Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH KDK 1

TELENURSING

1. Dewi Retno Wulandari (1401470020) 10. Sylvia Fitriani (1401470029)


2. Yanuar Abdilah (1401470021) 11. Ika Ayu R (1401470030)
3. Benazir Nabilla R (1401470022) 12. Martoyo Ichwan (1401470031)
4. Ni Putu Devi Indriyani (1401470023 13. Siti Rizki Amalia (1401470032)
5. Eries Prastiawan (1401470024) 14. M.Ikhwan (1401470034)
6. Wahyuni Dwi Prastika (1401470025) 15. Hartina Rollobesy (1401470035)
7. Pearldo Kusuma Deva (1401470026) 16. Dian Wdhi P (401470036)
8. Fita Purnamasari R (1401470027) 17. Rifqa Aulia M (1401470037)
9. Rakhmala Fauziah (1401470028) 18. Khusnatul M (1401470038)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era global merupakan awal dari segala perkembangan dunia secara

menyeluruh termasuk didalamnya adalah teknologi informasi. teknologi

informasi telah menjadi kebutuhan yang terus berkembang di berbagai bidang

kehidupan. Hal tersebut terjadi sebagai akibat semakin majunya pola pikir

manusia yang selalu ingin segera memperoleh informasi secara cepat dan instan

tanpa membutuhkan banyak tenaga dan biaya. Perkembangan teknologi

informasi yang semakin pesat, telah banyak dimanfaatkan oleh berbagai pihak

dalam memberikan layanan akses informasi yang dibutuhkan, termasuk bidang

kesehatan.

Kebutuhan pelayanan informasi di bidang kesehatan khususnya

keperawatan merupakan bagian yang terus membangun diri untuk dapat

memberikan informasi keperawatan secara cepat, tepat, efektif dan efisien.

Perawat, sebagai pemberi layanan keperawatan dengan asuhan keperawatannya

dituntut semakin profesional dan mengedepankan perkembangan teknologi

kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan. Masyarakat modern

semakin familier dengan pemanfaatan media internet untuk mendapatkan

informasi keperawatan misalnya melalui telenursing, teleconference,

videoconference, call centre, dimana media ini memudahkan masyarakat

mendapatkan layanan keperawatan tanpa harus meninggalkan rumah.


B. Tujuan Pembahasan

1. Tujuan Umum

Memberikan penjelasan tentang telenursing

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan definisi telenursing

b. Menjelaskan prinsip etik dan asas etik dalam telenursing

c. Menjelaskan keuntungan dan kerugian telenursing

d. Menjelaskan proses dalam telenursing

e. Menjelaskan tentang Asas legalitas dalam telenursing

f. Menjelaskan contoh kasus dalam telenursing

g. Membahas kasus dengan asas telenursing

C. Manfaat Pembahasan

1. Untuk mengetahui definisi telenursing

2. Untuk mengetahui prinsip etik dan asas etik dalam telenursing

3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian telenursing

4. Untuk mengetahui proses dalam telenursing

5. Untuk mengetahui tentang Asas legalitas dalam telenursing

6. Untuk mengidentifikasi contoh kasus dalam telenursing

7. Untuk mengidentifikasi kasus dan di aplikasikan dengan asas telenursing

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Konsep
Penggunaan Dunia Maya yang lebih populer disebut dengan internet

/ cybernet merupakan media informasi yang sudah membumi diseluruh dunia,

namun dikalangan dunia keperawatan khususnya di Indonesia masih jauh dari

yang diharapkan oleh masyarakat luas.

Asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan

secara integral yang semestinya dapat dilakukan oleh seorang perawat secara

profesional dengan memanfaatkan jasa tehnologi informasi belum optimal.

Pemberian asuhan keperawatan jarak jauh (telenursing) masih meninabobokan

perawat - perawat Indonesia sehingga tetap merupakan mimpi indah belaka.

Untuk dapat memberikan pemahaman atau gambaran tentang konsep telenursing

beberapa uraian dibawah ini kiranya dapat menambah pengetahuan kita sebagai

seorang perawat.

