Anda di halaman 1dari 17

TELENURSING SEBAGAI SUATU SOLUSI PEMBERIAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA MASYARAKAT DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI


Ikeu Nurhidayah, NPM: 090639481
ABSTRAK
Teknologi informasi yang terus berkembang sekarang ini harus dicermati oleh
dunia kesehatan khususnya dunia keperawatan untuk membantu menjawab
permasalahan kesehatan yang ada. Salah satu teknologi keperawatan yang terus
berkembang adalah telehealth nursing atau telenursing. Telenursing didefiniskan
sebagai suatu proses pemberian, manejemen dan koordinasi asuhan serta
pemberian
layanan kesehatan melalui teknologi informasi dan telekomunikasi (CNA, 2005).
Makalah ini merupakan telaah literatur dari sepuluh jurnal terkait aplikasi
telenursing,
dengan tahun terbit mulai dari 2004 sampai dengan 2010. Tujuannya adalah untuk
memberikan gambaran secara umum tentang telenursing. Berdasarkan hasil telaah
didapatkan bahwa telenursing merupakan suatu peluang dalam peningkatan
kualitas dan
pemerataan pelayanan kesehatan, khususnya di wilayah dengan kondisi geografis
yang
berjauhan seperti Indonesia. Untuk melakukan telenursing diperlukan kesiapan
dalam
sumberdaya manusia, infrastuktur, dan regulasi dari pemerintah dan organisasi
profesi.
Kata kunci: telenursing, telehealth nursing, teknologi informasi.
A. LATAR BELAKANG
Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai
salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu tujuan
pembangunan kesehatan di Indonesia adalah pemerataan pelayanan kesehatan ke

seluruh daerah di Indonesia. Sampai saat ini pembangunan kesehatan di Indonesia


masih belum merata, pembangunan masih terpusat di pulau Jawa, Sumatera dan
kotakota
besar saja. Selain itu pemerintah pun menghadapi permasalahan lain yaitu masih
sulitnya jangkauan masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas layanan kesehatan. Hal
tersebut terjadi karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terpisah oleh
lautan
dan jarak yang saling berjauhan, sehingga pelayanan kesehatan tidak merata.
Fasilitas
pelayanan kesehatan yang lengkap jarang ada di daerah-daerah, sehingga
masyarakat di
daerah sulit mengakses fasilitas kesehatan.
Teknologi informasi yang terus berkembang sekarang ini harus dicermati oleh
dunia kesehatan khususnya dunia keperawatan untuk membantu menjawab
permasalahan kesehatan yang ada. Semakin berkembangnya teknologi informasi
merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan
meningkatkan jangkauan pelayanan keperawatan bagi masyarakat di seluruh
Indonesia,
termasuk masyarakat di daerah yang terpencil dan jauh (rural area). Salah satu
teknologi keperawatan yang terus berkembang adalah telehealth nursing atau tele
nursing.
Telehealth nursing atau telenursing diartikan sebagai praktek pemberian layanan
keperawatan menggunakan teknologi telekomunikasi (Lancet, 2000). Telenursing
adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien,
atau
antar perawat. Telenursing merupakan bagian dari telehealth atau telemedicine dan
beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.

Menurut US Office of Disease Prevention and Health Promotion (2010), salah


satu tujuan telehealth atau telenursing adalah untuk meningkatkan akses yang
lebih
komprehensif dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Adanya hambatan
dalam
struktur kesehatan, akses kesehatan, tenaga kesehatan karena hambatan geografis
dapat
diatasi dengan telenursing. Selain itu telenursing juga mengizinkan perawat untuk
memberikan layanan keperawatannya melalui suatu sistem yang menakjubkan.
B. TELAAH LITERATUR
1. Definisi Telenursing
Telenursing adalah bagian dari telehealth yang terjadi ketika perawat memenuhi
kebutuhan dasar klien dengan menggunakan teknologi informasi, komunikasi dan
webbased
system (Kawaguchi et al, 2004). Telenursing juga didefiniskan sebagai suatu
proses pemberian, manejemen dan koordinasi asuhan serta pemberian layanan
kesehatan melalui teknologi informasi dan telekomunikasi (CNA, 2005). Teknologi
yang dapat digunakan dalam telenursing sangat bervariasi, meliputi: telepon (land
line
dan telepon seluler), personal digital assistants (PDAs), mesin faksimili, internet,
video
dan audio conferencing, teleradiologi, system informasi komputer bahkan melalui
telerobotics (Scotia, 2008).
Walaupun ada sedikit perubahan dalam pemberian asuhan keperawatan melalui
telenursing tetapi hal tersebut tidak merubah prinsip pemberian asuhan
keperawatan
secara fundamental. Seorang perawat yang melakukan telenursing tetap
menggunakan proses keperawatan untuk mengkaji, merencanakan,
mengimplementasikan dan
mengevaluasi serta mendokumentasikan asuhan keperawatan. Telenursing juga

