Anda di halaman 1dari 17

REVIEW JURNAL

DOSEN PENGAMPUH: MAGHFIRA IDRUS.,S.TR.M.KEB

JALMIN BELASA
NIM : 22224013
JURNAL 1
JUDUL KOMUNIKASI DAN PELAYANAN
KEBIDANAN / KESEHATAN

JURNAL PENERAPAN TELENURSING DALAM


PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 3 DAN 2

TAHUN 2016

PENULIS Asiri, H., & Househ, M.

REVIEWER TUTI AFRIANI

TANGGAL 2 JANUARI 2020


ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh besar terhadap
bidang kesehatan khususnya bidang keperawatan. Perawat dituntut untuk
memanfaatkan perkembangan teknologi salah satunya melalui pelayanan
keperawatan jarak jauh (telenursing). Telenursing adalah komponen telehealth yang
terjadi ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar klien dengan menggunakan
teknologi informasi komunikasi dan sistem berbasis web. Teknologi yang dapat
digunakan dalam telenursing sangat bervariasi, meliputi: telepon, personal digital
assistants, smartphone, mesin faksimili, tablet, computer, internet, video dan audio
conferencing, teleradiologi dan system informasi komputer. Tujuan penulisan ini
adalah untuk mengetahui penerapan telenursing dalam pelayanan kesehatan. Metode
penulisan yang digunakan adalah studi literatur yang dianalisis dari beberapa jurnal.
yang terkait dengan topik yang diambil. Jurnal ditelurusi melalui Proquest, Ebsco,
Science Direct, dan Clinical Key yang kemudian diseleksi sesuai dengan topik yang akan
dibahas.Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan telenursing mempunyai dampak
positif terhadap kesehatan masyarakat. Telenursing memungkinkan untuk diterapkan
di Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
PENDAHULUHUAN
 Selama beberaba dekade terakhir, teknologi dan komunikasi dalam
kebidanan kesehatan telah menjadi prioritas politik diseluruh dunia dalam
setiap bagian kehidupan sehari hari dan ytelah mendukung komunikasi
dalam bidang kesehatan

 Masyarakat atau pasien tidak perlu datang ke rumah sakit, dokter atau
perawat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Waktu yang diperlukan
untuk layanan kesehatan juga semakin pendek. Pasien dari dirumah dapat
melakukan kontak melalui internet atau telepon video untuk
mendapatkan informasi kesehatan, perawatan dan bahkan sampai
pengobatan. Pada kesempatan ini penulis mencoba menggali lebih dalam
mengenai informasi dan hasil-hasil riset seputar telenursing tersebut.
METODE

 Metode penulisan yang digunakan yaitu studi literatur yang ditelaah dari beberapa
jurnal terkait dengan topik yang diambil yaitu tentang penerapan telenursing
dalam pelayanan kesehatan. Jurnal ditelurusi melalui Proquest, Ebsco, Science
Direct, dan Clinical Key kemudian diseleksi sesuai dengan topik yang akan dibahas.
Kata kunci pencarian yaitu teknologi informasi telenursing dan perawat.
HASIL DAN PEMBAHASAN

