ada lesi,tidak ada bekas operasi
lesi,tidak ada bekas Auskultasi:bising usus normal 14x/menit
operasi Perkusi : Timpani
Auskultasi:bising usus Palpasi :
normal 15x/menit Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan

Ekstremitas Kemampuan pergerakan Kemampuan pergerakan sendi baik,kekuatan


sendi baik,kekuatan otot otot baik,tidak ada lesi,tidak ada fraktur,turgor
baik,tidak ada lesi,tidak kulit elastis
ada fraktur,turgor kulit
elastis

VII.Harapan Keluarga
An.M berharap penyakit nya sembuh ,dan An.M berharap bisa beraktifitas
seperti biasanya

ANALISA DATA
Nama : Ny.L
Masalah : Tuberkulosis
No Data Etiologi Masalah
1 DS: ketidakmampuan Bersihan jalan
mengeluarkan sekret nafas tidak efektif
 An.M mengatakan yang tertahan pada An.M di
masih sering keluarga Tn.R
mengalami batuk
disertai dahak dan
sesak.
 An.M mengatakan
Pernah mengikuti
pengobatan di Rumah
sakit Raflesia namun
tidak dilanjutkan.
 An.M mengatakan sulit
tidur jika batuknya
kambuh.
 Keluarga mengatakan
hanya memberi obat
warung saat An.M sakit
dan jika tidak tertangani
di bawa ke Puskesmas

DO:

1
3138

 An.M tampak batuk

TD : 120/80 mmHg
N :80 x/m
RR : 26x/m
SPO2 : 96%
Suhu: 36℃
2 DS: Ketidakmampuan Defisit
 Keluarga mengatakan keluarga mengenal pengetahuan
tidak mengetahui masalah kesehatan
tentang TBC mengenal TBC
DO:
 Keluarga tampak
bertanya tentang
masalah TBC
 Keluarga menunjukkan
perilaku yang tidak
sesuai anjuran

3 DS: ketidak mmapuan Resiko tinggi


 An.M mengatakan keluarga dalam penyebaran
mengeluh batuk ±2 memodifikasi infeksi pada
bulan namun sekarang lingkungan yang dapat orang lain
sudah mendingan mempengaruhi
DO: kesehatan keluarga
 An.M dan keluarga an.M
sering bertanya tentang
cara penularan
 An.M tampak cemas
 Ventilasi rumah kurang
 Cahaya jarang masuk
dalam rumah
 Jarang menjemur
bantal,guling,kasur
dibawah matahari

PEMBOBOTAN MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.M di keluarga Tn.R b.d
ketidakmampuan mengeluarkan sekret yang tertahan

No Kriteria Perhitungan Total Pembenaran


skor
1 Sifat masalah 3/3x1 1 Masalah adalah ancaman, dilihat
(tidak/kurang dari riwayat An.M yang masih

1
32
38

sehat) sering mengalami batuk disertai


dahak dan sesak. Keluarga belum
melakukan perawatan karena belum
mendapatkan informasi.
2 Kemungkinan 1/2x2 1 Pengetahuan keluarga yang kurang
masalah dapat tentang penyakit dan cara
diubah sebagian perawatannya. Keluarga hanya
memberikan obat warung untuk
mengatasi keluhan anaknya.
3 Potensial masalah: 3/3x1 1 Masalah ini sudah cukup lama, dan
cukup keluarga berkeinginan untuk
memeriksakan dan kontrol ke
puskesmas. Dan juga an.M
berkeinginan untuk dapat mengatasi
masalah tersebut secara mandiri
dirumah dengan difasilitasi oleh
perawat.

4 Menonjolnya 2/2x1 1 TN. R menginginkan agar dapat


masalah-masalah membantu mengatasi masalah An.
masalah perlu M dengan segera saat keluhannya
segera ditangani timbul
Jumlah 4

2. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenai masalah


kesehatan terkait Tuberkulosis

No Kriteria Perhitungan Total skor Pembenaran


1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Masalah hampir
Ancaman terjadi karena
kesehatan keluarga an. M belum
mengetahui
pentingnya patuh
minum obat
2 kemungkinan 2/2x2 2 Masalah masih dapat
masalah dapat diubah karena ingin
diubah dengan mengetahui tentang
mudah penyakit dan cara
perawatannya
3 Potensial 2/3x1 2/3 Masalah dapat
masalah: cukup dicegah dengan cara
melaksanakan
pendidikan kesehatan
mengenai tuberkulosis
Menonjolnya 2/3x1 1 Dirasakan sebagai
masalah: masalah karena harus

