Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

TELEMEDICINE

1. Introduction
Penggunaan teknologi kesehatan di era revolusi industry 4.0 harus digunakan secara
penuh perhatian dan penuh tanggungjawab, demi menjamin bahwa kita dapat menerapkan
secara baik dan manusiawi. Pemakaian teknologi kesehatan yang tepat melibatkan
pemahaman ilmu pengetahuan, peralatan teknik atau mesin dan mengetahui masalah-
masalah ekonomi, etika dan moral tanpa mengeksploitasi lingkungan.
Asia Pacific Association for Medical Informatics (APAMI) menjelaskan bahwa
Indonesia sebagai anggota dan tergolong masih tertinggal dalam hal telemedicine. Pada
tahun 1999 health informatics masih belum dikenal. Komunikasi antar dokter di daerah
terpencil dengan dokter yang ada di kota besar hanya dapat menggunakan e-mail.
Berjalannya waktu pada saat kini teknologi yang digunakan mulai berkembang dengan
menggunakan panggilan video (videophone) yang bisa dilakukan juga video‐streaming
(Kuntardjo, 2020).
Konsep umum yang menerapkan teknologi komunikasi elektronik atau teknologi
telekomunikasi yang bisa mengirimkan informasi tentang daftar-daftar segala jenis
penyakit disebut Telemedicine. Komponen dari Telemedicine yaitu tele-education, yang
termasuk e-learning dan teleinformation pada pasien.
Kebutuhan yang digunakan pada sistim telemedicine adalah penggunaan fax, dengan
pesawat telepon guna bertukar informasi melewati transmisi dan mengevaluasi citra
seperti radiograph atau gambar dari luka atau penyakit dalam penggambaran video
conference secara interaktif, yang sangat mudah dan sudah tidak asing lagi bagi semua
pasien dan penempatan atau lokasi alat komunikasi yang mudah didapat dimana-mana
(Jamaluddin dkk, 2020).
Telemedicine memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengatasi
hambatan geografis dan meningkatkan akses ke layanan perawatan kesehatan.
Telemedicine sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan dan orang-orang yang kurang
terlayani di negara berkembang seperti kelompok yang secara tradisional menderita
karena kurangnya akses ke perawatan kesehatan. Akses, kesetaraan, kualitas dan
efektivitas biaya adalah masalah utama yang dihadapi perawatan kesehatab di negara
maju dan kurang berkembang secara ekonomi.
Teknologi informasi dan komunikasi modern seperti komputer, internet dan telepon
seluler, merevolusi cara individu berkomunikasi satu sama lain, mencari dan bertukar
informasi dan memperkaya hidup mereka. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk
membantu mengatasi masalah kesehatan global (Handayani dkk, 2019).
Telemedicine secara virtual mendukung semua aspek perawatan kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari bagi konsumen dengan perangkat portabel seperti telepon seluler
atau komputer notebook (Fong dkk, 2011).
Permenkes Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Telemedicine Antar
Fasilitas Kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia pengaturan tentang telemedicine.
Pasal 6 menerangkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan pemberi konsultasi yang
dimaksud yaitu rumah sakit. Fasyankes tingkat pertama dan fasyankes lain yang
dilakukan oleh dokter yang telah mendapatkan SIP yang dimana permenkes ini hanya
mengatur telemedicine antar fasyankes yang tidak dapat diterapkan antara fasyankes atau
doker dengan pasien (Mustikasari, 2020).
Indonesia penerapan telemedicine belum merata di seluruh wilayah. Beberapa daerah
diperkotaan sudah bisa menerapkan telemedicine untuk melakukan interaksi antar dokter
dengan pasien secara langsung melalui beberapa aplikasi yang tersedia di komputer
maupun smartphone. Kondisi ini diakibatkan karena ketersediaan jaringan tele-
komunikasi dan perangkat untuk mengakses telemedicine. Selain itu, hampir seluruh
rumah sakit yang berada di kota-kota sudah memiliki jaringan dan alat untuk mengakses
telemedicine (Saputro dkk, 2021).
Tantangan dari konektivitas seperti ketersediaan jaringan telekomunikasi merupakan
tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi telemedicine, Kejadian ini diakibatkan
dari jaringan telekomunikasi merupakan alat pendukung utama. Selain itu, tantangan lain
berupa aksesibilitas yaitu kemudahan dalam menggunakan teknologi telemedicine.
Aksesibilitas juga mempengaruhi perkembangan teknologi telemedicine di Indonesia.
Oleh karena itu, perlu dukungan dan inovasi dari seluruh pihak untuk terus
mengembangkan teknologi telemedicine di Indonesia (Saputro dkk, 2021).