 Menurut American Nurse Association (ANA), telenursing adalah bagian dari


telehealth yang fokusnya pada praktek keperawatan (Asiri, 2016) yang terjadi
ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar klien dengan menggunakan teknologi
informasi komunikasi dan sistem berbasis web (Schlachta et al, 2007).
 Telenursing juga didefinisikan sebagai suatu proses pemberian, pengaturan dan
koordinasi asuhan serta Jurnal Keperawatan Abdurrab Volume 3 No 2 Januari 2020
79 pemberian layanan kesehatan melalui teknologi informasi dan komunikasi
(Scotia, 2017).
 Teknologi yang dapat digunakan dalam telenursing sangat bervariasi meliputi:
telepon, personal digital assistants, smartphone, mesin faksimili, tablet, komputer,
internet, video dan audio conferencing dan system informasi komputer (Scotia,
2017).
 Salah satu contoh penerapan telenursing dalam pelayanan kuratif yaitu
penggunakan teknologi telepon video dalam mengontrol gula darah pasien dengan
penyakit diabetes mellitus (Kotsani, 2018).
NEXT……………..
• Prinsip yang harus dilakukan dalam menerapkan telenursing antara lain
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan, mendefinisikan peran dan tanggung jawab
secara fleksibel dan mengurangi penyampaian informasi yang tidak perlu
serta melindungi privasi dan keamanan informasi yang berkaitan dengan
klien (Scotia, 2017).
• Untuk menjadi telenurse, seorang perawat harus memiliki sikap positif,
pikiran terbuka, pengetahuan dan kemampuan teknologi. Perawat harus
mampu menilai kebutuhan rawat inap klien dan mampu untuk mengubah
rencana perawatan (Souza, 2015). Tidak ada pelayanan yang bisa
disampaikan secara efektif tanpa keterampilan komunikasi yang kompeten
 Menurut Hakimnia et al (2014) cara berkomunikasi dengan masing-masing pasien
itu berbeda. Komunikasi antara telenurses dengan penelepon harus dibuat setara
sehingga cocok untuk semua penelepon.
 Menurut Ghai & Kalyan (2013) manfaat telenursing bagi perawat yaitu
meningkatkan penghasilan, jam kerja yang fleksibel, menurunkan biaya perjalanan
perawatan karena perawat memberikan pelayanan dari rumah, pelayanan yang
diberikan hanya dari jarak jauh, meningkatkan kepuasan kerja dan kesempatan
untuk mengembangkan keterampilan, menjadi pilihan pekerjaan baru, bisa berbagi
data serta respon waktu yang cepat.
 Salah satu contoh penerapan telenursing dalam pelayanan kuratif yaitu
penggunakan teknologi telepon video dalam mengontrol gula darah pasien dengan
penyakit diabetes mellitus (Kotsani, 2018).
 Penerapan telenursing memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan akses
keperawatan, menekan biaya dan meningkatkan hasil akhir dari perawatan
kesehatan. Namun peningkatan penggunaan teknologi akan mempengaruhi
hubungan perawat dan klien dengan kualitas perawatan. Hubungan perawat dan
klien tidak dapat digantikan dengan teknologi
KESIMPULAN

 telehealth. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat sesuai


untuk pengaplikasian telenursing sebagai jawaban atas permasalahan
kurang meratanya pelayanan kesehatan di wilayah Indonesia, tetapi tentu
saja pemerintah dan organisasi profesi harus membuat regulasi yang akan
mengatur praktek telenursing, yaitu membuat standar praktek, kode etik,
protokol dan panduan telenursing di Indonesia.
JURNAL 2
JUDUL KOMUNIKASI DAN PELAYANAN
KEBIDANAN / KESEHATAN

JURNAL KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA


BIDAN PASIEN PRAKTEK BIDAN
MANDIRI

VOLUME 1 DAN 2

TAHUN 2015

PENULIS WAHYUNISA A.

REVIEWER TRIANA INDRAYANI

TANGGAL JANUARI 03 2020


ABSTRAK
• The family planning program in the Klumpit village, Gebog, Kudus already going
well. But people still have a low level of awareness of the decision making use
contraceptives to be chosen because of several limitations. For the achievement of
understanding the use of birth control in patients, then the communication is
necessary for a midwife. Effectiveness of a communicator can be evaluated in
terms of the extent to which these goals are achieved, one of them with
therapeutic communication
PENDAHULUAN

• Program KB di Desa Klumpit, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus sudah berjalan


dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada informasi data pengguna KB Masyarakat
Desa Klumpit pada tahun 2015 yaitu pasangan usia subur (PUS) sebanyak 1.938
jiwa, dan pengguna KB aktif 1.514 jiwa (76,78%) (Statistik Desa Klumpit : 2015).
Pengguna KB mendapatkan informasi dan alat kontrasepsi dari pengarahan bidan.
Dari setiap konseling, pasien juga sudah tidak asing lagi dibenak mereka
denganistilah “KB”. Secara umum masyarakat desa hanya sebatas mengikuti
program KB dengan mengunakan alat kontrasepsi dan yang diketahui oleh
masyarakat hanya sebatas cara menghindari kehamilan.
METODE

