Anda di halaman 1dari 26

Hasil Field Study Kampung Naga dengan Model

Pengkajian Teori Leininger

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam Conceptual In Nursing yang
dibina oleh Hj. Cucu Rokayah, M.Kep

Disusun oleh:

Adila Hardiani Razbi – 4002190017

Ainun Habibah - 4002190056

Asep Gunawan - 4001290142

Canti Rismawati – 4002190129

Marina Wulandari – 4002190107

Taskia Chesa Kirani – 4002190037

Wida Denisa – 4002190104

Kelompok 2

Sarjana Keperawatan A

Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Dharma


Husada Bandung

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang berjudul “Hasil Field Study Kampung Naga dengan
Model Pengkajian Teori Leininger’’. Sholawat serta salam tak lupa selalu kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan semoga rahmatnya dapat sampai
kepada kami semua selaku umatnya hingga akhir Zaman.

Kebudayaan merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilestarikan karena


itu merupakan jati diri suatu daerah. Dalam mengenali kebudayaan itu sendiri, kita
harus saling menghargai akan keragaman budaya yang ada dan jangan sampai kita
merendahkan salah satu kebudayaan yang ada . Salah satunya adalah kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat kampung naga itu sendiri.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada


Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., selaku dosen yang telah menuntun kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan dalam


bidang keilmuan. Kami pun menganggap makalah ini masih belum sempurna dan
kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini dapat
lebih baik lagi.

Bandung, 16 Desember 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4


1.2 Tujuan Pembuatan Makalah
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................. 5
1.2.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 5

BAB II ISI

2.1 Konsep Model Madelaine Leininger ......................................................... 6


2.2 Proses keperawatan Transcultural Nursing ............................................... 10

BAB III HASIL PENGKAJIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Format Pengkajian ..................................................................................... 13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 18

4.2 Saran ........................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

LAMPIRAN .................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori keperawatan atau konsep model dalam keperawatan merupakan


teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam mengaplikasikan
praktik keperawatan. Konsep model leininger yang dikenal dengan sunrise
model merupakan salah satu teori yang diaplikasikan dalam praktik
keperawatan. Leininger mendefinisikan “Transcultural nursing” sebagai area
yang luas dalam keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan
analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring,
nursing care dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan
tujuan perkembangan ilmu dan humanistic body of know ledge untuk kultur
yang universal dalam keperawatan.

Aplikasi teori dalam transcultural keperawatan diharapkan adanya


kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Tujuan penggunaan
keperawatan transcultural adalah untuk mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik yang dimiliki oleh kelompok lain. Leininger mengembangkan teorinya
dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan kepercayaan bahwa
masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan
menentukan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian pelayanaan yang
professional, karena kultul adalah pola kehidupan masyarakat yang
berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan.

Contoh kebudayaan yang kami ambil adalah kebudayaan dari mayarakat


kampung naga. Asal usul kampung adat ini tidak begitu jelas, disebabkan
manuskrip-manuskrip peninggalan leluhur yang bisa menceritakan sejarah
kampung terbakar pada saat pemberontakan DI/TII tahun 1956. Gerombolan
pemberontak yang tidak senang karena masyarakat kampung naga tidak

4
mendukung perjuangan mereka, sehingga membumihanguskan kampung
tersebut termasuk tempat penyimpanan pusaka.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen terkait.
2. Untuk memberitahu pembaca mengenai konsep teori Leininger dalam
Transcultural in Nursing
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memberitahu pembaca mengenai hasil pengkajian dari
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat kampung naga.

5
BAB II
ISI

2.1 Konsep Model Madelaine Leininger

Medeline Leininger adalah pendiri dan pelopor keperawatan


transkultural dan teori perawatan manusia. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan
memulai karir perawat profesional setelah lulus pendidikan dasar keperawatan
dari St. Anthony School of Nursing di Denver, Colorado tahun 1948. Bsc dari
Benedectine Collage Atchison tahun 1950. Setelah lulus, dia bekerja sebagai
instruktur, staf keperawatan, dan kepala perawat di unit medikal bedah, serta
sebagai Direktur unit psikiatri di Rumah Sakit St. Joseph, Omaha,
Nebraska. Pada saat bersamaan, dia mendalami ilmu keperawatan, administrasi
keperawatan, mengajar dan kurikulum keperawatan, test dan pengukuran di
Universitas Creighton, Omaha.