1
3338

Masalah tidak segera ditangani


dirasakan
Jumlah 3 2/3

3. Resiko tinggi penularan infeksi pada orang lain b.d ketidakmampuan


keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan

No Kriteria perhitungan Total skor Pembenaran


1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Penularan belum
ancaman terjadi, tapi resiko
kesehatan penularan cukup besar,
masalah ancaman
kesehatan dan perlu
segera ditangani.
2 Kemungkinan 1/2x2 1 Dengan diberikannya
masalah dapat penyuluhan kesehatan
diubah sebagian tentang tbc, keluarga
padam mengenai
lingkungan yang baik
bagi penderita tbc
3 Potensial 2/3x1 2/3 Dengan keluarga
masalah paham mengenali
cukup lingkungan yang baik
diharapkan resiko
penularan infeksi tidak
terjadi yaitu dengan
membuka jendela
kamar dan rumah pada
pagi hari
4 Menonjolnya 2/2x1 1 Adanya maalah dan
masalah: kurangnya
Masalah berat penatalaksanaan pada
harus segera keluarga an.M harus
ditangani segera ditangani
Jumlah 2 2/3

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.M di keluarga Tn.R b.d
ketidakmampuan mengeluarkan sekret yang tertahan
2. Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenai masalah
kesehatan terkait Tuberkulosis

1
38
34

3. Resiko tinggi penularan infeksi pada orang lain b.d ketidakmampuan


keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Evaluasi keperawatan Intevensi


keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah Setelah dilakuakn Respon Keluarga tn.R a. Ajarkan klien
nafas tidak dilakuakn tindakan verbal dan an.M cara batuk
efektif pada tindakan keperawatan mampu efektif dan
An.M di keperawatan selama 30 menit menjelaskan membuang
keluarga Tn.R selama 30 diharapkan: cara menutup dahak yang
b.d menit keluarga mampu mulut saat bersin benar
ketidakmampuan diharapkan melakukan dan batuk, serta b. Anjurkan
mengeluarkan keluarga perawatan pada membuang keluarga
sekret yang mampu anggota keluarga dahak pada mempraktekk
tertahan merawat yang menderita tempatnya. an kembali
anak dengan penyakit TB Paru Proses batuk cara batuk
TB Paru mendemonstrasikan efektif: tarik efektif dan
cara batuk efektif nafas dalam membuang
dan pembuangan melalui hidung dahak ke
dahak pada pasien dan hembuskan tempatnya
TB Paru. seperti meniup
balon sebanyak
3x dan waktu
yang ketiga
batukkan lalu
buang dahak ke
tempat yang
berisi
lysol/desinfektan
lalu tutup.
Jika tidak
langsung buang
dahak dikamar
mandi atau wc
lalu langsung
disiram dengan
air mengalir.
2 Defisit Setelah Setelah dilakuakn Repon Keluarga a. beri
pengetahuan b.d dilakuakn tindakan verbal terutama an.M penjelasan
ketidakmampuan tindakan keperawatan mampu dan
keluarga keperawatan selama 30 menit menjelaskan didiskusikan
mengenai selama 30 diharapkan: tentang penyakit pada keluarga
masalah menit melaksanakan apa TBC dan mengenai
kesehatan terkait diharapkan: yang sudah melakukan pengertian

