Anda di halaman 1dari 5

Saya seorang petugas medis di rs St Elisabeth ganjuran .

saya mulai berkarya di rumah sakit


Santa Elisabet sejak tahun 2010. Dengan perjanjian 2 tahun kontrak saya memulai berkaraya . Dalam
masa kontrak itu saya berusaha kerasa untuk menjadi perawat professional dan menerapkan ilmu yang
sudah di dapat dibangku kuliah keperawatan dulu. Selama saya kontrak ada teman lain yang sama
seperti saya kontrak 2 tahun. Kami semua menjalani dengan senang hati dan semngat melayani pasen
yang kami rawat. Sebelum saya kerja di RS St. Elisabeth saya bekerja di Rs Panti waluyo Surakarta
selama 2 tahun.
Selama saya kerja RS St Elisabeth saya merasakan kenyamanan yang luar biasa karena saya
merasa kerja diladang tuhan.2 bulan berjalan saya bekerja kebetulan ada kesempatan masuk ke ruang
operasi karena salah satu crew operasi berhalangan hadir. Disini saya mendapatkan kesempatan untuk
masuk menjadi team ruang operasi. Setelah beberapa bulan setiap ada operasi saya ikut menjadi team
tetapi saya hanya sebagai petugas ronloap saja. Saya mempunyai keiinginan untuk menjadi perawat
kamar bedah yang professional. Suatu hari ada operasi saya menjadi salah satu team kamar bedah itu
saya mulai tertantang untuk ikut menjadi crew yang membantu dokter dalam operasi ( instrument).
Yang pada saat itu saya belum boleh ikut . tetapi setelah itu selesai saya dinilai dari senior saya
mampu dan bisa seterusnya di beri kesempatan ikut operasi dengan pendampingan senior saya. Setiap
operasi jadawal tidak tentu kdang sore dan kadang siang . teatpi bnyak sorenya. Waktu operasi tidak
menentu dan sampai larut malam baru selesai operasi. Dan saya tetap harus pulang kerumah dan jarak
antara

rumah sakit dengan rumah saya 25 km.tetapi saya puas karena bisa membantu pasien

meringankan sakitnya. itu berlangsung terus menerus dan pada akhirnya team kamar bedah merasa
tenaganya habis karena pulang larut malam.
Pada tahun 2012 saya dan teman sekerja saya mempersiapkan untuk ujian menjadi karyawan
tetap. Di saat inilah saya menjadi tertantang untuk bersaing dengan teman yang lain (dengan bersaing
positif ). Dalam setiap pelayanan dan tindakan yang saya lakukan saya berdasarkan pelayanan tulus
dengan hati penuh kasih. Perawat adalah profesi yang mulia yang harus kita junjung tinggi
KEMULIAANNYA dengan sungguh-sungguh menjalankan berbagai konsekwensinya yang melekat
padanya kemudian saya dinyatakan menjadi karyawan tetap bulan Agustus tahun 2012.
Setelah menjadi karyawan tetap saya mengajukan untuk menikah . setelah saya menikah saya
harus bisa membagi waktu saya untuk pekerjaan dan rumah tangga. Saya sebagai kepala keluarga
harus lebih semangat dan giat untuk bekerja. Pada bulan setember saya dikaruniai seorang anak lakilaki yang lahir di RS St Elisabeth waktu istri saya melahirkan saya dinas malam saya dinas di ugd
saat istri saya mau melahirkan ada pasien gawat di ugd dengan serangan jantung dan ada kecelakaan .
dalam kondisi seperti ini saya mengalami kebingungan tetapi saya percaya tuhan pasti sudah punya
rencana yang indah. Setelah saya selesai menangani pasien di ugd dan 1 jam setelah itu istri saya

melahirkan bayi laki-laki. Saya merasa bersyukur sekali karena dalam proses mau melahirkan saya
bisa mendampingi istri saya. Sekarang saya sudah dengan istri dan anak saya 1 laki laki berumur 1
tahun. Setiap hari saya bekerja dengan semangat dan iklas dalam melayani pasien yang periksa
ataupun yang dirwat di rs. St. Elisabeth. Saya merasa bahagia dan senang bila dalam melayani pasien
jika pasien bisa cepat sembuh dan bisa kembali tersenyum aktivitas kembali. Dengan memperhatikan
keselamatan pasien kita.
Dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan berdasarkan motto dan unsure-unsur pokok
spiritual CB dalam pelayanan GBCB RS St Elisabeth . dalam spiritual CB, bersama bunda Elisabeth
Gruytres, hati kita tersentuh oleh penderitaan dan kesesakan hidup dari banyak orang. Dengan
digerakkan oleh keinginan buatlah aku cakap dalam pengabdianmu kita wujudkan pengabdian
kepada Allah berlandaskan pada delap[an unsure pokok yang menjadi prinsip dalam pelayanan
kesehatan. Unsur tersebut sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Iman yang dalam.


Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa.
Hormat terhadap hidup dan martabat manusia.
Keberpihakan pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup, dan menderita karena

5.
6.
7.
8.

ketidak adilan.
Ketulusan hati.
Kerelaan berkorban demi sesame yang dilayani.
Ketangguhan dan ketegaran dalam menanggapi tantangan jaman.
Makna penderitaan.

1. Iman yang dalam.


Kita percaya bahwa allah menghendaki agar semua orang mengalami kehidupan secara utuh
penuh / holistic. Agar kehendak- Nya ini dapat terwujud, allah selalu hadir dan melibatkan
diri dalam kehidupan kita. Kepercayaan yang sangat mendasar akan campur tangan allah
dalam kehidupan manusia, merupakan ungkapan iman yang kuat dan dalam. Hal ini telah
dihayati oleh bunda Elisabeth yang tercermin dalam ungkapan kini di dalam diriku tinggal
kepercayaankuat pada penyelenggaraan illahi. Ungkapan ini menyadarkan kita bahwa pada
akhirnya manusia hanya dapat bersandar pada kekuatan allah. Iman ini kehendaknya menjadi
dasar kekuatan dan harapan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Berdasarkan
kepercayaan itu, kita memiliki daya juang dan pantang menyerah untuk menghadapi
tantangan apapun; artinya kita senantiasa optimis dan berpengharapandalam melayani
kesehatan masyrakat, dan dipersatukan dengan kebijakan gereja setempat. Iman yang dalm
juga ditunjukkan dalam kemauan dan kemampuan kita untuk menerima realitas apa adanya.
Komunitas

pelayanan

kesehatan

berperanserta

secara

aktif

dalam

mengupayakan

berkembanganya iman yang kuat dan dalam sesuai dengan kekhasan pelyan kita.
2. Cinta kasih tanpa syarat dan berbelarasa.
Sebagai komunitas pelayan kesehatan kita mengutamakan keselamatan manusia seutuhnya
dengan menyalakan api cinta kasih berbelarasa yang menjiwai seluruhnya pelayanan dan

semua kebijakan. Kita perlu memupuk kemamuan hati untuk ikut merasakan penderitaan dan
harapan mereka yang sakit, menderita, dan berkesesakan hidup, berserta keluarganya sebagai
ungkapan solidaritas kepada sesama. Kita mengamalkan cinta kasih tanpa syrat artinya dalam
memberikan pelayanan kita rela dan siap sedia, penuh perhatian dan pengertian,
bertenggangrasa,

serta

membuka

dialog.

Kita

mengakui

perlunya

kepiawaian

mempergunakan ilmu pengetahuan dan profesiaonalitas. Namun, hal itu saja tidak memadai.
Selain kemampuan mempergunakan ilmu pengetahuan serta mengembangkan profesionalitas,
kita juga perlu memliki sikap empati kepada mereka yang kita layani sebagai ungkapan
berbelarasa.
3. Hormat terhadap hidup dan martabat manusia.
Didsarkan pada martabat manusia yang luhur, hidup manusia sudah semetinya dihormati,
dilindungi, dan dipellihara dengan layak sejak konsepsi sampai akhir kehidupan. Hal ini
sesuai dengan cita-cita bunda Elisabeth Gyuters yakni mengembalikan martabat manusia
sebgai citra allah. Oleh karena itu, para pelayan kesehatan bertanggungjawab melindungi
kehidupan dan menolak menghentikan kehidupan dengan alas an apapun tidak wajar. Karena
rasa hormat terhadap martabat manusia, maka pasien dilayani sebagai subyek dengan
mendengarkan harapan dan menanggapi kebutuhannya. Kita ikut bertanggungjawab untuk
menumbuhkan semngat hidup dan mengembangkan proses pemandirian pasien. Dengan
demikian pasien tidak boleh dimanipulasi langsung dan tidak lanngsung, karena pasien adalah
anggota tubuh tuhan yesusyang menderita.
Kita senantiasa menghadapi hak-hak pasien dan semua yang dilayani. Kita terpanggil untuk
menjaga privacy, confidentiality, serta dengan kebijaksanaan menginformasikan hal yang
benar kepada pasien dan keluarganya. Di pihak lain kita perlu menyadarkan tanggungjawab
pasien atau keluarganya dan semua yang kita layani.
4. Keberpihakan pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup, dan menderita karena ketidak
adilan.
Bunda Elisabeth mewarisi dan menghayati semangat yesus yang datang ke dunia dan
mewujudkan keperpihakan-Nya pada yang miskin, tersisih, berkesesakan hidup menderita
karena ketidak adilan. Dalam situasi jamannya, ia menjadi perpanjangan tangan allah untuk
menyalurkan kasih kepada mereka yang menderita. Ia membuka diri karya allah dalam
melayani yang sakit dan malang agar jiwa mereka terselamatkan. Pelayanan kita dalam karya
keselamatan selalu berhubungan dengan sesame yang menderita karena ketidak adilan.
Sesame yang menderita ini hendaknya selalu menjadi subyek layanan. Kita berusaha untuk
selalu membuka hati bagi aneka bentuk penderitaan dan kesesakan hidup mereka.
Konggregasi suster-suster carolus boromeus secara khusus menaruh perhatian pada kaum
perempuan yang menderita ketidakadilan, terlebih dalam masyarakat kita yang masih
merupakan masyarakat patrikal. Tak terkecuali didalam pelayanan kesehatan punsering kali di
jumpai banyak perempuan yang menderita bukan hanya karena sakit secara fisik, melainkan

juga menjadi korban kekerasan sebagai akibat dari budaya patriarchal tersebut. Oleh karena
itu secra kreatif kita perlu memberikan pelayanan yang menyentuh aspek tersebut.
Agar mereka yang miskin, tersisih, dan menderita karena ketidak adilan berani datang,
pelayanan kita hendaknya menampakkan adanya sikap ramah, rendah hati, peka, serta mampu
mendengarkan. Kita juga berusaha bersikap adil kepada siapa saja yang memerlukan bantuan
sesuai dengan kemampuan kita, termasuk dalam menyediakan sarana dan fasilitas.
Keperbihakan pada mereka yang miskin, tersisih, berkesesakan hisup, dan menderita karena
ketidak-adilan menjadi dasar usaha kita memanusiakan manusia, memberdayakan, dan
akhirnya mereka memperoleh keselamatan.
Dengan melaksanakan pelayanan bagi mereka yang miskin, tersisih, dan menderita kita
mewujudkan kehendak allah untuk menyelamatkan semua orang; sesuai dengan cita-cita
gereja khususnya di asia, yakni gereja kaum miskin. Dalam tradisi kongregasi pun, sustersuster CB bersemangat melayani orang miskin karena keyakinan bahwa dalam diri mereka
yesus hadir dan dilayani
5. Ketulusan hati.
Ketulusan hati sangat diperlukan dalam melayani pasien. Tanpa ketulusan hati tujuan sulit
dicapai. Banyak suara atau complain dari pasien yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Pelayanan adalah suatu wujud nyata dari ketulusan hati dalam memberikan layanan kepada
pasien dengan tulus. Memang disadari bahwa tingkat kepuasan masyarakat dalam menerima
sangat relative. Maksimalisasi pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang dilakukan
dengan ketulusan hati tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan sesuatu dan berlandaskan sebagai
panggilan.
6. Kerelaan berkorban demi sesama yang dilayani.
Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan
dalam memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan
penderitaan bagi diri sendiri. Dalam pengertian yang lebih sederhana, rela berkorban adalah
sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan
kepentingan

orang

lain

dari

pada

kepentingan

diri

sendiri.

Atau dapat diartikan rela berkorban: orang yang mau mengorbankan dirinya sendiri demi
membahagiakan/memenuhi

kebutuhan

orang

lain.

Definisi Rela Berkorban. Menurut istilah berarti bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan
tidak mengharapkan imbalan berupa apapun didunia, dan mau memberikan sebagian yang
dimiliki sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya. Makna yang terkandung dalam
pengertian ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan, dalam hidup bermasyarakat, diperlukan adanya kesediaan dengan rasa ikhlas
untuk memberikan seseuatu yang kita miliki untuk keperluan orang lain atau pasien.
7. Ketangguhan dan ketegaran dalam menanggapi tantangan jaman.

kekokohan, ketegaran, dan ketangguhan itu dibangun dan ditumbuhkan dengan benturanbenturan kehidupan, yang sakit dan luka menjadi hal yang tidak bisa terhindarkan di
dalamnya
8. Makna penderitaan.
Penderitaa adalah sebuah situasi dimana seorang manusia atau pasien dihadapkan kepada
suatau masalah yang sulit dihadapinya sehingga ia merasakan suatu posisi dimana ia merasa
kesulitan dengan masalah tersebut. Apabila kita mau memandang penderitaan secara positif
maka pastilah kita dapat melihat sisi positif dari masalah yang dihadapi dan dapat
melewatinya dengan mudah dengnan mengambil hikmah dari masalah tersebut sehingga
dapat mengambil hikmahnya dai masalah tersebutdijadikan pengalaman dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai