DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
F. B. NYANGKO NIM. PL2321001
RIYANI ADI ARTI NIM. PL2321015
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan Judul “Aspek
Psikososial Pada Lansia Demensia Dan Aspek Psikososial Pada Lansia Kehilangan”.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam
mengikuti pembelajaran dengan Mata Kuliah Gerontik. Makalah ini terwujud atas
bimbingan dan pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bias penulis
sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ns. Haryanto, S.KEP, MSN, Ph.D selaku Rektor Institut Teknologi dan
Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
2. Ibu Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners Institut
Teknologi dan Kesehatan Muhammadiyah Kalimantan Barat.
3. Ibu Ns. Almumtahanah, M. Kep selaku wali kelas RPL Tipe A, yang telah
sangat membantu dalam memberikan saran serta masukan.
4. Ibu Ns. Yenni Lukita, S.kep, M.Pd selaku Koordinator Mata Kuliah Gerontik
yang telah membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini.
5. Rekan-rekan Mahasiswa/I RPL Tipe A yang telah membantu dan bekerjasama
serta saling memberikan dukungan moril.
Penulis berharap agar Makalah ini dapat memberikan manfaat serta informasi
mengenai “Aspek Psikososial Pada Lansia Demensia Dan Aspek Psikososial Pada
Lansia Kehilangan”. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan, Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini.
KELOMPOK 9
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.............................................................................................................................................
i............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR
.............................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.................................................................................................................................
5
1.2 Tujuan Penulisan
.................................................................................................................................
8
1.3 Rumusan Masalah
.................................................................................................................................
8
1.4 Sistematika Penulisan
.................................................................................................................................
8
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1 Pengertian
.....................................................................................................................
9
iii
2.1.2 Batasan Lansia
.....................................................................................................................
10
2.1.3 Proses Penuaan
.....................................................................................................................
11
2.1.4 Teori Penuaan
.....................................................................................................................
12
2.1.5 Aspek Psikososial pada Lansia
2.1.5.1 Perubahan Psikososial
..........................................................................................................
17
2.1.5.2 Perubahan Psikologis
..........................................................................................................
18
2.1.6 Lansia Dengan Dimensia
2.1.6.1 Pengetian
..........................................................................................................
20
2.1.6.2 Penyebab
..........................................................................................................
21
2.1.6.3 Jenis
..........................................................................................................
21
2.1.6.4 Gejala
..........................................................................................................
22
2.1.6.5 Pengobatan
..........................................................................................................
22
iv
2.1.7 Lansia Dengan Kehilangan
2.1.7.1 Pengertian
..........................................................................................................
23
2.1.7.2 Tahap Kehilangan
..........................................................................................................
23
2.1.8 Perubahan Aspek Psikososial Lansia Dimensia dan Kehilangan
2.1.8.1 Dimensia
..........................................................................................................
25
2.1.8.2 Kehilangan
..........................................................................................................
26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................................................
28
3.2 Saran
.................................................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA
.............................................................................................................................................
v
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
5
menunjukkan peningkatan jumlah lansia dan diproyeksikan akan terus meningkat
sehingga diperkitakan pada tahun 2025 akan menjadi 28,8 juta jiwa.2
Aspek fisik dan psikososial pada proses penuaan memiliki keterkaitan yang
erat. Perubahan fisik yang dialami lansia berpengaruh pada masalah psikologis
lansia. Masalah fisik dengan perubahan postur tubuh yang dialami lansia
menimbulkan masalah sosial dan ekonomi karena lansia mulai mengalami masa
pensiun. Selain itu proses degeneratif mempengaruhi produktivitas kinerja,
sehingga lansia di anggap sudah tidak berkerja maksimal. Perubahan yang terjadi
pada lansia akan menjadi suatu stressor bagi lansia, yang menyebabkan masalah
atau gangguan psikologis pada lansia, salah satunya rasa takut kematian, merasa
bosan dan tidak berguna. Semula lansia memiliki kebiasaan bertemu dengan rekan
kerja sekarang lansia hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan kegiatan
apapun, serta adanya penyakit membuat lansia kurang bersosialisasi dengan
lingkungan (Nurwijayanti, Qomarullaah & Iqomah, 2020).3
2
Hasjuni Husen, ‘Identifikasi Perubahan Psikososial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kendari Tahun 2016’, Politeknik Kesehatan Kendari, 2016.
3
Yaslina Yaslina, Maidaliza Maidaliza, and Rada Srimutia, ‘Aspek Fisik Dan Psikososial Terhadap Status
Fungsional Pada Lansia’, Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 4.2 (2021), 68–73
<https://jurnal.upertis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/724>.
6
1.2 Tujuan Penulisan
7
BAB II
PEMBAHASAN
4
Husen.
8
lanjut usia. Di pihak lain, pandangan orang Indonesia menyebutkan
bahwa lansia adalah orang yang berumur 60 tahun ke atas. Pada umur 60
tahun seseorang sudah mulai tampak ciri-ciri ketuaan.5
5
Ni Kadek Andini, Desak Putu Eka Nilakusmawati, and Made Susilawati, ‘Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja’, Piramida, 9.1 (2013), 44–49.
6
Rulban Larandang, Sudirman Sudirman, and Ahmad Yani, ‘Gizi Lanjut Usia (Lansia)’, Jurnal Ilmu
Kesehatan, 1 (2019), 9–21 <http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3641/4/Chapter2.pdf>.
7
Andini, Nilakusmawati, and Susilawati.
9
2.1.3 Proses Penuaan
Proses penuaan biologis ini terjadi secara perlahan-lahan dan dibagi
menjadi beberapa tahapan, antara lain:
1) Tahap Subklinik (Usia 25 – 35 tahun) Usia ini dianggap usia muda
dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi penurunan kadar
hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone, testosteron dan
estrogen. Namun belum terjadi tanda-tanda penurunan fungsi-fungsi
fisiologis tubuh.
2) Tahap Transisi (Usia 35 – 45 tahun) Tahap ini mulai terjadi gejala
penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda lagi, seperti
penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih mulai tumbuh,
penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput, penurunan
kemampuan fisik dan dorongan seksual hingga berkurangnya gairah
hidup. Radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi penurunan lebih jauh
kadar hormon-hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar optimal.
3) Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas) Gejala dan tanda penuaan
menjadi lebih nyata yang meliputipenurunan semua fungsi sistem
tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual dan
reproduksi, kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Penyakit
degeneratif mulai terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup berkurang
akibat ketidakmampuan baik fisik maupun psikis yang sangat
terganggu.8
9
Coresa.
11
terganggu. Growth hormone yang membantu pembentukan massa
otot, Human Growth Hormon (HGH), testosteron, dan hormon tiroid,
akan menurun tajam ketika menjadi tua.
3) Teori Kontrol Genetika
Faktor genetik memiliki peran besar untuk menentukan kapan
menjadi tua dan umur harapan hidup, dapat dianalogikan individu
lahir seperti mesin yang telah diprogram sebelumnya untuk merusak
diri
sendiri. Tiap individu memiliki jam biologi yang telah diatur
waktunya untuk dapat hidup dalam rentang waktu tertentu. Ketika
jam biologi tersebut berhenti, merupakan tanda individu tersebut
mengalami proses
penuaan kemudian meninggal dunia, waktu dalam jam biologi sangat
bervariasi tergantung pada peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
individu tersebut dan pola hidupnya.
4) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan suatu molekul yang mempunyai satu atau
lebih elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya, dapat bereaksi
dengan molekul lain, menimbulkan reaksi berantai yang sangat
destruktif. Radikal bebas bersifat sangat reaktif. Radikal bebas akan
merusak membran sel, Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), dan protein.
Banyak studi mendukung ide bahwa radikal bebas mempunyai
kontribusi yang besar pada terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan proses penuaan seperti kanker, penyakit jantung dan proses
penuaan.10
10
Coresa.
12
Hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan
(homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan/ kemerosotan
(deteriorisasi) yang progresifterutama aspek psikologis yang
mendadak,misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu biasanya
bersumber dari munculnyastressor psikososial yang paling berat,misalnya
kematian pasangan hidup, kematiansanak keluarga dekat, terpaksa
berurusandengan penegak hukum, atau trauma psikis. Penelitian yang
dilakukan oleh (Sudaryanto, 2008) ada beberapa faktor yang sangat
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia.Adapun beberapa faktor
yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
mereka adalah sebagai berikut:11
1. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti:
a) Gangguan jantung
b) Gangguan metabolisme, misal diabetes millitus
c) Vaginitis
d) Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi
e) Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
sangat kurang
f) Obat-obatan tertentu antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer
11
B A B Ii, ‘Hubungan Hambatanl…, AFRIZAL RAHMA M.P, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019’, 2008,
13–35.
13
misalnya cemas, depresi, pikun dsb. Perubahan Aspek Psikososial
pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia
mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi
dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.Dengan adanya
penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia.
12
Ii.
14
memberikan otonomi pada dirinya
C. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini
biasanya sangatdipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi
jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan
menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
D. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
E. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia
tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit
dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
13
Ii.
15
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda
(multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun,
kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa
lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua
dapat menimbulkan gangguanatau kelainan fungsi fisik, psikologik
maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada oranglain. Dalam kehidupan lansia agar dapat
tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan
kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun
sosial,sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi
kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus
mampu mengatur cara hidupnya dengan baik,misalnya makan, tidur,
istirahat dan bekerja secara seimbang.14
14
Ii.
16
c. Perubahan tingkat depresi
Tingkat depresi adalah kemampuan lansia dalam menjalani hidup
dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama
anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang.
d. Perubahan stabilitas emosi
Kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi
tekanan atau konflik akibat perubahan – perubahan fisik, maupun
sosial – psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk
mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan
tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dirinya
tanpa menimbulkan masalah baru.15
17
Bahagia.
18
Bahagia.
18
4. Kesulitan tidur, atau tidur namun tidak memberikan efek
perbaikan badan. Selain itu kesulitan tidur ini juga bisa terjadi
karena halangan pada saluran pernapasan bagian atas, dan
banyak ditemui pada lansia khususnya para perokok.
e. Alzheimer’s Disease Penyakit ini merupakan yang paling berisiko
bagi lansia karena penderita dapat mengalami penurunan ukuran
dan jaringan otak. Bagi penderita yang mengalami ini ada
kemungkinan untuk tidak mengingat dan tidak merasionalisasikan
setiap pertistiwa yang dialami sehingga komunikasi akan sangat
terganggu.
2.1.6.2 Penyebab
Penyebab demensia adalah kerusakan pada sel-sel saraf otak
(dapat terjadi pada beberapa area otak). Gangguan pada fungsi
otak ini dapat muncul dalam berbagai kondisi yang berbeda pada
setiap orang, tergantung dari area otak yang terdampak. Selain itu,
menurunnya daya ingat karena demensia juga bisa disebabkan
19
oleh berkurangnya aliran darah dalam pembuluh darah otak.
Kondisi ini dapat dipicu oleh berbagai hal, seperti stroke, infeksi
katup jantung, atau gangguan pada pembuluh darah lainnya.
20
c. Kesulitan merencanakan sesuatu.
d. Sering merasa bingung.
e. Kesulitan menyelesaikan tugas yang kompleks.
f. Kesulitan berkoordinasi dan penurunan fungsi motorik.
Demensia juga bisa menimbulkan gejala berupa perubahan
psikologis, seperti;
a. Perubahan kepribadian.
b. Gelisah.
c. Berperilaku aneh.
d. Halusinasi.
e. Agitasi.
f. Mengalami ketakutan berlebihan.
21
2.1.7 Kehilangan
2.1.7.1 Pengertian
Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan.
22
4. Tahapan depresi, Tahapan keempat dari berduka adalah tahap
depresi, yaitu ketika mereka gagal mengubah keadaan setelah
segala upaya penolakan yang dilakukan. Di tahap ini orang
akan merasakan sedih, putus asa, dan kecewa yang dalam.
Gejala lainnya yaitu kendala sulit tidur, kehilangan atau
berlebihan dalam hal nafsu makan, tidak bersemangat
melakukan apapun, mudah lelah dan sering menangis.
Tahapan depresi ini adalah bagian dari proses terbentuknya
luka batin yang umum terjadi.
5. Tahapan penerimaan, Tahap terakhir dari berduka adalah
tahap penerimaan. Meskipun masih merasakan kesedihan,
kecewa, dan penyesalan, namun pada tahap ini mereka sudah
dapat menerima fakta bahwa kehilangan yang mereka alami
tidak dapat diubah. Di tahap ini pula orang yang berduka
sudah dapat menyesuaikan diri dan belajar untuk menerima
bahwa kehilangan ini adalah bagian dari perjalanan hidup
mereka.
23
Hal ini biasanya disadari oleh keluarga terdekat atau serumah,
perubahan prilaku dan daya ingat lansia dengan demensia.
b. Kesulitan dalam berkomunikasi dan berbahasa pada keluarga
maupun orang sekitar. Sehingga lansia dengan demensia akan
mengalami perubahan psikososial dengan orang-orang terdekat
dalam berkomunikasi. Orang sekitas kerap kali merasa bingung
dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penderita.
c. Kesulitan merencanakan sesuatu dan sering kali merasa bingung
ketika akan melakukan suatu hal. Sehingga lansia dengan demensia
akan merasa kesulitan dalam merencanakan serta menyelesaikan
tugas yang bersifat komplek dalam satu waktu.
d. Perubahan psikososial lain yang dialami lansia dengan demensia
yaitu perasaan gelisah, berperilaku aneh, mengalami ketakutan atau
ansietas secara berlebihan terhadap sesuatu yang mungkin belum
terjadi. Dalam kondisi ini lansia akan merasa bahwa dirinya hidup
sendiri dan tidak diperdulikan oleh keluarga.
e. Sering tersesat meskipun berada pada lingkungan yang familiar, hal
ini seringkali terjadi pada lansia dengan demensia. Karena ingatan
yang menurun lansia akan mengalami kesulitan dalam mengingat
suatu tempat atau jalan pulang meski pada lingkungan sehari-hari.
f. Sering menggunakan istilah yang tidak umum ketika
mendeskripsikan benda yang familiar.
Peran Keluarga dalam mendorong maupun mendukung kesembuhan
lansia dengan demensia tentunya bagian terpenting dalam kehidupan
lansia, selain therapy farmakologis hal yang dapat dilakukan keluarga.
Dilansir dari Mayo Clinic, demensia tidak bisa disembuhkan, namun ada
beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh pengasuh atau keluarga untuk
meringankan gejala yang muncul, seperti:
a. Melakukan komunikasi yang melibatkan kalimat yang sederhana,
gestur tubuh, serta tidak mendesak respon dari penderita.
24
b. Mendorong penderita untuk melakukan olahraga karena sudah
terbukti bermanfaat untuk memperlambat progres penurunan
kemampuan otak.
c. Melakukan aktivitas yang menyenangkan bersama, seperti
berkebun, memasak, dan bernyanyi.
d. Menerapkan pola hidup sehat, seperti mengurangi konsumsi kafein
per hari serta menghindari penggunaan alat elektronik sebelum
tidur.
e. Menggunakan kalender sebagai pengingat terhadap acara yang
penting.
f. Melibatkan penderita untuk merencanakan kegiatan di masa depan,
termasuk pengobatan yang akan dilakukan.
25
e. Murung dan kehilangan gairah hidup dan lamban untuk
menyesuaikan dengan kondisi perubahan yang baru.
f. Membatasi diri dari lingkungan sekitar, dan lebih memilih untuk
sendiri dan menutup diri.
Lansia dengan kehilangan tidak dapat dibiarkan begiru saja, tentu
perlu pern keluarga untuk mendukung kehidupan psikososial lansia gar
kembali pulih seperti sedia kala. Lantas apa yang dapat keluarga lakukan
ketika menghadapi lansia yang sedang mengalami duka dan kehilangan
yaitu :
‘Hadir’ dan ada untuk mereka. Pada beberapa orang yang sedang
berduka, terkadang mereka tidak membutuhkan masukan, didengar,
ataupun berbicara hal lainnya. Mereka cuma ingin kita ada di
samping mereka agar mereka merasa tidak sendirian dalam melalui
proses duka ini.
Membiarkan lansia dan orang yang sedang berduka untuk
meluapkan emosi yang mereka rasakan
Bersabar, pengertian, dan tidak bersikap menggurui ketika
membersamakan mereka. Tidak bertindak seolah-olah kita
mengetahui beratnya duka yang mereka rasakan. Selain itu, jangan
memaksa orang yang sedang berduka untuk menceritakan perasaan
mereka.
Tidak perlu khawatir untuk menyebutkan nama maupun kenangan
indah bersama dengan mereka yang meninggal. Orang yang
ditinggalkan pun memikirkan dan mengenang hal tersebut. Jadi,
wajar-wajar saja menyebutkan nama dan kenangan mereka yang
telah tiada, selama hal ini tidak memicu hal yang tidak
menyenangkan pada lansia dan mereka yang sedang berduka.
Perlu diingat bahwa proses duka ini membutuhkan waktu. Berikan
waktu dan perhatian kepada mereka selagi mereka berusaha
melewati tahapan tahapan duka tersebut.
26
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan
memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya.
27
Lansia juga kerap kali mengalami perubahan bahkan gangguan secara
kehidupan psikososial mereka dikarenakan berbagai hal diantaranya karena
dimensia/kepikunan dan kehilangan. Lansia dengan dimensia dan kehilangan
akan mengalami perubahan dari sisi psikologis dan psikososial mereka,
perubahan ini lantaran membuat lansia perlu dukungan dari orang-orang
dertekat mereka yaitu keluarga sebagai pemberi suport terbaik dan lingungan
sekitar yang juga memberikan andil agar lansia dapt mengoptimalkan
kehidupan mereka dalam bersosial di masyarakat.
3.2 Saran
dialaminya seperti demensia dan kehilangan dengan baik. Sehingga para lansia
dimasa tuanya dapat lebih produktif dari segi apapun dan mampu beradaptasi
dengan baik dimasa tuanya. Serta peran penting dari keluarga dan anak dalam
28
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Ni Kadek, Desak Putu Eka Nilakusmawati, and Made Susilawati, ‘Faktor-
Faktor Yang Memengaruhi Penduduk Lanjut Usia Masih Bekerja’, Piramida, 9.1
(2013), 44–49
Coresa, Tria, ‘Gambaran Fungsi Kognitif Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang’, Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 2015, 1–11
Husen, Hasjuni, ‘Identifikasi Perubahan Psikososial Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari Tahun 2016’, Politeknik Kesehatan Kendari, 2016
Larandang, Rulban, Sudirman Sudirman, and Ahmad Yani, ‘Gizi Lanjut Usia (Lansia)’,
Jurnal Ilmu Kesehatan, 1 (2019), 9–21
<http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3641/4/Chapter2.pdf>
Widiani, Esti, Nurul Hidayah, and Abdul Hanan, ‘Gambaran Masalah Psikososial
Lanjut Usia Saat Pandemi Covid-19’, Jurnal Keperawatan Widya Gantari
Indonesia, 6.2 (2022), 151 <https://doi.org/10.52020/jkwgi.v6i2.4120>
Yaslina, Yaslina, Maidaliza Maidaliza, and Rada Srimutia, ‘Aspek Fisik Dan
Psikososial Terhadap Status Fungsional Pada Lansia’, Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis, 4.2 (2021), 68–73
<https://jurnal.upertis.ac.id/index.php/PSKP/article/view/724>