Dosen Pengampu :
Ns. Deswita, M.Kep.Sp.Kep.An.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan pada anak dengan
Leukemia”
Makalah ini telah kami susun dan kerjakan dengan semaksimal mungkin.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari Ibu/Bapak Dosen dan saudara
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun inspirasi tehadap pembaca.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan Makalah ....................................................................... 1
1.3 Manfaat .................................................................................................... 1
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 27
4.2 Saran ....................................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang
abnormal dan ganas serta sering disertai adaya leukosit dengan jumah berlebihan
yang dapat meyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. Kemudian leukimia
limfoid atau limfositik akut ini meupakan kanker jaringan yang menghasilkan
leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga jumlahnya yang menyusup ke
berbagai organ seperti sumsum tulang dan mengganti unsur sel yang normal
sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit kurang untuk mencukupi kebutuhan sel.
Trombositpun berkurang sehingga timbul perdarahan. Proses masuknya leukosit
yang berlebihan dapat menimbulkan hepatomegali apabila terjadi pada hati,
splenomegali, dan lain-lain.
Jadi Leukimia adalah proliferasi patologin dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir dengan fatal. Leukimia dikatakan penyakit
darah yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah
yaitu pada sumsum tulang.
2.2 Patofisiologi
Adanya proliferasi sel kanker sehingga sel kanker bersaing dengan sel normal
untuk mendapatkan nutrisi dengan cara infiltrasi sel normal digantikan dengan sel
kanker. Dengan adanya sel kanker akan terjadi depresi sumsum tulang yang akan
mempengaruhi eritrosit, leukosit, faktor pembekuan dan jaringan meningkat
karena adanya depresi dari sumsum tulang maka produksi eritrosit menurun dan
terjadi anemia, produksi leukosit juga menurun sehingga sistem retikoloendotelial
akan terpengaruh dan menyebabkangangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
2
mengalami infeksi manisfestasinya berupa demam. Faktor pembekuan juga
mengalami penurunan sehingga terjadi perdarahan yang akan menimbulkan
trimbositopenia. Dengan adanya pergantian sel normal oleh sel kanker terjadi
infiltrasi extra medular sehingga terjadi pembesaran limfer, lifer, nodus limfer dan
tulang sehingga bisa menimbulakan nyeri tulang dan persendian. Hal tersebut juga
mempengaruhi SSP (Sistem Saraf Pusat) yakni adanya infiltrasi SPP sehungga
timbullah meningitis leukimia, hal tersebut juga akan mempengaruhi metabolisme
sehingga sel akan kekurangan makanan.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan morfologi sel terdapat 5 golongan besar leukimia sesuai dengan lima
macam sistem dalam sumsum tulang, yaitu:
1. Leukimia sistem eritropoitik: mielosis, eritremika.
2. Leukimia sistem granulopoitik: leukimia granulosit.
3. Leukimia sistem trombopoitik: leukimia megakarolosit.
4. Leukimia sistem limfopoitik: leukimia megakarlosit.
5. Leukimia RES: retikulo endoteliosis atau retikolosis.
1. Penyebab
LLA lebih sering dijumpai pada anak usia 3-5 tahun , dan lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada perempuan.
Sampai sekarang penyebabnya belum diketahui, diduga karena virus (virus
onkogenik). Faktor lain yang berperan:
3
2. Gejala klinis
1. Gejala khas: pucat, panas, pendarahan, splenomegali, hepatomegali,
limfadenopati.
2. Gejala tidak khas: sakit sendi/ sakit tulang
3. Gejala lain: lesi purpura pada kulit.
3. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah tepi: adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi mononton terdapat sel blast, yang
merupakan gejala patogonomik untuk leukimia.
2. Susmsum tulang: dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan
gambaran yang mononton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik
patologis sedangkan sistem lain terdesak (apabila sekunder).
4. Pemeriksaan lain
1. Biopsi limpa
2. Kimia darah
3. Cairan serebrospinal
4. Sitogenik
5. Pengobatan
1. Transfusi darah bila Hb kurang dari 6 g/dL.
2. Kortikosteroid
3. Sistostatika
4. Imunoterapi
5. Infeksi sekunder dihindarkan (isolasi).
1. Insiden
Lebih sering pada laki-laki dan ditemukan pada umur kurang dari 40
tahun. Pada ysia 60 tahun keatas insiden tinggi.
4
2. Gejaa klinis
Limfodenopati, splenomegali hepatomegali, anemia hemolitik,
trombositopenia.
3. Pemeriksaan Lab
1. Darah tepi: limfositosis 50.000/mm
2. Sumsum tulang: adanya infiltrasi merata
4. Pengobatan
Clorambucil dan kortikosteroid.
1. Insiden
Lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak
(15%) dan lebih sering pada laki-laki.
2. Gejalas klinis.
Rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun, nyeri tulang, pembesaran
kelenjar getah bening, bembesaran kelenjar mediastrium, anemia ptekie,
pendarahan, infeksi.
2. Gejala klinis
Rasa lelah, penurunan berat badan, rasa penuh di perut, splenomegali.
3. Pemeriksaan lab
Leukosit lebih dari 50.000/mm
Trombositopenia
Kadar fosfatose alkali leukosit rendah.
5
Kenaikan kadar vitamin B16 dalam darah.
Sumsum tulang : Hiper seluler dengan peningkatan jumah megalicitiosil
dan aktvitas granulopolsis.
4. Manifestasi klinik
Pilek, pucat, lesu, mudah terstimulasi, demam, anoreksia, berat badan
menurun, ptechiae, nyeri tulang dan persendian, nyeri abdomen,
limfadenopati, hepatoslenomegali.
2.5 Pentalaksanaan
Medik
Transfusi darah. Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6
gram%
Kartikosteroid
6
Sitostatika. Diberikan metotreksat atau MTX 2 minggu/kg BB secara
intrafekal 3x seminggu 6-Merkaptopurin atau 6-MP setiap hari degan
dosis 65 mg/m2 lus permukaan badan
Infeksi sekunder dihindarkan
Imunoterapi
Keperawatan
Masalah pasien yang harus diperhatikan umumnya sm dengan pasien
lain yang menderita penyakit darah. Tetpi karena prognosis pasien
pada umumnya kurang menggembirakan (sama seperti kanke lainnya)
maka pendekatan psikososial harus diutamakan. Yang perlu
diusahaakan adalah ruangan yang aseptik dan cara bekerja yang aseptik
pula. Sikap perawat yang ramah dan lembut diharapkan tidak hanya
untuk pasien saja tetapi juga paa kkelurga yang dalam hl ini sangat
peka perasaannya jika mengetahui penyakit anaknya.
2.6 Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Pendarahan
d. Splenomegali
e. Hepatomegali (Asra,2010)
2.7 Prognosis
1 Umur saat diagnosa Umur 2-9 tahun Umur <2 tahun atau
prognosa baik >10 tahun prognosa
buruk
2 Jumlah sel darah Lebih dari 50.000 Lebih dari 50.000
putih prognosa buruk mm2 prognosa buruk
3 Jenis kelamin Wanita lebih sering -
7
sembuh
4 Translokasi Perubahan kromosom -
kromosom 2 dan 21 prognosa
baik
5 Down syndrome - Jik ddignosa sebelum
4 tahun, prognosa
baik
6 Jumlah kromosom Sisa kromosom yang -
yag sehat sehat lebih ddari 50,
prognosa baik
7 Myelodisplstic - Memiliki riwayat
syndrome myelodisplastic
syndrome prognosis
buruk
(American Cancer Society,2012)
ASUHAN KEPERAWATAN
DiagnosaKeperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak
adekuat pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan
sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit imatur,
imunosupresi, penekanan sumsum tulang.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan
pemasukan cairan (mual, anoreksia), peningkatan kebutuhan
cairan (status hipermetabolik,demam).
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen
fisikal (pembesaran nodul limfe, sumsum tulang yang
8
dikemas dengan dengan sel leukemik ), agen kimia
(pengobatan anti leukemik).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum,penurunan cadangan energi, peningkatan laju
metabolik dari produksi leukosit massif, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan melemahnya kemampuan fisik.
7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.
8. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber, salah
interpretasi informasi.
Intervensi
1. Diagnosa I : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan tak adekuat pertahanan sekunder : gangguan dalam
kematangan sel darah putih, peningkatan jumlah limfosit
imatur , imunosupresi , penekanan sumsum tulang.
Tujuan : Mencegah timbulnya infeksi.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah /
menurunkan resiko infeksi.
b. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk
meningkatkan keamanan lingkungan,
meningkatkanpenyembuhan.