Tahun 1954, memperoleh gelar Master keperawatan psikiatri dari


Universitas Catholic, Woshington DC. Dia dipekerjakan di sekolah kesehatan
Universitas Cincinnati, Ohio, disinilah dia menjadi master klinik, spesialis
keperawatan psikiatri anak yang pertama di dunia. Dia juga mengajukan dan
memimpin program keperawatan psikiatri di Universitas Cincinnati dan Pusat
Keperawatan Psikiatri Terapeutik di Universitas Hospital. Pada saat
bersamaan, dia menulis salah satu dasar keperawatan Psikiatri, yang
berjudul Basic Psychiatri Concepts in Nursing, yang dipublikasikan tahun 1960
dalam 11 bahasa dan digunakan diseluruh dunia.

Pertengahan tahun 1950-an, saat di child guidance home, Cincinnati,


Leininger menemukan kekurangfahaman akan faktor budaya yang
mempengaruhi perilaku anak – anak. Mereka berasal dari bermacam – macam
latar belakang budaya, dia mengamati dan merisaukan perbedaan perawatan
dan penanganan. Leininger mengalami cultural shock pada saat itu. Hal ini
membuatnya membuat keputusan untuk mengambil doktoral berfokus pada
budaya, sosial, psikologi antropologi di Universitas Woshington,
Seattle. Disana dia mempelajari berbagai budaya, dia menemukan sisi menarik

6
dari antropologi dan keyakinan dan dia berpendapat semua perawat seharusnya
tertarik akan hal ini. Dia berfokus pada orang – orang Gadsup di timur
Highlands, New Guinea, dimana dia tinggal bersama orang pribumi selama 2
tahun dan mempelajari etnografikal dan etnonursing di dua desa. Selain
menemukan ciri – ciri unik dari budaya, dia juga mengobservasi perbedaan
antara budaya barat dan non-barat berkaitan dengan perawatan
kesehatan. Berdasarkan studi dan penelitian yang dia lakukan bersama orang
Gadsup, dia mengembangkan teori perawatan budaya dan metode
etnonursing. Teorinya membantu para mahasiswa perawat untuk memahami
perbedaan budaya manusia, sehat dan sakit.

Selama tahun 1950 – 1960, Leininger mengidentifikasi beberapa ilmu


pengetahuan dan penelitian teoritikal terkait dengan perawat dan antropologi,
formulasi konsep transkultural nursing, teori, prinsip, dan praktis. Tahun 1970
Leininger menerbitkan buku Nursing and Anthropology: Two World to Blend,
buku kedua dan tahun 1978 dengan judul Transcultural Nursing: Concepts,
Theory, and Practice. Kursus pertama mengenai transcultural nursing diadakan
tahun 1966 di Universitas Colorado, dimana Leininger sebagai Profesor
Nursing dan Antropologi, serta sebagai Diektur program sarjana keperawatan
(Ph.D) di USA. Pada tahun 1969, dia ditetapkan sebagai Dekan dan Profesor
Keperawatan dan Dosen Antropologi di Universitas Woshington,
Seattle. Disana Dia mendirikan Akademi Keperawatan untuk pertama kalinya
dalam perbandingan sistem keperawatan dan untuk menunjang program master
dan doktoral dalam trancultural nursing. Dibawah kepemimpinannya, kantor
pusat penelitian didirikan tahun 1968 dan 1969. Dia mengadakan beberapa
kursus keperawatan transkultural dan panduan perawat dalam program doktoral
keperawatan transkultural. Di tahun yang sama, Dia juga mendirikan Komite
Keperawatan dan Antropologi.

Leininger mendirikan National Transcultural Nursing Society (1974),


dan di tahun 1978 dia mendirikan National Research Care Conference untuk
membantu para perawat fokus mempelajari fenomena perawatan
manusia. Jurnal Transcultural Nursing (1989) dan sebagai editor sampai

7
1995. Oleh karena itu Leininger menerima banyak penghargaan untuk
transcultural nursing.

Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan. Dia


mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang
berfokus pada studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan
subkultur di seluruh dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan
keyakinan sehat – sakit, dan pola kebiasaan. Tujuan teori ini adalah
menemukan bermacam – macam cara dalam merawat klien dan universal dalam
hubungan worldview (sudut pandang dunia), struktur sosial, dimensi lain,
kemudian menemukan jalan yang sesuai untuk orang yang berbeda dengan
tujuan memelihara kesehatan, atau menghadapi kematian dengan pendekatan
budaya.

Leininger mengembangkan teorinya (care culture diversity and


universality), yang berbasis keyakinan seseorang terhadap budaya yang
berbeda, sebagai informasi dan panduan perawat profesional dalam
memberikan asuhan. Budaya adalah pola dan nilai kehidupan seseorang yang
mempengaruhi keputusan dan tindakan, oleh karena itu teori ini mengarahkan
perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan klien di seluruh dunia dan
menggunakan sudut pandang pribumi, pengetahuan, dan praktik dengan
pendekatan etik, sebagai dasar profesional untuk mengambil keputusan dan
bertindak sesuai dengan kebutuhan.

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural


sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan
dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-


nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia

8
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam


mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang


mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam
atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan
simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan


pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar

9
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien.

2.2 Proses keperawatan Transcultural Nursing


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan
dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan
bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,
1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger
and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen
yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :
a. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah
dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi
sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif
dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.

10
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-

11
bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat.
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar


belakang budaya klien.

5. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap


keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat
diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
klien.

12
BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Format Pengkajian Keperawatan Transcultural (Peka Budaya) Model


Sunrise (Matahari Terbit) Dari Madelaine Leininger

I. Identitas Klien
Nama : Ny.A
Alamat : Kampung Naga, Desa Neglasari Kecamatan
Nagajau, Tasikmalaya Jawa Barat
Pekerjaan : Pengasuh dan Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
Anak : 1 (Satu)
Saudara Kandung : 2 (Dua)
Tanggal Pelaksanaan : 12 Desember 2019
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 30 Tahun
II. Faktor yang harus dikaji
1. Faktor Teknologi (Tecnological Factors)
a. Presepsi sehat sakit
 Sehat : Punya rasa nyaman untuk beraktivitas
 Sakit : Tidak bisa beraktivitas
b. Kebiasaan Berobat atau mengatasi masalah kesehatan
Menggunakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan seperti handelem
untuk obat panas dalam dan pucuk alpukat untuk obat darah
tinggi, tapi jika sudah tidak mempan baru pergi ke dokter.
c. Alasan mencari bantuan kesehatan
- Pada saat melahirkan saya digotong keatas untuk pergi
meminta bantuan kepada bidan

13
- Dan untuk sakit karena menggunakan obat ramuan sudah
tidak mempan
d. Alasan klien memilih pengobatan alternatif
Karena memiliki rasa takut mengkonsumsi obat dari dokter jadi
lebih baik menggunakan obat-obatan tradisional yang sudah
diberikan turun temurun
e. Presepsi kalian tentang penggunanan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalah kesehatan saat ini
Dengan memiliki handphone dapat berkomunikasi dengan
suami dan mengabarkan setiap kondisi kesehatan yang terjadi
f. Pemanfaatan teknologi
- Mempunyai handphone karena suami saya yang bekerja jauh
jadi memaksa saya untuk memiliki handphone
- Tv hitam putih yang menggunakan aki mobil
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and Philosophical
Factors)
a. Agama yang dianut
Agama islam
b. Status Pernikahan
Menikah, dan memiliki 2 orang anak. Anak pertama laki-laki
berusia 9 tahun dan anak kedua perempuan berusia 5 tahun.
c. Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan
 Penyakit berasal dari Allah
 Dengan menggunakan obat yang berasal dari ramuan tumbuh-
tumbuhan
 Jika sakit saya diam dirumah dan meminta doa kepada orang
yang bisa (spiritual)
d. Kepercayaan yang diyakini
- Seperti kupat salamet yang digantungkan didepan pintu yang
mengartikan bahwa itu sebagai tolak bala atau keselamatan
bagi keluarga

14
- Posisi rumah yang saling berhadapan tetapi saling
membelakangi yang mengartikan saling memperhatikan,
membantu dan memberi
- Makan juga mengikuti posisi rumah saling berhadapan dan
saling membelakangi
- Kamar mandi tidak boleh ada didalam rumah karena rumah
bukan kamar mandi dan kamar mandi bukan rumah
- Hutan larangan yang tidak boleh diambil hasil alamnya tanpa
terkecuali penduduk asli
- Menggunakan bedug untuk memberitau adzan karena tidak
diperbolehkan menggunakan pengeras suara
- Masih menggunakan indung beurang sebagai penolong
proses pelahiran yang dibantu oleh bidan
e. Penggunaan tempat ibadah
- Digunakan untuk beribadah
- Jika penuh dibalai desa menggunakan masjid
3. Faktor Sosial dan Keterkaitan Keluarga ( Kinship and Social
Factors)
a. Nama panggilan
Ny. A
b. Tipe keluarga
o Keluarga inti :
 Ayah
 Ibu
 Anak laki-laki
 Anak Perempuan
c. Pengambilan Keputusan Keluarga
Tergantung permasalahan dan kami melakukan musyawarah
untuk mengambil keputusan
d. Hubungan klien dengan kepala keluarga
Sebagai istri, berkomunikasi dengan baik dan berdiskusi setiap
permasalahan yang dihadapi

15
e. Hubungan klien dengan lingkungan sekitar
Kumpulan dilakukan jika ada acara sesuatu atau acara besar
4. Nilai-Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Value and Life
Ways)
a. Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga
Sebagai istri sebagai ibu rumah tangga yang mengurus urusan
rumah
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa Sunda
c. Kebiasaan makan makanan yang dipantang dalam kondisi sakit
Pola makan saya tidak ada pantangan
d. Presepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
Tidak beraktivitas sama sekali apa lagi saya memiliki penyakit
ambeyen dan ketika kambuh saya tidak bisa beraktivitas
e. Kebiasan membersihkan diri
Tiap hari mandi karena tidak ada larangan soal mandi
5. Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang berlaku (Political and
Legas Factors)
a. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung
Tidak ada peraturan karena semua sudah ditetapkan oleh
pemangku adat dan kami hanya menerima setiap kunjungan dari
mana saja
b. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
Didalam rumah hanya ada satu keluarga jika anak saya menikah
memiliki dua pilihan siapa yang akan keluar, saya atau anak saya
c. Cara pembayaran untuk klien yang dirawat
- Saya menggunakan biaya sendiri seperti contohnya saat
melahirkan saya tidak ada bantuan dari pihak mana pun
- Saya tidak punya BPJS
6. Faktor Ekonomi (Economical Factors)
a. Pekerjaan klien

16
Saya ibu rumah tangga. Suami saya wirausaha pengrajin anyam
kursi rotan
b. Sumber biaya pengobatan
Uang sendiri
c. Tabungan yang dimiliki keluarga
Kadang suka menyimpan uang klo ada sesuatu lebih
d. Penggantian biaya dari kantor atau patungan dari anggota keluarga
Biaya sendiri dan tidak ada bantuan dari pemilik usaha suami
saya
7. Faktor Pendidikan (Education Factors)
a. Tingkat Pendidikan klien
SD. Rata rata pendidikan dikampung ini sampai SD, tapi sudah
ada beberapa yang bisa kuliah
b. Jenis pendidikan
Formal
c. Kemampuan untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
Saya kan punya penyakit ambeyen, ketika saya makan makanan
pedas ambeyen saya kambuh. Untuk dari itu saya menghindari
makanan terlalu pedas
3.2 Format Pembahasan Keperawatan Transcultural (Peka Budaya) Model
Sunrise (Matahari Terbit) Dari Madelaine Leininger
I. Identitas Klien

Berdasarkan hasil pengkajian field study ke Kampung Naga, Desa


Neglasari Kecamatan Nagajau, Tasikmalaya jawa barat, yang dilaksanakan
pada tanggal 12 Desember 2019, kami menemukan beberpa informasi dari
klien yang bernama Ny. A ia adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang
berusia 30 tahun. Yang hanaya bersekolah dengan pendidikan terakhir SD.
Yang merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara.

II. Faktor yang harus dikaji


1. Faktor Teknologi (Tecnological Factors)

17
Menggunakan ramuan dari tumbuh-tumbuhan seperti handelem
untuk obat panas dalam dan pucuk alpukat untuk obat darah
tinggi, tapi jika sudah tidak mempan baru pergi ke dokter.
g. Alasan mencari bantuan kesehatan
- Pada saat melahirkan saya digotong keatas untuk pergi
meminta bantuan kepada bidan
- Dan untuk sakit karena menggunakan obat ramuan sudah
tidak mempan
h. Alasan klien memilih pengobatan alternatif
Karena memiliki rasa takut mengkonsumsi obat dari dokter jadi
lebih baik menggunakan obat-obatan tradisional yang sudah
diberikan turun temurun
i. Presepsi kalian tentang penggunanan dan pemanfaatan teknologi
untuk mengatasi permasalah kesehatan saat ini
Dengan memiliki handphone dapat berkomunikasi dengan
suami dan mengabarkan setiap kondisi kesehatan yang terjadi
j. Pemanfaatan teknologi
- Mempunyai handphone karena suami saya yang bekerja jauh
jadi memaksa saya untuk memiliki handphone
- Tv hitam putih yang menggunakan aki mobil
8. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (Religious and Philosophical
Factors)
f. Agama yang dianut
Agama islam
g. Status Pernikahan
Menikah, dan memiliki 2 orang anak. Anak pertama laki-laki
berusia 9 tahun dan anak kedua perempuan berusia 5 tahun.
h. Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan
 Penyakit berasal dari Allah
 Dengan menggunakan obat yang berasal dari ramuan tumbuh-
tumbuhan

18
 Jika sakit saya diam dirumah dan meminta doa kepada orang
yang bisa (spiritual)
i. Kepercayaan yang diyakini
- Seperti kupat salamet yang digantungkan didepan pintu yang
mengartikan bahwa itu sebagai tolak bala atau keselamatan
bagi keluarga
- Posisi rumah yang saling berhadapan tetapi saling
membelakangi yang mengartikan saling memperhatikan,
membantu dan memberi
- Makan juga mengikuti posisi rumah saling berhadapan dan
saling membelakangi
- Kamar mandi tidak boleh ada didalam rumah karena rumah
bukan kamar mandi dan kamar mandi bukan rumah
- Hutan larangan yang tidak boleh diambil hasil alamnya tanpa
terkecuali penduduk asli
- Menggunakan bedug untuk memberitau adzan karena tidak
diperbolehkan menggunakan pengeras suara
- Masih menggunakan indung beurang sebagai penolong
proses pelahiran yang dibantu oleh bidan
j. Penggunaan tempat ibadah
- Digunakan untuk beribadah
- Jika penuh dibalai desa menggunakan masjid
9. Faktor Sosial dan Keterkaitan Keluarga ( Kinship and Social
Factors)
f. Nama panggilan
Ny. A
g. Tipe keluarga
o Keluarga inti :
 Ayah
 Ibu
 Anak laki-laki
 Anak Perempuan

19
h. Pengambilan Keputusan Keluarga
Tergantung permasalahan dan kami melakukan musyawarah
untuk mengambil keputusan
i. Hubungan klien dengan kepala keluarga
Sebagai istri, berkomunikasi dengan baik dan berdiskusi setiap
permasalahan yang dihadapi
j. Hubungan klien dengan lingkungan sekitar
Kumpulan dilakukan jika ada acara sesuatu atau acara besar
10. Nilai-Nilai Budaya dan Gaya Hidup (Cultural Value and Life
Ways)
f. Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga
Sebagai istri sebagai ibu rumah tangga yang mengurus urusan
rumah
g. Bahasa yang digunakan
Bahasa Sunda
h. Kebiasaan makan makanan yang dipantang dalam kondisi sakit
Pola makan saya tidak ada pantangan
i. Presepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
Tidak beraktivitas sama sekali apa lagi saya memiliki penyakit
ambeyen dan ketika kambuh saya tidak bisa beraktivitas
j. Kebiasan membersihkan diri
Tiap hari mandi karena tidak ada larangan soal mandi
11. Faktor Kebijakan dan Peraturan Yang berlaku (Political and
Legas Factors)
d. Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung
Tidak ada peraturan karena semua sudah ditetapkan oleh
pemangku adat dan kami hanya menerima setiap kunjungan dari
mana saja
e. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu
Didalam rumah hanya ada satu keluarga jika anak saya menikah
memiliki dua pilihan siapa yang akan keluar, saya atau anak saya
f. Cara pembayaran untuk klien yang dirawat

20
- Saya menggunakan biaya sendiri seperti contohnya saat
melahirkan saya tidak ada bantuan dari pihak mana pun
- Saya tidak punya BPJS
12. Faktor Ekonomi (Economical Factors)
e. Pekerjaan klien
Saya ibu rumah tangga. Suami saya wirausaha pengrajin anyam
kursi rotan
f. Sumber biaya pengobatan
Uang sendiri
g. Tabungan yang dimiliki keluarga
Kadang suka menyimpan uang klo ada sesuatu lebih
h. Penggantian biaya dari kantor atau patungan dari anggota keluarga
Biaya sendiri dan tidak ada bantuan dari pemilik usaha suami
saya
13. Faktor Pendidikan (Education Factors)
III. Tingkat Pendidikan klien
SD. Rata rata pendidikan dikampung ini sampai SD, tapi sudah
ada beberapa yang bisa kuliah
IV. Jenis pendidikan
Formal
V. Kemampuan untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali
Saya kan punya penyakit ambeyen, ketika saya makan makanan
pedas ambeyen saya kambuh. Untuk dari itu saya menghindari
makanan terlalu pedas

21
22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut kelompok kami teori Leininger tentang culture care
diversity dan universality atau yang dikenal transcultural nursing. Berfokus
pada nilai budaya, kepercayan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya
serta didalam teorinya membahas khusus culture, culture care, diversity,
universality, wordlview, ethnohistory. Dalam pengkajian ini sebagai
perawat dapat mengetahui sebuah kebudayan juga presepsi tentang
kesehatan transcultural nursing sehingga Leininger menjelaskan hal
tersebut sebagai suatu hal yang sangat terus bergantung, dan ditentukan oleh
budaya, karena budaya akan mempengaruhi seseorang memapresiasi
keadaan sakit yang dideritanya.

4.2 Saran
Penerapan teori ini diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang
ilmu antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
Perlu adanya penanganan lebih lanjut dalam sistem tata kelola air,
pengelolaan sampah pada kampung tersebut dan lebih terbuka dalam
penerimaan alat modern seperti contohnya kompor gas yang mempermudah
dalam proses memasak.

23
DAFTAR PUSTAKA

Maharani , reva . 2017 . “Apa yang dimaksud dengan Teori Transkultural atau
transkultural nursing?”, https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-d
engan-teori-transkultural-atau-transcultural-nursing/5873/2 , diakses pada 1
6 desember 2019 pukul 15.09

24
LAMPIRAN

25
26

Anda mungkin juga menyukai