Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PAPER

TELENURSING DALAM KEPERAWATAN

MATA KULIAH : SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN


Koordinator : Ns. Indri Erwhani
Dosen Pengampu : Ns. Desti Dwi Ariani, MMR

DISUSUN OLEH :

F. B. NYANGKO NIM. PL2321001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
MUHAMMADIYAH KALIMANTAN BARAT
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
karunianya saya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas paper ini dengan baik dan selesai
tepat pada waktunya. Paper ini dengan judul “Telenursing Dalam Keperawatan ”
Penyusunan paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi
Kesehatan (SIK). Selain itu, paper ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan
dan informasi bagi saya dan bagi para pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dan
pengelola SIMPUS di puskesmas dalam hal penerapan Sistem Informasi Kesehatan di
Puskesmas. Saya selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns.
Desti Dwi Ariani, MMR selaku Dosen pembimbing kelompok 1 mata kuliah Sistem
Informasi Kesehatan (SIK). Tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung
penulisan makalah ini sayai juga mengucapkan terima kasih.
Terakhir, saya menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan saya, agar
kedepannya bisa menyusun paper dengan lebih baik lagi. Semoga paper ini mampu memberi
azas manfaat bagi para pembaca, dan bagi saya khususnya sebagai penulis.

Sintang, 08 Oktober 2023

Penunis

F. B. Nyangko
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan teknologi seperti saat ini, perkembangan didunia pelayanan
keperawatan juga berkembang dengan pesat guna memberikan akses pelayanan
keperawatan dengan baik kepada siapapun yang membutuhkan layanan. Salah satu
contoh Ketika World Health Organisation (WHO) telah menetapkan Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi dunia pada bulan Maret 2020. Tingginya
kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 menyebabkan masyarakat takut untuk
berkunjung ke rumah sakit, karena rumah sakit dianggap sebagai episentrum penyebaran
Covid-19. Masyarakat yang memiliki keluhan penyakit selain gejala Covid-19 menjadi
ragu untuk mendatangi fasilitas kesehatan karena khawatir terinfeksi virus ini. Perawat,
sebagai profesi dengan jumlah terbesar dalam pelayanan kesehatan dituntut untuk
mampu memberikan asuhan keperawatan yang aman dan berkualitas dimasa pandemi
Covid-19 ini. Salah satu solusi untuk menjawab kekhawatiran masyarakat terhadap
resiko penularan Covid- 19 di pelayanan kesehatan adalah dengan pemanfaatan teknologi
dan informasi dalam pelayanan kesehatan, yaitu konsultasi online dengan perawat atau
dikenal dengan telenursing.
Perkembangan telenursing terbilang pesat di berbagai negara, karena terbukti
dapat menjadi alat yang efisien dalam membantu mengatasi kendala geografis dan
memberikan informasi tentang perawatan kesehatan kepada masyarakat (Souza-Junior et
al., 2016). Praktik telenursing memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien tanpa mengharuskan perawat bertemu langsung dengan pasien sehingga
dapat mengurangi penyebaran Covid-19 dari perawat ke pasien, ataupun sebaliknya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, Pasal
29 menyatakan beberapa tugas perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan,
penyuluh dan konselor bagi pasien, serta sebagai pengelola pelayanan keperawatan.
Pelaksanaan tugas ini dapat dilakukan menggunakan metode telenursing. Aturan tentang
telenursing di Indonesia belum diatur dengan jelas melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lebih menekankan tentang pemberian pelayanan kesehatan pada
fasilitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan antar fasilitas kesehatan, bukan
konsultasi individu pasien kepada tenaga kesehatan. Hal inilah yang mendorong Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) untuk mengeluarkan peraturan Nomor 74 Tahun 2020
tentang Kewenangan Klinis dan Praktik Kedokteran melalui Telemedicine pada masa
pandemi Covid-19 di Indonesia untuk menjadi acuan bagi tenaga medis dalam praktek
pelayanan telemedicine di fasilitas pelayanan Kesehatan Sementara aturan rinci tentang
telenursing belum dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
sebagai organisasi profesi yang menaungi perawat sehingga masih terkendala dalam
aplikasi pelaksanaannya.
Telenursing merupakan bagian dari telehealth, yaitu pemberian pelayanan
kesehatan oleh perawat ketika jarak menjadi hambatan dalam pemberian pelayanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti telepon,
konferensi video, dan sistem monitoring jarak jauh untuk mendapatkan informasi yang
valid sehingga dapat menegakkan diagnosa, melakukan intervensi dan mencegah
penyakit atau kecelakaan, penelitian dan evaluasi, serta untuk pendidikan berkelanjutan