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruang khusus,batasi pengunjung sesuaiindikasi.
b. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik
untuk semua petugas danpengunjung.
c. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dancairan.
d. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium ( hitung darah
lengkap).
9
2. Diagnosa II : Resiko kurang volume cairan berhubungan
dengan kehilangan berlebihan (muntah, perdarahan, diare),
penurunan pemasukan cairan (mual,anoreksia).
Tujuan : Mempertahankan kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan
oleh tanda vital stabil, nadi teraba, haluaran urin,
berat jenis dan PH dalam batas normal.
b. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yangtepat.
c. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk
mencegah terjadi defisit volumecairan.
Intervensi :
a. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak
kasat mata dan keseimbangan cairan. Perhatikan
penurunan urin pada adanya pemasukan adekuat,
ukur erat jenis dan PHurin.
b. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
c. Implementasikan tindakan untuk mencegah
cedera jaringan / perdarahan.
d. Perhatikan adanya mual dan demam.
e. Kolaborasi:
1) Berikan cairan IV sesuai indikasi.
2) Awasi pemeriksaan laboratorium
10
Mual dan muntah berkurang atau bahkan
menghilang, berat badan dapat dipertahankan, klien
bisa menghabiskan makan 1 porsi.
Intervensi :
a. Monitor pemasukan dan pengeluaranmakanan.
b. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.
c. Pastikan pola diit makanan yang disukai dan tidakdisukai.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
11
1) Awasi kadar asamurat.
2) Berikan obat sesuai indikasi : analgesic, contoh :
asetaminofen (Tylenol).
3) Narkotik, missal : kodein, meperdin (Demerol),
morfin, hidromorfon(dilaudis).
12
b. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat
tanpa gangguan dorong istirahat sebelum makan.
13
Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihanmulut
sebelum makan dan berikan antiemetik sesuaiindikasi.
c. Kolaborasi : berikan oksigentambahan
14
Intervensi :
a. Ajari orang tua tentang perkembangan anak sesuaiusia
b. Perkuat perkembangan kata-kata dengan
pengulangan kata yangdigunakan anak
c. Ajak anak bermain untuk merangsang kemampuan
motorik dan pendengaran
d. Kaji tingkat perkembangan yang telah dicapai olehanak
15
Kriteria hasil :
Intervensi :
SAP Leukimia
16
B. Tujuan intruksional Khusus
C. Materi
1. Pengertian Leukemia
2. penyebab Leukemia
3. tanda dan gejala Leukemia
4. komplikasi Leukemia
5. pemeriksaan diagnostik Leukemia
6. penatalaksanaan terapi Leukemia
7. masalah keperawatan yang dapat terjadi pada anak dengan Leukemia.
8. Tindakan perawatan yang dapat dilakukan orangtua di rumah
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
E. Alat Peraga/Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Pembelajaran
17
Tahap/Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan orangtua
Pendahuluan
5 menit Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan tujuan pendidikan dan mendengarkan
kesehatan Menjawab
Menyebutkan materi yang pertanyaan
diberikan
Menanyakan kesiapan peserta
18
5 menit pada orangtua untuk menanyakan Memperhatikan
hal-hal yang belum dipahami dan Menyimak
Memberikan penjelasan
Menyimpulkan hasil
pembelajaran
Mengucapkan salam penutup
G. Evaluasi
Lampiran SAP
1. Defenisi
Leukemia adalah penyakit keganasan yang mengenai darah yang ditandai
dengan kegagalan sumsum tulang dalam membentuk sel darah normal yang dapat
menyebar ke berbagai organ lain.
2. Etiologi
19
3. Agen virus HTLV – 1.
3. Patofisiologi
Dimulai dari adanya sel kanker yang mengenai sum – sum tulang sebagai
pusat produksi sel darah, sel kanker kemudian menyebar melalui darah ke
berbagai jaringan tubuh. Kegagalan sumsum tulang dalam mempertahankan
fungsinya menyebabkan terjadi kettidak normalan pembentukan sel darah,
peningkatan sel darah putih matang sehingga fungsinya sebagai tentara dalam
melawan kuman penyakit berkurang, menjadikan anak mudah mengalami
berbagai penyakit, produksi sel darah merah juga menurun menyebabkan anak
mengalami pucat, mudah lelah, dan sesak napas. Komponan darah yang berfungsi
untuk menghentikan perdarahan juga menurun menyebabkan anak dapat
mengalami perdarahan yang sulit dihentikan. Dan bila penyebaran mengenai
organ lain dapat menyebabkan berbagai gejala misalnya pada saluran cerna terjadi
mual, muntah, nyeri perut. Pada tulang dan sendi akan mengeluh nyeri saat
bergerak, dan yang paling berbahaya bila sel kanker mengenai otak dengan gejala
kesadaran menurun, kejang dan lain-lain.
- Gejala klinis yang khas adalah : muka, kelopak mata dan kuku pucat, demam
dan perdarahan yang sulit berhenti disertai pembesaran kelenjar biasanya pada
daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
- Gejala tidak khas : pilek tidak sembuh-sembuh, malas bermain, malas makan,
cepat lelah, berat badan turun, adanya bintik kemerahan pada kulit, mengeluh
nyeri tulang dan sendi, dan sakit perut.
5. Komplikasi
- Sepsis
- Perdarahan
- Anemia
- Kematian
20
6. Pemeriksaan diaknostik Leukemia :
- Pemeriksaan darah tepi ; terdapat leukosit yang imatur
- Aspirasi sumsum tulang ( BMP ) : hyperseluler terutama benyak terdapat sel
muda
- Biopsi sumsum tulang
- Lumbal punksi ( LP ) untuk mengetahui apakah system saraf pusat
terinfiltrasi.
7. Penatalaksanaan terapi
- Transfusi darah diperlukan bila kadar hemoglobin darah kurang dari 6 gr %
- Pengobatan spesifik dengan pemberian imunisasi BCG untuk memperkuat
antibody
- Infeksi sekunder dihindari dan bila terjadi infeksi diberikan antibiotika
spectrum luas
- Kemoterapi, dengan tiga tahap yaitu :
a. Fase induksi : dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Fse ini
dinyatakan berhasil bila tanda-tanda penyakit berkurang atau dalam
sumsum tulang jumlah sel mudah berkurang 5 %.
b. Fase profilaksis system saraf pusat : diberikan melalui intrafekal untuk
mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi radiasi kranial hanya
dilakukan jika klien mengalami ganggua system syaraf pusat.
c. Fase Konsolidasi : deberikan terapi kombinasi untuk mengurangi
jumlah sel – sel leukemia dalam peredaran darah. Secara berkala
biasanya dalam mingguan atau bulanan dilakukan cek darah lengkap
untuk menilai respon sumsum tulang terhadap terapi.
21
3. Gangguan nutrisi akibat mual, muntah, malas makan
4. Tidak mampu melakukan aktivitas rutin : bermain, sekolah dll akibat anemia.
22
BAB III
ANALISIS JURNAL
23
untuk mencegah atau mengobati gejala penyakit, efek samping yang disebabkan
oleh pengobatan penyakit serius seperti kanker.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
rancangan penelitian quasi eksperimen. Peneliti mengelompokan responden
menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan pemilihan responden
berdasarkan kriteria inklusi, yaitu responden yang sedang menjalani pengobatan
tahap induksi selama 4 minggu dan tahap reinduksi pada sikus 1-2 minggu sekali.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah di Rumah Cinta Anak
Kanker Bandung yang berjumlah 20-30 anak tiap bulan. Jumlah besar sampel
dalam penelitian ini pada masing-masing kelompok yaitu 17 responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability
sampling, dengan menggunakan metode consecutive sampling. Hasil Penelitian
Karekteristik Anak Peneliti menilai karekteristik responden pada kedua
kelompok menurut usia dan jenis kelamin pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. sebagian besar responden pada dua kelompok (kontrol dan
intervensi) berada pada rentang usia 8-12 tahun, dimana pada kelompok kontrol
sebanyak 12 orang (70,6%) dan kelompok intervensi sebanyak 11 orang (64,7%).
Sementara itu, jenis kelamin responden sebagian besar pada dua kelompok
(kontrol dan intervensi) adalah laki – laki. Perbedaan Kualitas Hidup Penderita
Leukemia Usia Sekolah pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi ALL
lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).
