Menurut Scotia (2008), kompetensi yang diperlukan oleh seorang perawat untuk
melakukan telenursing adalah sebagai berikut: memiliki karakteristik personal:
sikap
positif, terbuka terhadap teknologi dan memiliki skill yang baik tentang teknologi;
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengoperasikan teknologi informasi,
seperti kemampuan untuk mengoperasikan kamera, videoconferencing, komputer,
dll;
mengerti tentang keterbatasan dari teknologi yang digunakan; kemampuan untuk
mempertimbangkan sesuai atau tidaknya kondisi klien untuk dilakukan telenursing;
mengetahui protocol dan prosedur telehealth, memiliki kemampuan komunikasi
yang
baik dan melakukan praktek berdasarkan evidence based dan riset5. Perkembangan
Telenursing
Menurut Durrani dan Khoja (2009), telehealth dan telenursing sudah digunakan
di negara-negara maju dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Amerika,
Australia
dan Eropa, beberapa literatur melaporkan tentang kesuksesan dan kegagalan
dalam
melaksanakan telenursing. Di Amerika terdapat McKesson telenursing system,
dimana
telenurses memiliki akses terhadap suatu pusat data sentral melalui link Citrix dan
Wyse
terminal dengan memasukkan password tertentu, kemudian perawat dapat
mengakses
data-data klien. Metode tersebut memungkinkan perawat dan klien berinteraksi
melalui
instant messaging (IM), dan percakapan akan direkam secara otomatis oleh audio
dan
video recorded. Kerahasiaan data klien terjamin karena data hanya bisa diakses
oleh
klien, perawat dan dokter. McKesson menyediakan pendidikan kesehatan jarak jauh
untuk pasien menggunkan webcast dan online modul yang bisa diakses oleh klien
kapan
saja dan dimana saja. Selain itu real time communication melalui IM messaging dan
videoconferencing menjadikan perawat dan klien dapat berkomunikasi sesuai
kebutuhan
klien. Sistem ini juga memungkinkan perawat bisa menelpon ke dokter atau
ambulan
ketika menerima telepon dari klien tanpa memutus komunikasi dengan klien
(George et
al, 2008).
Durrani dan Khoja (2009) melakukan systematic review untuk melihat
perkembangan telehealth dan telenursing di wilayah Asia. Berdasarkan studi
Durrani
dan Khoja didapatkan data bahwa: Jepang merupakan negara yang paling banyak
melakukan telehealth nursing, kemudian India dan HongKong. Telenursing dilakukan
di RS, pusat layanan kesehatan primer, rawat jalan, home-visit, dan hospice care. Di
Asia metode yang digunakan dalam telehealth nursing sebagian besar
menggunakan
non-real time consultation dan videoconferencing. Teknologi yang paling banyak
digunakan di Asia adalah line ISDN, saluran telepon konvensional, koneksi satelit
broadband, mobile phone atau wireless. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
mendapatkan bahwa 40% penelitian tentang aplikasi telenursing mengindikasikan
adanya peningkatan dalam kualitas layanan yang diberikan dan pengguna
telenursing
menyatakan puas.
Menurut Durrani dan Khoja (2009), penelitian telehealth di Asia
mengindikasikan bahwa telehealth nursing dapat meningkatkan kualitas asuhan
dengan
memberikan klien akses yang luas terhadap konsultasi, meningkatkan ketepatan
diagnosa, meningkatkan on-time hospitalization, meningkatkan pengetahuan klien,
- Email dari pasien tentang laporan mengenai status kesehatan dan hal lain yang
dianggap penting oleh klien. Pasien mengisi email untuk menuliskan apa yang
dirasakan klien atau untuk bertanya mengenai status kesehatannya. Mereka akan
menulis keadaan kesehatannya saat ini dengan skala visual analog dari skala 1
(sangat baik) sampai skala 5 (buruk), hal ini memungkinkan tenaga kesehatan
dapat
mengkaji klien lebih baik dan memberi respon sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Vital Sign: yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, suhu, diukur oleh klien
karena klien memiliki alat-alat pengukurnya. Selain itu pasien juga memiliki alat
finger pletysmography yang dipasang pada jari klien untuk mengukur gelombang
tubuh sebagai indikator kesehatan klien, alat ini dibuat oleh A BACS detector,
Computer Convenience Ltd, Jepang. Data pletysmography ini ditransfer secara
otomatis melalui laptop klien via data cabel.
- Video mail: yang akan mengirimkan gambar klien, hal ini penting agar perawat
bisa
melihat atau mengevaluasi keadaan kliennya secara langsung melalui visualisasi
gambar atau video denagn webcam Sanwa Supply dan Window MovieMaker. Klien
dapat mengirim videonya melalui fasilitas ini.
- Akses internet menggunakan wireless (Air-H Card G; Honda Electronic Japan)
dengan koneksi 128kbit/s yang akan menghubungkan klien dengan pusat data.
Klien
sangat mudah melakukannya hanya dengan mengklik icon di website saja.Alur
dalam pelaksanaan telenursing yang diaplikasikan Kawaguchi et al (2004)
adalah sebagai berikut:
- Klien akan memasukkan informasi setiap hari dengan memasukkan data-datanya
pada website pasien. Pasien juga dapat melihat data-data sebelumnya di homepage
pasien dan melihat saran/instruski dari dokter atau perawat sesuai dengan
kondisinya.
