Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

“ SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN ”

Dosen Pengampu :

Kaimuddin, SPd, STr.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

Pita Ayu Lestari

NIM :

(PO71201180022) TK IV

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021


Tugas Sesi 1 :

Artikel tentang pengaruh IT terhadap perawat

Perawat Harus Bisa Beradaptasi di Era Digital


Perawat diharapkan dapat beradaptasi di tengah tantangan globalisasi dan era digital saat ini.

Dosen Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Kesehatan


Masyarakat (FKKMK) UGM, Ariani Arista Putri, S.Kep., Ns., MAN.DNP., menyebutkan
perawat saat ini harus bisa mengimbangi perkembangan teknologi. Perawat dituntut bisa
beradaptasi dengan lingkungan sekitar berbasis teknologi.

“Di tengah era digital saat ini, perawat harus melek terhadap teknologi informasi dan
mengutamakan pasien saftey untuk peningkatan mutu layanan terhadap pasien. Kompetensi
ini juga harus dimiliki tenaga medis lainnya,” jelasnya saat ditemui diruang kerjanya di
FKKMK UGM, Jumat (16/3).

Ariani menjelaskan perawat  memiliki peran besar dan penting dalam memberikan pelayanan
sesuai standar keperawatan. Perawat merupakan tenaga medis yang berada di sisi pasien
paling lama dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh sebab itu, kemampuan
untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien secara berkualitas dan aman sangat
dibutuhkan.

“Kalau dianalogikan di ruang perawatan maka perawat itu adalah ibu rumah tangga yang
selama 24 jam di ruang perawatan. Sementara dokter, ahli gizi, dan lainnya adalah tamu yang
hanya sebentar di sisi pasien,” papar lulusan doktor University of Illinois Hospital & Health
Science System ini.

Ariani menjelaskan perawat saat ini tidak hanya dituntut untuk bisa menjadi penyedia
layanan keperawatan yang berkualitas semata. Perawat juga diharapkan mampu menjadi
advokat bagi para pasien.
Peran sebagai advokat untuk membantu pasien dan keluarga dalam memberikan informasi
dari pemberi pelayanan atas tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien. Disamping
itu, menjadi mediator dan melindungi hak-hak pasien atas pelayanan yang baik.

“Perawat juga harus punya critical thingking menghadapi semua elemen baik itu pasien dan
tenaga medis lainnya,” tuturnya menyongsong peringatan Hari Perawat Nasional tanggal 17
Maret besok .

Ariani mengatakan peran perawat tidak hanya sebatas memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas. Perawat juga wajib memiliki keahlian konseling untuk menyampaikan edukasi
kepada pasien terkait tindakan preventif dan promosi kesehatan bagi masyarakat.

Sementara saat disinggung tentang kualitas perawat di Indonesia, Ariani menyampaikan


perawat di tanah air  memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah dibandingkan dengan
negara-negara lain di Asia. Hanya saja, penguasaan bahasa masih menjadi kendala utama
yang dihadapi perawat Indoensia yang akan bekerja di luar negeri.

“Standar kompetensi perawat dengan kualifikasi internasional juga masih belum


terpenuhi,”katanya. (Humas UGM/Ika)

 Kesimpulan :

Menurut saya IT sangat berpengaruh di bidang kesehatan untuk di zaman modern saat ini
seperti perawat bisa menyimpan data data pasien di komputer melalui akun instansi tersebut
agar data data pasientetap tersimpan secara aman dan permanen selain itu perawat juga bisa
mencari informasi tentang penyakit atau bisa juga mencari tentang alat alat kedokteran
sehingga dapat meningkatkan kualitas peralatan medis ataupun kesehatan.
Tugas sesi 2 :

