TELEMEDICINE
1. Introduction
Penggunaan teknologi kesehatan di era revolusi industry 4.0 harus digunakan secara
penuh perhatian dan penuh tanggungjawab, demi menjamin bahwa kita dapat menerapkan
secara baik dan manusiawi. Pemakaian teknologi kesehatan yang tepat melibatkan
pemahaman ilmu pengetahuan, peralatan teknik atau mesin dan mengetahui masalah-
masalah ekonomi, etika dan moral tanpa mengeksploitasi lingkungan.
Asia Pacific Association for Medical Informatics (APAMI) menjelaskan bahwa
Indonesia sebagai anggota dan tergolong masih tertinggal dalam hal telemedicine. Pada
tahun 1999 health informatics masih belum dikenal. Komunikasi antar dokter di daerah
terpencil dengan dokter yang ada di kota besar hanya dapat menggunakan e-mail.
Berjalannya waktu pada saat kini teknologi yang digunakan mulai berkembang dengan
menggunakan panggilan video (videophone) yang bisa dilakukan juga video‐streaming
(Kuntardjo, 2020).
Konsep umum yang menerapkan teknologi komunikasi elektronik atau teknologi
telekomunikasi yang bisa mengirimkan informasi tentang daftar-daftar segala jenis
penyakit disebut Telemedicine. Komponen dari Telemedicine yaitu tele-education, yang
termasuk e-learning dan teleinformation pada pasien.
Kebutuhan yang digunakan pada sistim telemedicine adalah penggunaan fax, dengan
pesawat telepon guna bertukar informasi melewati transmisi dan mengevaluasi citra
seperti radiograph atau gambar dari luka atau penyakit dalam penggambaran video
conference secara interaktif, yang sangat mudah dan sudah tidak asing lagi bagi semua
pasien dan penempatan atau lokasi alat komunikasi yang mudah didapat dimana-mana
(Jamaluddin dkk, 2020).
Telemedicine memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengatasi
hambatan geografis dan meningkatkan akses ke layanan perawatan kesehatan.
Telemedicine sangat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan dan orang-orang yang kurang
terlayani di negara berkembang seperti kelompok yang secara tradisional menderita
karena kurangnya akses ke perawatan kesehatan. Akses, kesetaraan, kualitas dan
efektivitas biaya adalah masalah utama yang dihadapi perawatan kesehatab di negara
maju dan kurang berkembang secara ekonomi.
Teknologi informasi dan komunikasi modern seperti komputer, internet dan telepon
seluler, merevolusi cara individu berkomunikasi satu sama lain, mencari dan bertukar
informasi dan memperkaya hidup mereka. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk
membantu mengatasi masalah kesehatan global (Handayani dkk, 2019).
Telemedicine secara virtual mendukung semua aspek perawatan kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari bagi konsumen dengan perangkat portabel seperti telepon seluler
atau komputer notebook (Fong dkk, 2011).
Permenkes Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Telemedicine Antar
Fasilitas Kesehatan menjelaskan bahwa di Indonesia pengaturan tentang telemedicine.
Pasal 6 menerangkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan pemberi konsultasi yang
dimaksud yaitu rumah sakit. Fasyankes tingkat pertama dan fasyankes lain yang
dilakukan oleh dokter yang telah mendapatkan SIP yang dimana permenkes ini hanya
mengatur telemedicine antar fasyankes yang tidak dapat diterapkan antara fasyankes atau
doker dengan pasien (Mustikasari, 2020).
Indonesia penerapan telemedicine belum merata di seluruh wilayah. Beberapa daerah
diperkotaan sudah bisa menerapkan telemedicine untuk melakukan interaksi antar dokter
dengan pasien secara langsung melalui beberapa aplikasi yang tersedia di komputer
maupun smartphone. Kondisi ini diakibatkan karena ketersediaan jaringan tele-
komunikasi dan perangkat untuk mengakses telemedicine. Selain itu, hampir seluruh
rumah sakit yang berada di kota-kota sudah memiliki jaringan dan alat untuk mengakses
telemedicine (Saputro dkk, 2021).