Telenursing secara sederhana dapat diartikan Pelayanan asuhan

keperawatan jarak jauh yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien

yang memerlukan jasa keperawatan.

Definisi

1. Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh ) adalah

penggunaan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi

asuhan keperawatan kepada klien.

2. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio

dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan

video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh,


menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau

komputer

3. Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya

penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan

keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara

fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat.

Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan

aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi

dan telemonitoring.

4. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using

telecommunications technology (National Council of State Boards of

Nursing).

5. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk

memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh.

Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk menyiarkan

konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai

peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau

telehealth)

Aplikasi

Penggunaan tehnologi dalam telenursing juga dapat menjadi dasar

database data keperawatan, yang terintegrasi dalam sistem informasi

kesehatan/kedokteran.
Dalam praktek sehari-hari penerapan Informatika Kedokteran bisa dilihat

seperti:

1. Proses pengolahan data

Data adalah tulang punggung proses informatika selanjutnya. Dalam

bidang ini dipelajari bagaimana memperoleh dan mengeluarkan data,

merawat data, dll. Kesemuanya dibutuhkan agar pengambilan keputusan

manusia bisa dipercepat.

2. Telekomunikasi

Masuk dalam bidang ini adalah teleconsultation, teleradiologi,

telekardiologi, telenursing dan tele yang lainnya

3. Medical Imaging

Yang masuk dalam area ini seperti: ultrasound, radiologi,

kedokteran nuklir, dll

4. Sistem Informasi

Terdapat dua pembagian besar sistem informasi yaitu yang berfokus

pada pasien dan yang berfokus pada keperawatan

5. Web dan internet

Perkembangan dunia telekomunikasi begitu cepat. Saat ini aplikasi

yang berbasis web sudah mulai digemari karena lebih mudah digunakan

dari manapun dan kapan saja. Sebaliknya, sifat website pun sudah mulai

berubah. Jika dahulu hanya bersifat satu arah (broadcast),misalnya

menginformasikan jam praktek dokter, artikel kesehatan, dll.


Kemudian berkembang menjadi bersifat interaktif (dua arah),

seperti: tanya jawab, dll. Akhir-akhir ini, aktivitas di website bisa

dijadikan sebagai salah satu alat untuk proses bisnis, seperti: proses

pendaftaran pasien, melihat rekam medik dll.

B. Proses Telenursing

Telenursing yang merupakan contoh media teknologi informasi

kesehatan yang dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan sehingga

masyarakat dapat mengakses kebutuhan pelayanan keperawatan melalui media

telekomunikasi Telenursing salah satu teknologi yang telah dilaksanakan dalam

pelayanan keperawatan yaitu penggunaan proses keperawatan dalam

memberikan perawatan kepada pasien melalui perangkat telekomunikasi

(AAACN, 2004). Pelayanan telenursing yang mencakup saran dan informasi,

janji dan arahan, manajemen gejala, manajemen permintaan, dan manajemen

penyakit. Peran telenursing telah menjadi semakin penting dalam

penyelenggaraan biaya yang efektif, perawatan berkualitas untuk penanganan

dan pengelolan penyakit dengan cara yang terbaik tentu akan meningkatkan

akses pelayanan keperawatan dan meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan.

Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait

dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak

kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di


daerah terpencil, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum

merata. Telenursing ini sangat membantu terutama untuk negara-negara

berkembang dalam menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan

infrastruktur kesehatan yang tersedia. Pelayanan ini tentu merupakan salah satu

solusi untuk akses kesehatan yang terbatas dan penerimaan informasi yang

tersedia terbatas, hal ini dapat menimbulkan dampak klinis dan keuangan bagi

pasien yang sedang mengalami penyakit kronis khususnya yang menjalani

pengobatan dalam jangka waktu yang relatif lama.

Perawat yang melakukan telenursing tetap menggunakan proses

keperawatan untuk mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan

mengevaluasi serta mendokumentasikan asuhan keperawatan. Telenursing juga

melibatkan proses pemberian pendidikan kesehatan kepada klien, serta adanya

system rujukan. Selain itu telenursing juga tetap mengharuskan adanya

hubungan terapeutik antara perawat dan klien, dalam telenursing hubungan

tersebut dapat terbina melalui penggunaan telepon, internet atau alat komunikasi

yang lainnya.

