Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

TUMBUH KEMBANG ANAK

Dosen Pengampu :

Hj.Ernawati S.Kp,M.Kes

Disusun Oleh :

Pita Ayu Lestari

NIM :

(PO71201180022) TK III

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021


A.    Pengertian
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan (Skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih, 2002).
Teori lain mengatakan perkembangan adalah aspek progresif adaptasi terhadap
lingkungan yang bersifat kualitatif. Contoh perubahan kualitatif ini adalah peningkatan
kapasitas fungsional penguasaan terhadap beberapa keterampilan yang lebih kecil, misalnya
anak usia pra sekolah dengan berpartisipasi dalam percakapan telepon dengan orang tua
mereka (Potter & Perry,2005).
Masa perkembangan usia pra sekolah merupakan masa di mana perkembangan
kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk
memasuki sekolah sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa
yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang
tuanya.
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah
dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone, 2000)
Tumbuh kembang adalah suatu proses, di mana seseorang anak tidak hanya tumbuh
menjadi besar tetapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa yang
sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu:
1.      Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur
tulang dan keseimbangan elektrolit.
2.      Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain
proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikosoisal dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir
berbeda- beda yang memberi ciri tersendiri pada setiap anak.
Perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap berdasarkan klasifikasi umur
dengan ciri pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda, antara lain (Markum,1991):
1. Tahap perkembangan anak usia 0-11 bulan (bayi)
2. Tahap perkembangan anak usia toddler
3. Tahap perkembangan anak usia prasekolah
4. Tahap perkembangan anak usia sekolah
5. Tahap perkembangan anak usia remaja
6. Tahap perkembangan anak usia dewasa muda
7. Tahap perkembangan usia dewasa menengah
8. Tahap perkembangan usia dewasa lanjut.
Anak usia pra sekolah mendekati tahun antara 3 sampai dengan 6 tahun (Potter &
Perry, 2005).
Sedangkan teori lain menyebutkan bahwa masa prasekolah adalah pada usia 2 hingga
6 tahun di mana pertumbuhan melambat, aspek jasmani bertambah, kondisi fungsi dan
mekanisme motorik bertambah, cepat menangkap pelajaran (Markum, 1991).
Usia pra sekolah merupakan dasar perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan
dan daya cipta anak didalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

A. Tumbuh kembang pada anak usia todler


1. Pertumbuhan
Selama tahun ke 2 masa kehidupan masih nampak kelanjutan perlambatan
pertumbuhan fisis yaitu dengan kenaikan BB berkisar antara 1,5 – 2,5 kg ( rata –
rata ) dan PB 6 –10 cm ( rata – rata 8 cm per tahun. Anak akan mengalami penurunan
nafsu makan sampai usia 3 tahun, hal ini mengakibatkan jaringan sub kutan berkurang
sehingga anak yang tadinya nampak gemuk dan montok akan menjadi lebih langsing
dan berotot. Demikian pula dengan pertumbuhan otak yang akan mengalami
perlambatan selama tahun ke 2, kenaikan lingkar pada tahun pertama mencapai
pertambahan sebesar 12 cm dan selanjutnya pada tahun ke 2 hanya bertambah 2 cm,
sedangkan lingkar dada pada tahun pertama berukuran sama.
Namun demikian untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel NCHS WHO
dengan menggunakan rumus :
Bila nilai riel hasil pengukuran ¿ nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB, maka
nilairiel−nilaimedian
rumusnya :
Zscore= SDUpper
Bila nilai riel hasil pengukuran ¿ nilai median BB/U, TB/U atau BB/TB, maka
nilairiel−nilaimedian
rumusnya : ZScore= SDLower

2. Parameter penilaian pertumbuhan fisik :


a. Ukuran antropometrik
 Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena dapat
digunakan untuk menilai peningkatan/ penurunan semua jaringan yang ada
dalam tubuh, antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain – lain

Untuk menilai berat badan normal yang sesuai usia todler dapat dilihat di tabel
NCHS terlampir

 Tinggi badan
Keistimewannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
meningkat terus sampai tinggi maksimal tercapai dan akhirnya berhenti pada
umur 18 – 20 tahun.

Untuk menilai tinggi bdan yang sesuai dengan usia todler dapat dilihat ditabel
NCHS terlampir

 Lingkar kepala
Lingkaran kepala mencerminkan volume intrakranial, dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Untuk rentang normal menurut nellhaus pada anak usia 1
tahun adalah 43,5 – 49( perempuan) & 43,5 – 49 ( laki – laki ) , kemudian anak
usia 2 tahun adalah 45 – 51( perempuan ) & 46 – 51( laki – laki ) dan anak usia
3 tahun adalah 46,25 – 53 (perempuan) & 46,25 – 53 ( laki – laki ). namun
demikian untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik Nellhaus terlampir

 Lingkar lengan atas


LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat
badan, laju tumbuh lambat, dari 11 cm waktu lahir menjadi 16 cm pada satu
tahun, selanjutnya tidak banyak berubah pada umur 1 – 3 tahun.

 Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi
tumbuh jaringan lemak dibawah kulit, yang mencerminkan kecukupan energi.
dalam keadaan defisiensi lipatan kulit akan menipis dan sebaliknya menebal
jika masukan energi berlebihan

b. Gejala/tanda pemeriksaan fisik


 Keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut, gigi geligi
c. Pemeriksaan laboratorium
 Hb, serum protein dan hormon.
d. Pemeriksaan radiologis
 Umur tulang
3. Perkembangan
Aspek perkembangan yang seharusnya dicapai anak pada usia todler adalah sebagai
berikut

a. Usia 12 – 18bulan
 Berjalan sendiri tidak jatuh
 Mengambil benda kcil dengan ibu jari dan telunjuk
 Mengungkapkan keinginan secara sederhana
 Minum sendiri dari gelas dan tidak tumpah
b. Usia 18 – 24 bulan
 Berjalan mudur setidaknya lima langkah
 Mencoret – coret dengan alat tulis
 Menunjuk bagian tubuh dan menyebut namanya
 Meniru melakukan pekerjaan rumah tangga
c. Usia 2 – 3 tahun
 Berdiri satu kaki tanpa berpegangan minimal 2 hitungan
 Meniru membuat garis lurus
 Menyatakan keinginan sedikitnya dengan 2 kata
 Melepas pakaian sendiri
4. Parameter penilaian perkembangan dengan DDST
Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan DDSTadalah :

a. Alat yang Digunakan


 Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,
dan pensil.
 Lembar formulir DDST
 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara menilainya.
b. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
 Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3 – 6
bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
 Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.

c. Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian ditarik garis
berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing
sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil
tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan (Questionable) dan tidak
dapat dites (Untestable).

 Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
 Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
 Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
 Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh-
kembang anak, yaitu:
1. Faktor Genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti sindrom Down, sindrom
Turner yang disebabkan oleh kelainan kromosom.
2. Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan Pra natal, antara lain:

 Gizi ibu pada waktu hamil


 Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin)
 Toksin / zat kimia (zat teratogen: obat-obatan teralidomide, pkenitoin, methadion,
obna-obat anti kanker)
 Endokrin (defisiensi hormon somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroid,
insulin)
 Radiasi
 Infeksi (Torch, Varisela, Coxsakie, Echovirus, Malaria, Lues, HIV, polio, campak,
teptospira, virus influenza, virus hepatitis)
 Stres
 Imunitas
 Anoksia embrio
Faktor Lingkungan Post Natal, yaitu :
 Lingkungan Biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,
perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme, hormon.
 Faktor Fisik, antara lain: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi,
keadaan rumah, radiasi.
 Faktor Psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak-
orang tua.
 Faktor Keluarga dan Adat Istiadat, antara lain: pekerjaan/ pendapatan keluarga,
pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, agama,
urbanisasi, kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas
kepentingan anak, angaran, dll. (Soetjiningsih, 1998)

C. Stimulasi dasar atau kebutuhan dasar untuk tumbuh-kembang yang diberikan Ibu
pada anak
1. Usia 12 – 18 bulan
a. Gerak kasar
Latih anak naik turun tangga

b. Gerak halus
Bermain dengan anak melempar dan menangkap bola besar kemudian bola kecil.

c. Bicara, bahasa dan kecerdasan


Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama – nama bagian tubuh

d. Begaul dan bicara


Beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri.

2. Usia 18 – 24 bulan
a. Gerak kasar
Latih anak berdiri dengan 1 kaki

b. Gerak halus
Ajari anak menggambar bulatan, garis, segitiga dan gambar wajah
c. Bicara, bahasa dan kecerdasan
Latih anak mengikuti perintah sederhana.

d. Bergaul dan mandiri


Latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu

3. Usia 2 sampai 3 tahun


a. Gerak kasar
Latih anak melompat dengan satu kaki

b. Gerak halus
Ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok

c. Bicara, bahasa dan kecerdasan


Latih anak mengenal bentuk dan warna

d. Bergaul dan mandiri


Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkanya sendiri.
B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
1.         Faktor  keturunan (Herediter)
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang anak melalui instruksi
genetik dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan, gangguan pertumbuhan, selain
disebabkan oleh kelainan kromosom (contoh: Syndrome Down, Syndrom Turner) juga
disebabkan oleh Faktor  lingkungan yang kurang memadai.
a) Seks : kecukupan dan perkembangan pada anak lai-laki berbeda dengan perempuan
b) Ras : ras/suku bangsa dapat mempengaruhi tumbang anak, beberapa suku bangsa
memiliki karakteristik.

2.       Faktor  lingkungan
a.    Lingkungan internal
1) Intelegensi
Pada umumnya intelegensi tinggi, perkembangan lebih baik dibandingkan jika
intelegensi rendah.
2) Hormon
Ada 3 hormon yang mempengaruhi anak yaitu somatotropik untuk pertumbuhan
tinggi badan terutama pada masa kanak-kanak, hormon tiroid menstimulasi
pertumbuhan sel inerstitial testis, memproduksi testosteron dan ovarium memproduksi
estrogen yang mempengaruhi perkembangan alat reproduksi.
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan orang tua, saudara, teman sebaya serta guru
berpengaruh terhadap perkembangan emosi, sosial, intelektual anak, cara anak
berinteraksi dengan keluarga akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah
b.    Lingkungan eksternal
1) Kebudayaan
Budaya keluarga/masyarakat mempengaruhi bagaimana anak mempersepsikan dan
memahami kesehatan berperilaku hidup sehat.
2) Status social ekonomi
Anak yang berbeda dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonomi
yang rendah serta banyak punya keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan primernya.
3) Nutrisi
Untuk tumbang anak secara optimal memerlukan nutrisi adekuat yang didapat dari
makanan bergizi.
4) Iklim/cuaca
Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
5) Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan psikososial anak.
6) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, sulung, anak tengah, anak bungsu akan
mempengaruhi pola anak setelah diasuh dan dididik dalam keluarga.

C.    Periode Perkembangan
Menurut Donna, L Wong (2000) perkembangan anak secara umum terdiri dari :
1. Periode prenatal
Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi pembentukan organ
dan sistem organ anak, selain itu hubungan antara kondisi itu memberi dampak pada
pertumbuhannya.
2. Periode bayi
Periode ini terdiri dari neonates (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada periode ini,
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat  terutama pada aspek kognitif, motorik
dan sosial.
3. Periode kanak-kanak awal
Terdiri atas usia anak 1-3 tahun yang disebut Toddler dan pra sekolah (3-6 tahun).
Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut pada usia pra sekolah.
Perkembangan fisik lebih lambat dan menetap.
4. Periode kanak-kanak pertengahan
Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih
meningkat dari pada perempuan dan perkembangan motorik lebih sempurna.
5. Periode kanak-kanak akhir
Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-18 tahun.
Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas
seksual dengan perkembangannya organ reproduksi.

D.    Perkembangan Anak Balita


Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, keadaan sosial emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar
kepribadian juga dibentuk pada masa-masa ini. Sehingga setiap kelainan/penyimpangan
seksual apapun, apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan
mengurangi kualitas perkembangan.
Krasenburg,dkk (1981) melalui DDST (Denver Development Screening Test)
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
balita yaitu :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang
melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan koordinasi yang
cermat, misal : keterampilan menggambar.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah berbicara
spontan.
4. Gross Motor (Motorik Kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa “milestone”
pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf perkembangan secara awal.
Milestone adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak umur tertentu,
misalnya :
a. 4-6 minggu : tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu kemudian
b. 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke arah suara
c. 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya
d. 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
e. 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda dengan dengan jari telunjuk
dan ibu jari
f. 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal

E.     Fase Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah


Pada masa usia pra sekolah ini dapat diperinci lagi menjadi 2 masa, yaitu masa vital
dan masa estetik.
1.      Masa Vital
Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam
kehidupan individu ini sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber
kenikmatan. Anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya, tidaklah karena
mulut merupakan sumber kenikmatan utama tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat
untuk melakukan eksplorasi dan belajar (Elizabeth B. Hurlock, 1999).
Pada tahun kedua telah belajar berjalan, dengan mulai berjalan anak akan mulai
belajar menguasai ruang. Mula-mula ruang tempatnya saja, kemudian ruang dekat dan
selanjutnya ruang yang jauh. Pada tahun kedua ini umumnya terjadi pembiasaan terhadap
kebersihan (kesehatan). Melalui latihan kebersihan ini, anak belajar mengendalikan impuls-
impuls atau dorongan-dorongn yang datang dari dalam dirinya (umpamanya buang air kecil
dan air besar) (Elizabeth B. Hurlock, 1999).

2.      Masa Estetik
Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di
sini dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca
inderanya. Pada masa ini, panca indera masih peka karena itu Montessori menciptakan
bermacam – macam alat permainan untuk melatih panca inderanya (Yusuf, 2001: 69).

F.     Tugas Perkembangan Pada Masa Usia Pra Sekolah


Havighurst (1961) mengartikan tugas perkembangan adalah merupakan suatu tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu
dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas berikutnya, sementara apabila gagal maka akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada
diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat dan kesulitan-kesulitan
dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya.
Tugas perkembangan ini berkaitan dengan sikap, perilaku atau keterampilan yang
seyogyanya dimiliki oleh individu sesuai dengan usia atau fase perkembangannya, seperti
tugas yang berkaitan dengan perubahan kematangan, sekolah, pekerjaan, pengalaman
beragama dan hal lainnya sebagai prasyarat untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.
Tugas-tugas perkembangan pada usia 0 sampai 6 tahun adalah sebagai berikut :
1. Belajar berjalan
2. Belajar memakan makanan padat
3. Belajar berbicara
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis
7. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam
8. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara / orang lain
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk (mengembangkan kata hati).
Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun
adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.
3. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
4. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan
berhitung.
5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai.
7. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
8. Mencapai kebebasan pribadi.

G.    Jenis – Jenis Perkembangan Anak Prasekolah


Jenis - jenis perkembangan anak usia pra sekolah adalah (Rochmah, 2005 dan Yusuf,
2004) :
1.       Perkembangan fisik dan motorik
Usia pra sekolah otot-otot anak menjadi lebih kuat dan tulang-tulang tumbuh menjadi besar
dan keras. Perkembangan sistem saraf pusat memberikan kesiapan kepada anak untuk lebih
dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap tubuhnya. Lapisan urat saraf ini
membantu transmisi impuls–impuls saraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan
terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Perkembangan motorik berarti
perkembangan pada pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf,
dan otot yang terkoordinasi. Keterampilan motorik sangat berfungsi untuk penyesuaian sosial
dan penyesuaian pribadi anak. Adapun penguasaan keterampilan yang umum pada masa ini
adalah :
a. Keterampilan tangan
b. Keterampilan berpakaian dan makan sendiri yang dimulai pada masa bayi,
disempurnakan pada awal masa ini. Anak dapat menggunakan gunting, menggambar,
mewarnai dan dapat menggambar orang.
c. Keterampilan kaki
d. Pada usia antara 3-4 tahun anak mulai naik sepeda roda tiga. Pada usia 5-6 tahun anak
belajar melompat dan berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat, lompat tali,
keseimbangan tubuh dalam berjalan.
2.       Perkembangan intelektual
Usia 3 sampai 6 tahun merupakan usia yang sangat temperamental bagi anak. Rasa ingin tahu
merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada anak untuk
mengeksplorasi dan belajar hal – hal yang baru. Yang perlu ditekankan bahwa rasa ingin tahu
tersebut terkendali, jangan sampai pada objek–objek yang biasa dikenalnya serta tentang
kejadian – kejadian mekanika yang ada disekitarnya. Anak mulai banyak bertanya dan
mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun. Periode ini ditandai dengan berkembangnya
representasional, atau symbolic function, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu yang lain
dengan menggunakan simbol – simbol (bahasa, gambar, tanda/isyarat, benda, gesture, atau
peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa.
3.       Perkembangan berbicara (bahasa)
Selama masa awal, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini
disebabkan berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak yang mudah
berkomunikasi dengan teman sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih
mudah diterima sebagai anggota kelompok. Perkembangan bahasa anak usia pra sekolah
dapat bercirikan sebagai berikut :
a. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
b. Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung pipit lebih
kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
c. Anak banyak menanyakan nama dan tempat.
d. Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan berakhiran.
e. Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
f. Tingkat berfikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu,
sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan
bagaimana.
Orang tua dan guru taman kanak-kanak seyogyanya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau
peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya untuk membantu perkembangan bahasa anak,
atau kemampuan berkomunikasi. Berbagai peluang itu diantaranya sebagai berikut:
a. Bertutur kata yang baik pada anak;
b. Mau mendengarkan pembicaraan anak;
c. Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkan);
d. Mengajak berdialog dalam hal-hal yang sederhana;
e. Di taman kanak–kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan
keinginannya, menghafal dan melantunkan lagu dan puisi.

4.    Perkembangan Sosial


Pada usia pra sekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah
mulai aktif berhubungan dengan teman sebaya. Tanda-tanda perkembangan sosial pada tahap
ini adalah :
a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan bermain;
b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan;
c. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain;
d. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosio-psikologis keluarganya.
Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan,
saling membantu, maka anak akan memiliki kemapuan atau penyesuaian sosial dalam
hubungan dengan orang lain.

H.    Karakteristik Perkembangan Anak Pra sekolah


Karakteristik perkembangan anak pra sekolah antara lain (Wong, 2007)
1.  Motorik kasar
a. Pada usia 3 tahun anak dapat mengendarai sepeda roda tiga, melompat dari
langkah dasar, berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik, menaiki tangga dengan
kaki bergantian, melompat panjang, mencoba berdansa tetapi keseimbangan
mungkin tidak adekuat.
b. Pada usia 4 tahun anak dapat melompat dan meloncat pada satu kaki, menangkap
bola dengan tepat, melempar bola bergantian tangan, berjalan menuruni tangga
dengan kaki bergantian.
c. Pada usia 5 tahun anak dapat meloncat dan melompat pada kaki bergantian,
melempar dan menangkap bola dengan baik, meloncat ke atas, berjalan mundur
dengan tumit dan kaki, keseimbangan pada kaki bergantian dengan mata tertutup.

2.  Motorik halus
a. Pada usia 3 tahun anak mampu membangun menara dari 9 atau 10 kotak,
membangun jembatan dengan tiga kotak, secara benar memasukkan biji-bijian
dalam botol berleher sempit, menggambar, meniru lingkaran, meniru silangan,
menyebutkan apa yang telah digambarkan, tidak dapat menggambar gambar-
gambar tongkat tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran wajah.
b. Pada usia 4 tahun anak mampu menggunakan gunting dengan baik untuk
memotong gambar mengikuti garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak  mampu
mengikat talinya, dapat menggambar, menyalin bentuk kotak, menjiplak garis
silang dan permata, menambah tiga bagian pada gambar jari.
c. Pada usia 5 tahun anak mampu mengikat tali sepatu, menggunakan gunting alat
sederhana, atau pensil dengan sangat baik, dalam menggambar, meniru gambar
permata dan segitiga, menambahkan tujuh sampai sembilan bagian dari gambar
garis, mencetak beberapa huruf, angka, atau kata seperti nama panggilan.
3. Bahasa
a. Pada usia 3 tahun anak mempunyai perbendaharaan kata kurang lebih 900 kata,
menggunakan bicara telegrafik, menggunakan kalimat lengkap dari 3 sampai 4
kata, bicara tanpa henti tanpa peduli apakah seseorang memperhatikannya,
mengulang kalimat dari 6 suku kata, mengajukan banyak pertanyaan.
b. Pada usia 4 tahun anak mempunyai perbendaharaan 1500 kata atau lebih,
menggunakan kalimat dari empat sampai lima kata, pertanyaan pada puncak,
menceritakan cerita dilebihkan-lebihkan, sedikit tidak sopan bila berhubungan
dengan anak yang lebih besar, menuruti empat frase preposisi, seperti bawah, atas,
samping, belakang, atau depan, menyebutkan satu atau lebih warna.
c. Pada usia 5 tahun anak mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 2100 kata,
menggunakan kalimat dengan enam sampai delapan kata, dengan semua bagian
bicara, menyebutkan koin, menyebutkan empat atau lebih  warna,
menggambarkan gambar atau lukisan dengan banyak komentar dan
menyebutkannya satu per satu, mengetahui nama – nama hari dalam seminggu,
bulan, dan kata yang berhubungan dengan waktu lainnya, dapat mengikuti tiga
perintah sekaligus.
4.  Sosialisasi
a. Pada usia 3 tahun anak mampu berpakaian sendiri hampir lengkap bila dibantu
dengan kancing belakang dan mencocokkan sepatu kanan atau kiri, mengalami
peningkatan rentang perhatian, makan sendiri sepenuhnya, dapat menyiapkan
makan sederhana, dapat membantu mengatur meja dan dapat mengeringkan
piring tanpa pecah, merasa takut, khususnya pada kegelapan dan pergi tidur,
mengetahui jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain, permainan paralel
dan asosiatif.
b. Pada usia 4 tahun anak sangat mandiri, cenderung untuk keras kepala dan tidak
sabar, agresif secara fisik serta verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian,
mengalami perpindahan dalam alam perasaan, memamerkan secara dramatis
menikmati pertunjukan orang lain, menceritakan cerita keluarga pada orang lain
tanpa batasan, masih mempunyai banyak rasa takut, permainan assosiatif,
mengkhayalkan teman bermain umum terjadi, menggunakan alat dramatis,
imajinatif dan imitatif.
c. Pada usia 5 tahun anak kurang memberontak dibandingkan dengan sewaktu
berusia 4 tahun, lebih tenang dan berhasrat untuk menyelesaikan urusan, tidak
seterbuka dan terjangkau dalam hal pikiran dan perilaku seperti pada tahun-tahun
sebelumnya, mandiri tapi tidak dapat dipercaya, mengalami sedikit rasa takut dan
mengandalkan otoritas, berhasrat untuk melakukan sesuatu dengan benar dan
mudah, menunjukkan sikap lebih baik, memperhatikan diri sendiri, tidak siap
untuk berkonsentrasi pada pekerjaan-pekerjaan yang rumit, permainan assosiatif.
5. Kognitif
a. Pada usia 3 tahun anak berada dalam fase perseptual, egosentris dalam berfikir
dan perilaku, mulai memahami waktu, mengalami perbaikan konsep tentang
ruang seperti ditunjukkan dalam pemahaman tentang preposisi dan
kemampuan untuk mengikuti perintah langsung, serta mampu memandang
konsep dari perspektif yang berbeda.
b. Pada usia 4 tahun anak ada pada fase berfikir intuitif, hubungan sebab akibat
masih dihubungkan dengan kemungkinan kejadian, memahami waktu dengan
lebih baik, tidak mampu mengubah cara, menilai sesuatu menurut dimensinya
seperti tinggi, lebar, atau perintah, persepsi segera menunjukkan dominasi
penilaian, dapat menghitung dengan benar tetapi konsep matematika terhadap
angka buruk, patuh karena orang tua mempunyai batasan bukan karena
memahami salah dan benar.
c. Pada usia 5 tahun anak mulai mempertanyakan apa yang dipikirkan orangtua
dengan membandingkan dengan teman sebaya dan orang dewasa lain,
menunjukkan prasangka dan bias dalam dunia luar, lebih mampu memandang
perspektif orang lain, tetapi mentoleransi perbedaan daripada memahaminya,
mulai menunjukkan pemahaman tentang penghematan angka melalui
perhitungan objek tanpa memandang pengaturan, menggunakan kata
berorientasi waktu dengan peningkatan pemahaman, sangat ingin tahu tentang
informasi faktual mengenai dunia.

I.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Prasekolah


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan antara lain (Soedjiningsih,1995):
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini
dikenal sebagai hereditas. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang
telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Faktor Lingkungan
a. Faktor prenatal yang meliputi gizi ibu pada waktu hamil, mekanis kehamilan, toksin,
endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas, anoksia embrio.
b. Faktor pascanatal meliputi gizi ibu dan anak, penyakit, keadaan sosial ekonomi, serta
musim
3. Faktor psikososial
a. Stimulasi, merupakan perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak. Stimulasi
merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat
stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak
yang kurang/tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat
yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai stimulasi seperti stimulasi visual,
verbal, auditif, taktil dll, dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
b. Motivasi belajar, dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang
kondusif untuk belajar.
c. Kelompok sebaya, untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan
teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau
dengan siapa anak tersebut bergaul.
d. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar, jika anak berbuat benar maka wajib kita
memberi ganjaran seperti pujian, ciuman, belaian, serta tepuk tangan. Ganjaran
tersebut akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah
lakunya. Sedangkan hukuman akan membuat anak tahu mana yang baik dan yang
tidak baik.
e. Faktor keluarga meliputi pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan orang tua,
jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian
orang tua, adat istiadat atau norma serta agama.

J.      Penilaian Perkembangan Anak Usia Prasekolah


Penilaian terhadap perkembangan anak adalah melalui Denver Developmental
Screening Test  (DDST) / Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver .
DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah salah satu dari metode skrining
terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini
mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari
beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih, 1998).
Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai
dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial (kepribadian/ tingkah laku
sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya; Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu
benda; Bahasa  adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar (Gross Motor) adalah aspek
yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Alat yang digunakan seperti alat peraga: wol merah, kismis/manik-manik, kubus
warna merah-hijau-biru, prmainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pencil;
lembar formulir DDST; buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya (Soetjiningsih, 1998).
Penilaian sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan
umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang F, selanjutnya
berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam:
a. Abnormal, bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih, bila dalam
1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih dengan
keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia
b. Meragukan (Questionable), bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih, bila
pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
c. Tidak dapat dites (Untestable)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK SEHAT (TUMBUH KEMBANG)


A.       Pengkajian
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama                                                  
b. Alamat                                               
c. Telepon                                              
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan
2. Keluhan Utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani
karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya,
namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan,
tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi
sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara
langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi.
Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara
waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
3.  Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini
kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan
tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga
dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
4.  Riwayat Kesehatan Dahulu
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan sebelumnya yang
pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian
imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang
pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi dapat pula dikaji
pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat mengidentifikasikan indikasi
imunisasi serta pendidikan kesehatan yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak
baik ditujukan secara langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
5.  Tinjauaan Sistem (Pemeriksaan Fisik)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan
pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan
menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam
pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga
sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari
olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak
mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya.
Tinjauan sistem meliputi:
a. Menyeluruh/umum j. Dada
b. Integument k. Respirasi
c. Kepala l. Kardiovaskuler
d. Mata m. Gastrointestinal
e. Telinga n. Genitourinaria
f. Hidung o. Ginekologik
g. Mulut p. Muskuluskeletal
h. Tenggorokan q. Neurologik
i. Leher r. Endokrin
6.  Riwayat pengobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki kecenderungan
terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota
keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok
dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami
sakit.
7.  Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat
imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada
anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah
konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga
yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam
menghadapi imunisasi.
8.  Riwayat Keluarga
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota
keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami
tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika
keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan
untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu
memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan
kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
9.  Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak dalam
kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat
dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi
meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
10. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui
mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan
kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan
dan perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana
mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan,
prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan warna
dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan bagi anak,
dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi
kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk
pendekatan agar anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan
anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai
hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak
untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan
orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang
lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat
petugas.
i. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dipahami oleh setiap perawat sehingga
memudahkannya dalam melaksanakan pemeriksaan dan meminimalkan kecemasan
pada anak. Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan
pengkajiaan pada anak.
Hal-hal lain yang perlu dikaji adalah:
a. Riwayat Pranatal
b. Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti
terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah
ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan
benar dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat
prenatal maka keadaan anaknya dapat diperkirakan.
c. Riwayat Kelahiran
d. Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal,
dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi
sehat, apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan
seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang anak.
e. Pertumbuhan Fisik
f. Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan pengukuran
antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya,
pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh
kembang anak adalah TB, BB, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan
lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila
petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur
BB, TB, dan lingkar kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri digunakan,
Berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari masing-masing ukuran antropometri:
1. Berat Badan (BB)
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai
berikut:
a) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat
berupa dacin atau timbangan injak.
b) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut
dilakukan dengan posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun,
dilakukan dengan posisi duduk dengan menggunakan dacin. Untuk anak yang
berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan
posisi berdiri.
Sedangkan cara pengukuran berat badan anak adalah:
a. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu,
cukup pakaian dalam saja.
b. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin,
masukkan anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak tanpa
dipegangi.
a. Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi
(tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
b. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat
badannya lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang. Selisih
antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat
badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.

BB anak = (BB ibu dan anak) – BB ibu

c. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan.


d. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku,
yaitu apakah status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat
badan ini juga dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan
anak berada pada kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.
2.        Tinggi Badan (TB)
Untuk menentukan tinggi badan, cara pengukurannya dikelompokkan menjadi untuk usia
kurang dari 2 tahun dan usia 2 tahun atau lebih. Pengukuran tinggi badan pada anak usia
kurang dari 2 tahun adalah sebagai berikut :
a. Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).
b. Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada
meja (posisi ekstensi).
c. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan meja
pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
d. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda pada
tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak kepala
dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita
pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah sebagai
berikut :
a. Tinggi badan diukur dengan  posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan bokong,
punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan menempel pada
alat pengukur.
b. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
3.   Lingkar Kepala
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan terendah dari
kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran kepala
besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti ukuran
kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan
perempuan.
Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a) Siapkan pita pengukur (meteran)
b) Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supraorbita bagian antrior menuju oksiput pada bagian posterior
kemudian tentukan hasilnya.
c) Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala
4.    Lingkar Lengan Atas (lila)
Meskipun pengukuran lila jarang dilakukan, namun cara pengukurannya perlu diketahui :
a) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan
pada lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dengan
siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa
aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga
ukurannya lebih stabil.
b) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat
pengukuran.
c) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur.
1. Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status
anak.
5.    Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan. Pengukurannya
dilakukan pada saat bernapas biasa (mid respirasi) pada tulang Xifoidius (incisura
subternalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang
lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring. Cara pengukuran lingkar dada
adalah sebagai berikut :
a)  Siapkan pita pengukur
b) Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada.
c) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
d) Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun petugas perlu
mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar keadaan anak dapat diketahui
secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada,
perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji.
Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik tidak dibahas
secara khusus pada bagian ini.
e) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku Pedoman Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini
dapat diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam
keadaan normal, meragukan, atau memerlukan rujukan.
f) Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang lainnya,
seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak berada
di klinik.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan


Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan balita,
terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a.    Pertumbuhan dan perkembangan normal
Pertumbuhan anak dikatakan normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur
berwarna hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik
dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara, pertumbuhan
anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri
adalah BB/U; BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan kemampuan/kepandaian anak sesuai
dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor
yang diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan kalender balita
(KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia.
Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.
b.    Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada jauh di
atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran
antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan
dada. Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak
tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes
DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender
balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

B.       Diagnosa
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d. situasi yang terjadi di
lingkungan
2. Potensial tumbuh kembang yang optimal
3. Perilaku mencari bantuan kesehatan b.d. kurang pengetahuan tentang peran
sebagai orangtua baru
4. Risiko terhadap cedera b.d. keadaan tumbang dan lingkungan.
5. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
6. Gangguan rasa aman (cemas) b.d. kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
7. Kesiapan meningkatkan status imunisasi b.d. keinginan untuk meningkatkan
status imunisasi.
8. Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga

C.      Intervensi
1.         Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi
yang terjadi di lingkungan
a.    Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
b.    Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat tidur anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
c.    Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d.    KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2.    Potensial tumbuh kembang yang optimal
a.    Kaji perkembangan tumbuh kembang
Rasional: mengetahui perkembangan tumbuh kembang, menentukan masalah yang
dihadapi.
b.    Observasi faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya
c.    Anjurkan orang tua untuk memperhatikan masa pertumbuhan dan perkembangan
fisiologis anak
Rasional: memudahkan orang tua mengetahui tahap tumbuh kembang anak
d.     Anjurkan untuk konsultasi dengan tim medis (dokter spseialis anak dan perawat) saat
terjadi masalah tumbuh kembang anak.
3.         Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru.
a. Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik sesuai
umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan bagaimana
menyendawakan bayi.
b. Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak.
c. Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model
anaknya.
d. Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik bagi
anaknya
e. Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati anak
sesuai dengan umurnya
f. Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
4.         Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
a. Kaji pola bermain pada anak
Rasional: mengurangi risiko cedera pada saat anak beraktivitas
b. Motivasi orang tua selalu mengawasi anaknya ketika bermain dan dengan siapa
bermain.
Rasional: agar anak selalu dalam keadaan aman
c. Ajarkan orang tua untuk mengetahui mainan apa yag sesuai dengan usia anaknya
Rasional: agar tumbuh kembang anak dapat berjalan sempurna
d. Ciptakan lingkungan yang aman dari benda-benda yang dapat mencederai klien
Rasional: menghindari bahaya dari resiko cedera pada anak.
e. Beri makanan yang aman untuk usia anak
Rasional: mencegah risiko keracunan makanan
f. Periksa suhu air mandi sebelum dimandikan
Rasional: mengurangi risiko cedera yang diakibatkan oleh air mandi yang terlalu
panas
5.      Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang yang
dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
6.      Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak
Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
7.      Kesiapan meningkatkan status imunisasi b.d. keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi.
a. Memberi penjelasan tentang imunisasi yang seharusnya didapatkan  oleh anaknya
Rasional: meningkatkan pemahaman tentang imunisasi yang harus didapatkan oleh
anak
b. Memberi penjelasan tentang imunisasi tambahan yang dapat diberikan kepada
anaknya selain imunisasi yang harusnya didapatkan
Rasional: memberikan pemahaman tentang imunisasi tambahan
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan imunisasi tambahan untuk mencegah penyakit
yang bisa diderita oleh anaknya
Rasional: mencegah penyakit yang mungkin diderita anak.
8. Potensial peningkatan hubungan dalam keluarga
a. Kaji tingkat hubungan dalam keluarga
Rasional: untuk mengetahui sejauh mana masalah yang dihadapi keluarga anak.
b. Observasi faktor yang mempengaruhi tingkat hubungan dalam keluarga
Rasional: meminimalkan terjadinya penurunan tingkat hubungan dalam keluarga
c. Healt education tentang pentingnya hubungan keluarga dalam perkembangan anak
usia pra sekolah
Rasional: memberikan informasi tambahan pengaruh pentingnya hubungan keluarga
dengan perkembangan anak usia pra sekolah
d. Anjurkan keluarga meluangkan waktu bersama
Rasional: meluangkan waktu dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan
perkembangan masalah yang dihadapi anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC

Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba
Medika.

Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC
FORMULIR DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Puskesmas : Ma.Bulian Kec : Ma.Bulian Kota/ Kab : Jambi/Batang Hari


A. IDENTITAS ANAK
1. Nama : An.D Laki-laki/Perempuan
2. Nama Ayah : Tn.D
Nama Ibu : Ny.R
3. Alamat : Jl.Gajah Mada Ma.Bulian Rt.07 Rw.03
4. Tanggal Pemeriksaan : 19 Oktober 2020
5. TanggalLahir : 02 Juli 2020
6. Umur Anak : 15 Bulan

B. ANAMNESIS:
1. Keluhan utama :
2. Apakah anak punya masalah tumbuh kembang : Ya ( ) / Tidak (√)

C. PEMERIKSAAN RUTIN SESUAI JADWAL/JIKA ADA KELUHAN :


1. BB : 8,1 Kg PB/TB: 73 cm. BB/TB: 0,87 a. Gizi baik ( ) / Normal (√)
b. Gizi kurang/ Kurus
c. Gizi buruk/ Sangat kurus
d. Gizi lebih/ Gemuk
e. Rujuk : ya / tidak (√)

2. LKA: 46 cm. LKA/U : a.Normal; (√)


b. Mikrosefal
c. Makrosefal;
d. Rujuk : ya / tidak (√)
3. Perkembangan anak:
a. Sesuai ; Ya
b. Meragukan : b1. G.Kasar; b2. G. Halus; b3. B.Bahasa; b4. Sos.Kemandirian;
b5.Rujuk: ya/tidak (√)
c. Peyimpangan : c1. G.Kasar; c2. G. Halus; c3. B.Bahasa; c4. Sos.Kemandirian;
c5.Rujuk: ya/tidak (√)
d. Daya lihat: a. Normal, b. Curiga ada gangguan, c. Rujuk : ya / tidak (√)
e. Daya dengar: a. Normal, b. Curiga ada gangguan, c. Rujuk : ya / tidak (√)
f. Mental emosional: a. Normal, b. Curiga ada gangguan, c. Rujuk : ya / tidak (√)

D. PEMERIKSAAN ATAS INDIKASI/JIKA ADA KELUHAN


1. Autis: a. Resiko tinggi; b. Resiko rendah, c. Gangguan lain; d. Batas normal; e. Rujuk
: ya / tidak (√)
2. GPPH: a. Kemungkinan GPPH; b. Bukan GPPH; c. Rujuk : ya / tidak (√)

E. KESIMPULAN:
Pertumbuhan : Berat badan dan tinggi badan anak normal, pertumbuhan anak normal.
Perkembangan: Pola pikir anak cepat tanggap namun berbicara belumjelas dan jalan
belum lancar masih di satu dua langkah lalu terjatuh.

F. TINDAKAN INTERVENSI
1. Konseling stimulasi bagi ibu : a. Diberikan; b. Tidak diberikan
2. Intervensi stimulasi perkembangan: a. G.Kasar; b. G.Halus; c. B.Bahasa; d.
Sos.Kemandirian; e. Tgl evaluasi intervensi : 19 Oktober 2020
3. Tindakan pengobatan lain : Tidak ada
4. Dirujuk ke............a. Ada surat rujukan; b. Tidak ada surat rujukan
Cara menghitung IMT

Anda mungkin juga menyukai