2. Defenisi Telemedicine
Telemedicine, istilah yang diciptakan pada tahun 1970-an, yang memiliki arti
"penyembuhan pada jarak", menandakan penggunaan TIK untuk meningkatkan akses
keperawatan dan informasi medis. telemedicine meburut World Health Organization
(WHO) yaitu penyampaian layanan kesehatan, dimana jarak merupakan faktor yang
sangat penting, pada semua professional perawatan kesehatan yang memakai teknologi
informasi dan komunikasi guna pertukaran informasii yang valid untuk diagnosis,
pengobatan serta pencegahan penyakit cedera, penelitian dan evaluasi, dan untuk
melanjutkan pendidikan penyedia layanan kesehatan demi semua kepentingan
memajukan kesehatan individu dan komunitasnya. (Handayani dkk, 2019).
Telemedicine merupakan komunikasi jarak jauh dalam bidang kesehatan yang
bertujuan untuk menolong pasien dengan jarak tertentu melalui media komunikasi
tertentu seperti mengirim data melalui telepon dan aplikasi chat jarak jauh. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO) telemedicine adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan pada petugas kesehatan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengdiagnosis,pengobatan, pencegahan dan mengevaluasi kondisi
kesehatan seseorang yang berada dalam kondisi yang jauh dari fasilitas kesehatan.
Telemedicine juga digunakan oleh petugas kesehatan untuk triase (pengelompokan
pasien-pasien berdasarkan berat atau ringannya trauma penyakit serta kecepatan
penanganan yang dibutuhkan) (Putra, 2020).
Telemedicine menurut Congress (Kantor, 1997) dapat berarti akses ke perawatan
kesehatan di mana hanya sedikit yang tersedia sebelumnya. Dalam kasus darurat, akses
ini dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati. Secara khusus, dalam kasus-kasus di
mana waktu respons medis yang cepat dan perawatan khusus diperlukan, ketersediaan
telemedicine dapat menjadi sangat penting. Nyawa pasien terselamatkan karena
perawatan dilakukan di tempat tanpa membawa pasien secara fisik ke spesialis yang
jaraknya sangat jauh (Fong dkk, 2011).
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2019, telemedicine adalah pemberian
pelayanan oleh profesional kesehatan dari jarak dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi yang meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan,
pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan
penyedia layanan kesehatan guna kepentingan peningkatan kesehatan indiividu dan
masyarakat (Kemenkes, 2019).

3. Tipe-tipe telemedicine
Telemedicine adalah solusi yang baik untuk menghubungkan pasien di daerah
terpencil dan profesional medis di seluruh dunia. Transfer informasi medis yang efisien
dari satu lokasi ke lokasi lain dimungkinkan menggunakan telemedicine. Ini umumnya
mengacu pada pemberian perawatan klinis lintas jarak. Sistem telemedicine didasarkan
pada (Eren & John, 2016).
a. Store-and-Forward Telemedicine
Store and forward telemedicine melibatkan perolehan gambar medis dan
biosignals seperti gambar CT dan MRI, EKG, dan tekanan darah serta mengirimkan
informasi tersebut ke ahli medis dengan waktu yang tepat untuk evaluasi secara off-
line. Sistem ini umumnya digunakan dalam situasi non-darurat. Kemajuan dalam
telemedicine, yaitu teleradiology, teledermatology dan telepathology adalah contoh
dari store-and-forward telemedicine. Data medis yang terorganisir dengan baik, lebih
disukai dalam bentuk elektronik, merupakan komponen telemedicine asinkron.
b. Telemedicine interaktif dua arah
Telemedicine interaktif dua arah memberikan interaksi waktu nyata antara pasien
dan ahli medis. Sistem ini membutuhkan perangkat konferensi video dan infrastruktur
jaringan di kedua sisi untuk menyediakan interaksi tatap muka yang sangat baik dan
transfer informasi medis yang efisien.
c. Pemantauan jarak jauh
Pemantauan jarak jauh memfasilitasi profesional medis dalam mengamati sinyal
fisiologis pasien dari jarak jauh melalui perangkat teknologi. Sistem ini terutama
digunakan untuk merawat pasien lanjut usia dan penyandang cacat dengan penyakit
kronis. Ini menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa mirip dengan pertemuan
tatap muka tradisional dengan pasien dan memberikan kepuasan yang baik kepada
pasien lanjut usia. Umumnya, sistem pemantauan jarak jauh memantau sinyal
fisiologis secara teratur dan mengingatkan para profesional medis selama keadaan
darurat. Sistem pemantauan harus memiliki sedikit baterai, keandalan, penghematan
daya yang baik, dan privasi.
Pada Januari 2013, American Telemedicine Association menerbitkan dokumen yang
menguraikan penggantian Medicare untuk layanan telemedicine atau telehealth yang
berfokus pada layanan tatap muka pasien/klien jarak jauh melalui konferensi video
langsung, layanan non-tatap muka yang dilakukan melalui konferensi video langsung dan
layanan telepon rumah (Martich, 2017).
a. Layanan Tatap Muka Jarak Jauh
Telehealth untuk menyertakan layanan yang memerlukan pertemuan tatap muka
dengan pasien/klien. Penggantian terbatas pada jenis layanan, lokasi geografis, rumah
sakit yang memberikan layanan, dan penyedia perawatan kesehatan. Layanan harus di
luar area statistik yang ditentukan Medicare; namun, penyedia layanan kesehatan
dapat ditemukan di mana saja. Layanan yang dapat diganti termasuk kunjungan
kantor, konsultasi, psikoterapi, dan manajemen farmakologis. Penyedia layanan
kesehatan yang memenuhi syarat untuk mengajukan penggantian termasuk:
1) Dokter
2) Praktisi perawat
3) Asisten dokter
4) Bidan perawat
5) Spesialis perawat klinis
6) Psikolog klinis
7) Pekerja sosial klinis
8) Ahli gizi atau ahli gizi terdaftar
b. Layanan Non-Tatap Muka
Layanan ini, disediakan saat pasien tidak perlu hadir, termasuk meminta ahli
radiologi untuk memeriksa rontgen atau ahli jantung mempelajari elektrokardiogram.
Layanan diganti dengan jumlah yang sama dengan yang dibayarkan jika disediakan di
fasilitas perawatan kesehatan.
c. Layanan Telepon Rumah
Menurut CMS, layanan telehealth di rumah berada di luar cakupan perawatan di
rumah dan oleh karena itu tidak diganti. Ini tidak berarti bahwa agen perawatan rumah
tidak dapat menggunakan telekomunikasi untuk perawatan pasien. Sebaliknya, itu
berarti agensi tidak dapat menagih Medicare/Medicaid untuk layanan tersebut jika
disediakan melalui televisi.

4. Layanan aplikasi telemedicine


Berdasarkan WHO Regional office for Europe (2016), aplikasi layanan telemedicine
terbagai menjadi empat, sebagai berikut (Handayani, 2020):
a. Teleradiologi: penggunaan TIK untuk mengirimkan gambar radiologi digital
(misalnya gambar X-ray) dari satu lokasi ke lokasi lain guna interpretasi serta
konsultasi.
b. Telepathology: penggunaan TIK untuk mengirimkan hasil patologis digital (misalnya
gambar mikroskopis sel) untuk interpretasi dan/atau konsultasi.
c. Teledermatologis: penggunaan TIK berguna dmengirimkan informasi medis
mengenai kondisi sulit (misalnya tumor kulit) untuk interpretasi dan/atau konsultasi.
d. Telepsikiatri: penggunaan TIK untuk evaluasi psikiatri dan/atau konsultasi melalui
video dan telepon.
Di Indonesia sendiri, aplikasi telemedicine telah banyak berkembang dan telah
digunakan oleh banyak masyarakat Indonesia. Kemkenkes RI telah membuat atau
berkolaborasi dalam peluncuran aplikasi-aplikasi telemedicine tersebut. Berikut aplikasi-
aplikasi telemedicine Kemenkes Ri.
a. Halodoc
b. Alodokter

5. Manfaat Telemedicine
Manfaat dari telemedicine meliputi 3 aspek yang saling terkait satu sama lain yaitu
pasien, dokter dan rumah sakit.
1) Manfaat untuk pasien
1) Biaya yang rendah
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa orang-orang yang menggunakan
telemedicine menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah sakit dan memberikan
penghematan biaya. Selain itu, waktu perjalanan yang lebih kurang pengeluaran
sekunder, misalnya pengasuhan anak dan bahan bakar minyak.
2) Peningkatan akses pada perawatan
Telemedicine membantu lebih mudah bagi para penyandang disabilitas untuk
mengakses perawatan. Ini dapat juga meningkatkan akses untuk populasi lain, yang
termasuk orang dewasa yang lebih tua, orang-orang yang secara geografis terisolasi,
dan mereka yang ada dipenjara.
3) Perawatan pada pencegahan
Telemedicine dapat mempermudah orang-orang untuk mengakses perawatan
pencegahan yang dapat meningkatkan kesehatan jangka panjang. Terutama berlaku
pada orang-orang dengan hambatan finansiial atau geografis untuk perawatan yang
berkualitas. Misalnya, sebuah studi pada tahun 2012 dari orang-orang
dengan penyakit arteri koroner menjelaskan bahwa telemedicine preventif dapat
meningkatkan hasil kesehatan.
4) Kemudahan
Telemedicine memungkinkan orang-orang untuk mengakses perawatan dalam
kenyamanan dan privasi di rumah mereka sendiri. Ini memungkinkan bahwa
seseorang tidak harus mengambil cuti dari pekerjaan atau mengatur penitipan anak.
5) Mencegah penyebaran infeksi
Melakukan pemeriksaan ke dokter berarti berada di sekitar orang yang mungkin sakit,
sering kali berada jarak dekat. Ini dapat berbahaya bagi orang-orang dengan kondisi
mendasar atau sistem kekebalan yang lemah. Telemedicine menghilangkan risiko
infeksi di kantor dokter (Kafekepo.com, 2020).
b. Manfaat untuk penyedia layanan kesehatan
1) Mengurangi biaya overhead
Pelaksana yang menawarkan layanan telemedicine dapat dikenakan biaya overhead
lebih sedikit. Misalnya, mereka mungkin membayar lebih sedikit untuk dukungan
meja depan atau dapat berinvestasi di ruang kantor dengan lebih sedikit ruang ujian.
2) Aliran pendapatan tambahan
Dokter mungkin menemukan bahwa telemedicine menambah pendapatan mereka
karena memungkinkan mereka untuk memberikan perawatan kepada lebih banyak
pasien.
3) Lebih sedikit terpapar penyakit dan infeksi
Ketika penyedia layanan melihat pasien dari jarak jauh, mereka tidak perlu khawatir
tentang paparan patogen apa pun yang mungkin dibawa oleh pasien.
4) Kepuasan pasien 
Ketika seorang pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit atau menunggu perawatan,
mereka mungkin lebih bahagia dengan penyedia mereka (Kafekepo.com, 2020).