Telenursing ini sangat membantu terutama untuk negara-negara

berkembang dalam menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan

infrastruktur kesehatan yang tersedia. Perawat dapat membantu pasien penyakit

kronis dengan memberikan pendidikan, konseling, review dan memonitor status

kesehatan dengan rutin. Proses ini bahkan dapat memastikan untuk

mengingatkan pasien dari janji mereka du untuk konsultasi dan penyelidikan.

Selain SMS otomatis dan pengingat telepon meningkatkan kemungkinan pasien


menjaga janji mereka dan mengikuti jadwal obat resep. Perbaikan kecil namun

signifikan seperti dalam protokol perawatan dan otomatisasi proses administrasi

memiliki potensi besar penghematan biaya dan meningkatkan kepatuhan pasien

dalam menjalankan pengobatan khususnya bagi penderita penyakit kronis.

Alur dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi et al

(2004)adalah sebagai berikut:

1. Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan memasukkan data-

datanyapada website pasien. Pasien juga dapat melihat data-data sebelumnya

di home page pasien dan melihat saran/instruski dari dokter atau perawat

sesuai dengan kondisinya.

2. Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat dilihat oleh

perawat dan dokternya setiap hari.

3. Kemudian perawat dan dokter melakukan analisa data dan memutuskan

apakah pasien hanya memerlukan intervensi melalui telenursing atau perlu

dilakukan homevisit. Jika klien bisa diberikan intervensi melalui telenursing

maka perawat akan memberikan instruksi-instruksi pada website pasien, dan

memastikan apakah pasien melakukan instruksi tersebut atau tidak dengan

menelpon pasien atau melakukan video conference dengan pasien. Jika

pasien tersebut perlu dilakukan home visit maka perawat di subcentered

terdekat akan mendatangi pasien

C. Keuntungan Telenursing
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait

dengan beberapa faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak

kasus penyakit kronik dan lansia, sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di

daerah terpencil, rural, dan daerah yang penyebaran pelayanan kesehatan belum

merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat menjadi jalan keluar kurangnya

jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh,

menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari

rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial. Sama

seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah

diaplikasikan di Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda,

Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia. Telenursing telah lama

diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris.

Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam

dialog nasional telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan

pengembangan analisa komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine

termasuk didalamnya telenursing. Di Amerika Serikat 36% peningkatan

kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun mendatang, dapat ditanggulangi

oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang dirawat di

rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan

sejumlah studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan

pelayanan telekomunikasi di rumah dengan telenursing. Pasien tirah baring,

pasien dengan penyakit kronik seperti COPD/PPOM, DM, gagal jantung

kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan (Parkinson,


Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat

berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference,

internet, videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan

luka, ostomi, dan pasien keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal

seorang perawat home care hanya dapat berkunjung maksimal 5 7 pasien

perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat ditingkatkan menjadi 12

16 pasien seharinya .

Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa

keuntungan telenursing adalah yaitu :

1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat

mengurangi kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat

darurat, RS dan nursing home)

2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan

pelayanan keperawatan tanpa batas geografis

3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS

4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan

biaya dan meningkatkan pemanfaatan tehnologi

5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance

learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika

kesehatan.

Telenursing dapat pula digunakan dalam pembelajaran di kampus, video

conference, pembelajaran online dan multimedia distance learning. Ketrampilan


klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi

lewat secara interaktif.

Dalam model pendidikan di Indonesia telenursing telah dikembangkan

Universitas Gajah Mada (UGM) lewat e-learning/model e-lisa yang terintegrasi

di semua fakultas UGM.

Selain itu telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat

yang berpengalaman klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan

kesehatan, namun masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online.

Hal ini juga menghindari kontak langsung, meminimalkan resiko infeksi

nosokomial, memberikan privasi ruang dan waktu bagi pasien dan perawat.

Dapat dibayangkan bagi penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna

narkotika/obat terlarang /alkoholik akan lebih merasa terjaga privasinya dengan

pelayanan telenursing ini. Penggunaan tehnologi dalam telenursing juga dapat

menjadi dasar database data keperawatan, yang terintegrasi dalam sistem

informasi kesehatan/kedokteran.

D. Kerugian Telenursing

Menurut Amy Peck (2005) ada tiga kategori dasar hambatan dalam

telenursing, meliputi perilaku, legislatif, dan twknologi. Hambatan perilaku, ada

ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya

perwat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasan terhadap

teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya

pelatihan dan adanya support system, perawat bisa merasakan manfaat


telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue

kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang

telenuraing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data

mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa

bekerja. Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan

dimanapun provider membutuhkannya.

Sumber lain menyebutkan, antara lain:

Tidak adanya interaksi langsung perawat dengan klien yang akan

mengurangi kualitas pelayanan kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena

anggapan bahwa kontak langsung dengan pasien sangat penting terutama

untuk dukungan emosional dan sentuhan terapeutik.

Sedangkan kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan

kegagalan teknologi seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya

hubungan komunikasi akibat gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga

mengganggu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan, selain itu juga

meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan dokumen klien.

E. Studi Kasus

Tn. M, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat

mengendarai mobilnya di jalan tol sekitar pukul 14.30 WIB. Pada saat kejadian

Tn. M pingsan, petugas menemukan adanya darah pada daerah perut, ternyata

ada luka robek pada perut sepanjang 8x1x1 cm disertai adanya jejas seluas 10x6

cm dan 7x5 cm pada dada sebelah kiri. Petugas juga melihat ada hematom pada
daerah frontal seluas 5x5 cm. Beberapa saat kemudian Tn. M sadar. Ketika akan

dikeluarkan dari mobil Tn. M menjerit kesakitan, ternyata ditemukan tungkai

bawah kiri bagian atas patah, tampak membengkok dan bengkak, ditemukan

luka robek 4x1x1 cm yang terus mengeluarkan darah.

Setelah berhasil dikeluarkan dari mobil, Tn. M segera dibawa ke

puskesmas terdekat yang mempunyai fasilitas gawat darurat dan tiba pukul

15.00 WIB. Di puskesmas Tn. M diperiksa, TD 120/80 mmHg, HR 88 x/menit

dan RR 20 x/menit. Perawat puskesmas mengolesi semua luka dengan betadin,

kemudian memasang spalk pada kaki kiri. Kemudian perawat menyarankan Tn.

M dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas lebih lengkap karena

menduga Tn. M mengalami trauma abdomen.

Tn. M segera dibawa ke IGD RS X tanpa terpasang oksigen karena

kehabisan oksiggen din puskesmas dan hanya terpasang infus NaCl 0,9% pada

lengan kiri (menggunakan infus set). Pada saat di IGD pukul 17.00 WIB, Tn. M

kembali pingsan. BP 100/60 cm, HR 96x/menit, tekanan nadi lemah, RR

28x/menit. Tn. M hanya mengeluarkan suara menggumam ketika dipanggil

tanpa membuka mata dan menarik tangannya ketika dicubit. Beberapa saat

kemudian Tn. M sadar dan mengeluh nafasnya berat dan agak sesak, serta nyeri

pada perut dan kaki kiri. Kemudian perawat memberi 02 2lpm. Namun di RS X

dokter ortho sedang berada di rumah sakit lain, sehingga dokter IGD

menghubungi dok tersebur dengan menggunakan panggilan video

F. Prinsip Etik
Prinsip Telenursing Menurut Scotia (2008), dalam melakukan

telenursing perawat harus menerapkan beberapa prinsip antara lain:

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan akses terhadap

layanan kesehatan, mengurangi pemberian layanan kesehatan yang tidak perlu,

melindungi kerahasiaan/privasi informasi klien.

G. Asas Legal Etik

1. Otonomi (Autonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa

individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.

Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus

menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak

memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya

baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

2. Benefience (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan

hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan.