Penelitian ini dikategorikan dalam penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif


artinya hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 1999:24).
Metode
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling
(Pujileksono, 2015:116). Sesuai dengan istilahnya, sampel diambil/ditentukan
dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu
diambil/ditentukan
sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu
tersebut memiliki dan dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
kepentingan penelitiannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Tingginya Hambatan Keberhasilan Program KB Dari Aspek
Komunikasi:

Alat kontrasepsi atau KB tidak asing lagi di masyarakat Desa Klumpit,


Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Secara umum masyarakat desa mendukung
dan mengikuti program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi dan yang
diketahui hanya sebatas cara mencegah kehamilan. Akan tetapi kadang-kadang
mereka masih memiliki tingkat kesadaran yang rendah terhadap pengambilan
keputusan memakai alat kontrasepsi yang akan dipilihnya karena adanya beberapa
keterbatasan.
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan penggunaan alat
KB adalah rendahnya pendidikan dan pengetahuan tentang pilihanpenggunaan
kontrasepsi, rendahnya sosial-ekonomi, dan kurangnya sarana dan prasarana.
Keterampilan berkomunikasi merupakan skil yang harus dimiliki oleh seorang bidan
dan merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan .
NEXT……………..
 Analisa Unsur-Unsur Komunikasi
Pesan disampaikan baik oleh komunikator maupun komunikan berupa
pesan verbal berupa kata-kata atau bahasa lisan maupun pesan nonverbal.
Dalam menyampaikan pesan secara verbal kepada pasien, bidan juga
memperhatikan dengan siapa ia berkomunikas
 Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
Secara keseluruhan proses komunikasi terapeutik yang diterapkan di BPM
Hj. Darini terbagi menjadi empat fase.
1. Fase Pra Interaksi
Tahap ini juga sering disebut dengan pre conference. Pada tahap ini para
bidan melihat catatan atau rekaman medik akseptor KB sebelum konseling di
mulai.
2. Fase Tindakan
Dalam fase ini bidan bertemu dengan pasien, untuk melakukan tindakan
kebidanan. bidan menampilkan sikap ramah dan sopan, supaya tidak
memberi kesan galak.
3. Fase Evalua
Setelah para bidan bertemu dengan pasien untuk melakukan tindakan medis, langkah
selanjutnya yaitu bidan mengadakan koordinasi melalui rapat terbatas yang dipimpin
oleh kepala bidan
4. Fase Dokumentasi
Setelah para bidan mengadakan rapat koordinasi, maka langkah terakhir yaitu
pendokumentasian seluruh kegiatan ke dalam catatan atau rekaman medik.

 Pentingnya Komunikasi Terapeutik Bagi Perilaku Pasien


Berdasarkan hasil wawancara dengan para bidan di BPM Hj.Bidan Darini, S.SiT. Kudus,
komunikasi terapeutik merupakan unsur yang paling penting dalam proses kebidanan,
bukan sekadar pelengkap. Komunikasi terapeutik memiliki pengaruh dalam proses
kesepahaman tindakan keputusan pasien dan sekaligus membentuk jalinan hubungan
yang baru. Hal ini disebabkan karena dalam mencapai proses kesepahaman pasien,
bidan tidak hanya mengandalkan tindakan medis
KESIMPULAN

Komunikasi memiliki peranan penting dalam mencapai pengambilan


keputusan pasien. Berdasarkan data penelitian di lapangan dari rujukan teori
komunikasi interpesonal, komunikasi verbal dan nonverbal, dan teori
komunikasi terapeutik, kesepahaman dapat dicapai dengan adanya dorongan
spiritual / emosional melalui pendekatan-pendekatan kepada pasien dengan
komunikasi, terutama pada nada bicara, ekspresi wajah, bahasa tubuh,
menampilkan sikap yang rileks, mempertahankan kontak mata, rasa empati,
serta mempertahanan sikap terbuka. Hal tersebut dapat mendukung proses
kesepahaman pasien.

Anda mungkin juga menyukai