Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK 6

TELEMEDICINE DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI


PUSKESMAS PENAGAN KECAMATAN BENDO BARAT
KABUPATEN BANGKA
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: SINKRONISASI SISTEM KESEHATAN
Dosen Pengampu: Hedy Hardiana, S.Kep, MKM

Oleh:
Akhmad Yuniar, SST (20220000118)
Dina Andriyanti, SKM (20220000103)
Dita Witisnasari, S.Kep, NS (20220000032)
dr. Bayu Z. Wirasakti (20220000082)
dr. Jihan Anugrah (2022000084)
Fenty Anriyani, SKM (20220000029)
Putri Rian Sari, S.KM (20220000024)

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2023
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
dimana dengan keadaan yang sehat manusia bisa hidup dengan produktif untuk menghasilkan
sesuatu hal yang bermanfaat bagi hidupnya.
Hak untuk hidup sehat merupakan hak dasar yang harus dijamin, karena kesehatan
merupakan bagian dari kebutuhan primer setiap manusia. Kesehatan merupakan bagian dari
kebutuhan menuju hidup sejahtera. Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin
berkembang. Demikian juga teknologi di bidang kedokteran, salah satunya adalah telemedicine.
Telemedicine dapat diartikan sebagai proses pengobatan (meliputi diagnosis dan terapi) dari
jarak jauh. Proses tersebut menggunakan jaringan telekomunikasi sehingga dapat
menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain. Telemedicine dapat digunakan untuk
mengirimkan gambar, grafik dan data-data medis dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain itu
memungkinkan konsultasi secara langsung seperti berada ditempat yang sama (van Bemmel,
Musen, 1997; Coiera, 1997; Olver, 2001).
Telemedicine berguna bagi dokter-dokter yang sering bertugas di luar tempat praktek,
tetapi sangat dibutuhkan konsultasinya mengenai kasus-kasus penyakit tertentu ketika ia sedang
bertugas di luar tempat prakteknya. Selain itu untuk daerah-daerah terpencil yang kurang atau
tidak ada sarana pelayanan kesehatan, karena daerah tersebut sulit dijangkau. Telemedicine dapat
digunakan sebagai sarana konsultasi medis antara dokter dengan dokter, dokter dengan perawat,
atau dokter dengan pasien melalui teknologi telekomunikasi. Hal tersebut berpotensi besar untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di daerah yang tidak/kurang dapat dijangkau oleh
sarana pelayanan kesehatan (Coiera, 1997; Manning, 1997; Okoromah, Afolabi, 2005).
Telemedicine di bidang kedokteran dapat menunjang penyampaian informasi secara
cepat. Teknologi ini dapat membantu dokter dalam proses pemeriksaan, diagnosis, dan proses
penyembuhan penyakit, sehingga dapat meningkatkan jumlah pasien yang tertolong.
Dampak kemajuan di bidang teknologi mengakibatkan adanya suatu jenis pelayanan baru
pada bidang kesehatan, salah satunya dengan adanya pelayanan kesehatan melalui internet
(telemedicine internet). Telemedicine merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar. Telemedicine menggunakan information and
communication technologies atau ICT untuk mengatasi hambatan geografis dan meningkatkan
akses ke pelayanan.
Dampak kemajuan di bidang teknologi mengakibatkan adanya suatu jenis pelayanan baru
pada bidang kesehatan, salah satunya dengan adanya pelayanan kesehatan melalui internet
(telemedicine internet). Telemedicine merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan dasar. Telemedicine menggunakan information and
communication technologies atau ICT untuk mengatasi hambatan geografis dan meningkatkan
akses ke pelayanan kesehatan, serta sangat bermanfaat terutama bagi masyarakat pedesaan di
negara berkembang yang kurang mendapat akses ke pelayanan kesehatan
Tujuan telemedicine adalah mengusahakan tercapainya pelayanan kesehatan secara
merata di seluruh populasi negara, meningkatkan kualitas pelayanan terutama daerah terpencil
dan penghematan biaya. Telemedicine juga ditujukan mengurangi rujukan ke dokter atau
pelayanan kesehatan di kota-kota besar, sarana pendidikan kedokteran dan untuk kasus-kasus
darurat. Perluasan manfaat telemedicine bisa menjangkau daerah-daerah bencana, penerbangan
jarak jauh, dan bagi wisatawan asing yang sedang berada di daerah wisata.
Salah satu tujuan telemedicine yaitu untuk mencapai pelayanan kesehatan secara merata di