melibatkan proses pemberian pendidikan kesehatan kepada klien, serta adanya


sistem
rujukan. Selain itu telenursing juga tetap mengharuskan adanya hubungan
terapeutik
antara perawat dan klien, dalam telenursing hubungan tersebut dapat terbina
melalui
penggunaan telepon, internet atau alat komunikasi yang lainnya.
2. Area-area praktek keperawatan yang dapat diaplikasikan melalui telenursing
Praktek telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai setting area
keperawatan. Perawat dapat praktek dalam berbagai setting perawatan seperti
ambulatory care, call centers, home visit telenursing, bagian rawat jalan dan bagian
kegawatdaruratan. Bentuk-bentuk telenursing dapat berupa triage telenursing,
callcenter
services, konsultasi melalui secure email messaging system, konseling melalui
hotline service, audio atau videoconferencing antara klien dengan petugas
kesehatan
atau dengan sesama petugas kesehatan, discharge planning telenursing, home-visit
telenursing dan pengembangan websites untuk sebagai pusat informasi dan realtime
counseling pada pasien (CNA, 2005; Centre for E-Health Nursing, 2006; Canadian
Nursing Informatics Association, 2006).
3. Prinsip Telenursing
Menurut Scotia (2008), dalam melakukan telenursing perawat harus menerapkan
beberapa prinsip antara lain: meningkatkan kualitas asuhan keperawatan,
meningkatkan
akses terhadap layanan kesehatan, mengurangi pemberian layanan kesehatan yang
tidak
perlu, melindungi kerahasiaan/privasi informasi klien.
4. Kompetensi, Kualifikasi dan Skill perawat dalam Telenursing

Menurut Scotia (2008), kompetensi yang diperlukan oleh seorang perawat untuk
melakukan telenursing adalah sebagai berikut: memiliki karakteristik personal:
sikap
positif, terbuka terhadap teknologi dan memiliki skill yang baik tentang teknologi;
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengoperasikan teknologi informasi,
seperti kemampuan untuk mengoperasikan kamera, videoconferencing, komputer,
dll;
mengerti tentang keterbatasan dari teknologi yang digunakan; kemampuan untuk
mempertimbangkan sesuai atau tidaknya kondisi klien untuk dilakukan telenursing;
mengetahui protocol dan prosedur telehealth, memiliki kemampuan komunikasi
yang
baik dan melakukan praktek berdasarkan evidence based dan riset5. Perkembangan
Telenursing
Menurut Durrani dan Khoja (2009), telehealth dan telenursing sudah digunakan
di negara-negara maju dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Amerika,
Australia
dan Eropa, beberapa literatur melaporkan tentang kesuksesan dan kegagalan
dalam
melaksanakan telenursing. Di Amerika terdapat McKesson telenursing system,
dimana
telenurses memiliki akses terhadap suatu pusat data sentral melalui link Citrix dan
Wyse
terminal dengan memasukkan password tertentu, kemudian perawat dapat
mengakses
data-data klien. Metode tersebut memungkinkan perawat dan klien berinteraksi
melalui
instant messaging (IM), dan percakapan akan direkam secara otomatis oleh audio
dan
video recorded. Kerahasiaan data klien terjamin karena data hanya bisa diakses
oleh
klien, perawat dan dokter. McKesson menyediakan pendidikan kesehatan jarak jauh

untuk pasien menggunkan webcast dan online modul yang bisa diakses oleh klien
kapan
saja dan dimana saja. Selain itu real time communication melalui IM messaging dan
videoconferencing menjadikan perawat dan klien dapat berkomunikasi sesuai
kebutuhan
klien. Sistem ini juga memungkinkan perawat bisa menelpon ke dokter atau
ambulan
ketika menerima telepon dari klien tanpa memutus komunikasi dengan klien
(George et
al, 2008).
Durrani dan Khoja (2009) melakukan systematic review untuk melihat
perkembangan telehealth dan telenursing di wilayah Asia. Berdasarkan studi
Durrani
dan Khoja didapatkan data bahwa: Jepang merupakan negara yang paling banyak
melakukan telehealth nursing, kemudian India dan HongKong. Telenursing dilakukan
di RS, pusat layanan kesehatan primer, rawat jalan, home-visit, dan hospice care. Di
Asia metode yang digunakan dalam telehealth nursing sebagian besar
menggunakan
non-real time consultation dan videoconferencing. Teknologi yang paling banyak
digunakan di Asia adalah line ISDN, saluran telepon konvensional, koneksi satelit
broadband, mobile phone atau wireless. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
mendapatkan bahwa 40% penelitian tentang aplikasi telenursing mengindikasikan
adanya peningkatan dalam kualitas layanan yang diberikan dan pengguna
telenursing
menyatakan puas.
Menurut Durrani dan Khoja (2009), penelitian telehealth di Asia
mengindikasikan bahwa telehealth nursing dapat meningkatkan kualitas asuhan
dengan
memberikan klien akses yang luas terhadap konsultasi, meningkatkan ketepatan
diagnosa, meningkatkan on-time hospitalization, meningkatkan pengetahuan klien,

memelihara kondisi kesehatan klien, tetapi sebagian besar penelitian ini


mengindikasikan bahwa telehealth tidak cocok untuk pengobatan (curing).
Penelitian
ini juga mengindikasikan bahwa dengan telehealth akan meningkatkan akses
terhadap
pelayanan kesehatan, mengurangi biaya dan waktu perjalanan. Sedangkan dari segi
biaya, sebagian besar penelitian tentang aplikasi telehealth dan telenursing
mengindikasikan bahwa biaya mungkin akan lebih besar jika perawat dan klien
melakukan video atau audioconferncing, sedangkan jika komunikasi dilakukan
melalui
email, IM messaging biaya yang dikeluarkan relatif lebih sedikit. Studi ini juga
mengindikasikan perlunya komitmen pemerintah untuk melakukan telehealth
nursing.
Berdasarkan systematic review oleh Durrani dan Khoja (2009), beberapa
hambatan yang ditemui dalam mengaplikasikan telehealth dan telenursing di
negaranegara
Asia adalah sebagai berikut: inkompatibilitas software yang digunakan antar
negara atau antar institusi; gangguan internet menyebabkan terlambatnya
pengiriman
data atau gambar video dan gangguan transmisi suara; masih tingginya biaya
komunikasi dan alat-alat yang digunakan dalam telehealth nursing; gangguan
komunikasi lainnya seperti adanya masalah ketika terdapat perubahan dalam IP
address
dan konfigurasi penerimaan jaringan, kabel-kabel yang rusak di jaringan pengirim
atau
penerima; masih banyak perawat dan dokter yang masih belum terbiasa dengan
penggunaan teknologi informasi; di negara-negara Asia saat ini infrastuktur
teknologi
informasi belum terlalu baik, tetapi sebagian besar negara Asia sedang
mengembangkan

sistem teknologi informasi di negaranya masing-masing.


6. Model Sistem Telenursing
Salah satu model telenursing adalah model yang diaplikasikan oleh Kawaguchi
et al (2004) dari College of Nursing and Medical Technology, University of Tsukuba,
Jepang, yaitu pengembangan system telenursing untuk pasien dengan kondisi
kronik,
yaitu diterapkan pada klien diabetes mellitus tipe 2. Klien dengan penyakit kronis
seperti DM atau penyakit jantung sangat sesuai untuk melakukan telenursing,
mengingat klien dengan kondisi ini memerlukan pembelajaran dan pemeliharaan
kondisi kesehatan secara terus menerus. Mereka mungkin memiliki motivasi yang
tinggi
tetapi kurang mendapatkan pengetahuan dan kemampuan, dengan adanya
telenursing
maka mereka dapat mengakses informasi dan kontak secara terus menerus dengan
petugas kesehatan, sehingga mereka bisa menginformasikan kondisi kesehatan
mereka
secara up to date dan mereka akan mendapat pengananan segera melalui
telenursing
system. Model yang diaplikasikan Kawaguchi et al (2004) terdiri dari:
- Database server: yang berlokasi di pusat kesehatan universitas wilayah regional,
berfungsi sebagai pusat penyimpan dan penyampai data dan informasi. Melalui
database server ini, klien, perawat dan dokter dapat melihat dan memasukkan data
dalam website.
- Health subcenter: berlokasi di seluruh wilayah di daerah-daerah, dimana di pusat
kesehatan ini terdapat perawat-perawat on call, yang akan mendapatkan instruksi
dari database server, jika ada klien yang membutuhkan bantuan maka klien akan
didatangi oleh perawat dari pusat subcenter terdekat dengan lokasi klien.
Sistem telenursing ini menginformasikan tiga tipe informasi yang akan dikirim
klien kepada perawat. Informasi tersebut adalah:

- Email dari pasien tentang laporan mengenai status kesehatan dan hal lain yang
dianggap penting oleh klien. Pasien mengisi email untuk menuliskan apa yang
dirasakan klien atau untuk bertanya mengenai status kesehatannya. Mereka akan
menulis keadaan kesehatannya saat ini dengan skala visual analog dari skala 1
(sangat baik) sampai skala 5 (buruk), hal ini memungkinkan tenaga kesehatan
dapat
mengkaji klien lebih baik dan memberi respon sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Vital Sign: yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu, diukur oleh klien
karena klien memiliki alat-alat pengukurnya. Selain itu pasien juga memiliki alat
finger pletysmography yang dipasang pada jari klien untuk mengukur gelombang
tubuh sebagai indikator kesehatan klien, alat ini dibuat oleh A BACS detector,
Computer Convenience Ltd, Jepang. Data pletysmography ini ditransfer secara
otomatis melalui laptop klien via data cabel.
- Video mail: yang akan mengirimkan gambar klien, hal ini penting agar perawat
bisa
melihat atau mengevaluasi keadaan kliennya secara langsung melalui visualisasi
gambar atau video denagn webcam Sanwa Supply dan Window MovieMaker. Klien
dapat mengirim videonya melalui fasilitas ini.
- Akses internet menggunakan wireless (Air-H Card G; Honda Electronic Japan)
dengan koneksi 128kbit/s yang akan menghubungkan klien dengan pusat data.
Klien
sangat mudah melakukannya hanya dengan mengklik icon di website saja.Alur
dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi et al (2004)
adalah sebagai berikut:
- Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan memasukkan data-datanya
pada website pasien. Pasien juga dapat melihat data-data sebelumnya di homepage
pasien dan melihat saran/instruski dari dokter atau perawat sesuai dengan
kondisinya.

- Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat dilihat oleh
perawat
dan dokternya setiap hari. Kemudian perawat dan dokter melakukan analisa data
dan
memutuskan apakah pasien hanya memerlukan intervensi melalui telenursing atau
perlu dilakukan homevisit. Jika klien bisa diberikan intervensi melalui telenursing
maka perawat akan memberikan instruksi-instruksi pada website pasien, dan
memastikan apakah pasien melakukan instruksi tersebut atauu tidak dengan
menelpon pasien atau melakukan video conference dengan pasien. Jika pasien
tersebut perlu dilakukan home visit maka perawat di subcentered terdekat akan
mendatangi pasien.
Tampilan website pasien dalam telenursing Pasien menggunakan plethysmograf dan
memasukkan input data dalam website
Sumber: Kawaguchi et al (2004) Sumber: Kawaguchi et al (2004)
Setelah dilakukan telenursing pada klien DM tipe 2 oleh Kawaguchi et al
(2004), mendapatkan beberapa hal sebagai berikut: rata-rata kadar gula darah
puasa
mengalami penurunan secara bermakna dari 142gr/dl menjadi 127gr/dl, tekanan
darah
sistolik turun secara bermakna dari 153mmHg menjadi 141mmHg, tekanan darah
diastolic turun secara bermakna dari 85.4mmHg menjadi 81mmHg. Selain itu klien
merasakan bahwa dirinya lebih bisa melakukan self-management terkait kondisi
kesehatan dan penyakitnya. Sedangkan menurut perawat, telenursing sangat
membantu
menciptakan hubungan yang dekat antara klien dengan perawat, serta dapat
mengefektifkan waktu dalam perawatan.
7. Hasil penelitian lain terkait telenursing
Beberapa hasil penelitian lain yang terkait dengan telenursing adalah sebagai
berikut:

- Robert et al (2007) tentang telenursing in hospice palliative care,hasil penelitian


menyatakan telenursing dapat meningkatkan partnership dan komunikasi yang
lebih
baik antara petugas kesehatan dengan keluarga dan klien, dan meningkatkan
kemampuan keluarga untuk memberikan perawatan palliative care di rumah.
- Cady et al (2009) tentang a telehealth nursing intervention reduces hospitalization
in children with complex health condition, menyimpulkan bahwa pelaksanaan
telenursing melalui telepon bagi anak-anak dengan kondisi kesehatan yang
kompleks yang dilakukan secara continue, terbukti secara bermakna menurunkan
angka hospitalisasi yang tidak terencana, mengurangi stress keluarga,
meningkatkan
kesejahteraan anak dan meningkatkan penggunaan fasilitas layanan kesehatan.
- Thomas et al (2004) tentang impact preoperative education program via
interactive
telehealth network for rural patient having total joint replacement, menyimpulkan
bahwa telenursing class membuat pasien lebih siap ketika akan menjalani operasi
dan mengurangi lama hari rawat pasca operasi.
- Studi etnographi oleh OConnor et al (2004) dengan judul Health professionals
response to the introduction of a home telehealth services, mendapatkan data
bahwa
petugas kesehatan mendapatkan tantangan baru untuk mengintegrasikan
kemajuan
teknologi dalam pelayanan keperawatan yang diberikan.
- Rutenberg, C (2009) menuliskan artikel tentang telephone triage:timely tips,
mengatakan bahwa dengan teletriase terbukti mengefektifkan waktu pemberian
layanan keperawatan pada klien.
Telenursing merupakan salah satu peluang bagi pengembangan praktek
keperawatan di Indonesia. Telenursing dapat menjadi jawaban atas permasalahan

kondisi geografis yang sangat berjauhan di Indonesia. Tetapi untuk mempraktekkan


telenuring ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:- Penyediaan
sumberdaya manusia yang kompeten
Untuk melakukan telenursing diperlukan seorang perawat yang kompeten, yang
mampu menggunakan teknologi informasi, mampu menggunakan protokol dan
mampu bertanggungjawab dan bertanggunggugat terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan terhadap pasien.
- Aspek penyediaan infrastruktur yang mendukung
Untuk melakukan telenursing diperlukan komitmen dan kebijakan lintas sektoral,
antara lain pemerintah, masyarakat dan pihak swaswta, untuk membangun
masyarakat yang melek teknologi. Untuk melakukan telenursing atau e-nursing
pengembangan jaringan komunikasi harus dioptimalkan (Graschew et al, 2009).
Menurut Graschew, et al (2009), infrastruktur yang harus disiapkan antara lain
pengembangan Quality of Service (QoS), yaitu suatu parameter yang terdiri dari
pengembangan bandwith, pencegahan terhadap data loss, data delay, yang
memungkinkan tidak lancarnya komunikasi. Pengembangan jaringan, peningkatan
kapasitas jaringan dan bandwith merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk
memperlancar komunikasi, selain itu pemerintah juga harus meregulasi
pembiayaan
terkait penggunaan internet, sehingga ongkos yang dikeluarkan oleh masyarakat
dalam pemanfaatan teknologi telenursing ini dapat lebih murah.
- Penyediaan protokol dan panduan pelaksanaan telenursing
Seluruh telenurses yang akan melakukan praktek telenursing harus dikoordinasikan
oleh suatu wadah tertentu dalam hal ini adalah lembaga profesi (PPNI), selain itu
harus ada suatu protokol atau guideline yang berisi standard praktek yang
mengatur
kode etik, peran, tanggungjawab dan tanggunggugat telenurses dan peran

masyarakat dalam telenursing. Saat ini sudah ada beberapa guideline telenursing
antara lain Telenursing Practice Guideline yang digunakan di Scotia Canada (2008),
Guidelines for Delegated Medical Functions and Medical Directives (2005), A
Guide for Self-Employed Registered Nurses (2003). Guideline tidak hanya mengatur
perawat tetapi juga profesi kesehatan lain dan masyarakat, contohnya seperti yang
berlaku di Canada yaitu adanya National Initiative for Telehealth Framework of
Guidelines (NIFTE) yang mengatur telehealth secara keseluruhan, berlaku secara
nasional dan mengatur multi-stakeholder, dan kolaborasi interdisiplin. Prosedur ini
mengatur suatu struktur yang didesain untuk membantu individu atau organisasi
untuk mengembangkan telehealth policy, prosedur dan standarnya.
- Aspek liabilitas dan manajemen resiko (risk management)
Issue yang terkait dengan telenursing adalah berkurangnya hubungan terapeutik
antara perawat-klien, tetapi sebetulnya telenursing tidak menghilangkan hubungan
ini karena kedekatan emosional pun dapat terjalin melalui fasilitas komunikasi dan
perawat-klien masih dapat bertemu secara langsung saat kunjungan rumah (Scotia,
2008). Tetapi ada masalah terkait aspek legal dan etik dalam telenursing antara lain
privacy dan confidentiality, kemungkinan bocornya data-data klien jika terjadi
hacking software, bagaimana mengakomodasi pilihan pasien (patients choice),
informed concent yang harus dilakukan akan berbentuk seperti apa, apakah melalui
verbal, tertulis atau direkam (recorded informed concent), dokumentasi
pelaksanaan
asuhan keperawatan, keamanan dan kepemilikan data klien, etika dalam melakukan
telenursing dan proteksi liability. Hal tersebut harus diantisipasi sebelum melakukan
telenursing, dan perlu adanya standar praktek yang mengatur hal-hal tersebut
diatas.
Prospek Telenursing di Indonesia
Prospek telenursing di Indonesia sangat besar, mengingat negara-negara lain di

Asia sudah melakukan telenursing mulai dekade tahun 2000-an. Telenursing sangat
sesuai diterapkan di Indonesia untuk mengatasi belum meratanya pembangunan
kesehatan yang diakibatkan kondisi geografis yang terpisah-pisah, selain itu jumlah
dan
fasilitas pelayanan kesehatan belum merata. Tetapi sebelumnya infrastuktur
teknologi
harus mendukung pelaksanaan telenursing, seperti pengadaan jaringan internet ke
desadesa,
menekan harga PC atau laptop sehingga terjangkau oleh kalangan menengah, dan
menekan cost internet per kilobite-nya, sehingga biaya dapat ditekan, serta
perlunya
regulasi nasional terkait telehealth, penyediaan standar praktek dan panduan serta
kesiapan perawat dan dokter untuk melakukan telehealth nursing.
Salah satu bentuk telenursing yang sudah berlaku di Indonesia adalah prinsip
call center di berbagai rumah sakit dan pusat perawatan yang menerima
pengaduan dan
layanan melalui telepon, melakukan teletriage bila pasien mengalami kondisi
kegawatdaruratan. Tetapi praktek telenursing yang lebih canggih menggunakan
teknologi videoconferencing antara klien dan perawat mungkin belum diaplikasikan,
model tersebut lebih banyak diaplikasikan di institusi pendidikan keperawatan yang
menjalankan distance learning sedangkan di institusi pelayanan mungkin akan
diaplikasikan pada tahun-tahun mendatang.
C. SIMPULAN
Telenursing didefiniskan sebagai suatu proses pemberian, menejemen dan
koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan melalui teknologi informasi
dan
telekomunikasi (CNA, 2005). Praktek telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai
setting area keperawatan, dan dapat berbentuk ambulatory care, call centers, home
visit