bagi pemberi pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
individu dan komunitas (World Health Organization, 2010).
Dalam beberapa tahun terakhir ini profesi keperawatan mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh globalisasi dimana tuntutan
masyarakat akan profesi keperawatan untuk berbenah diri. Tuntutan yang paling
mendasar dan paling menantang adalah menyangkut layanan keperawatan yang
professional, bermutu dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Perawat semakin dituntut
untuk professional dan mengedepankan perkembangan tehnologi kesehatan, dimana
pasien/klien yang membutuhkan asuhan keperawatan dapat berasal dari berbagai
kalangan dan dalam “dunia maya” (cybernet), dimana semakin ditandai dengan tingginya
pengguna internet di Indonesia, dan semakin banyaknya website di bidang kesehatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dalam bidang
pendidikan dan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya
suatu model pelayanan keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama
telenursing. Telenursing terjadi ketika perawat menemukan kebutuhan kesehatan klien
melalui penilaian, triage dan ketetapan informasi, menggunakan informasi, komunikasi
dan berbasis jaringan system. Telenursing memudahkan akses ke pelayanan kesehatan
yang berkenaan dengan populasi yang jauh dari pelayanan (under-serviced) dan area
remote seperti halnya memudahkan monitoring pelayanan di rumah atau individu dengan
permasalahan kesehatan kronis.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk 278,8 juta jiwa pada
tahun 2023 dan luas wilayah yang tersebar dengan kondisi wilayah penuh dengan ragam
dan kepulauan sangat berpotensi untuk menerapkan telenursing dalam rangka
meningkatkan pelayanan keperawatan dan kesehatan masyarakat untuk menunjang
tercapainya visi Indonesia sehat 2025. Untuk saya akan membahas tentang telenursing
dalam upaya meningkatkan peran perawat Indonesia dalam mensukseskan indonesia
sehat 2025 melalui telenursing.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari paper yang saya buat adalah :
1. Apa pengertian telenursing ?
2. Bagaimana aplikasi telenursing dalam kehidupan masyarakat ?
3. Apa manfaat yang didapat dari aplikasi telenursing dalam kehidupan masyarakat ?
4. Faktor-faktor penghambat dalam aplikasi telenursing dalam masyarakat dan
bagaimana cara mengatasinya ?
5. Apa hukum dan etika telenursing?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan penjelasan mengenai penerapan telenuring dalam keperawatan
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan definisi telenursing
b. Menjelaskan prinsip telenursing
c. Menjelaskan manfaat telenursing
d. Menjelaskan kekurangan telenursing
e. Menjelaskan aplikasi telenursing
f. Menjelaskan faktor-faktor penghambat telenursing dan cara mengatasinya
g. Menjelaskan hukum dan etika telenursing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Telenursing merupakan bagian dari telehealth, yaitu pemberian pelayanan kesehatan
oleh perawat ketika jarak menjadi hambatan dalam pemberian pelayanan kesehatan
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti telepon, konferensi
video, dan sistem monitoring jarak jauh untuk mendapatkan informasi yang valid sehingga
dapat menegakkan diagnosa, melakukan intervensi dan mencegah penyakit atau
kecelakaan, penelitian dan evaluasi, serta untuk pendidikan berkelanjutan bagi pemberi
pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dan
komunitas (World Health Organization, 2010)
Telenursing adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan keperawatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien,
atau antar perawat. Telenursing merupakan penggunaan tehnologi komunikasi dalam
keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada pasien. Dengan menggunakan
saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optikal) dalam menstransmisikan
signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula didefinisikan sebagai
komunikasi jarak jauh dengan menggunakan transmisi elektrik atau optikal, antar manusia
dan atau komputer (Padila, et al., 2018). Telenursing sebagai dari telehealth, dan memiliki
banyak kaitan dengan aplikasi medis dan non medis lainnya, seperti telemedicine,
telediagnosis, telekonsultasi, telemonitoring, telelearning, dan lain-lain.1
Menurut American Nurse Association (ANA), telenursing adalah bagian dari
telehealth yang fokusnya pada praktek keperawatan (Asiri, 2016) yang terjadi ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar klien dengan menggunakan teknologi informasi
komunikasi dan sistem berbasis web (Schlachta et al, 2007). Telenursing juga
didefinisikan sebagai suatu proses pemberian, pengaturan dan koordinasi asuhan serta
pemberian layanan kesehatan melalui teknologi informasi dan komunikasi (Scotia, 2017).2