6. Perangkat Pendukung Telemedicine


Menurut Widianto (2017) teknologi telemedicine terdiri dari 2 teknologi yaitu
teknologi perangkat keras (hardware) dan teknologi perangkat lunak (sofware).
Pendukung teknologi perangkat keras telemedicine merujuk pada beberapa komponen
sebagai berikut:
a. Perangkaat keras (hardware)
1) Jaringan komputer (Internet)
Teknologi ini dapat menghubungkan beberapa komputer sehingga bisa
berkomunikasi dan berbagi data. Manfaat jaringan komputer yaitu dapat membuat
komputer berkomunikasi dengan komputer lain yang berbeda gedung, berbeda
kota, bahkan berbeda negara dan benua. Teknologi dari jaringan ini dikenal lebih
baik dengan sebutan internet yang terdiri dari jaringan kabel (wired) dan nirkabel
(wireless). Jaringan komputer ini sebagai alat komunikasi dalam telemedicine
dengan jenis synchronous maupun asynchronous.
2) Satelit
Teknologi satelite merupakan salah satu jenis teknologi jaringan nirkabel yang
dapat mencapai daerah yang luas dan sulit untuk dijangkau oleh jaringan kabel.
Manfaat dari satelit yaitu sebagai infrastruktur komunikasi seperti halnya dengan
telepon. Jangkauan telemedicine dapat diperluas mencakup daerah terpencil atau
tempat-tempat yang sulit.
3) Telepon Seluler (Ponsel)
Telepon seluler terdiri dari 2 komponen yaitu handphone sebagai alat
komunikasi suara dan teks (SMS) serta smartphone yang memiliki fitur lebih
canggih dari pada handphone misalnya MMS. fasilitas ini bertujuan untuk
mengirim suara, gambar, maupun video, Jaringan GPRS, 2G/EDGE,
3G/UTMS/HSPA, atau 4G (LTE), fasilitas ini menambah kecepatan pengiriman
data ke smartphone secara real-time sehingga dapat dilakukan chatting atau
browsing internet, bahkan juga dapat berbagi konferensi video. Software apps
yaitu teknologi Java dengan java ME (mobile edition) yang ditambahkan fitur
pada handphone, bahkan untuk smartphone aplikasi dapat berbasis android,
windows mobile, atau IOS sesuai dengan operating system (OS).
4) Plug-play device
Teknologi ini sebagai penambahan perangkat baru pada personalcomputer
(PC). Setiap PC dilengkapi dengan berbagai fitur port. Melalui port ini perangkat
baru dapat ditambah. Ada beberapa jenis port, diantaranya yaitu serial port,
pararel port, dan USB. Perangkat multimedia (mis. webcam) dapat dihubungkan
ke PC, sehingga memungkinkan konferensi suara serta konferensi video.
Perangkat kesehatan bisa dihubungkan ke PC melalui PC port ini, contohnya:
stetoskop, thermometer, USG, dan minilab.
5) Teknologi multimedia
Teknologi multimedia berkaitan erat dengan pengolahan media suara, gambar,
dan video. Media-media tersebut berformat digital dan dikirimkan melalui saluran
digital.
b. Perangkat lunak (software)
1) Chatting dan Conference
Chatting adalah percakapan elektronik antara dua orang yang menggunakan
komputer berbeda. Sedangkan konferensi adalah percakapan elektronik yang
dilakukan oleh lebih dua orang bahkan lebih di dalam satu forum yang sama.
Software apps ini berupa Yahoo Messenger, Google Talk, Line, Whatsapp, Zoom,
dan Google Meet.
2) Image Processing
Teknologi image processing merupakan bidang kajian di dunia perangkat
lunak. Bidang ini mengkaji tentang teknik-teknik pengelolahan gambar dan foto.
3) Data Compression
Teknik data compression adalah mengubah data yang berukuran besar menjadi
jauh lebih kecil. Pengubahan data ini tidak menghilangkan informasi di dalamnya.
Ada dua jenis teknik kompresi data yaitu kompresi data yang masih dapat dibaca
oleh perangkat biasa, dan kompresi data yang memerlukan perangkat khusus
untuk membacanya. Perangkat khusus ini menggunakan proses dekompresi
(Ganiem, 2020).

7. Kelebihan dan kekurangan Telemedicine


Telemedicine masih punya beberapa keterbatasan. Sebuah studi menjelaskan bahwa
ABC Cardiol, seperti dilansir pada laman National Institute of Health, menyimpulkan
bahwa kelemahan utama dari telemedicine adalah dokter tidak dapat memeriksa pasien
secara langsung. Keterbatasan tersebut tentu dapat berpengaruh pada kualitas diagnose.
Melalui Telemdicine pemeriksaan dokter ke pasien membuat para tenaga kesehatan
belum bisa memberikan diagnosa secara pasti. Dokter hanya dapat memberikan
kemungkinan diagnosis disertai dengan pembanding lainnya. Hal ini bisa dipahami,
mengingat proses untuk menegakkan diagnosis merupakan langkah panjang yang
terkadang juga perlu disertai dengan berbagai pemeriksaan penunjang. (Handayani dkk,
2019).
Meskipun demikian, teknologi telemedicine bisa saja merambah ke cakupan fitur-fitur
yang lebih luas. Selain mempermudah konsultasi dengan dokter, kelak tidak menutup
kemungkinan yang akan muncul teknologi atau aplikasi yang dapat melakukan
perekaman detak jantung, tekanan darah (TD), hingga pemeriksaan yang lebih rumit
lainnya. Saat ini saja, sudah ada teknologi sensor yang diletakkan di permukaan kulit,
untuk mengetahui kondisi tubuh secara sistemik. Teknologi seperti ini bisa mendukung
perkembangan telemedicine secara pesat. (Handayani dkk, 2019)

8. Tantangan penggunaan telemedicine


Sementara kemajuan terbaru dalam teknologi informasi dan komunikasi memberikan
sarana yang sangat baik untuk mengakses data medis, transmisi informasi medis dengan
menggunakan telemedicine tetap menjadi tantangan karena alasan berikut (Eren & John,
2016):
a. Keamanan: Telemedicine melibatkan pertukaran informasi medis yang melewati
jaringan. Karena informasi medis ditransmisikan melalui saluran nirkabel, itu perlu
dirahasiakan. Oleh karena itu, keamanan merupakan tantangan kritis yang harus
dihadapi.
b. Pemantauan pasien: Dengan memberikan perawatan klinis yang lebih baik melalui
telemedicine, pemantauan pasien telah menjadi salah satu persyaratan utama,
terutama bagi pasien lanjut usia dan penyandang cacat yang membutuhkan perawatan
individu di rumah. Pemantauan pasien secara real-time menggunakan instrumen
multiguna untuk memantau sinyal fisiologis sangat penting dalam telemedicine.
Sistem pemantauan membantu profesional medis untuk melacak pasien dengan
penyakit kritis.
c. Aksesibilitas jaringan: Infrastruktur jaringan telemedicine sering menghadapi
tantangan dalam penyampaian kualitas layanan yang diperlukan, seperti persyaratan
bandwidth dan penundaan minimum karena kemacetan jaringan. Karena sejumlah
besar informasi medis perlu ditransfer melalui jaringan telemedicine dengan
penundaan sesingkat mungkin, aksesibilitas jaringan juga merupakan tantangan
penting untuk ditangani dalam telemedicine.
d. Sistem pakar: Sistem pendukung keputusan otomatis yang menggabungkan sistem
berbasis pengetahuan dan teknik kecerdasan buatan juga dianggap sangat penting
dalam telemedicine. Sistem pakar ini membantu pasien dan dokter untuk pengobatan
yang efektif.
e. Kompresi citra medis: Citra medis yang diperoleh dari modalitas pencitraan
menempati sebagian besar catatan kesehatan pasien. Gambar medis ini perlu
ditransmisikan dengan mudah melalui jaringan telemedicine untuk diagnosis. Citra
medis semacam itu sangat intensif data, menyebabkan biaya penyimpanan tinggi dan
peningkatan besar lalu lintas jaringan selama transmisi. Dalam hal ini, pengembangan
metode kompresi yang efisien yang menghasilkan kebutuhan penyimpanan yang lebih
sedikit dan konsumsi bandwidth yang lebih baik merupakan salah satu tantangan
utama dalam telemedicine.
Menurut(Kuntardjo, 2020) di Indonesia upaya pemerataan kesehatan Telemedicine
masih mempunyai beberapa hambatan dan kendala, sebagai berikut :
a. Pengembangan infrastruktur komunikasi, terutama jaringan internet yang belum
merata di Indonesia terutama di daerah-daerah terpencil.
b. Ketersediaan hardware dan software, yang masih membutuhkan biaya yang mahal.
c. Sumber daya manusia (SDM), baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
d. Kesenjangan teknologi antara daerah perkotaan dengan daerah pelosok.
e. Regulasi yang belum memadai guna mengatur penggunaan format digital
f. Otentikasi, privasi serta keamanan data belum dapat terjamin sepenuhnya, sedangkan
peningkatan sistem keamanan data dapat meningkatkan biaya.
g. Sistem pembiayaan jasa bagi pemberi layanan telemedicine.
h. Akurasi data yang dikirim dikhawatirkan tidak memiliki kualitas yang cukup baik
sehingga mempengaruhi proses penegakan diagnosa dan terapi.
i. Relasi dokter‐pasien serta antar tenaga kesehatan yang tidak dilakukan secara
langsung akan mengurangi kualitas relasi tersebut

