Oleh:
Akhmad Yuniar, SST (20220000118)
Dina Andriyanti, SKM (20220000103)
Dita Witisnasari, S.Kep, NS (20220000032)
dr. Bayu Z. Wirasakti (20220000082)
dr. Jihan Anugrah (2022000084)
Fenty Anriyani, SKM (20220000029)
Putri Rian Sari, S.KM (20220000024)
seluruh populasi negara, dimana kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia masih perlu
ditingkatkan agar dapat menjangkau masyarakat di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.
Untuk itu perlu peningkatan baik kuantitas maupun kualitas fasilitas kesehatan dan kemampuan
tenaga kesehatan khususnya yang berada di pedesaan.
Telemedicine dapat membantu mengatasi persoalan praktik medis dalam skala wilayah
yang luas, dimana jarak antara pasien ke pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap biaya
pelayanan kesehatan dan outcome penyakit pasien.
Pelayanan telemedicine menjanjikan perubahan besar dalam pelayanan kesehatan, namun
terdapat sejumlah hambatan dalam penyelenggaraannya, antara lain kendala dalam
pengembangan infrastruktur komunikasi, ketersediaan hardware dan software, sumber daya
manusia yang memadai, gap teknologi, regulasi yang mengatur masalah hukum medik, masalah
otentikasi, privasi dan keamanan data, pembiayaan jasa, kualitas data dan pelayanan, hubungan
antara pasien dan tenaga kesehatan serta antar tenaga kesehatan.
Permasalahan telemedicine di daerah terpencil seperti di tempat kami puskesmas Penagan
Kabupaten Bangka Belitung sebagai berikut:
1. Signal internet yang tidak ada atau tidak stabil
2. Listrik yang setiap hari mati secara bergantian
3. Butuh Pengelolaan yang Rumit Telemedicine akan menjadi salah satu fitur yang efektif
membantu masyarakat hanya saja butuh pengelolaan yang cukup rumit. Dibutuhkan
tenaga ahli yang bisa mengembangkan fitur ini agar bisa digunakan oleh masyarakat.
Biaya pengembangan fasilitas telemedicine juga pasti tidak bisa dibilang murah
4. Catatan Medis Tidak Efektif Jika pasien melakukan konsultasi dengan
fasilitas telemedicine, maka catatan medis bisa menjadi kurang efektif.
Konsultasi online semacam ini mungkin tidak akan dicatat atau direkam oleh tenaga
kesehatan terkait. Akan sulit bagi kmi untuk menerima rekam medis yang sesuai dengan
riwayat kondisi tubuh pasien secara detail
5. Ketidak percayaan masyarakat dengan dunia social, takut data pribadi di salah gunakan
6. Efektivitas Diagnosis Berkurang Konsultasi yang dilakukan secara online tentu tidak bisa
seefektif konsultasi tatap muka. Dampak negatif telemedicine ini memang tidak bisa
dipungkiri dan dapat menyebabkan efektivitas dari diagnosis menjadi berkurang. Dokter
bisa saja salah melakukan diagnosis begitu juga kami mungkin akan kesulitan untuk
mengungkapkan seperti apa kondisi kesehatan yang sedang dialami.
7. Tidak Bisa Pemeriksaan Lengkap Lewat layanan telemedicine, mungkin bisa melakukan
konsultasi. Namun,tentu akan kesulitan untuk menjalani pemeriksaan lengkap. Jika
dilakukan pemeriksaan, pasti hanya pemeriksaan mendasar yang dilakukan lewat
prosedur tanya jawab. Tidak bisa dilakukan pemeriksaan lebih detail yang bisa
mendukung diagnosis
8. Risiko Salah Paham Merupakan Pro Kontra Telemedicine Terbesar Dilakukan
secara online dan jarak jauh, risiko salah paham antara tenaga kesehatan dan pasien akan
menjadi lebih tinggi. Pasien mungkin akan kesulitan memahami penjelasan dari dokter.
Dokter juga mungkin sulit untuk menerima informasi yang lengkap dan detail dari pasien
yang melakukantelemedicine. Bukan tidak mungkin keduanya akan mengalami salah
paham setelah menjalani konsultasi online.
9. Harus mempunyai SDM teknisi yang handal dan berpengalaman
Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan beberapa cara :
1. Bekerja sama dengan lintas sector terutama di bidang telekomunikasi Penggunaan
Telemedicine di Indonesia sudah dilakukan oleh beberapa rumah sakit besar dengan
operator telekomunikasi pilihan masing-masing. Selain itu keberadaan perusahaan-
perusahaan startup yang bergerak di bidang e-Health juga menawarkan layanan
Telemedicine walaupun masih dalam skala terbatas. Dengan banyaknya operator
telekomunikasi yang menyediakan platform Telemedicine
2. Perlunya Kontribusi Stakeholder Dengan adanya kontribusi dari para stakeholder
diharapkan tercipta sebuah kolaborasi yang matang untuk pengembangan
Telemedicine di Indonesia. Namun tak menampik jika terkait Telemedicine memang
perlu konsep yang matang dalam pengembangannya
3. Peningkatan kompetensi dan pelatihan untuk SDM tenaga Kesehatan
2. Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) dan (2) serta Pasal 18 ayat (1) dan (2) Permenkes 20/2019,
dalam memberikan pelayanan telemedicine, fasyankes pemberi maupun peminta
konsultasi memiliki berbagai hak dan kewajiban, antara lain
Hak atas Kesehatan Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 8.
Adapun hak atas kesehatan tersebut sebagai berikut:
1. Setiap orang berhak atas kesehatan.
2. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau.
3. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
4. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan.
5. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab.
6. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga
kesehatan.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan selain mengatur tentang hak atas
kesehatan juga mengatur mengenai kewajiban atas kesehatan yang diatur dalam Pasal 9 sampai
dengan Pasal 13 :
Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kewajiban sebagaimana dimaksud tersebut,
pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya kesehatan masyarakat, dan
pembangunan berwawasan kesehatan.
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan
yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial.
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan, mempertahankan, dan
memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya.
Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Program jaminan
kesehatan sosial sebagaimana dimaksud tersebut diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.