Tantangan dari konektivitas seperti ketersediaan jaringan telekomunikasi merupakan
tantangan terbesar dalam pengembangan teknologi telemedicine, Kejadian ini diakibatkan
dari jaringan telekomunikasi merupakan alat pendukung utama. Selain itu, tantangan lain
berupa aksesibilitas yaitu kemudahan dalam menggunakan teknologi telemedicine.
Aksesibilitas juga mempengaruhi perkembangan teknologi telemedicine di Indonesia.
Oleh karena itu, perlu dukungan dan inovasi dari seluruh pihak untuk terus
mengembangkan teknologi telemedicine di Indonesia (Saputro dkk, 2021).
2. Defenisi Telemedicine
Telemedicine, istilah yang diciptakan pada tahun 1970-an, yang memiliki arti
"penyembuhan pada jarak", menandakan penggunaan TIK untuk meningkatkan akses
keperawatan dan informasi medis. telemedicine meburut World Health Organization
(WHO) yaitu penyampaian layanan kesehatan, dimana jarak merupakan faktor yang
sangat penting, pada semua professional perawatan kesehatan yang memakai teknologi
informasi dan komunikasi guna pertukaran informasii yang valid untuk diagnosis,
pengobatan serta pencegahan penyakit cedera, penelitian dan evaluasi, dan untuk
melanjutkan pendidikan penyedia layanan kesehatan demi semua kepentingan
memajukan kesehatan individu dan komunitasnya. (Handayani dkk, 2019).
Telemedicine merupakan komunikasi jarak jauh dalam bidang kesehatan yang
bertujuan untuk menolong pasien dengan jarak tertentu melalui media komunikasi
tertentu seperti mengirim data melalui telepon dan aplikasi chat jarak jauh. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO) telemedicine adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan pada petugas kesehatan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengdiagnosis,pengobatan, pencegahan dan mengevaluasi kondisi
kesehatan seseorang yang berada dalam kondisi yang jauh dari fasilitas kesehatan.
Telemedicine juga digunakan oleh petugas kesehatan untuk triase (pengelompokan
pasien-pasien berdasarkan berat atau ringannya trauma penyakit serta kecepatan
penanganan yang dibutuhkan) (Putra, 2020).
Telemedicine menurut Congress (Kantor, 1997) dapat berarti akses ke perawatan
kesehatan di mana hanya sedikit yang tersedia sebelumnya. Dalam kasus darurat, akses
ini dapat berarti perbedaan antara hidup dan mati. Secara khusus, dalam kasus-kasus di
mana waktu respons medis yang cepat dan perawatan khusus diperlukan, ketersediaan
telemedicine dapat menjadi sangat penting. Nyawa pasien terselamatkan karena
perawatan dilakukan di tempat tanpa membawa pasien secara fisik ke spesialis yang
jaraknya sangat jauh (Fong dkk, 2011).
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2019, telemedicine adalah pemberian
pelayanan oleh profesional kesehatan dari jarak dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi yang meliputi pertukaran informasi diagnosis, pengobatan,
pencegahan penyakit dan cedera, penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan
penyedia layanan kesehatan guna kepentingan peningkatan kesehatan indiividu dan
masyarakat (Kemenkes, 2019).
3. Tipe-tipe telemedicine
Telemedicine adalah solusi yang baik untuk menghubungkan pasien di daerah
terpencil dan profesional medis di seluruh dunia. Transfer informasi medis yang efisien
dari satu lokasi ke lokasi lain dimungkinkan menggunakan telemedicine. Ini umumnya
mengacu pada pemberian perawatan klinis lintas jarak. Sistem telemedicine didasarkan
pada (Eren & John, 2016).
a. Store-and-Forward Telemedicine
Store and forward telemedicine melibatkan perolehan gambar medis dan
biosignals seperti gambar CT dan MRI, EKG, dan tekanan darah serta mengirimkan
informasi tersebut ke ahli medis dengan waktu yang tepat untuk evaluasi secara off-
line. Sistem ini umumnya digunakan dalam situasi non-darurat. Kemajuan dalam
telemedicine, yaitu teleradiology, teledermatology dan telepathology adalah contoh
dari store-and-forward telemedicine. Data medis yang terorganisir dengan baik, lebih
disukai dalam bentuk elektronik, merupakan komponen telemedicine asinkron.