9. Peraturan Perundang-undangan tentang telemedicine


Di Indonesia dasar hukum berkaitan dengan pelaksanaan telemedicine yaitu
(Kuntardjo, 2020) :
a. Undang‐Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
b. Undang‐Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
c. Undang‐Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
d. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
e. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2016 tentang fasilitas Pelayanan kesehatan
f. Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis.
g. Permenkes Nomor 2052 tahun 2011 tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
h. Permenkes Nomor 36 tahun 2012 tentang Rahasia kedokteran.

10. Kesimpulan
a. Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan dari jarak jauh dari kesehatan
profesional dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi
pertukaran informasi diagnosa, pengobatan, dan pencegahan penyakit cedera,
penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan
guna meningkatkan kesehatan individu serta masyarakat.
b. Transfer informasi medis yang efisien dari satu lokasi ke lokasi lain yang
kemungkinan melalui telemedicine. Sistem telemedicine terbagi menjadi 2 yaitu Store
and Forward Telemedicine, telemedicine interaktif antardua arah dan telemedicine
dengan sistem pemantauan jarak jauh.

c. Manfaat telemedicine meliputi 2 aspek yang saling berkaitan antarsatu sama lain yaitu
pasien, dokter dan rumah sakit. Untuk pasien, manfaat yang diperoleh antara lain
biaya pengobatan lebih murah, peningkatan akses untuk perawatan/pengobatan,
perawatan pencegahan, kemudahan dan dapat memperlambat penyebaran infeksi.
Sedangkan untuk penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit dan dokter dapat
mengurangi biaya overhead, mendapatkan aliran pendapatan tambahan, mendapat
lebih sedikit paparan penyaki dan infeksi serta mendapat kepuasaan pasien. Dalam
penggunaan telemedicine, transmisi informasi medis tetap menjadi tantangan karena
alasan berikut (Eren & John, 2016). : Keamanan, pemantauan pasien, aksesibilitas
jaringan, sistem pakar dan kompresi citra medis.
d. Dalam penggunaan telemedicine, transmisi informasi medis tetap menjadi tantangan
karena alasan berikut (Eren & John, 2016). : Keamanan, pemantauan pasien,
aksesibilitas jaringan, sistem pakar dan kompresi citra medis.

Anda mungkin juga menyukai