1
3538

Tuberkulosis defisit diberikan tentang pengobatan pada penyakit


pengetahuan pengetahuan teratur TBC tanda
meningkat. penyakit TBC dan gejala
Dapat pengobatan
mengenal serta motivasi
masalah keluarga
kesehatan dalam
dan perawatan
menyebutkan dan
tanda dan pendampinga
gejala serta n minum obat
pengobatan pada klien
TBC dengan TBC
b. jelaskan pada
keluarga
akibat bila
klien tidak
mendapat
perawatan
dan
pengobatan
maksimal
3 Resiko tinggi Setelah Setelah dilakuakn Respon Keluarga tn. R a. jelaskan pada
penularan dilakuakn tindakan verbal mampu keluarga
infeksi pada tindakan keperawatan menjelaskan proses
orang lain b.d keperawatan selama 30 menit tentang cara agar penularan
ketidakmampuan selama 30 diharapkan: infeksi penyakit
keluarga dalam menit keluarga mampu penularan tidak TBC
memodifikasi diharapkan: mengerti resiko terjadi yaitu b. anjurkan
lingkungan yang mampu penyebaran infeksi seperti keluarga
dapat menyebutkan TBC kepada orang melakukan untuk
mempengaruhi bagaimana lain. PHBS menutup menerapkan
kesehatan cara mulut saat batuk PHBS dan
pencegahan atau cuci tangan
agar tidak menggunakan pakai sabun
terjadi resiko masker dirumah.
penularan menampung c. Anjurkan
infeksi pada dahak pada satu klien untuk
orang lain wadah tertutup menutup
dan jendela mulut saat
terbuka. batuk atau
menggunaka
n masker dan
tidak
membuang
dahak
sembarangan
d. Anjurkan

1
3638

keluarga
untuk
membuka
jendela
rumah
diwaktu pagi
hari.

1
3738

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu Dx Implementasi Evaluasi


Jumat 11- 1 S:
11-2022 1. Mengajarkan klien cara Keluarga mampu menjelaskan
batuk efektif dan kembali bagaimana mencegah
Jam: membuang dahak yang penularan TB Paru yaitu
09.00 wib benar dengan cara menutup mulut
2. Menganjurkan kelien saat bersin dan batuk, serta
mempraktekkan kembali membuang dahak pada
cara batuk efektif dan tempatnya.
membuang dahak ke
tempatnya. O:
Tn.R dan An.M mampu
mempraktikkan kembali cara
nafas dalam untuk membantu
mengeluarkan dahak dengan
cara tarik nafas dalam melalui
hidung dan hembuskan seperti
meniup balon sebanyak 3x dan
waktu yang ketiga batukkan.

A:

Tujuan tercapai

P:
Intervensi dihantikan

2 1. Memberikan penjelasan S:
kepada an.M dan keluarga Setelah dilakukan kunjungan
tentang pengertian kerumah selama 30 menit an.M
penyakit, tanda dan gejala dan keluarga mengatakan
serta pencegahan TBC. mengerti sebagian penyakit
2. Mengkaji pengetahuan TBC, tanda dan gejala, tetapi
an.M dan keluarga tentang masih belum mengerti
TBC. mengenai perawatan
3. Menjelaskan pada pendampingan obat pada
keluarga mengenai akibat penderita TBC
bila tidak mendapat
pengobatan maksimal O:
4. Memotivasi keluarga Keluarga tn.R tampak sedikit
untuk menyebutkan lebih paham dengan apa yang
kembali apa yang sudah sudah dijelaskan. Keluarga
dijelaskan senang dengan diadakannya

1
38
38

penyuluhan tentang TBC

A:
Tujuan tercapai

P:
intervensi dihentikan
3 1. Menjelaskan pada S:
keluarga proses penularan Setelah dilakukan kunjungan
penyakit TBC rumah selama 30 menit tn.R
2. Menganjurkan keluarga dan An.M mengerti proses
untuk menerapkan PHBS perawatna TBC
dan cuci tangan O:
3. Menganjurkan an.M agar Keluarga an.M paham dengan
selalu menutup mulut saat apa yang sudah dijelaskan dan
batuk atau membuang paham cara membuang ludah
dahak ditempatnya atau dahak yang benar
4. Menganjurkan keluarga
untuk membuka jendela A:
rumah pada pagi hari Tujuan tercapai