Artikel tentang pengaruh telenursing terhadap perawat di indonesia

Telenursing, Solusi Pelayanan Keperawatan Di


Masa Pandemi
Editor Amir Sodikin Oleh Fitrianti* BADAN Kesehatan Dunia atau World Health
Organisation (WHO) telah menetapkan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sebagai
pandemi dunia pada bulan Maret 2020. Tingginya kasus infeksi dan kematian akibat Covid-
19 menyebabkan masyarakat takut untuk berkunjung ke rumah sakit, karena rumah sakit
dianggap sebagai episentrum penyebaran Covid-19. Masyarakat yang memiliki keluhan
penyakit selain gejala Covid-19 menjadi ragu untuk mendatangi fasilitas kesehatan karena
khawatir terinfeksi virus ini. Perawat, sebagai profesi dengan jumlah terbesar dalam
pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan yang aman dan
berkualitas dimasa pandemi Covid-19 ini. Salah satu solusi untuk menjawab kekhawatiran
masyarakat terhadap resiko penularan Covid- 19 di pelayanan kesehatan adalah dengan
pemanfaatan teknologi dan informasi dalam pelayanan kesehatan, yaitu konsultasi online
dengan perawat atau telenursing. Perkembangan telenursing sangat pesat di berbagai negara,
karena terbukti dapat menjadi alat yang efisien dalam membantu mengatasi kendala geografis
dan memberikan informasi tentang perawatan kesehatan kepada masyarakat (Souza-Junior et
al., 2016). Praktik telenursing memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien tanpa mengharuskan perawat bertemu langsung dengan pasien sehingga dapat
mengurangi penyebaran Covid-19 dari perawat ke pasien, ataupun sebaliknya. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, Pasal 29
menyatakan beberapa tugas perawat adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan, penyuluh
dan konselor bagi pasien, serta sebagai pengelola pelayanan keperawatan. Pelaksanaan tugas
ini dapat dilakukan menggunakan metode telenursing. Aturan tentang telenursing di
Indonesia belum diatur dengan jelas. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Telemedicine Antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan lebih
menekankan tentang pemberian pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah terpencil dan antar fasilitas kesehatan, bukan konsultasi individu pasien kepada tenaga
kesehatan. Hal inilah yang mendorong Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) untuk
mengeluarkan peraturan Nomor 74 Tahun 2020 tentang Kewenangan Klinis dan Praktik
Kedokteran melalui Telemedicine pada masa pandemi Covid-19 di Indonesia untuk menjadi
acuan bagi tenaga medis dalam praktek pelayanan telemedicine di fasilitas pelayanan
Kesehatan. Sementara aturan rinci tentang telenursing belum dikeluarkan oleh Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi yang menaungi perawat
sehingga masih terkendala dalam aplikasi pelaksanaannya.

Kesimpulan :

Menurut saya telenursing sangat bermanfaat untuk di era modern ini apa lagi saat pandemi
pasien bisa kontrol kesehatan bersama kita bisa melalui telepon atau chatingan tidak perlu
bertemu secara langsung seperti ada nya aplikasi hallo doc itu bisa mempermudah cara
mendapatkan informasi kesehatan dari rumah hanya melalui gadget saja.
Tugas sesi 3 :

Etika penggunaan teknologi oleh perawat dan pengaruhnya pada perawat

Apa Saja Aspek Etika dan Hukum


Teknologi Telemedicine?
Teknologi Telemedicine (telemedis) menjanjikan peningkatan mutu dan akses terhadap layanan
kesehatan. Namun, seperti terobosan baru lainnya, penerapan Telemedicine akan menghadapi
masalah etika dan hukum yang belum tentu dihadapi sebelumnya.

Indonesia relatif terlambat dalam menerapkan teknologi Telemedicine, meskipun potensi


penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) sudah diakui oleh WHO pada 2005.
Karena itu, dampak etika dan hukum dari teknologi telemedis juga belum banyak didalami pihak
regulator.

Sebagai contoh, Telemedicine yang masih terbilang baru di Indonesia kurang ditunjang oleh
regulasi terkait, padahal regulasi ini sangat penting. Tidak hanya untuk memberikan kepastian
hukum kepada penyelenggara jasa Telemedicine, tetapi juga perlindungan terhadap pasien dan
masyarakat umum yang menggunakan jasa teknologi tersebut.

Peraturan yang mengesahkan pemakaian teknologi Telemedicine baru ditetapkan lewat


Permenkes tahun 2019. Padahal beberapa negara sudah menjajaki penggunaan Telemedicine
sejak tahun 1990-an.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) yang ingin memanfaatkan layanan Telemedicine tidak
dapat meremehkan aspek etika dan hukum. Selain harus mematuhi peraturan yang sudah ada,
Fasyankes juga harus menjaga kepercayaan pasien sehingga mereka tidak ragu memanfaatkan
layanan Telemedicine yang sudah disediakan.

Kelegalan penyelenggara teknologi Telemedicine


Menurut Permenkes No 20 tahun 2019, layanan Telemedicine hanya dapat diselenggarakan oleh
Fasyankes. Padahal tidak jarang layanan Telemedicine, seperti telekonsultasi, dilakukan lewat
platform lain, seperti aplikasi e-Health (Halodoc, Alodokter). Permenkes tersebut juga hanya
mengatur secara eksplisit Telemedicine antar-Fasyankes (rumah sakit, klinik, puskesmas).

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) No 74/2020 memberi izin dokter dan dokter gigi
untuk memberikan pelayanan medis terhadap pasien menggunakan teknologi Telemedicine.
Namun, peraturan ini hanya membolehkan dokter untuk memberi pelayanan lewat Fasyankes,
dan tidak boleh secara langsung. Selain itu peraturan tersebut hanya berlaku untuk masa pandemi
Covid-19.

Terlepas dari keraguan atas aspek legalnya, karena kebutuhan masyarakat akan layanan
kesehatan, aplikasi dan situs web seperti ini mungkin lebih populer dibandingkan layanan
Telemedicine resmi sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Perlu regulasi lebih baik


Negara-negara lain yang menyelenggarakan Telemedicine seperti Malaysia, India, dan Amerika
Serikat telah mengatur Telemedicine lewat undang-undang . Pengaturan ini sudah dilakukan sejak
tahun 1990-an (Malaysia dan Amerika Serikat) dan awal tahun 2000-an (India).

Undang-Undang terkait di Indonesia dengan Telemedicine, yaitu UU No 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan dan UU No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik belum
mengatur khusus penggunaan Telemedicine.

Isu kurangnya regulasi ini tidak hanya terbatas di Indonesia. Meskipun beberapa negara sudah
memberlakukan undang-undang khusus, secara umum regulasi tentang telemedicine masih belum
tertata dengan baik.

Privasi dan kerahasiaan


Penyelenggara layanan kesehatan memiliki kewajiban untuk menjaga privasi data medis
pasiennya. Ini termasuk komunikasi antara dokter dan pasien, serta data lain berupa gambar, teks,
video yang terkait. Menjaga privasi dan kerahasiaan ini lebih mudah dilakukan bila tata laksana
kesehatan dilakukan sepenuhnya di Fasyankes (rumah sakit atau klinik), tetapi masalah baru
muncul ketika menerapkan teknologi Telemedicine.

Dengan teknologi Temeledicine, pasien, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya mungkin
menggunakan layanan pihak ketiga, misalnya pengembang aplikasi Telemedicine atau aplikasi
lainnya, maupun penyedia jasa Internet. Karena data pasien dikirim dan disimpan menggunakan
koneksi, server atau storage yang tidak dikendalikan langsung oleh Fasyankes, bisa muncul
kekhawatiran terhadap bagaimana perlindungan privasi dan kerahasiaan data tersebut.

Beberapa pihak (misalnya, Chaet dkk) menyarankan agar penyedia layanan kesehatan elektronik
menjelaskan informasi pribadi apa saja yang dikumpulkan. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya
juga harus memastikan bahwa mereka puas dengan kebijakan privasi penyedia layanan kesehatan
elektronik (termasuk Telemedicine). Tentunya bila mereka tidak puas, pihak Fasyankes bisa
menuntut penyedia layanan Telemedicine untuk memperbaiki kebijakannya.

Keamanan data
Masalah keamanan data medis pasien merupakan salah satu risiko yang tidak bisa diabaikan
ketika menggunakan layanan Telemedicine. Kebocoran data bisa terjadi saat pengumpulan,
pengiriman, dan penyimpanan. Meskipun pengembang aplikasi dan peranti terus berusaha
meningkatkan keamanannya,pada kenyataannya masih ditemukan lubang keamanan.

Para peretas juga sudah mulai melirik data kesehatan sebagai sasaran serangan. Secara global,
industri kesehatan merupakan sektor yang paling banyak menderita kerugian akibat kebocoran
data pada 2020. Bila Fasyankes dan pengembang solusi teknologi Telemedicine tidak
mempertimbangkan aspek pengamanan data dengan serius, secara etis penerapan teknologi ini
bisa dipertanyakan.
Informed consent
Informed consent adalah proses pemberian izin atas tindakan tatalaksana medis terhadap pasien.
Dokter dan tenaga medis hanya dapat melakukan intervensi medis setelah memastikan bahwa
pasien memahami fakta, implikasi, dan konsekuensinya

Bila diterapkan pada Telemedicine, ini berarti bahwa pasien harus sudah memberi izin pada
tindakan seperti pengiriman informasi medis pasien. Ini tidak hanya mencakup telekonsultasi
tetapi juga tindakan Telemedicine lain seperti Teleradiologi atau Tele-USG. Sebagai contoh,
di Amerika Serikat permintaan izin ini harus dilakukan pada saat memulai penggunaan layanan
Telemedicine. Izin bisa diberikan dalam bentuk formulir.

Kiranya sudah jelas bahwa solusi Telemedicine tidak hanya masalah keunggulan
teknologi. Penyedia solusi Telemedicine haruslah tanggap dengan kebutuhan Fasyankes untuk
tetap mematuhi etika dan regulasi yang berlaku. Karena itu Fasyankes hendaknya memilih
penyedia solusi teknologi Telemedicine yang sudah berpengalaman dengan seluk-beluk industri
kesehatan.

Lintasarta menawarkan solusi Telemedicine yang mencakup layanan Tele-Konsultasi yang


memungkinkan pasien melakukan konsultasi jarak jauh dengan dokter dan ke depannya juga
mencakup Tele-USG, Tele-EKG hingga Tele-Radiologi. Dengan pengalaman puluhan tahun
melayani industri, Lintasarta dapat membantu Anda menyediakan layanan Telemedicine yang
memenuhi regulasi dan pertimbangan etika.

Kesimpulan :

Menurut saya etika penggunaan teknologi sangat penting di bidang keperawatan karena kita
sebagai perawat harus menjaga data data pasien dan tidak memanipulasi data tersebut. Selain
itu juga kita sebagai perawat harus menggunakan teknologi seperti sebagaimana digunakan
nya dan data data pasien harus benar benar tersimpan dengan baik karena di jaman teknologi
yang canggih ini banyak orang yang bisa melakukan pembobolan data data melalui internet
maka dengan demikian kita sebagai pengguna teknologi harus sangat berhati hati.

Anda mungkin juga menyukai