b. Telemedicine interaktif dua arah
Telemedicine interaktif dua arah memberikan interaksi waktu nyata antara pasien
dan ahli medis. Sistem ini membutuhkan perangkat konferensi video dan infrastruktur
jaringan di kedua sisi untuk menyediakan interaksi tatap muka yang sangat baik dan
transfer informasi medis yang efisien.
c. Pemantauan jarak jauh
Pemantauan jarak jauh memfasilitasi profesional medis dalam mengamati sinyal
fisiologis pasien dari jarak jauh melalui perangkat teknologi. Sistem ini terutama
digunakan untuk merawat pasien lanjut usia dan penyandang cacat dengan penyakit
kronis. Ini menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa mirip dengan pertemuan
tatap muka tradisional dengan pasien dan memberikan kepuasan yang baik kepada
pasien lanjut usia. Umumnya, sistem pemantauan jarak jauh memantau sinyal
fisiologis secara teratur dan mengingatkan para profesional medis selama keadaan
darurat. Sistem pemantauan harus memiliki sedikit baterai, keandalan, penghematan
daya yang baik, dan privasi.
Pada Januari 2013, American Telemedicine Association menerbitkan dokumen yang
menguraikan penggantian Medicare untuk layanan telemedicine atau telehealth yang
berfokus pada layanan tatap muka pasien/klien jarak jauh melalui konferensi video
langsung, layanan non-tatap muka yang dilakukan melalui konferensi video langsung dan
layanan telepon rumah (Martich, 2017).
a. Layanan Tatap Muka Jarak Jauh
Telehealth untuk menyertakan layanan yang memerlukan pertemuan tatap muka
dengan pasien/klien. Penggantian terbatas pada jenis layanan, lokasi geografis, rumah
sakit yang memberikan layanan, dan penyedia perawatan kesehatan. Layanan harus di
luar area statistik yang ditentukan Medicare; namun, penyedia layanan kesehatan
dapat ditemukan di mana saja. Layanan yang dapat diganti termasuk kunjungan
kantor, konsultasi, psikoterapi, dan manajemen farmakologis. Penyedia layanan
kesehatan yang memenuhi syarat untuk mengajukan penggantian termasuk:
1) Dokter
2) Praktisi perawat
3) Asisten dokter
4) Bidan perawat
5) Spesialis perawat klinis
6) Psikolog klinis
7) Pekerja sosial klinis
8) Ahli gizi atau ahli gizi terdaftar
b. Layanan Non-Tatap Muka
Layanan ini, disediakan saat pasien tidak perlu hadir, termasuk meminta ahli
radiologi untuk memeriksa rontgen atau ahli jantung mempelajari elektrokardiogram.
Layanan diganti dengan jumlah yang sama dengan yang dibayarkan jika disediakan di
fasilitas perawatan kesehatan.
c. Layanan Telepon Rumah
Menurut CMS, layanan telehealth di rumah berada di luar cakupan perawatan di
rumah dan oleh karena itu tidak diganti. Ini tidak berarti bahwa agen perawatan rumah
tidak dapat menggunakan telekomunikasi untuk perawatan pasien. Sebaliknya, itu
berarti agensi tidak dapat menagih Medicare/Medicaid untuk layanan tersebut jika
disediakan melalui televisi.
5. Manfaat Telemedicine
Manfaat dari telemedicine meliputi 3 aspek yang saling terkait satu sama lain yaitu
pasien, dokter dan rumah sakit.
1) Manfaat untuk pasien
1) Biaya yang rendah
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa orang-orang yang menggunakan
telemedicine menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah sakit dan memberikan
penghematan biaya. Selain itu, waktu perjalanan yang lebih kurang pengeluaran
sekunder, misalnya pengasuhan anak dan bahan bakar minyak.
2) Peningkatan akses pada perawatan
Telemedicine membantu lebih mudah bagi para penyandang disabilitas untuk
mengakses perawatan. Ini dapat juga meningkatkan akses untuk populasi lain, yang
termasuk orang dewasa yang lebih tua, orang-orang yang secara geografis terisolasi,
dan mereka yang ada dipenjara.
3) Perawatan pada pencegahan
Telemedicine dapat mempermudah orang-orang untuk mengakses perawatan
pencegahan yang dapat meningkatkan kesehatan jangka panjang. Terutama berlaku
pada orang-orang dengan hambatan finansiial atau geografis untuk perawatan yang
berkualitas. Misalnya, sebuah studi pada tahun 2012 dari orang-orang
dengan penyakit arteri koroner menjelaskan bahwa telemedicine preventif dapat
meningkatkan hasil kesehatan.
4) Kemudahan
Telemedicine memungkinkan orang-orang untuk mengakses perawatan dalam
kenyamanan dan privasi di rumah mereka sendiri. Ini memungkinkan bahwa
seseorang tidak harus mengambil cuti dari pekerjaan atau mengatur penitipan anak.
5) Mencegah penyebaran infeksi
Melakukan pemeriksaan ke dokter berarti berada di sekitar orang yang mungkin sakit,
sering kali berada jarak dekat. Ini dapat berbahaya bagi orang-orang dengan kondisi
mendasar atau sistem kekebalan yang lemah. Telemedicine menghilangkan risiko
infeksi di kantor dokter (Kafekepo.com, 2020).
b. Manfaat untuk penyedia layanan kesehatan
1) Mengurangi biaya overhead
Pelaksana yang menawarkan layanan telemedicine dapat dikenakan biaya overhead
lebih sedikit. Misalnya, mereka mungkin membayar lebih sedikit untuk dukungan
meja depan atau dapat berinvestasi di ruang kantor dengan lebih sedikit ruang ujian.
2) Aliran pendapatan tambahan
Dokter mungkin menemukan bahwa telemedicine menambah pendapatan mereka
karena memungkinkan mereka untuk memberikan perawatan kepada lebih banyak
pasien.
3) Lebih sedikit terpapar penyakit dan infeksi
Ketika penyedia layanan melihat pasien dari jarak jauh, mereka tidak perlu khawatir
tentang paparan patogen apa pun yang mungkin dibawa oleh pasien.
4) Kepuasan pasien
Ketika seorang pasien tidak perlu pergi ke rumah sakit atau menunggu perawatan,
mereka mungkin lebih bahagia dengan penyedia mereka (Kafekepo.com, 2020).
10. Kesimpulan
a. Telemedicine adalah pemberian pelayanan kesehatan dari jarak jauh dari kesehatan
profesional dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, meliputi
pertukaran informasi diagnosa, pengobatan, dan pencegahan penyakit cedera,
penelitian dan evaluasi, dan pendidikan berkelanjutan penyedia layanan kesehatan
guna meningkatkan kesehatan individu serta masyarakat.
b. Transfer informasi medis yang efisien dari satu lokasi ke lokasi lain yang
kemungkinan melalui telemedicine. Sistem telemedicine terbagi menjadi 2 yaitu Store
and Forward Telemedicine, telemedicine interaktif antardua arah dan telemedicine
dengan sistem pemantauan jarak jauh.
c. Manfaat telemedicine meliputi 2 aspek yang saling berkaitan antarsatu sama lain yaitu
pasien, dokter dan rumah sakit. Untuk pasien, manfaat yang diperoleh antara lain
biaya pengobatan lebih murah, peningkatan akses untuk perawatan/pengobatan,
perawatan pencegahan, kemudahan dan dapat memperlambat penyebaran infeksi.
Sedangkan untuk penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit dan dokter dapat
mengurangi biaya overhead, mendapatkan aliran pendapatan tambahan, mendapat
lebih sedikit paparan penyaki dan infeksi serta mendapat kepuasaan pasien. Dalam
penggunaan telemedicine, transmisi informasi medis tetap menjadi tantangan karena
alasan berikut (Eren & John, 2016). : Keamanan, pemantauan pasien, aksesibilitas
jaringan, sistem pakar dan kompresi citra medis.
d. Dalam penggunaan telemedicine, transmisi informasi medis tetap menjadi tantangan
karena alasan berikut (Eren & John, 2016). : Keamanan, pemantauan pasien,
aksesibilitas jaringan, sistem pakar dan kompresi citra medis.