Anda di halaman 1dari 42

PALIATIF CARE DALAM ISLAM

Oleh :Puji Handoko


Ketua LPPI STIKes Muh Gombong

Paliatif Care

1. Pengertian Paliatif care


2. Sakit Dalam Islam
3. Eutanasia
4. Talqin
1. LATAR BELAKANG PALIATIF CARE

• Perawatan Paliatif suatu bentuk pelayanan kesehatan yang


manusiawi dengan tujuan menghilangkan/meringankan
penderitaan dan meningkatan kualitas hidup penderita dan
keluarganya, yang pernah menjadi ciri khas pelayanan dan
perawatan medis.
Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau
tidak ada harapan lagi, bahkan mungkin hampir meninggal
dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal (PST)
tentunya membutuhkan pelayanan yang spesial. Maka,
disinilah perawatan paliatif menjadi aspek penting pada
pengobatan.
2 PENGERTIAN PALIATIF CARE

 Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005
bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga
yang kehilangan/berduka.

 Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif


dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.
Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya.
Tujuan Palliative Care

Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta
tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Jadi, tujuan utama perawatan paliatif bukan
untuk menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani
bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya.
Prinsip-prinsip dalam Perawatan Palliatif Care

Menurut dr. Maria A. Witjaksono, prinsip-prinsip


perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam
perawatan pasien dan Keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif
sesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita
Menurut Prof. R. Sunaryadi Tejawinata dr., SpTHT
(K), FAAO, PGD.Pall.Med (ECU) –Kepala Pusat
Pengembangan Paliatif & Bebas Nyeri RSU Dr.
Soetomo periode 1992-2006– salah satu aspek penting
dalam perawatan paliatif adalah kasih, kepedulian,
ketulusan, dan rasa syukur. Begitu pentingnya aspek
ini, sampai melebihi pentingnya penanganan nyeri
yang mutlak harus dilakukan dalam perawatan
paliatif.

Beliau juga menyatakan, pada penderita kanker


yang tidak mungkin tersembuhkan lagi, perawatan
paliatif pada dasarnya adalah upaya untuk
mempersiapkan awal kehidupan baru (akhirat) yang
berkualitas
Sakit dalam Pandangan Islam
Sakit dalam 1.Sakit sebagai penebus dosa
pandangan Islam dan kesalahan
merupakan bagian
“Tidaklah sakit seorang mukmin,
dari cobaan yang
mengandung banyak laki-laki dan perempuan, dan
faedah bagi seorang tidaklah pula dengan seorang
muslim, namun muslim, laki-laki dan perempuan,
mayoritas manusia melainkan Allah Swt
tidak menggugurkan kesalahan-
mengetahuinya. kesalahannya dengan hal itu,
Faedah-faedah sakit sebagaimana bergugurannya
sesungguhnya dedaunan dari pohon.” (HR.
adalah Ahmad, 3/346).
2.Sakit akan
mengangkat derajat dan
menambah kebaikan
“Tidak ada seorang
muslimpun yang tertusuk
duri, atau yang lebih dari
itu, melainkan ditulis
untuknya satu derajat dan
dihapus darinya satu
kesalahan” (HR. Muslim
no. 2572).
3.Sakit merupakan sebab untuk mencapai
kedudukan yang tinggi
“Sesungguhnya seseorang akan memperoleh kedudukan di
sisi Allah Swt, ia tidaklah memperolehnya dengan amalan,
Allah Swt senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang
tidak disukainya, hingga ia memperolehnya” (HR. al-Hakim
dan ia menshahihkannya 1/495)
4.Sakit merupakan bukti bahwa Allah Swt
menghendaki kebaikan terhadap hamba-Nya
ِ ُ‫َمنْ يُ ِرد هَّللا ُ بِ ِه َخ ْي ًرا ي‬
ُ‫ص ْب ِم ْنه‬
“Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya,
maka akan ditimpakan cobaan padanya.” ( HR. Al-Bukhari )
5. Sakit membawa kepada Muhasabah (introspeksi
diri)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Musibah
yang engkau terima dengannya terhadap Allah Swt lebih baik
bagimu daripada nikmat yang membuatmu lupa untuk
berdzikir kepada-Nya.
(Tasliyatu ahli al-Masha`ib).
6. Sakit menjadi penyebab kembalinya hamba kepada
Rabb-Nya
‫ون‬ َ َ‫ض َّرآ ِء لَ َعلَّ ُه ْم يَت‬
َ ‫ض َّر ُع‬ َ ْ‫س ْلنَآ إِلَى أُ َم ٍم ِّمن قَ ْبلِكَ فَأَ َخ ْذنَا ُهم بِا ْلبَأ‬
َ ‫سآ ِء َوال‬ َ ‫َولَقَ ْد أَ ْر‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat
yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan)
kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka bermohon (kepada Allah)
dengan tunduk merendahkan diri“(QS. Al-An’aam: 42 )
Pendampingan Terhadap Orang
Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis
psikologis dalam dirinya, oleh karena itu
hendaknya didampingi dan diberi
perhatian lebih, serta dorongan motivasi
untuk kesembuhannya. Doa-doa serta
dzikir dirasa mampu mengurangi rasa
sakit orang yang merasakannya. Karena
dalam doa dan dzikir tersebut terdapat
ilmu ikhlas sebagai hamba Allah swt yang
tidak mempunyai daya dan upaya
dihadapan-Nya. Kita dapat
mendampinginya sebagai wujud
bertawaqal dan menyerahkan diri kepada
Allah swt dan menyadari segalanya
kembali atas kehendaknya.
Tugas tambahan perawat
1. Mengingatkan kepada si Sakit
bahwa sakit adalah sebagian
dari ujian Allah
2. Mengingatkan si sakit supaya
bersabar dan tabah dalam
menghadapi ujian
3. Mengingatkan si sakit supaya
tetap sholat meskipun dalam
kondisi sakit
4. Membantu si sakit menjalankan
kewajiban kepada Allah seperti
mengajari caranya bersuci.
5. Mengingatkan si sakit agar
selalu mendekatkan diri kepada
Allah
Pengertian Sakaratul Maut

Sakaratun jamak dari
 

sakratun = ‘keadaan
mabuk’

Naza’ = mencabut,
mencopot, melepaskan,
menghilangkan
Wafat (wafaa) =
sempurna/ lengkap
(tamma)
d. Ajal = batas waktu,
       

akhir waktu
EUTHANASIA??
Euthanasia adalah....????
Secara bahasa euthanasia berasal dari bahasa Yunani,
Eu yang berarti “baik”
Thanatos, yang berarti “kematian”
Sementara dalam fiqh Islam, euthanasia ini
diistilahkan dengan qatl ar-rahmah (membunuh
karena kasihan) atau taisir al-maut (mempermudah
kematian).
Pengertian euthanasia menurut istilah
Kedokteran Euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau
penderitaan yang dilami oleh seseorang yang akan
meninggal menjadi lebih ringan. Euthanasia juga berarti
mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan
danpenderitaan hebat menjelang kematiannya (Hasan,
1995:145)
Pengertian Euthanasia menurut para ahli,menurut Philo (50-
20 SM) euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik.
Sedangkan menurut Suetonis penulis Romawi dalam
bukunya yang berjudul Vita Ceaserum mengatakan bahwa
Euthanasia yaitu “mati cepat tanpa derita” 
Alasan orang melakukan euthanasia
Pengobatan yang dilakukan kepada pasien hanya
menambah penderitaan.
Pengobatan yang percuma karena tidak akan
mengobati penyakit yang sudah parah.
Menurut perhitungan medis,Penyakit yang tidak bisa
disembuhkan/si pasien tidak akan bertahan lama.
Bentuk bentuk euthanasia
A.    Euthanasia Aktif atau Positif.
Dia adalah tindakan memudahkan kematian si sakit yang
dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan instrumen
(alat), yang biasanya berupa penyuntikan obat ke dalam
tubuh pasien.(Utomo,2003:178)
B.    Euthanasia Pasif atau Negatif.
Dia adalah tindakan menghentikan pengobatan pasien yang
menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak
mungkin lagi dapat disembuhkan.(Utomo,2003:177)
Kode etik
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Men.
Kes/SK/X/1983 tentang kode Etik Kesehatan’ Dokter
yang melakukan tindakan euthanasia ( aktif
khususnya ) dapat diberhentikan dari jabatannya, hal
in sesuai pasal 10 SK MenKes. Yaitu:
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan
kewajibannya melindungi hidup makluk insani.
Euthanansia menurut hukum
 Pasal 338: “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang
lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima belas tahun.”

 Pasal 340: “Barangsiapa dengan sengaja & direncanakan lebih dahulu


menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan
pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya duapuluh
tahun.”
Pasal 344: “Barang siapa menghilangkan jiwa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh
dihukum penjara selama-lamanya duabelas tahun.”
Pasal 345: “Barangsiapa dengan sengaja membujuk
orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam
perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.”
Hukum eutanasia menurut pandangan islam
A.    Hukum Euthanasia Aktif (Positif)
Euthanasia aktif dengan semua bentuknya adalah haram dan
merupakan dosa besar. Hal itu karena euthanasia aktif hakikatnya
merupakan pembunuhan dengan sengaja. Dan pembunuhan
dengan sengaja atau terencana adalah haram, apapun alasan yang
melandasinya. Baik itu dengan alasan kasih sayang, permintaan si
pasien sendiri, permintaan keluarga pasien, atau alasan lainnya
yang jelas tidak diterima oleh syariat.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (untuk membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.” (QS. Al-An’am 151)
Oleh sebab itu haram hukumnya karena sama saja bunuh
diri,apabila sipasien yang meminta maka iya telah menanggung
dosanya sendiri.
B.    Hukum Euthanasia Pasif (Negatif)
Jika dilihat dari praktek,euthanasia pasif ini adalah tindakan
menghentikan pengobatan,karena tidak ada gunanya lagi.
Hukum euthanasia pasif ini kembalinya kepada hukum
berobat itu sendiri. Apakah berobat itu hukumnya wajib,
sunnah, atau mubah?
>>Jika islam menganjurkan berobat hukumnya wajib, maka
berarti menghentikan pengobatan (euthanasia pasif)
hukumnya adalah haram.
>>Jika kita katakan berobat itu hukumnya sunnah, maka
maka berarti menghentikan pengobatan (euthanasia pasif)
hukumnya adalah makruh.
>>jika kita katakan berobat itu hukumnya mubah (boleh),
maka maka berarti menghentikan pengobatan (euthanasia
pasif) hukumnya adalah mubah.
Hukum pidana euthanasia
Ada tiga yaitu:
A.    Memaafkan si dokter dan membebaskannya dari semua
tuntutan dan ganti rugi.

B.    Meminta ganti rugi (diyat) kepada si dokter.

C.    Menuntut si dokter dengan hukuman mati (qishash).

Ketiga opsi ini terambil dari firman Allah Ta’ala yang artinya, “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma’af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.”
(QS Al-Baqarah : 178)
Sakaratul maut
Dahsyatnya Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : "Sakaratul maut itu sakitnya sama


dengan tusukan tiga ratus pedang" (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW : "Kematian yang paling ringan


ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di
selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat
diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang
tersobek ?"
(HR Bukhari)
Sabda Nabi :
"Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang
dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang
lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga
ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang
menyangkut padanya dan meninggalkan yang
tersisa".
Hampir Ajal
Mati Sujud
Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati dan
sesungguhnya pahala kamu akan disempurnakan pada
hari kiamat (QS. Ali Imran :158)
Tindakan awal terhadap
JENAZAH
Mengatupkan matanya
Menyedekapkan tangannya
Meluruskan kakinya
Menutupinya dengan kain
Memandikan
Mengkafani
Mensholati
Memakamkan
‫‪Doa Menghadapi Orang yang‬‬
‫‪Baru Mati‬‬
‫ِ‬
‫اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر ِل ……‪َ ..‬و ْارفَ ْع‬
‫درجته يِف الْمه ِديِّني وافْسح لَه يِف َق ِ هِ‬
‫َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ رْب‬
‫ونَ ِّور لَه فِي ِه واخلُ ْفه يِف ع ِقبِهِ‬
‫َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ‬
Talqin
Mentalqin atau membimbing dengan kalimat tauhid,
yaitu: Laa llaaha ilallaah.
Sabda Nabi saw: “Ajarilah orang yang hendak
meninggal di antaramu dengan membaca: Laa llaaha
iIlaIlah.(HR. Muslim, Abu Daud dan Turmuzi dan
Sa’id)
“Barangsiapa yang terakhir ucapannya ‘ la ilaaha
ilallaah’, pastilah masuk surga. “(HR. Al-Hakim dan
Mu’adz bin Jabal)
Perintah Talqin Ucapan terakhir

‫لقنوا موتا كم ال إله إال هللا‬ ‫من كان آخر كالمه ال إله إال هللا دخل الجنة‬
“Barangsiapa yang ucapan
“Tuntunlah seseorang yang terakhirnya adalah “Laa ilaaha
akan meninggal dunia untuk illa Allah” maka akan masuk
mengucapkan kalimat: ‘Laa surga”(HR Muslim)
ilaaha illa Allah’”(HR
Muslim)
Manfaat Mentalqin Orang Yang Akan
Meninggal Dunia
Imam Al Qurthubiy berkata: “Para
ulama’ kami mengatakan
bahwasanya mentalqin orang yang “
akan meninggal dunia adalah
merupakan sunnah dari para
pendahulu ummat ini, yang
kemudian diamalkan oleh kaum
muslimin hingga saat ini.
Tujuannya adalah agar akhir
ucapan yang keluar dari orang
yang akan meninggal dunia adalah
“Laa ilaaha illa Allah”.
Tata cara mentalqin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi  “Wahai paman, ucapkanlah:
wa sallam menjenguk salah “Laa ilaaha illa Allah.” Beliau
seorang sahabat dari bertanya: “Apakah paman dari
pihak ibu atau bapak? Jawabnya:
kalangan Anshar lalu
“Dari pihak ibu”. Maka ia
mengatakan: berkata: “Apakah lebih baik bagi
‫ أخال أم‬:‫ فقال‬،‫ ال إله إال هللا‬:‫يا خال! قل‬ diriku untuk mengucapkan: “Laa
‫ فخير لي أن‬:‫ فقال‬،‫ بل خال‬:‫عم؟ فقال‬ ilaaha illa Allah?” . Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
‫ ال إله إال هللا؟ فقال النبي صلى هللا‬:‫أقول‬ menjawab : “Ya”( HR. Ahmad,
‫ نعم‬:‫عليه وسلم‬ Syaikh Al-Albaniy mengatakan:
“Sanadnya shahih sesuai dengan
syarat Imam Muslim”, Ahkamul
Janaiz, hal. 20 sebagaimana
disebutkan dalam al Mausu’ah
al Fiqhiyah al Muyasarah:4/38,
Cet: Dar Ibnu Hazm)
Imam al Qurthubiy mengatakan: “Dan kadang kala talqin dilakukan dengan
menyebutkan hadits tentang talqin di sisi seorang yang alim sebagaimana disebutkan
oleh Abu Nu’aim bahwasanya Abu Zur’ah sedang dalam keadaan akan meninggal dunia
dan di sisinya ada Abu Hatim, Muhammad bin Salamah, Mundzir bin Syaadzaan dan
sekelompok ulama’ yang lainnya. Lalu mereka menyebutkan hadits talqin namun
merasa malu terhadap Abu Zur’ah. Lantas mereka mengatakan, wahai sahabat- sahabat
kami marilah kita mengingat-ingat kembali hadits tentang talqin. Abu Maslamah
berkata: ‘Telah menceritakan kepada kami Adh Dhahak bin Makhlad,telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim, ia berkata telah menceritakan kepada kami
Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib…. dan Abu Masalamah tidak
melanjutkan sementara yang lain diam. Berkata Abu Zur’ah sedangkan beliau dalam
keadaan akan meninggal dunia: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim dari
Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib dari Katsir bin Murrah al Hadhramiy
dari Mu’ad bin Jabal berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:‫خر‬i‫انآ‬i‫ن ك‬
‫لجنة‬ii‫ دخلا‬iii‫الهللا‬ii‫ إ‬i‫له‬ii‫ إ‬i‫ ال‬i‫المه‬i‫ك‬
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah ‘Laa ilaaha illa Allah’ maka akan masuk surga”.
‫‪TEKS BACAAN TALQIN BERBAHASA ARABBuku “Tatacara NU Merawat‬‬
‫‪Jenazah”, oleh Tim Penyusun PCNU Kota Surabaya, diterbitkan oleh‬‬
‫‪PC.LTNNU Kota Surabaya, cet.1 - 2011.‬‬

‫ك اِالَّ َوجْ هَهُ ‪ .‬لَهُ ْال ُح ْك ُم َو اِلَ ْي ِه تُرْ َجع ُْو َن ‪.‬‬ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الَّ َر ِحي ِْم‪ُ .‬كلُّ َشي ٍْئ هَا ِل ٌ‬
‫ت‪َ . i‬و اِنَّ َم‪i‬ا تُ َوفَّ ْو َن‪ i‬اُج ُْو َر ُك ْم‪ i‬يَ ْو َم‪ْ i‬القِيَا َم ِة‪ . i‬فَ َم‪ْ i‬ن‪ُ i‬زحْ ِز َح‪َ i‬ع ِن‪i‬‬ ‫س‪َ i‬ذائِقَةُ‪ْ i‬ال َم ْو ِ‬‫ُك ُّ‪i‬ل نَ ْف ٍ‬
‫اع‪ْ i‬ال ُغر ُْو ِر‪ِ .‬م ْنهَ‪i‬ا َخلَ ْقنَا ُك ْم‪,i‬‬ ‫ار َواُ ْد ِخ َل‪ْ i‬ال َجنَّ َة‪ i‬فَقَ ْد فَا َز‪َ .‬و َم‪i‬ا ْال َحيَ ُ‬
‫اة‪ i‬ال ُّد ْنيَ‪i‬ا اِالَّ َمتَ ُ‬ ‫النَّ ِ‬
‫ب‪َ .‬وفِيهَ‪i‬ا‬ ‫َو ِف ْيهَ‪i‬ا نُ ِع‪ْ i‬ي ُد ُك ْم‪َ ,i‬و ِم‪ْ i‬نه‪iَi‬ا نُ ْخ ِر ُج ُك ْم‪ i‬تَا َر ًة‪ i‬اُ ْخ َرى‪ِ .‬م ْنهَا َخلَ ْقنَا ُك ْم‪ i‬لِأْل َجْ ِر َوالثَّوا ِ‬
‫ض‪َ i‬و ْال ِح َس‪i‬ا ِ‬
‫ب‪ .‬بِس‪ِْ i‬م هَّللا ِ َوبِاهَّلل ِ َو ِم َن هَّللا ِ‬ ‫ب‪َ .‬و ِم‪ْ i‬نهَ‪i‬ا نُ ْخ ِر ُج ُك ْم‪ i‬لِ ْل َع‪i‬رْ ِ‬‫نُ ِع‪i‬ي ُد ُك ْم‪ i‬لِل ُّدو ِد والتُّ َرا ِ‬
‫ق‬‫ص‪َ i‬د َ‬‫ص‪i‬لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‪َ i‬و َس‪i‬لَّ َم‪ .‬هَ َذا َم‪i‬ا َو َع َد الرَّحْ َم ُن‪َ i‬و َ‬ ‫ُول هَّللا ِ َ‬
‫َواِلَ‪i‬ى هَّللا ِ َو َعلَ‪i‬ى ِملَّ ِة‪َ i‬رس‪ِ i‬‬
‫ُون‬
‫ضر َ‬ ‫اح َدةً فَا ِ َذا هُ ْم َج ِمي ٌع لَ َد ْينَا ُمحْ َ‬ ‫ص ْي َحةً َو ِ‬ ‫ت اِالَّ َ‬ ‫ون‪ .‬اِ ْن َك‪i‬انَ ْ‬ ‫ْ‬
‫‪.‬ال ُمرْ َسلُ َ‬
‫ت‪ ‬‬ ‫ص‪i‬رْ َ‬ ‫ك‪ i‬ال ُّد ْنيَ‪i‬ا َو ِز ْينَتُهَ‪i‬ا ‪َ .‬و ِ‬ ‫ت‪َ i‬ع ْن َ‬ ‫ك‪ i‬هَّللا ُ ‪َ .‬ذهَبَ ْ‬ ‫ت‪ ....... i‬يَرْ َح ُم َ‬ ‫يَ‪i‬ا ‪ ......‬بِ ْن‪ / i‬بِ ْن ِ‬
‫ي‪ i‬فَا َر ْقتَنَ‪i‬ا َعلَي ِْه‪ i‬فِ ْي‪َ i‬د ِ‬
‫ار‬ ‫س‪ْ i‬ال َع ْه َد الَّ ِذ ْ‬ ‫آلخ َر ِة‪ .‬فَالَ تَ ْن َ‬ ‫ْخ‪ْ i‬ا ِ‬ ‫ازي ِ‬ ‫خ‪ِ i‬م ْن‪ i‬بَ َر ِ‬ ‫آلن‪ i‬فِ ْي‪ i‬بَرْ َز ٍ‬ ‫ْا َ‬
‫آلخ َر ِة‪َ .‬وهُ َو َشهَا َدة‪ ُi‬اَ ْن‪ i‬الَ اِلَه‪ َi‬اِالَّ هَّللا ُ َو اَ َّن ُم َح َّم ًدا َرس‪ُْ i‬و ُل‬ ‫ار ْا ِ‬ ‫ت‪ i‬بِ ِه اِلَ‪i‬ى َد ِ‬ ‫ال ُّد ْنيَ‪i‬ا َوقَ ِد ْم َ‬
‫ص‪i‬لَّى هَّللا ُ َعلَي ِْه‪i‬‬ ‫ك‪ِ i‬م ْن‪ i‬اُ َّم‪ِ i‬ة‪ُ i‬م‪َ i‬ح َّم ٍد َ‬ ‫ك‪َ i‬وبِأ َ ْمثَالِ َ‬‫ان‪ْ i‬ال ُم َو َّكالَ ِن‪ i‬بِ َ‬
‫ك‪ْ i‬ال َملَ َك ِ‬ ‫هَّللا ِ‪ .‬فَإ ِ َذا َجا َء َ‬
‫ت‪i‬‬ ‫ق‪ i‬هَّللا ِ تَ َعالَ‪i‬ى َك َم‪i‬ا اَ ْن َ‬ ‫ق‪ِ i‬م‪ْ i‬ن‪َ i‬خ ْل ِ‬ ‫ك‪َ .‬وا ْعلَ ْم‪ i‬اَنَّهُ َم‪i‬ا َخ ْل ٌ‬ ‫ك‪َ i‬والَ يُرْ ِعبَا َ‬ ‫َو َس‪i‬لَّ َم فَالَ ي ُْز ِع َجا َ‬
‫ت‬ ‫ك‪i‬؟ َو َم‪i‬ا الَّ ِذيْ ُم َّ‬ ‫ك؟ َو َما ا ْعتِقَا ُد َ‬ ‫ك؟ َو َم‪i‬ا ِد ْينُ َ‬ ‫ك َم‪ْ i‬ن َربُّ َ‬ ‫ق‪ i‬هَّللا ِ‪َ .‬واِ َذا َس‪i‬اَالَ َ‬ ‫ق‪ِ i‬م‪ْ i‬ن َخ ْل ِ‬ ‫َخ ْل ٌ‬
‫ك‬ ‫ك الثَّانِيَةَ‪ i‬فَقُ ‪ْi‬ل لَهُ َم‪i‬ا هَّللَا ُ َربِّ ْي‪َ .‬واِ َذا َس‪i‬أَالَ َ‬ ‫َعلَ ْي ِه‪i‬؟‪ .‬فَقُ ‪ْi‬ل لَه‪َ ُi‬م‪i‬ا هَّللَا ُ َربِّ ْي‪َ .‬واِ َذا َس‪i‬أَالَ َ‬
‫ع‪ .‬هَّللَا ُ َربِّ ْي‪i‬‬ ‫ف‪َ i‬والَ فَ َز ٍ‬ ‫ق‪ i‬بِالَ ُخ ْو ٍ‬ ‫ان طَ ْل ٍ‬ ‫الثَّالِثَةَ‪َ i‬و ِه َي‪ْ i‬ال َخاتِ َم‪i‬ةُ‪ْ i‬ال ُح ‪ْi‬سنَى فَقُ ‪ْi‬ل لَه‪َ ُi‬م‪i‬ا بِلِ َس‪ٍ i‬‬
‫ضتِ ْي‪i‬‬ ‫ات فَ ِر ْي َ‬‫ص لَ َو ُ‬ ‫ِّـي َو ْالقُرْ آ ُن‪ i‬اِ َما ِم ْي‪َ i‬و ْال َك ْعبَةُ‪ i‬قِ ْبلَتِ ْي‪َ i‬وال ‪َّi‬‬ ‫َو ْا ِإل ‪ْi‬س الَ ُم ِد ْينِ ْي‪َ i‬و ُم َح َّم ٌد نَبِي ْ‬
‫ت َعلَ‪i‬ى قَ ْو ِل‪ i‬الَ اِلَه‪ َi‬اِالَّ هَّللا ُ‬ ‫ت‪َ i‬و ُم ُّ‪i‬‬ ‫َو ْال ُم ْس‪i‬لِ ُم ْو َن اِ ْخ َوانِ ْي‪َ i‬واِ ْب َرا ِه ْي ُم‪ْ i‬ال َخلِ ْي ‪ُi‬ل اَبِ ْي‪َ i‬واَنَ‪i‬ا ِع ْش ُ‬
‫ُم َح َّم ٌد َرس ُْو ُل هَّللا ِ‬
‫خ‪ i‬اِلَ‪i‬ى يَ ْو ِم‪i‬‬ ‫ْ‬ ‫َّك بِهَ ِذ ِه‪ْ i‬ال ُح َّج ِة‪ i‬يَ‪i‬ا ‪ ........‬بِ ْن‪َ ........ i‬وا ْعلَ ْم‪ i‬اَنَّ َ‬
‫ك‪ُ i‬مقِ ْي ٌم‪ i‬بِهَ َذا البَرْ َز ِ‬ ‫‪‬تَ َم‪i‬س‪ْ i‬‬
‫ق‪i‬‬ ‫ث‪ِ i‬ف ْي ُك ْم‪َ i‬وفِ‪i‬ى ْال َخ ْل ِ‬ ‫ي‪ i‬بُ ِع َ‬ ‫ك‪َ i‬م‪ii‬ا تَقُ ْو ُل‪ i‬فِ ْي‪ i‬هَ َذا الرُّ ج ُِل‪ i‬الَّ ِذ ْ‬ ‫يُ ْب َعثُ ْو َن‪ .‬فَإ ِ َذا ِقي َْل‪ i‬لَ َ‬
‫ت‪ِ i‬م ْن‪َ i‬ربِّ ِه‪ i‬فَاتَّبَ ْع‪i‬نَاهُ‪i‬‬ ‫ص‪i‬لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‪َ i‬و َس‪i‬لَّ َم َجا َءنَ‪i‬ا بِ ْالبَيِّنَا ِ‬ ‫اَجْ َم ِعي َْن‪ .‬فَقُ ْل‪ i‬هُ َو ُم َح َّم‪ٌ i‬د َ‬
‫ب ْال َعرْ ِ‬
‫ش‪i‬‬ ‫ت‪َ i‬وهُ َو َر ُّ‪i‬‬ ‫َوآ َم‪i‬نَّ‪i‬ا بِ ِه‪ .‬فَإ ِ ْن‪ i‬تَ َولَّ ْوا فَقُ ‪ْi‬ل َح ْس‪i‬بِ َي هَّللا ُ الَ اِلَهَ‪ i‬اِالَّ هُ َو َعلَ ْي ِه‪ i‬تَ َو َّك ْل ُ‬
‫ْال َع ِظي ِْم‪.‬‬
‫ق َواَ َّ‪i‬ن‬ ‫ق َو اَ َّ‪i‬ن ُس‪َ i‬ؤا َل ُم ْن َك ٍر َونَ ِكي ٍْر َح ٌّ‪i‬‬ ‫ق َواَ َّ‪i‬ن نُ ُز ْو َل‪ْ i‬القَب ِْر َح ٌّ‪i‬‬
‫ت‪َ i‬ح ٌّ‪i‬‬ ‫‪َ ‬وا ْعلَ ْم‪ i‬اَ َّ‪i‬ن ْال َم‪ْ i‬و َ‬
‫ق‪َ i‬واَ َّ‪i‬ن النَّا َر‬ ‫ص‪َ i‬راطَ َح ٌّ‬ ‫ق‪َ i‬واَ َّ‪i‬ن ال ِّ‬ ‫ق‪َ i‬واَ َّ‪i‬ن ْال ِمي َزا َن‪َ i‬ح ٌّ‬ ‫اب َح ٌّ‬ ‫ق‪َ i‬واَ َّ‪i‬ن ْال ِح َس‪َ i‬‬ ‫ث‪َ i‬ح ٌّ‬ ‫ْالبَ ْع‪َ i‬‬
‫ث‪َ i‬م‪ْ i‬ن‪ i‬فِ‪i‬ى‬ ‫ْب‪ i‬فِ ْيهَ‪i‬ا َو اَ َّن‪ i‬هَّللا َ يَ ْب َع ُ‬ ‫ق‪َ i‬واَ َّن‪ i‬الس‪ َّi‬ا َعةَ آتِيَ ٌة‪ i‬الَ َري َ‬ ‫ق‪َ i‬واَ َّن‪ْ i‬ال َجنَّ َة‪َ i‬ح ٌّ‬ ‫َح ٌّ‬
‫ْالقُب ُْو ِر‬
Puji Handoko
081329545130
handokopuji53@gmail.com
Ketua Bidang MTT PCM Gombong 2005-2015
Ketua Bidang LSBO dan LPPPM PDM Kebumen 2015 -2020
Wakil Ketua LPCR Jateng 2015-2020
Ketua Takmir Masjid As Syifa 2015-2019
Ketua LPPIK STIKes Muhammadiyah Gombong 2016-2020

Anda mungkin juga menyukai