B. Prinsip-prinsip telenursing
1
Universitas Esa Unggul, ‘Universitas Esa Unggul’, April, 2019, 1–11.

2
Rizka Fadhila and Tuti Afriani, ‘PENERAPAN TELENURSING DALAM PELAYANAN KESEHATAN : Literature
Review’, Jurnal Keperawatan Abdurrab, 3.2 (2019), 77–84 <https://doi.org/10.36341/jka.v3i2.837>.
Dalam pelaksanaan Telenursing ada beberapa prinsip yang harus diterapkan yaitu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan, mengurangi pemberian layanan kesehatan yang tidak perlu, melindungi
kerahasiaan/privasi informasi klien (Scotia, 2008). Metode Telenursing memberikan
informasi kesehatan dan memonitor perkembangan status kesehatan klien secara berlanjut.
Penderita penyakit kronis membutuhkan informasi kesehatan terkait kondisinya secara
berlanjut dalam perawatan penyakitnya (Aliha et al, 2013). Dengan meningkatnya
pengetahuan yang dimiliki klien maka dapat meningkatkan kepatuhan dalam diet yang
dianjurkan dalam usaha meningkatkan status kesehatan (Kusumawati, 2014).3
Prinsip-prinsip telenursing adalah tidak mengubah sifat dasar dari praktek asuhan
keperawatan, dimana perawat terlibat dalam telenursing mulai dari pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi asuhan keperawatan. Perawat juga
terlibat dalam informasi, pendidikan, arahan dan dukungan secara pribadi dalam
telenursing hubungan ditetapkan melalui penggunaan telepon, komputer, internet atau
teknologi komunikasi lainnya.

C. Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat
telenursing dan melalui unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat
dalam aplikasi telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor
parameter fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan melalui
internet. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor tanda-tanda
vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien
melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam
perawatan luka, injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas. Melalui system interaktif
video, pasien contact on-call perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke
alamat sesuai dengan masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan
injeksi insulin atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk
anak kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif di
dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini juga mendorong