telenursing, bagian rawat jalan dan bagian kegawatdaruratan. Untuk dapat


mengaplikasikan telenursing ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain
sumberdaya manusia kesehatan yang melek teknologi, infrastuktur teknologi
informasi
yang memadai, tersedianya panduan dan standar praktek bagi telenurses, adanya
kode
etik dan suatu badan yang akan mengatur praktek telenursing dengan profesi
kesehatan
yang lain sebagai bagian dari praktek telehealth. Indonesia merupakan negara
kepulauan yang sangat sesuai untuk pengaplikasian telenursing sebagai jawaban
atas
permasalahan kurang meratanya pelayanan kesehatan di wilayah Indonesia, tetapi
tentu
saja pemerintah dan organisasi profesi harus membuat regulasi yang akan
mengatur
praktek telenursing, yaitu membuat standar praktek, kode etik, protokol dan
panduan
telenursing di Indonsia, selain penyediaan infrastuktur teknologi informasi yang
mendukung.
KEPUSTAKAAN
Barret, et al. (2009). Challenges faced in implementationof a telehealth enabled
chronic
wound care system. The International Electronic Journal of Rural and Remote
Health Research, Education, Practice and Policy. ARHEN:http//www.rrh.org.au
Diakses melalui www.proquest.com tanggal 29 Oktober 2010.
Cady, et al. (2009). A telehealth nursing intervention reduces hospitalizations in
children with complex health condition. Journal of Telemedicine and Telecare
2009; 15: 317-320. Diakses melalui www.ebsco.com tanggal 29 September
2010.

Canadian Nurses Assosiation. (2005). NurseOne, the Canadian Nurses Portal


Ottawa.
Diperoleh melalui www.cna-alic.ca Tanggal 24 Oktober 2010. Canadian Nursing
Informatics Assosiation. 2006. Satgger, Bragley-Thompson quotes.
Diperoleh melalui http://www.cnia.ca/about.htm Tanggal 20 Oktober 2010.
Center for E-Health Nursing. 2006. Diperoleh dari
http://www.centerhealthnurse.com/centerhealth.html. Tanggal 21 Oktober 2010.
Chamber, P. (2009). Millenial generation nurses at work in teletriage. AAACN
Viewpoint; Jul/Aug 2009; 31: 12-14. Diakses melalui www.proquest.com
tanggal 20 Oktober 2010.
George et al. (2008). How safe is telenursing from home?. Australian Journal of
Advanced Nursing, Volume 26 Number 1: 26-31. Diakses melalui
www.proquest.com tanggal 29 Oktober 2010.
Graschew et al. (2008). Network design for telemedicine e-health using satellite
technology. R.Latifi (Ed.): IOS Press. Diakses melalui www.ebsco.com tanggal
30 Oktober 2010.
Hibbert et al. (2004). Health professionals responses to the introduction of a home
telehealth services. Journal of Telemedicine and Telecare 2004; 10: 226-230.
Diakses melalui www.ebsco.com tanggal 29 September 2010.
Kawaguchi et al. (2004). Development of a telenursing system for patients with
chronic
condition. Journal of Telemedicine and Telecare; 10: 239-244. Diakses melalui
www.ebsco.com tanggal 30 Oktober 2010.
Durrani, H & Khoja. (2009). A systematic review of the use of telehealth in Asian
countries. Journal of Telemedicine and Telecare 2009; 15: 175-181. Diakses
melalui www.proquest.com tanggal 29 Oktober 2010.
Robert, D et al. (2007). Telenursing in hospice palliative care. The Canadian Nurse:

May 2007; 103. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 29 Oktober 2010.


Rutenberg, C. (2009). Telephone triage: timely tips. AAACN Viewpoint Sep/Oct
2009;31:4-6. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 25 Oktober 2010.
Scotia. (2008). Telenursing practice guideline. College of Registered Nurses of Nova
Scotia. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 20 Oktober 2010.
Wade et al. (2010). A systematic review of economic analysis of telehealth service
using
real time video communication. BMC Health Service Research, 2010: 233-247.
Diakses melalui www.proquest.com tanggal 29 Oktober 2010.
Wilson, L.S (2008). Technologies for complex and critical care telemedicine. R.Latifi
(Ed.): IOS Press. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 29 Oktober 2010.
Yun et al. (2008). Critical to quality in telemedicine service management:
application of
DFSS (design for six sigma) and SERVQUAL. Nursing Economics, Volume 26,
Number 6: 384-388. Diakses melalui www.proquest.com tanggal 29 Oktober
2010.

Anda mungkin juga menyukai