seluruh populasi negara, dimana kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia masih perlu
ditingkatkan agar dapat menjangkau masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
Untuk itu perlu peningkatan baik kuantitas maupun kualitas fasilitas kesehatan dan kemampuan
tenaga kesehatan khususnya yang berada di pedesaan.
Telemedicine dapat membantu mengatasi persoalan praktik medis dalam skala wilayah
yang luas, dimana jarak antara pasien ke pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap biaya
pelayanan kesehatan dan outcome penyakit pasien.
Pelayanan telemedicine menjanjikan perubahan besar dalam pelayanan kesehatan, namun
terdapat sejumlah hambatan dalam penyelenggaraannya, antara lain kendala dalam
pengembangan infrastruktur komunikasi, ketersediaan hardware dan software, sumber daya
manusia yang memadai, gap teknologi, regulasi yang mengatur masalah hukum medik, masalah
otentikasi, privasi dan keamanan data, pembiayaan jasa, kualitas data dan pelayanan, hubungan
antara pasien dan tenaga kesehatan serta antar tenaga kesehatan.
Permasalahan telemedicine di daerah terpencil seperti di tempat kami puskesmas Penagan
Kabupaten Bangka Belitung sebagai berikut:
1. Signal internet yang tidak ada atau tidak stabil
2. Listrik yang setiap hari mati secara bergantian
3. Butuh Pengelolaan yang Rumit Telemedicine akan menjadi salah satu fitur yang efektif
membantu masyarakat hanya saja butuh pengelolaan yang cukup rumit. Dibutuhkan
tenaga ahli yang bisa mengembangkan fitur ini agar bisa digunakan oleh masyarakat.
Biaya pengembangan fasilitas telemedicine juga pasti tidak bisa dibilang murah
4. Catatan Medis Tidak Efektif Jika pasien melakukan konsultasi dengan
fasilitas telemedicine, maka catatan medis bisa menjadi kurang efektif.
Konsultasi online semacam ini mungkin tidak akan dicatat atau direkam oleh tenaga
kesehatan terkait. Akan sulit bagi kmi untuk menerima rekam medis yang sesuai dengan
riwayat kondisi tubuh pasien secara detail
5. Ketidak percayaan masyarakat dengan dunia social, takut data pribadi di salah gunakan
6. Efektivitas Diagnosis Berkurang Konsultasi yang dilakukan secara online tentu tidak bisa
seefektif konsultasi tatap muka. Dampak negatif telemedicine ini memang tidak bisa
dipungkiri dan dapat menyebabkan efektivitas dari diagnosis menjadi berkurang. Dokter
bisa saja salah melakukan diagnosis begitu juga kami mungkin akan kesulitan untuk
mengungkapkan seperti apa kondisi kesehatan yang sedang dialami.
7. Tidak Bisa Pemeriksaan Lengkap Lewat layanan telemedicine, mungkin bisa melakukan
konsultasi. Namun,tentu akan kesulitan untuk menjalani pemeriksaan lengkap. Jika
dilakukan pemeriksaan, pasti hanya pemeriksaan mendasar yang dilakukan lewat
prosedur tanya jawab. Tidak bisa dilakukan pemeriksaan lebih detail yang bisa
mendukung diagnosis
8. Risiko Salah Paham Merupakan Pro Kontra Telemedicine Terbesar Dilakukan
secara online dan jarak jauh, risiko salah paham antara tenaga kesehatan dan pasien akan
menjadi lebih tinggi. Pasien mungkin akan kesulitan memahami penjelasan dari dokter.
Dokter juga mungkin sulit untuk menerima informasi yang lengkap dan detail dari pasien
yang melakukantelemedicine. Bukan tidak mungkin keduanya akan mengalami salah
paham setelah menjalani konsultasi online.
9. Harus mempunyai SDM teknisi yang handal dan berpengalaman
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan beberapa cara :
1. Bekerja sama dengan lintas sector terutama di bidang telekomunikasi Penggunaan
Telemedicine di Indonesia sudah dilakukan oleh beberapa rumah sakit besar dengan
operator telekomunikasi pilihan masing-masing. Selain itu keberadaan perusahaan-
perusahaan startup yang bergerak di bidang e-Health juga menawarkan layanan
Telemedicine walaupun masih dalam skala terbatas. Dengan banyaknya operator
telekomunikasi yang menyediakan platform Telemedicine
2. Perlunya Kontribusi Stakeholder Dengan adanya kontribusi dari para stakeholder
diharapkan tercipta sebuah kolaborasi yang matang untuk pengembangan
Telemedicine di Indonesia. Namun tak menampik jika terkait Telemedicine memang
perlu konsep yang matang dalam pengembangannya
3. Peningkatan kompetensi dan pelatihan untuk SDM tenaga Kesehatan

Telemedicine di atur dalam permenkes


1. Pelayanan Telemedicine
Merujuk pada Pasal 12 ayat (2) dan (3) Permenkes 20/2019, aplikasi telemedicine
disediakan oleh Kementerian Kesehatan, namun jika pelayanan telemedicine
menggunakan aplikasi yang dikembangkan secara mandiri, aplikasi tersebut harus
teregistrasi di Kementerian Kesehatan

2. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) dan (2) serta Pasal 18 ayat (1) dan (2) Permenkes 20/2019,
dalam memberikan pelayanan telemedicine, fasyankes pemberi maupun peminta
konsultasi memiliki berbagai hak dan kewajiban, antara lain
Hak atas Kesehatan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 8.
Adapun hak atas kesehatan tersebut sebagai berikut:
1. Setiap orang berhak atas kesehatan.
2. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau.
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
4. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan.
5. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
6. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.

Kewajiban atas Kesehatan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan selain mengatur tentang hak atas
kesehatan juga mengatur mengenai kewajiban atas kesehatan yang diatur dalam Pasal 9 sampai
dengan Pasal 13 :
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kewajiban sebagaimana dimaksud tersebut,
pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan
pembangunan berwawasan kesehatan.
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan
yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya.
Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Program jaminan
kesehatan sosial sebagaimana dimaksud tersebut diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Tanggung Jawab Pemerintah atas Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Menurut UU


Kesehatan

Tanggung Jawab Pemerintah atas Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Menurut Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diatur dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 20.
Adapun pemerintah yang dimaksud yakni pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:
1. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina,
dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh
masyarakat. Tanggung jawab Pemerintah tersebut dikhususkan pada pelayanan publik.
2. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan
baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
3. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang
adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
4. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
5. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan.
6. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang
bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.
7. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan. Pelaksanaan sistem
jaminan sosial sebagaimana dimaksud tersebut dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai