TUJUAN
Identifikasi kerangka konsep untuk penyusunan pedoman, meliputi :
1. Prinsip dasar penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan yang aman terhadap
kedaruratan dan bencana.
2. Kebijakan dan strategi bagi sektor kesehatan untuk mewujudkan fasyankes yang
aman terhadap kedaruratan dan bencana.
3. Bagaimana perencanaan, pendanaan, institusi/organisasi yang bertanggung jawab,
mekanisme serta metode monitoring dan evaluasi.
4. Safe health facilities working group
PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan melalui beberapa tahapan :
1.
2.
Tahap pelaksanaan
a.
Kegiatan workshop dilakukan di Kota Bogor Prov. Jawa Barat pada tanggal 16
18 Juli 2014.
b.
Jumlah peserta yang hadir sebanyak 20 orang, yaitu berasal dari Direktorat dan
unit terkait di Kemenkes, PPK Regional dan Sub Regional, dan RSUP.
c.
Bagian 2: Non Struktur Dan Fungsional Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Aman
Terhadap Kedaruratan Dan Bencana
Standar Safe Hospital in Emergency and Disasters (ISDR dan WHO)
- Non Struktur yang dimaksud termasuk: dokumen/rencana pembangunan, unsur
arsitek, unsur elektromekanikal, peralatan medik dan laboratorium, keamanan dan
keselamatan orang dan peralatan;
-
Fungsional yang dimaksud termasuk: site dan aksesibilitas, sirkulasi internal dan
hubungan operasional, peralatan dan bahan habis pakai, SOP dan pedoman,
sistem logistik dan penggunaannya, keamanan dan alarm, sistem transportasi dan
komunikasi, SDM, monitoring dan evaluasi.
2. Standar SDM terkait fasyankes yang aman terhadap kedaruratan dan bencana:
a. SDM pengelola bencana internal sebaiknya memiliki kompetensi K3 atau
keselamatan dan kesehatan kerja (S2 atau yang setara untuk rumah sakit tipe A
dan S1 atau yang setara untuk rumah sakit tipe B dan C)
b. SDM pengelola bencana eksternal memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait
hospital disaster plan (Hosdip) atau hospital of preparedness and emergency
(HOPE)
c. Fasyankes tingkat pertama diharapkan mampu menangani red code dan blue code,
sehingga SDM pada fasyankes tingkat pertama memiliki kemampuan tersebut.
3. Standar pengorganisasian penanggulangan bencana di fasyankes:
a. Sebaiknya mengikuti dan melekat pada struktur organisasi rumah sakit
b. Standar struktur organisasi mengikuti standar Incident Command System (ICS)
4. SOP penanggulangan bencana di fasyankes:
a. Mengikuti standar dalam Hosdip dan HOPE
b. Mengikuti standar ICRC terkait keamanan fasyankes dalam situasi konflik
5. Terkait pembinaan, pengawasan dan evaluasi fasyankes yang aman terhadap
kedaruratan dan bencana:
a. Dinas kesehatan melakukan pembinaan, pengawasan dan evaluasi terhadap
fasyankes tingkat 1 (puskesmas).
b. Pembinaan fasyankes dilakukan oleh kementerian/lembaga terkait (SKPD tekait)
c. Pengawasan dan evaluasi sebaiknya dilakukan oleh badan independen.
Membentuk forum untuk melakukan pengawasan dan evaluasi secara
komprehensif, yang anggotanya terdiri dari KARS, organisasi profesi, YLKI
kesehatan.
d. Pembinaan dan pengawasan juga dilakukan secara internal
e. Pengawasan apar dan hidran dilakukan oleh Disnaker
f. Tools/checklist sebaiknya mengacu pada kebijakan yang dibuat oleh Kemenkes,
pedoman Safe Hospital oleh ISDR dan WHO dapat menjadi salah satu referensi.