Disusun Oleh :
Gambar 1.2 Tiga level keamanan untuk proteksi data pasien untuk menjaga privasi pasien.
Gambar 1.3. Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan
(Sumber : http://ijahsp.nova.edu/articles/1vol2/telehealth.jpg, diperoleh tanggal 9 Oktober
2011)
Gambar 1.4. Jenis dan pembagian Telehealth (Sumber: Greenberg M. Elisabeth, 2011)
Prinsif dalam pemberian asuhan keperawatan salah satunya adalah efektifitas dan
efisiensi sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak penelitian yang
mendukung bahwa inovasi telenursing sangat berdampak positif bagi pelayanan keperawatan,
berikut dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian maupun artikel ilmiah lainnya di jurnal-
jurnal kesehatan sebagai berikut :
2. Tele-education in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas
kesehatan yang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses melalui
jalan darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga mereka
kurang terpapar informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai
pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan sebagai
sarana penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat darurat
terhadap petugas kesehatan yang bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education
dapat diterapkan empat domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan,
3) hubungan (relationship), dan 4) sikap (attituds).
4. Using the Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1
(Rufo, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian
perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan
keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh. Dengan
menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman dapat
dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan didaerah
terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien secara langsung
melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari penerapan model teknologi
yang mempercepat pemecahan masalah klinis dan pengambilan keputusan, sehingga
mempercepat pemberian perawatan kritis dan akhirnya meningkatkan hasil yang
diharapkan.
5. A second set of eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini
dijelaskan bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah
diterapkan dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem
perawatan kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim
perawatan tetap belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan yang lain
tetap skeptis meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan manfaat yang
didapat. Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi hasil klinis dan
fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah wawasan tentang perawatan
klinis.Konsep tele-ICU memberikan manfaat bagi tim perawatan untuk memperoleh
kemudahan dalam pengawasan pasien jarak jauh, tidak untuk mengendalikan atau
mengganggu, tetapi untuk mendukung dan meningkatkan kualitas perawatan. Saat
pasien kritis keluarga, tim ICU dan tele-ICU dapat berbagi pengalaman, berkolaborasi
untuk menemukan solusi, dan pemahaman melalui tele-ICU, serta belajar bagaimana
bersama tim dapat meningkatkan perawatan pasien.
8. Home-Based Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan data
bahwa secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena dari segi
biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi efektifitasnya pasien
tidak perlu datang ke tempat pelayanan kesehatan yang dituju, tetapi cukup hanya
dengan berinteraksi melalui Telemediciene maupun Telenursing pasien sudah dapat
terlayani. Namun masalah yang muncul dalam penilaian ini adalah bahwa mereka tidak
mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral maupun implikasi etis dari penerapan metode
ini. Oleh sebab itu sebagai pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan atau
perawat yang mengelolanya harus memilki pemahaman yang luas tentang keilmuan
keperawatan itu sendiri maupun metode Telenursing yang digunakan.
Dari berbagai sumber hasil penelitian maupun kajian literatur diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa metode pelayanan keperawatan yang menggukana model Telenursing
efektif digunakan dalam aktifitas pelayanan kesehatan, sebagaimana berikut ini :
1. Bisa digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
petugas kesehatan khususnya tenaga keperawatan yang berada dimasyarakat maupun
dipelosok yang secara geografis sulit diakses, dengan mengembangkan model Tele-edu
atau Tele- cosulting yang dapat memfasilitasi pembelajaran maupun konsultasi asuhan
keperawatan dari perawat primer kepada perawat spesialis, atau model Tele-ICU
dimana pelayanan intensive care dapat diberikan pada pasien yang berada ditempat
yang terisolasi namun memiliki fasilitas ICU yang memadai serta mempunyai care
giver.
2. Bisa digunakan sebagai sarana memantau perkembangan serta memandirikan pasien
atau keluarga untuk merawat diri sendiri melalui metode Telenursing. Pasien yang
sudah bisa pulang dan harus menjalani perawatan secara mandiri dirumah dapat di
folow up melalui metode ini.
3. Bisa digunakan sebagai sarana memandu dan memantau rehabilitasi pasien pasca
dirawat di rumah sakit. Dengan metode Telenursing ini petugas dapat memantau dan
memandu langkah-langkah rehabilitasi yang harus dijalani pasien-pasien dengan
masalah tertentu pada fase out pation.
Dalam memulai suatu sistem tentu saja terdapat kendala, baik dari segi SDMnya,
fasilitas infrasutruktur maupun biaya yang harus dikeluarkan untuk mendukung
berjalannya suatu sistem, oleh sebab itu sistem perlu dirancang secara matang dengan
pendekatan pengembangan sistem, diantaranya : 1) analisa sistem, 2) rancangan sistem,
3) implementasi sistem, 4) pemeliharaan sistem dan 4) peningkatan sistem (Sabarguna,
2011).