Anda di halaman 1dari 10

TELENURSING TREND DAN ISU PELAYANAN

KEPERAWATAN INDONESIA DI TAHUN 2020

DOSEN PEMBIMBING :
NI LUH ADI SATRIANI, S.KP.,M.KEP.,SP.MAT

DISUSUN OLEH :
1. KADEK ARI SAPUTRA JAYA (18C10007)
2. NI LUH ARYDANI SATYARINI (18C10011)
3. BAYU KRISNA (18C10018)
4. HENDRIKUS LENDE DAIRO (18C10031)
5. NI KADEK KATARINA AYU D. (18C10036)
6. DEWA AYU PUTU SUKARIANI (18C10060)
7. I KADEK YUDI DHARMAWAN (18C10069)

SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi informasi serta teknologi dibidang kesehatan
berdampak terhadap tingginya pemahaman masyarakat terhadap dunia
kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan berkualitas, profesional dan mengedepankan
perkembangan teknologi dibidang kesehatan itu sendiri. Salah satu
bentuk pemanfaatan teknologi informasi dibidang kesehatan adalah
penggunaan metode Telenursing. Telenursing sudah sejak lama
digunakan dalam pelayanan keperawatan di negara-negara maju, di
Indonesia sendiri model ini belum berkembang, namun seiring dengan
peningkatan prekembangan teknologi informasi di Indonesia terutama
tingginya angka penggunaan jaringan internet di Indonesia maka
diharapkan Telenursing juga dapat berkembang sebagai trend
pelayanan keperawatan di tahun 2020 nantinya.
Penelitian-penelitian Telenursing menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
melalui Telenursing. Dengan kemudahan akses jalur teknologi
informasi saat ini pelayanan keperawatan melalui Telenursing menjadi
lebih efektif dan efisien, sehingga kualitas dari pelayanan kesehatan
yang profesional dapat dirasakan oleh masyarakat.
Pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau. Perawat semakin dituntut
untuk professional dan mengedepankan perkembangan teknologi
dibidang kesehatan, termasuk dalam pemanfaatan teknologi informasi
dibidang kesehatan terutama pelayanan keperawatan, dimana
pasien/klien yang membutuhkan asuhan keperawatan dapat berasal dari
berbagai kalangan dalam “dunia maya” (cybernet), dapat terakses
pelayanan keperawatan jarak jauh (Telenursing) dimanapun ia berada.
Telenursing adalah suatu model sistem pelayanan keperawatan yang
diberikan dari jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi dibidang
informasi karena keterbatasan fasilitas maupun geografis atau karena
tujuan efektifitas dan efisiensi yang memungkinkan pasien untuk tidak
harus datang ke tempat-tempat pelayanan kesehatan. Trend
keperawatan Indonesia di Tahun 2020 diharapkan sudah mampu
mengaplikasikan inovasi ini nantinya. Pada kesempatan ini penulis
mencoba menggali lebih mendalam mengenai informasi dan hasil-hasil
riset seputar Telenursing tersebut.

1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Trend dan Isu Telenursing Pelayanan Keperawatan di Tahun 2020


Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara.
Telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawatan (terutama
di Indonesia), mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju
pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di rumah
sakit, serta menghambat infeksi nosokomial yang terjadi di rumah sakit.
Saat ini telah banyak penelitian yang mendukung bahwa inovasi telenursing
sangat berdampak positif bagi pelayanan keperawatan, dapat dilihat pada
beberapa artikel penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-jurnal
kesehatan sebagai berikut :
1. Impact of tele-advice on community nurses knowledge of venous leg
ulcer care (Ameen, Coll, & Peters, 2005).
Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas telenursing dibidang
manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan adalah quasi
eksperimental dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2 kelompok
yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol
sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbaikan
yang signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam
manajemen perawatan ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi
melalui telenursing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat
menjadi manfaat besar bagi perawat komunitas dalam meningkatkan
pengetahuan mereka dalam praktek perawatan ulkus kaki. Ini akan memiliki
implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya manusia yang lebih
efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
2. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Telenursing juga bisa
dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas
kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas kesehatan yang
bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui jalan
darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka
kurang terpapar informasi-informasi maupun pengetahuan terkini mengenai
pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing
dimanfaatkan sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan
mengenai keperawatan gawat darurat terhadap petugas kesehatan yang
bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat
domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan
(relationship), dan 4) sikap (attituds).
3. Efficacy of tele-nursing consultations in rehabilitation after radical
prostatectomy: arandomised controlled trial study (Jensen, Kristensen,
Christensen, & Borre, 2011).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka
dalam insiden kanker prostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi
terhadap peran perawatan kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi kondisi
tersebut, prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan, sehingga
waktu rawat menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi
terhadap pasien post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu
melakukan perawatan secara mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah konsultasi telepon
perawat yang dipimpin (TC) dapat mengoptimalkan sumber daya,
rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam periode pasca-operasi.
Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak prospektif dari 95
pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut. Intervensi yang diberikan
adalah TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan perawatan dan pasien
selama rawat inap yang diberikan adalah sama untuk semua pasien. Data
dikumpulkan dari catatan medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah.
Memang tidak ditemukan perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan
tentang kepuasan pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan pasca-operasi.
Beberapa pasien memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di
rumah sakit sehingga peberian TC menjadi alternatif pilihan yang baik.
Secara umum, pasien cukup terdidik dalam pengelolaan rehabilitasi awal
dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi dan rasa aman pada periode
pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh karena itu, TC tidak
akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah meningkatkan
kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan
pemanfaatannya.
4. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational
Performance, Part 1 (Rufo, 2011).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model
pemberian perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas
hidup pasien dan keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi
adalah salah satu contoh. Dengan menggunakan perangkat mobile dan
keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat dihubungkan ke lokasi
terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah terpencil
sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien secara langsung
melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan
model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis dan
pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis
dan akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.
5. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010).
Dalam artikel ini dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU,
atau pusat ICU terpencil telah diterapkan dalam perawatan pasien ICU oleh
dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem perawatan kesehatan, dan lebih dari
200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim perawatan tetap belum terbiasa
untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain tetap skeptis
meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang
didapat. Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil
klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah
wawasan tentang perawatan klinis. Konsep tele-ICU memberikan manfaat
bagi tim perawatan untuk memperoleh kemudahan dalam pengawasan
pasien jarak jauh, tidak untuk mengendalikan atau mengganggu, tetapi
untuk mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat pasien kritis
keluarga, tim ICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi
untuk menemukan solusi, dan pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar
bagaimana bersama tim dapat meningkatkan perawatan pasien.
6. Nu!RehaVR: virtual reality in neuro tele-rehabilitation of patients with
traumatic brain injury and stroke (Gervasi, Magni, & Zampolini, 2010).
Dalam arikel ini dijelaskan Ketersediaan lingkungan virtual di Web
untuk mengembangkan aplikasi baru realitas virtual dalam beberapa bidang,
termasuk beberapa aplikasi therapeutical. Disini disajikan aplikasi virtual
reality diterapkan pada tele-rehabilitasi pasien dengan cedera otak traumatis
dan stroke. Sistem ini berdasarkan teknologi X3D dan Ajax3D,
meningkatkan kemungkinan untuk membuat latihan tele-rehabilitasi
ditujukan pada pemulihan dari penyakit neurologis. Sistem, yang disebut
Nu! RehaVR ini, telah dirancang untuk mengintegrasikan aktivitas yang
dilakukan pada sistem tele-rehabilitasi, Nu Reha (Nu! Reha adalah merek
dagang dari produk virtual web ini.(Lihat http://www.nureha.eu). Sistem ini
dirancang untuk memungkinkan pemantauan dan penilaian kegiatan pasien
oleh staf medis di rumah sakit menggunakan fasilitas komunikasi sistem
tele-rehabilitasi.
7. Socio-technical and organizational challenges to wider e-Health
implementation.
Chronic Respiratory Disease (Vitacca, Mazzù, & Scalvini, 2009).
Kemajuan terbaru dalam teknologi informasi dan komunikasi
memungkinkan kontak dengan pasien di rumah melalui e-Health layanan.
Artikel ini memberikan wawasan tentang seni e-Health dan telemedicine
untuk penggunaan klinis yang lebih luas di masa depan. Peluang
telemedicine dirangkum sebagai tele home care, teleconsulting antara
dokter umum dan spesialis dan kegiatan kesehatan online. Saat ini prioritas
Uni Eropa adalah Inisiatif pada Telemediciene (TM) untuk manajemen
penyakit kronis seperti pemantauan kesehatan di rumah dan Visi masa
depan untuk Eropa 2020 didasarkan pada pengembangan Pelayanan
Terpadu Telemedicine, meskipun masih ada pro dan kontra. Kualitas, akses
dan efisiensi adalah isu-isu kunci utama untuk keberhasilan e-Health dan
implementasi telemedicine. Teknologi sebenarnya adalah sumber daya
manusia yang tersedia ke dalam organisasi. Untuk e-Health dan
telemedicine agar lebih berkembang, maka akan diperlukan riset yang lebih
luas lagi, seperti efektivitas biaya, manfaatnya terhadap perbaikan kualitas
hidup pasien dan dampak pada kualitas kesehatan masyarakat.
8. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001).
Dalam artikel ini dikemukakan berupa hasil survey terhadap
pemanfatan Telemediciene didapatkan data bahwa secara ekonomis
maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi biaya yang
harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien
tidak perlu datang ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup
hanya dengan berinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing
pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian
ini adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral
maupun implikasi etis dari penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai
pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan atau perawat yang
mengelolanya harus memilki pemahaman yang luas tentang keilmuan
keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang digunakan.