P:
Intervensi dihentikan

1
39
38

BAB lV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan


antara teori dengan kasus mengenai asuhan keperawatan keluarga
Tn.R Keluarga An.M dengan Masalah Kesehatan Tuberkolosis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kandang. Pada pembahasan ini penulis
akan menguraikan secara berurutan mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan suatu tahap awal proses keperawatan secara
menyeluruh, pada tahap ini penulis dapat mengkaji keluarga pada
penjajakan tahap pertama. Dimana penulis mendapatkan data dasar
keluarga denganmelakukan wawancara pada keluarga.
Pada tahap pengkajian dalam pemeriksaan fisik pada kasus bahwa
tanda dan gejala tuberkolosis pada An.M yang muncul adalah
batuk,sesak,nafsu makan berkurang. Sedangkan berdasarkan teori
menurut (Manurung, 2008) tanda dan gejala yaitu untuk demam,batuk
berdarah,sesak napas dan nyeri dada. Pada kasus sesuai dengan tanda
dan gejala yang di temukan pada An.M menderita Tuberkolosis.
Data juga dilengkapi dengan melakukan pengkajian pada keluarga
Tn.R mencakup tentang tipe keluarga inti Keluarga ini tergolong
dalam tipe keluarga single parent karena hanya mempunyai 1 orang tua
yaitu ayah usia 57 tahun dan anak berusia 20 tahun An.M mengatakan
dalam keluarga nya tidak ada masalah yang mengganggu
aktifitas.tahap dan tugas perkembangan pada Keluarga An.M saat ini
adalah keluarga dengan anak usia remaja, dalam teori tugas
perkembangan yang dimiliki keluarga pada tahap ini adalah
berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak . Keluarga
saling memberikan perhatian dn kasih sayang, Tn.R dalam
pengambilan keputusan selalu menggunakan sistem diskusi dan

1
4038

musyawarah terlebih dahulu.


Pada pengkajian struktur keluarga dilakukan dengan mengkaji pola
komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, peran dan nilai atau
norma budaya keluarga. Dalam hal ini penulis tidak menemukan
adanya kesenjangan maupun faktor penghambat, dikarenakan keluarga
dapat memberikan informasi yang tepat dan keluarga dapat diajak
bekerja sama. Pada struktur kekeuatan keluarga didapatkan setiap
anggota keluarga TnR mempunyai peran dan menjalan peran masing-
masing dengan baik. Kepala keluarga pengambil keputusan. Dalam
struktur peran An.M mengatakan Tn.R berperan sebagai kepala
keluarga yang bertanggu jawab mencari nafkah. Pada fungsi ekonomi
Tn.R bekerja sebagai nelayan.
Dalam pengkajian ini penulis tidak menemukan faktor penghambat
karena keluarga dapat menyediakan waktu untuk penulis melakukan
pengkajian. Dan hasil pengkajian faktor pendukung adalah keluarga
sangat kooperatif dan terbuka, oleh karena itu penulis dapat melakukan
pengkajian secara utuh.
B. Diagnosa Keperawatan
Di dalam kasus didapatkan tiga diagnosa yaitu diagnosa pertama
bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.M di keluarga Tn.R b.d
ketidakmampuan mengeluarkan sekret yang tertahan yang menderita
tuberkolosis dengan hasil skoring 4 dan menjadi perioritas pertama,
karena masalah sudah terjadi pada an.M (20 tahun) menderita
Tuberkolosis sudah 3 bulan yang lalu dan tanda gejala sudah terjadi
seperti batu terus menerus,sesak napas. Jika masalah ini tidak segera
ditangani akan semakin memburuk. Sedangkan diagnosa keperawatas
aktual yang kedua adalah Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan
keluarga mengenai masalah kesehatan terkait Tuberkulosis dengan
hasil scoring 3 2/3, masalah sudah ada apabila tidak ditangani akan
muncul masalah baru masalah dapat dicegah dengan keinginan
mengikuti anjuran tenaga kesehatan,bertanya kepada pelayan
kesehatan jika tidak tahu. Diagnosa keperawatan yang ke 3 adalah

1
41
38

Resiko tinggi penularan infeksi pada orang lain b.d ketidakmampuan


keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan dengan hasil scoring 2 2/3,masalah sudah ada apabila tidak
ditangani akan menyebabkan masalah baru masalah dapat dicegah
dengan keinginan keluarga untuk mengetahui tentang tuberkolosis dan
dapat diatasi dengan seringnya keluarga bertanya kepelayanan
kesehatan.

Pada perumusan diagnosa keperawatan keluarga penulis tidak


menemukan faktor penghambat dalam penyusunan diagnosa
keperawatan keluarga Tn.R dan An.M. Faktor pendukungnya yaitu
karena keluarga dapat bekerja sama dan kooperatif sehingga
memudahkan dalam merumuskan diagnosa keperawatan keluarga.

C. Perencanaan Keperawatan

Sesuai dengan masalah yang ditetapkan maka penulis membuat


rencana keperawatan. Serta bersama keluarga memecahkan masalah,
memutuskan melakukan tindakan keperawatan yang tepat, serta
membantu keluarga mencari alternatif yang bisa dibeli sesuai dengan
sumber daya yang ada sehingga dapat megurangi berbagai masalah
kesehatan yang dihadapi keluarga Tn.R khususnya An.M (20 tahun).

Pada tahap perencanaan penulis mengacu pada tujuan jangka


panjang (TUM) yaitu diharapkan keluarga Tn.R mampu menerapkan
asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan tuberkolosis.
Sedangkan tujuan jangka pendek (TUK) penulis mengacu pada
etiologi yaitu meningkatkan 3 tugas keluarga yang belum tercapai
yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,memodifikasi
lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas,
klinik atau rumah sakit untuk mengobati penyakitnya.

Rencana tindakan disusun untuk memperluas pengetahuan


keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak dan akibat,
mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah, memperkenalkan
pada keluarga tentang alternatif tindakan dan manfaat pelayanan

1
38
42

kesehatan yang ada. Faktor pendukung dalam melakukan


perencanaan keperawatan adalah keluarga sangat kooperatif untuk
melibatkan dalam menentukan rencana tindakan, dalam kasus ini
penulis tidak menemui hambatan yang berarti. Karena keluarga dapat
bekerja sama dengan penulis dalam merencanakan tindakan
keperawatan.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pada dasarnya semua tindakan yang sudah direncanakan dapat


dilaksanakan sesuai apa yang telah direncanakan, pelaksanaan yang
dilakukan penulis yaitu Menstimulasi kesadaran atau penerimaan
dengan cara memberikan informasi tentang masalah kesehatan,
mengidentifikasi kebutuhan dan harapan-harapan tentang kesehatan
keluarga, mendorong sikap emosional yang sehat terhadap masalah
keluarga, Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara mengidentifikasi sumber-sumber yang
dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi pada setiap
tindakan keperawatan, Memberikan kepercayaan diri dalam merawat
anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara
perawatan pada keluarga yang sakit dengan masalah yang dirasakan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah, mengawasi
keluarga pada saat demonstrasi, Membantu keluarga untuk
menemukan bagaimana cara membuat lingkungan menjadi sehat
dengan cara menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga, melakukan perubahan lingkungan seoptimal mungkin,
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dilingkungan keluarga dengan cara membantu keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

E. Evaluasi Keperawatan

Faktor pendukung pada pelaksanaan ini yaitu keluarga mau


mendengarkan penjelasan dari penulis dan keluarga mau bertanya
tentang penyakit tuberkolosis. Faktor penghambat yang penulis temui

1
43 38

pada saat melakukan asuhan keperawatan adalah keterbatasan sumber


daya yang dimiliki keluarga dan latar belakang dari pendidikan
keluarga. Pemecahan masalahnya adalah dengan menggunakan
sumber daya yang ada pada keluarga, penulis menyesuaikan dan
memodifikasi lingkungan sesuai dengan keadaan keluarga untuk
menentukan alternatifnya.

Evaluasi merupakan tahapan akhir dalam proses keperawatan


untuk mengetahui hasil dari tujuan yang dibuat dengan menilai
pelaksanaan apakah dapat dicapai atau tidak untuk masalah yang ada
pada An. (20 tahun) Bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.M di
keluarga Tn.R b.d ketidakmampuan mengeluarkan sekret yang
tertahan,Defisit pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga mengenai
masalah kesehatan terkait Tuberkulosis,Resiko tinggi penularan
infeksi pada orang lain b.d ketidakmampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan

TUK 1 tercapai ditandai dengan keluarga dapat Keluarga mampu


menjelaskan kembali bagaimana mencegah penularan TB Paru yaitu
dengan cara menutup mulut saat bersin dan batuk, serta membuang
dahak pada tempatnya.

Tn.R dan An.M mampu mempraktikkan kembali cara nafas


dalam untuk membantu mengeluarkan dahak dengan cara tarik nafas
dalam melalui hidung dan hembuskan seperti meniup balon sebanyak
3x dan waktu yang ketiga batukkan.

TUK 2 tercapai ditandai dengan keluarga dapat Setelah dilakukan


kunjungan kerumah selama 30 menit an.M dan keluarga mengatakan
mengerti sebagian penyakit TBC, tanda dan gejala, tetapi masih
belum mengerti mengenai perawatan pendampingan obat pada
penderita TBC.Keluarga tn.R tampak sedikit lebih paham dengan apa
yang sudah dijelaskan. Keluarga senang dengan diadakannya
penyuluhan tentang TBC

1
4438

TUK 3 tercapai ditandai dengan keluarga dapat Setelah dilakukan


kunjungan rumah selama 30 menit tn.R dan An.M mengerti proses
perawatna TBC .Keluarga an.M paham dengan apa yang sudah
dijelaskan dan paham cara membuang ludah atau dahak yang
benarTUK 4 belum tercapai ditandai dengan keluarga tidak
mengetahui lingkungan yang baik bagi klien dengan masalah
kesehatan TBC.

1
45
38

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian dalam pemeriksaan fisik pada kasus bahwa
tanda dan gejala tuberkolosis pada An.M yang muncul adalah
batuk,sesak,nafsu makan berkurang. Sedangkan berdasarkan teori
menurut (Manurung, 2008) tanda dan gejala yaitu untuk demam,batuk
berdarah,sesak napas dan nyeri dada. Pada kasus sesuai dengan tanda
dan gejala yang di temukan pada An.M menderita Tuberkolosis.
Di dalam kasus didapatkan tiga diagnosa yaitu diagnosa pertama
bersihan jalan nafas tidak efektif pada An.M di keluarga Tn.R b.d
ketidakmampuan mengeluarkan sekret yang tertahan yang menderita
tuberkolosis dengan hasil skoring 4 dan menjadi perioritas pertama,
karena masalah sudah terjadi pada an.M (20 tahun) menderita
Tuberkolosis sudah 3 bulan yang lalu dan tanda gejala sudah terjadi
seperti batu terus menerus,sesak napas.
Tuberkulosis Paru merupakan salah satu penyakit infeksi paru
paling berbahaya dan mematikan dengan kasus yang cukup tinggi
didunia. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran
infeksi TB Paru melalui udara yang tercemar dengan
bakteriMycobacterium tuberculosis pada saat penderita batuk.
Tanda dan gejala yang khas pada penderita TB Paru adalah batuk
tidak berdahak atau berdahak (dahak bercampur darah) selama 2
minggu atau lebih, sesak nafas, nyeri dada, demam serta berkeringat di
malam hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada seseorang
penderita TB Paru seperti: status sosial ekonomi, status gizi, umur,
jenis kelamin dan faktor sosial lainnya. Tanda dan gejala dari
Tuberkulosis Paru yaitu: Batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada,
demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, malaise.

1
4638

B. Saran
1. Salah satu cara yang baik untuk terhindar atau mencegah terjadinya
penyakit Tuberkolosis yakni dimulai dari cara hidup sehat dan selalu
memperhatikan konsumsi makanan dan minuman sehari hari dan yang
tidak kalah pentingnya selalu memperhatikan kondisi psikologi agar
tidak terlalu banyak pikiran (stress)
2. Apabila telah memiliki riwayat tuberkolosiss telah terbiasa
mengkonsumsi obat, hendaknya konsumsi obat juga diperhatikan agar
tidak terjadi peningkatan penyakit dan kembali lagi selalu
memperhatikan asupan makan serta minuman sehari hari.

1
38

DAFTAR PUSTAKA

Tuberculosis dan leprosi antituberkulosis Dinkes Jakarta. (2018).

Supriyo, dkk. 2013. Pengaruh Perilaku dan Status Gizi terhadap Kejadian
TB Paru
di Kota Pekalongan. Semarang: Poltekkes Semarang.
Susanto, T. 2012. Keperawatan Keluarga “Aplikasi Teori Pada
Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga”. Jakarta: Trans Info Media.
Riasmani, N.M. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,
Kelompok
dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC,NIC
di Puskesmas
dan Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia(UI-Press).
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 (PPNI), 2018

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 (PPNI), 2017


Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 (PPNI), 2017
Friedman M.M. 2010. Family Nursing Research Theory And Paratice, ath
Edition. Connecticut, Aplenton
Pendekatan Asuhan Kperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga. Jakarta
: EGC

Anda mungkin juga menyukai