Contoh perawat menasehati klien tentang program latihan untuk

memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak

dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.

3. 3.Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika

perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan

keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk
serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat

harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian

bertindak sesuai dengan asas keadilan.

4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan

bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang

menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse

darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien

semakin memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse

darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence

walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.

5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun

harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi

yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran

merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi

sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh

Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan

mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.

Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah

berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya

kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan

kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam

hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.


6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah

meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan

meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki

komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien

harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien

hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan

klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti

bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak

jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri

sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat.

Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat

oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan

masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan

Telenursing adalah komunikasi dalam keperawatan yang menggunakan

teknologi komunikasi (saluran elektromagnetik) yang bertujuan memenuhi

asuhan keperawatan kepada klien.

Alur dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi et al

(2004) adalah sebagai berikut:

1. Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan memasukkan data-

datanya pada website pasien.

2. Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat dilihat oleh

perawat dan dokternya setiap hari.

3. Kemudian perawat dan dokter melakukan analisa data dan memutuskan

apakah pasien hanya memerlukan intervensi melalui telenursing atau perlu

dilakukan homevisit. Jika klien bisa diberikan intervensi melalui telenursing

maka perawat akan memberikan instruksi-instruksi pada website pasien Jika

pasien tersebut perlu dilakukan home visit maka perawat di subcentered terdekat

akan mendatangi pasien

Keuntungan dari telenursing, antara lain: dapat menjadi jalan keluar

kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh,

menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah

hari rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.

Kerugian dari telenursing, antara lain: tidak adanya interaksi langsung

antara perawat dengan klien sehingga dapat mengurangi kualitas pelayanan

kesehatan dan kemungkinan kegagalan teknologi seperti: gangguan koneksi


internet sehingga dapat menganggu aktifitas pelayanan yang sedang berjalan,

selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan

dokumen klien.

Prinsip Telenursing Menurut Scotia (2008), antara lain: meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan,

mengurangi pemberian layanan kesehatan yang tidak perlu, melindungi

kerahasiaan/privasi informasi klien.

Asas legal letik, antara lain: Otonomi (Autonomi), Benefience (berbuat

baik), Justice (keadilan), Non-maleficence (tidak merugikan), Veracity

(kejujuran), Fidelity (menepati janji), Confidentiality (kerahasiaan) dan

Accountability (akuntabilitas)

B. Saran

Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik

maupun saran dari makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan

semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua, Aamiin
DAFTAR RUJUKAN

AMN. (2007) Guidelines on Telenursing.


(http://www.amnc.org.au/dos/Archives/Guidelines%20Telenursing%20(Archive
d).pdf . Diakses pada 11 Agustus 2017

Join Date. (2007). Strategy Development For The Implementation of Telenursing in


Korea.
(http://informaticsnurse.com/forums/nursing-informatics-journal-
articles/implementation-telenursing-korea.html). Diakses pada 11 Agustus 2017

Khuzaimah Ibnu. 2013. Asuhan Keperawatan dan Tindakan atau fenomena penyakit
terkini dan cara penanganan keduanya.
(https://plus.google.com/111547833627295275390/posts/3LP9hDDjnFe).
Diakses pda 10 Agustus 2018

Martono, Nur. (2008). Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)


Alternatif Asuhan Keperawatan Indonesia Menjelang Indonesia Sehat 2010.
(http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=71).
Diakses pada 11 Agustus 2017

M. Elizabeth Greenberg. (2000). The Domain of Telenursing: Issues and Prospects.


(http://findarticles.com/p.articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226). Diakses
tanggal 11 Agustus 2017

Scotia. (2008). Telenursing practice guideline. College of Registered Nurses of Nova


Scotia. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 11 Agustus 2017

Source:Britton, Keehner, Still & Walden (1999). Nursing Matters Fact Sheets Provide
Quick Reverence Information and International Prespective form The Nursing
Profesion on Curretnt Halth and Social Issues.
(http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm). Diakses pada 11 Agustus 2017

Anda mungkin juga menyukai