Telenursing telah terbukti memiliki banyak manfaat dalam mendukung


pelayanan keperawatan. Penelitian yang berkaitan dengan telenursing telah
menunjukkan manfaat yang besar berhubungan dengan diagnosis dan konsultasi,
pemantauan dan pengawasan pasien, hasil dari pelayanan kesehatan, serta
kemajuan teknologi. Telenursing juga merupakan suatu upaya yang unik dengan
menggunakan teknologi inovatif untuk meningkatkan perawatan pasien dengan
berfokus pada keselamatan pa
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
(MASIH COPAS BELUM ADA DI REVISI)
Dari berbagai sumber hasil penelitian maupun kajian literatur diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa metode pelayanan keperawatan yang menggukana
model Telenursing efektif digunakan dalam aktifitas pelayanan kesehatan,
sebagaimana berikut ini :
1. Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi petugas kesehatan khususnya tenaga keperawatan
yang berada dimasyarakat maupun dipelosok yang secara geografis
sulit diakses, dengan mengembangkan model Tele-edu atau
Telecosulting yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun
konsultasi asuhan keperawatan dari perawat primer kepada perawat
spesialis, atau model Tele-ICU dimana pelayanan intensive care
dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat yang terisolasi
namun memiliki fasilitas ICU yang memadai serta mempunyai care
giver.
2. Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta
memandirikan pasien atau keluarga untuk merawat diri sendiri
melalui metode Telenursing. Pasien yang sudah bisa pulang dan
harus menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di folow
up melalui metode ini.
3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi
pasien pasca dirawat di rumah sakit. Dengan metode Telenursing ini
petugas dapat memantau dan memandu.

3.2 Saran
Daftar Pustaka

Maulana, Irfan. 2011. Telenursing Sebagai Trend Dan Issu Pelayanan


Keperawatan Indonesia Ditahun 2020. Depok : Universitas Indonesia. 8 Mei 2019.
http://pkko.fik.ui.ac.id/files/Telenursing%20Trend%20&%20Issu%20Keperawata
n%20Indonesia%202020.pdf

Murdiyanti, Dewi. 2012. Studi Analisis Penerapan Telenursing Sebagai Salah Satu
Cara Menyediakan Pelayanan Keperawatan dalam Era Teknologi Informasi.
Depok : Universitas Indonesia. 15 Mei 2019.
http://pkko.fik.ui.ac.id/files/Studi%20Analisis%20Telenursing%20Dewi%20Mur
diyanti%20PP%20peminatan%20KMB.pdf

Anda mungkin juga menyukai