3
Ida Bagus and others, ‘Pengaruh Telenursing Terhadap Manajemen NutrisiPada Pasien Dengan Penyakit
Kronis Yang Pernah Dirawat Di Ruang Mawar Dan Ruang Ratna RSIP Sanglah Denpasar’, Community of
Publishing in Nursing (COPING), 5.1 (2017), 26–33.
perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan secara online.
Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan sering kontak antara
pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan individu pasien dan
keluarganya. Media telenursing antara lain:
1. Telepon ( telepon seluler )
2. Personal Digital System (PDA)
3. Mesin faksimili (faks)
4. Internet
5. Video atau audio conferencing
6. Teleradiolog
7. Komputer sistem informasi
8. Teleborotic
Pedoman praktek lainnya yang menggunakan telenursing adalah :
1. Menyampaikan informasi penting klien seperti data elektrokardiogram, CT Scan, foto
rontgen, dsb.
2. Menggunakan video, komputer untuk memantau kondisi kesehatan klien.
3. Memantau status kesehatan klien di rumah sakit atau rumah misal, tekanan darah,
nadi pernafasan, suhu dan sebagainya.
4. Membantu wisatawan untuk mendapatkan perawatan kesehatan di tempat tujuan
mereka.
5. Membantu operasi klien dari jarak jauh.
6. Menggunakan video konference untuk menyediakan sesi pendidikan keperawatan
berkelanjutan.
7. Mengembangkan website untuk memberikan informasi kesehatan dan waktu
konseling.
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga,
terutama dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat,
cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan
pasien yang tidak terbatas.
Praktik keperawatan jarak jauh (telenursing) di Indonesia belum berkembang
seperti di Negara-negara maju seperti di Amerika atau Australia. Penggunaan telenursing
di Indonesia masih terbatas pada area pendidikan seperti yang dikembangkan di UGM
melalui program e-learning atau model e-lisa yang terintegrasi di semua fakultas UGM
dan beberapa universitas swasta lainnya. Baru-baru ini di Indonesia berdiri organisasi
yang bergerak dalam layanan asuhan keperawatan di rumah (Home Care). Home care di
Indonesia belum menggunakan system Telenursing, akan tetapi masih bersifat home visit,
artinya perawat mendatangi rumah-rumah pasien untuk dilakukan perawatan secara
langsung tidak menggunakan jasa teknologi canggih. Media yang digunakan masih sebatas
penggunaan media telepon sebagai call center. Itupun masih terbatas pada kota-kota besar,
kota - kota kabupaten belum tersentuh layanan home care.
Asuhan keperawatan model ini (home care) sebenarnya bisa dikatakan sebagai
layanan asuhan keperawatan jarak jauh (telenursing) walaupun sangat sederhana.
Setidaknya organisai profesi dapat segera membangun konsep pengembangan layanan
perawatan jarak jauh dengan mengembangkan Home Care yang sudah mulai berjalan
dengan meningkatkan cakupan layanan ke daerah-daerah dan pada akhirnya kita benar-
benar bisa mengembangkan layanan melalui penggunaan fasilitas teknologi yang lebih
canggih. Hal yang perlu disiapkan dalam legalitas daripada layanan kesehatan atau
keperawatan jarak jauh dalam hal ini penggunaan telenursing atau telemedicine yang ada
di rumah sakit yang dilakukan oleh instansi-instansi kesehatan seperti perawat, dokter, dan
yang lain-lain adalah dimana perawat menggunakan pengetahuan, keterampilan,
pertimbangan, dan pemikiran kritis yang tidak bisa dipisahkan di dalam ilmu pendidikan
perawatan. Aktifitas tersebut sudah dapat diberikan lisensi untuk melakukan asuhan
keperawatan.
Dengan begitu penerapan telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan
akan meningkatkan kepuasan klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam
memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari
pemerintah untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk
mengembangkan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan serta pelatihan keperawatan. Untuk dapat diaplikasikan maka ada
beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan
yang mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan
prasaranya sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi
dalam penyediaan aspek financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang
telenursing. Perawat dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing.
Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara
pasien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan
tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing.
Tanpa ada motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan
dengan baik.

D. Manfaat Telenursing
Guru Besar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Prof. Henny Suzzana,
M.Ng., PhD, mengatakan, telenursing memiliki banyak manfaat untuk mengoptimalkan
pelayanan kesehatan masyarakat, terutama di masa Pandemi Covid-19. Dijelaskan Prof.
Henny, telenursing bukan hanya memberikan manfaat bagi pasien, tetapi juga bagi petugas
kesehatan. Telenursing dapat diartikan sebagai proses pemberian layanan kesehatan,
manajemen asuhan keperawatan, dan koordinasi pelayanan kesehatan antar perawat dan
tenaga kesehatan profesional lainnya. (https://www.unpad.ac.id/2021/10/meski-berperan-
besar-penggunaan-telenursing-di-indonesia-masih-minim).
Selain itu telekomonikasi elektronikal merupakan akses terbaik untuk kesempatan
pendidikan, metode baru dalam pendokumentasian, peningkatan akses informasi,
pengembangkan kemampuan pengambilan keputusan yang dapat membantu melakukan
perubahan dalam profesionalisasi perawat. Telenursing dapat mengurangi biaya
perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan jumlah cakupan pelayanan
keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan
perawatan di rumah (home care). Menurut Britton, Keehner, Still & Walden keuntungan
telenursing sebagai berikut:
a. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan
nursing home).
b. Dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat dan dengan sumber daya
minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan tanpa
batas geografis.
c. Mengurangi jarak tempuh dan menghemat waktu tempuh menuju pelayanan
kesehatan
d. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di rumah sakit
sehingga mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
e. Dapat meningkatkan kunjungan perawat terhadap pasien kronis, tanpa memerlukan
biaya dan meningkatkan pemanfaatan teknologi.
f. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing
dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran
online dan multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat
dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif. 4
Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan
telenursing adalah yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan
nursing home).
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis.
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS.
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan tehnologi.
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning)
dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing
dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran
online dan multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat
dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat secara interaktif.
Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang
berpengalaman klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan,
namun masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga
menghindari kontak langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan
4
Unggul.
privasi ruang dan waktu bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi penderita
HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat terlarang /alkoholik akan lebih merasa
terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini. Menurut Ian St. George (2007), ada
beberapa keuntungan telenursing yaitu :
Bagi Pengusaha :
a. Penghematan biaya di tempat kerja, biaya kantor, biaya parker
b. Peningkatan produktifitas
c. Peningkatan motivasi, karyawan merespon dengan baik untuk sinyal kepercayaan dan
keyakinan
d. Keterampilan retensi; karyawan tetap dapat dipertahankan meskipun ada masalah
keluarga, misalnya keluarga dalam kondisi sakit, keluarga krisis, dalam kehamilan
dan mengasuh anak kecil; bekerja lebih sedikit absen.
e. Organisasi fleksibel, dalam hal restrukturisasi dapat terus bekerja tanpa gangguan.
f. Fleksibel staf; tingkat staf dapat mencerminkan beban kerja tanpa perlu berpindah
tempat / melakukan perjalanan.
g. Ketahanan; gangguan transportasi tidak menyebabkan keterlambatan atau
ketidakhadiran.
Bagi Karyawan :
a. Mengurangi waktu dan biaya perjalanan, keamanan pribadi lebih terjamin, biaya yang
lebih rendah untuk pakaian seragam kantor dan perawatan.
b. Kesempatan bekerja tidak hanya terbatas pada pekerjaan sebagai perawat saja.
c. Berkurangnya gangguan terhadap kehidupan keluarga; mengurangi kebutuhan
relokasi untuk mengambil perubahan pekerjaan.
d. Keseimbangan bekerja dan kehidupan berkeluarga menjadi lebih baik.
e. Partisipasi dalam masyarakat lokal lebih tinggi meskipun kita bekerja.
f. Jam kerja lebih fleksibel.
Bagi Masyarakat :
a. Mengurangi kemacetan lalu lintas
b. Mengurangi jumlah perjalanan dan dengan demikian pencemaran juga berkurang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ida bagus gde mustika dkk tahun 2017 pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengenai
”Pengaruh Telenursing Terhadap Manajemen Nutrisi Pada Pasien Dengan Penyakit
Kronis Yang Pernah Dirawat Di Ruang Mawar Dan Ruang Ratna Rsup Sanglah
Denpasar” didapatkan kesimpulan bahwa Pelayanan keperawatan dirumah dengan
Telenursing dapat meningkatkan manajemen nutrisi pasien dengan penyakit kronis. Dalam
penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yaitu peneliti tidak dapat mengendalikan
faktor internal dari responden yaitu seperti faktor penggunaan obat-obatan yang dimiliki
oleh responden. Selain itu penelitian ini menggunakan penyakit kronis secara umum atau
tidak mengkhusus, sehingga tidak dapa memberikan intervensi secara spesifik sesuai
penyakit kronis.5

E. Kekurangan telenursing
Kekhawatiran dengan adanya telenursing ini adalah tidak adanya interaksi
langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan kesehatan.
Kekhawatiran ini muncul karena beranggapan kontak langsung dengan pasien sangat
penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik. Sedangkan
kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi,
meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaann dokumen klien. Masalah yang
berhubungan dengan telenursing yaitu kesulitan dalam menggunakan teknologi karena
kurangnya petunjuk, kurangnya pendidikan, dan kurangnya bantuan dan dukungan bagi
perawat dan pasien. Kita bisa menghadapi kegagalan teknologi, ancaman terhadap
keselamatan pasien dan malpraktek. Untuk memastikan percakapan klien dengan perawat
adalah masalah etika yang besar.6

F. Faktor-Faktor Penghambat Aplikasi Telenursing dan Cara Mengatasi


Isu yang terjadi dalam pemberian pelayanan kesehatan dalam bentuk telenursing
yaitu praktek telenursing masih dilarang, sebagai contoh disalah satu negara adidaya yakni
Amerika serikat praktek telenursing dilarang karena perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki izin atau lisensi di setiap negara bagian dan pasien yang
menerima telecare harus bersifat lokal guna menghindari malpraktek perawat antar negara
bagian. Malpraktek dan akontabilitas yang berkaitan dengan telenursing masih dalam
perdebatan dan mencari solusi untuk pemecahannya. Ada beberapa isu yang perlu
diperhatikan dalam penyelenggaraan telehealth yaitu :

5
Bagus and others.

6
Idha Nurfallah, ‘Penerapan Telenursing Dalam Meningkatkan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien Homecare
Dengan Stroke: Literatur Review’, Promotif : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11.2 (2021), 215–24
<https://doi.org/10.56338/pjkm.v11i2.2062>.
1. Pembiayaan
Pembiayaan adalah hambatan dalam penyelenggaraan telehealth. Meskipun dijumpai
bahwa telehealth banyak mempunyai manfaat. Pemerintah masih kurang dalam
mengembangkan telehealth.
2. Aspek legal
Aspek hukum menyatakan bahwa: warga negara harus dilindungi dari praktek petugas
kesehatan yang tidak baik
3. Standar keamanan
Perhatian dalam aplikasi tekhnologi dalam pelayanan kesehatan adalah
keamaan/keselamatan pasien. Sistem pelayanan telehealth harus bisa menjamin
keselamatan bagi pasien. Berkaitan dengan hal tersebut ANA (American Nursing
Association) menerbitkan 3 pedoman telehealth yaitu : Prinsip dasar telehealth pada
tahun 1998, kompetensi telehealth tahun 1999 dan mengembangkan protokol
telehealth pada tahun 2001.
4. Keamanan data
Telehealth memerlukan pencatatan elektronik (elektronik health record), yang rawan
akan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.Sehingga penyelenggaraan telehealth
harus bisa menjamin keamanan data.
5. Infrastruktur komunikasi
Infrastruktur telekomunikasi merupakn bagian dari telehealth yang mempunyai biaya
dengan prosentase paling besar. Isu yang lain, adalah alat untuk hubungan antarmuka
(interface) akan sulit menyelenggarakan telehealth jika tidak ada saling hubungan
(interkoneksi) antar alat.
Penggunaan telenursing pada negara yang baru memulai pemanfaatannya tentu mengalami
kendala, diantaranya:
1. Membutuhkan sumber daya perawat yang memiliki kemampuan lebih yaitu mampu
memahami dan memanfaatkan teknologi yang pada umumnya tidak mudah
pengadaannya, membutuhkan pendidikan kekhusussan spesialis informasi yang
menurut penulis saat ini mungkin masih kurang peminatnya.
2. Teknologi informasi dan pemanfaatan komputer untuk semua pihak yang terkait
dengan layanan keperawatan akan membutuhkan banyak biaya. Sedangkan untuk
pengadaan sarana teknologi tersebut yang dirasakan cukup banyak membutuhkan
biaya, dimana hal ini sulit diwujudkan oleh suatu masyarakat yang berada disusuatu
negara berkembang seperti di Indonesia.
G. Cara Mengatasi Hambatan aplikasi Telenursing
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi
prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi
yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan
pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi
kesehatan/berbasis internet.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik
disebabkan oleh karena keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan
prasarana serta kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk
mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang
sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat tetapi
masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pelayanan
keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat
darurat dan home care.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi
dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini,
yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga.
2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau
telepon) dan keuntungannya.
3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email.
4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.

H. Hukum dan Etika Telenursing


Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan
pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa
negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang
online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan
pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat
antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akuntabilitas dan malprakatek, dan sebagainya
dalam kaitan telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP (standar operasi
prosedur), etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi
yang diberikan. Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan
pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan
sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi
kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi
dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini,
yang secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah:
a. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan
harus tetap terjaga.
b. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial
resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau
telepon) dan keuntungannya.
c. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol
dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email.
d. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah
gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Dengan melihat potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi
kesehatan dan penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik komunikasi)
dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan keperawatan dan
perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat sejajar minimal
dengan perkembangan tehnologi kesehatan, dan kedokteran di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Telenursing merupakan bagian dari telehealth, yaitu pemberian pelayanan
kesehatan oleh perawat ketika jarak menjadi hambatan dalam pemberian pelayanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti telepon,
konferensi video, dan sistem monitoring jarak jauh untuk mendapatkan informasi yang
valid sehingga dapat menegakkan diagnosa, melakukan intervensi dan mencegah penyakit
atau kecelakaan, penelitian dan evaluasi, serta untuk pendidikan berkelanjutan bagi
pemberi pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dan
komunitas.
Telenursing tentu memberikan manfaat bukan hanya untuk pasien saja tetapi juga
untuk pemberi pelayanan itu sendiri yaitu perawat atau petugas Kesehatan lainnya. Namun
penggunaanya telenursing di Indonesia terbilang masih minim. Dengan berbagai faktor
penyebab telenursing masih menjadi kendala tersendiri untuk diaplikasikan. Oleh karena
itu dukungan pemerintah dan menjadi tugas bersama sangat penting agar telenursing dapat
berjalan dengan baik demi meningkatkan pelayanan pada pasien. dalam penerapan
telenursing, perlu diperhatikan masalah etik dan legal, di antaranya mengenai kerahasiaan
data dan hukumnya, keterlibatan personil non klinis, serta upaya menghindarkan dari
peretas dan pencurian data. Selain itu.

B. Saran
Semoga paper ini memberikan manfaat bagi kita semua mengenai telenursing dan
penerapannya dalam lingkungan kerja sebagai perawat yang dapat memberikan informasi
serta komunikasi pada pasien. Serta diharapkan agar pemerintah dapat memfasilitasi
kebutuhan telenursing, juga menyediakan payung hukum dan etik bagi penerapannya.
Selain itu, perlu juga dibuat kebijakan oleh Kemenkes RI terkait aplikasi telenursing
sebagai model virtual care di Indonesia, dalam memberikan layanan virtual/berbasis
komputer.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Ida, Gde Mustika, Ni Ketut, Guru Prapti, Made Oka, Ari Kamayani, and others,
‘Pengaruh Telenursing Terhadap Manajemen NutrisiPada Pasien Dengan Penyakit
Kronis Yang Pernah Dirawat Di Ruang Mawar Dan Ruang Ratna RSIP Sanglah
Denpasar’, Community of Publishing in Nursing (COPING), 5.1 (2017), 26–33

Fadhila, Rizka, and Tuti Afriani, ‘PENERAPAN TELENURSING DALAM PELAYANAN


KESEHATAN : Literature Review’, Jurnal Keperawatan Abdurrab, 3.2 (2019), 77–84
<https://doi.org/10.36341/jka.v3i2.837>

Idha Nurfallah, ‘Penerapan Telenursing Dalam Meningkatkan Pelayanan Keperawatan Pada


Pasien Homecare Dengan Stroke: Literatur Review’, Promotif : Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 11.2 (2021), 215–24 <https://doi.org/10.56338/pjkm.v11i2.2062>

Unggul, Universitas Esa, ‘Universitas Esa Unggul’, April, 2019, 1–11

Anda mungkin juga menyukai