Pasien kanker pada anak sering mengalami gejala yang merugikan umumnya
tidak mudah diketahui secara dini dan berkembang secara lambat sampai stadium
lanjut.Dapat disimpulkan bahwa usia danjenis kelamin menjadi salah satu faktor
penting pengelompokkan pasien kedalam risiko tinggi (high risk) dan tidak
berisiko (non-high/normal risk) (Winoto, 2012), sehingga dapat menentukan
perencanaan regimen terapi dengan memerhatikan faktor keberhasilan dan faktor
risiko terhadap prognosis buruk. Selain itu keadaan tersebut sangat memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usianya Peningkatan rerata kualitas
hidup tersebut terjadi dari efektifitas terapi massage yang mempunyai manfaat dan
memengaruhi secara positif terhadap fungsi tubuh, yaitu berkaitan dengan
24
permasalahan fisik yang diartikan adanya penurunan permasalahan pada rasa sakit
dan luka, mual yang disebabkan akibat gejala penyakit, dan efek samping
kemoterapi antara lain neurotoksisitas perifer meliputi sensorik dan motorik,
disertai rasa nyeri, mual dan muntah, penurunan selera makan, dan penurunan
berat badan, ulserasi mukosa, dan stomatitis. Perubahan tersebut disebabkan terapi
massage mengurangi rasa sakit pada otot-otot, meningkatkan relaksasi,
menurunkan heart rate, dan tekanan darah, menurunkan depresi, dan
meningkatkan kualitas tidur (Salvo, 2016), serta menurunkan kesakitan,
meningkatkan relaksasi dikaitkan dengan peningkatan produksi endorfin (obat
penghilang rasa sakit alami) (Haun et al., 2009), dan meningkatkan sirkulasi aliran
darah (Walton, 2006).
Dengan dilakukannya terapi massage membantu adekuat asupan nutrisi,
berkurangnya keluhan secara fisik akibat dampak toksisitas saraf neurotoksisitas
perifer sehingga mengurangi masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak penderita leukemia
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh swedish massage therapy
terhadap tingkat kualitas hidup penderita leukemia usiasekolah di Rumah Cinta
Anak Kanker Bandung. Berdasarkan hasil uji statistik
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berada pada rentang usia anak
usia 8-12 tahun, dan sebagian besar responden berjenis kelamin laki–laki. Peneliti
ini menyimpulkan bahwa swedish
massage therapy dapat dilakukan pada penderita leukemia usia sekolah, dan
menjadi salah satu pilihan bagi orang tua dengan anak penderita leukemia untuk
meningkatkan fungsi fisik dan fungsi psikososial dan mengurangi efek samping
regimen terapi sehingga dapat memperkuat kerja terapi selama menjalani
pengobatan kanker. Hasil penelitian ini menunjukkan dampak langsung terhadap
peningkatan kualitas hidup terutama pada fungsi fisik, fungsi emosional dan sosial
anak penderita leukemia, sehingga swedish massage therapy ini bermanfaat
sebagai asuhan paliatif yang dapat meningkatkan kualitas hidup anak akibat gejala
kanker dan efek pengobatan kanker dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena
25
itu, tenaga perawat umumnya dan perawat anak, khususnya sebagai herapis,
dimanapun dapat melakukan SMT sehingga memerlukan pelatihan tentang terapi
Swedish Massage pada anak dengan kanker, hal ini mendukung perkembangan
pelayanan perawat kepada masyarakat. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai evidence based parctice dalam melakukan perawatan paliatif pada anak
dengan kanker, sehingga diharapkan kompetensi ini bisa dikembangkan dalam
pengajaran formal maupun kompetensi berkelanjutan untuk perawat anak,
khususnya perawat oncology di Indonesia, sebagai bekal dalam melakukan asuhan
paliatif.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Leukimia adalah proliferasi patologin dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir dengan fatal. Leukimia dikatakan penyakit darah
yang disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu pada
sumsum tulang.
Hasil penelitian ini menunjukkan dampak langsung terhadap peningkatan
kualitas hidup terutama pada fungsi fisik, fungsi emosional dan sosial anak
penderita leukemia, sehingga swedish massage therapy ini bermanfaat sebagai
asuhan paliatif yang dapat meningkatkan kualitas hidup anak akibat gejala kanker
dan efek pengobatan kanker dalam jangka waktu yang lama.
4.2 Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, dkk (1982). Kapita Selekta Kedokteran Edisi II, FKUI, Jakarta.
Suparman dan Waspadji (1988). Ilmu penyakit Dalam Jilid II, FKUI.Jakarta.
28