- Informasi dari pasien akan disimpan oleh pusat data dan dapat dilihat oleh
perawat
dan dokternya setiap hari. Kemudian perawat dan dokter melakukan analisa data
dan
memutuskan apakah pasien hanya memerlukan intervensi melalui telenursing atau
perlu dilakukan homevisit. Jika klien bisa diberikan intervensi melalui telenursing
maka perawat akan memberikan instruksi-instruksi pada website pasien, dan
memastikan apakah pasien melakukan instruksi tersebut atauu tidak dengan
menelpon pasien atau melakukan video conference dengan pasien. Jika pasien
tersebut perlu dilakukan home visit maka perawat di subcentered terdekat akan
mendatangi pasien.
Tampilan website pasien dalam telenursing Pasien menggunakan plethysmograf dan
memasukkan input data dalam website
Sumber: Kawaguchi et al (2004) Sumber: Kawaguchi et al (2004)
Setelah dilakukan telenursing pada klien DM tipe 2 oleh Kawaguchi et al
(2004), mendapatkan beberapa hal sebagai berikut: rata-rata kadar gula darah
puasa
mengalami penurunan secara bermakna dari 142gr/dl menjadi 127gr/dl, tekanan
darah
sistolik turun secara bermakna dari 153mmHg menjadi 141mmHg, tekanan darah
diastolic turun secara bermakna dari 85.4mmHg menjadi 81mmHg. Selain itu klien
merasakan bahwa dirinya lebih bisa melakukan self-management terkait kondisi
kesehatan dan penyakitnya. Sedangkan menurut perawat, telenursing sangat
membantu
menciptakan hubungan yang dekat antara klien dengan perawat, serta dapat
mengefektifkan waktu dalam perawatan.
7. Hasil penelitian lain terkait telenursing
Beberapa hasil penelitian lain yang terkait dengan telenursing adalah sebagai
berikut:
masyarakat dalam telenursing. Saat ini sudah ada beberapa guideline telenursing
antara lain Telenursing Practice Guideline yang digunakan di Scotia Canada (2008),
Guidelines for Delegated Medical Functions and Medical Directives (2005), A
Guide for Self-Employed Registered Nurses (2003). Guideline tidak hanya mengatur
perawat tetapi juga profesi kesehatan lain dan masyarakat, contohnya seperti yang
berlaku di Canada yaitu adanya National Initiative for Telehealth Framework of
Guidelines (NIFTE) yang mengatur telehealth secara keseluruhan, berlaku secara
nasional dan mengatur multi-stakeholder, dan kolaborasi interdisiplin. Prosedur ini
mengatur suatu struktur yang didesain untuk membantu individu atau organisasi
untuk mengembangkan telehealth policy, prosedur dan standarnya.
- Aspek liabilitas dan manajemen resiko (risk management)
Issue yang terkait dengan telenursing adalah berkurangnya hubungan terapeutik
antara perawat-klien, tetapi sebetulnya telenursing tidak menghilangkan hubungan
ini karena kedekatan emosional pun dapat terjalin melalui fasilitas komunikasi dan
perawat-klien masih dapat bertemu secara langsung saat kunjungan rumah (Scotia,
2008). Tetapi ada masalah terkait aspek legal dan etik dalam telenursing antara lain
privacy dan confidentiality, kemungkinan bocornya data-data klien jika terjadi
hacking software, bagaimana mengakomodasi pilihan pasien (patients choice),
informed concent yang harus dilakukan akan berbentuk seperti apa, apakah melalui
verbal, tertulis atau direkam (recorded informed concent), dokumentasi
pelaksanaan
asuhan keperawatan, keamanan dan kepemilikan data klien, etika dalam melakukan
telenursing dan proteksi liability. Hal tersebut harus diantisipasi sebelum melakukan
telenursing, dan perlu adanya standar praktek yang mengatur hal-hal tersebut
diatas.
Prospek Telenursing di Indonesia
Prospek telenursing di Indonesia sangat besar, mengingat negara-negara lain di
Asia sudah melakukan telenursing mulai dekade tahun 2000-an. Telenursing sangat
sesuai diterapkan di Indonesia untuk mengatasi belum meratanya pembangunan
kesehatan yang diakibatkan kondisi geografis yang terpisah-pisah, selain itu jumlah
dan
fasilitas pelayanan kesehatan belum merata. Tetapi sebelumnya infrastuktur
teknologi
harus mendukung pelaksanaan telenursing, seperti pengadaan jaringan internet ke
desadesa,
menekan harga PC atau laptop sehingga terjangkau oleh kalangan menengah, dan
menekan cost internet per kilobite-nya, sehingga biaya dapat ditekan, serta
perlunya
regulasi nasional terkait telehealth, penyediaan standar praktek dan panduan serta
kesiapan perawat dan dokter untuk melakukan telehealth nursing.
Salah satu bentuk telenursing yang sudah berlaku di Indonesia adalah prinsip
call center di berbagai rumah sakit dan pusat perawatan yang menerima
pengaduan dan
layanan melalui telepon, melakukan teletriage bila pasien mengalami kondisi
kegawatdaruratan. Tetapi praktek telenursing yang lebih canggih menggunakan
teknologi videoconferencing antara klien dan perawat mungkin belum diaplikasikan,
model tersebut lebih banyak diaplikasikan di institusi pendidikan keperawatan yang
menjalankan distance learning sedangkan di institusi pelayanan mungkin akan
diaplikasikan pada tahun-tahun mendatang.
C. SIMPULAN
Telenursing didefiniskan sebagai suatu proses pemberian, menejemen dan
koordinasi asuhan serta pemberian layanan kesehatan melalui teknologi informasi
dan
telekomunikasi (CNA, 2005). Praktek telenursing dapat diaplikasikan dalam berbagai
setting area keperawatan, dan dapat berbentuk ambulatory care, call centers, home
visit